Vous êtes sur la page 1sur 9

Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia Vol.2 No.

1 Juli 2016

Journal homepage : http://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH


PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI IMAJINASI TERBIMBING PADA
LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI
1
Sri Sumartini, Heru Hari Bachtiar
1
Prodi D3 Keperawatan FPOK Universitas Pendidikan Indonesia
Email : 1srisumartini@upi.edu
ABSTRAK
Penyakit hipertensi pada Lansia memerlukan penanganan tanpa menimbulkan efek samping yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas serta mempertahankan tekanan darah
normal. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah teknik relaksasi imajinasi terbimbing (guided
imaginary). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
pemberian teknik relaksasi imajinasi terbimbing pada Lansia yang menderita hipertensi. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian eksperimental dengan pre-experiment design. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan tekhnik purposive sampling menggunakan sebanyak 30 orang Lansia
yang mengalami hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka.
Data ini diambil menggunakan lembar observasi tekanan darah. Setelah itu dilakukan uji statistik
yang menggunakan uji beda yaitu Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil
penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah sebelum pemberian teknik relaksasi imajinasi
terbimbing sebesar 154,9 dan sebagian besar responden mengalami hipertensi Stadium I (60,0%).
Sementara rata-rata tekanan darah pada Lansia yang menderita hipertensi sesudah pemberian teknik
relaksasi imajinasi terbimbing sebesar 143,3 dan sebagian besar responden mengalami prehipertensi
(46,7%). Hasil uji hipotesis menunjukkan ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
pemberian teknik relaksasi imajinasi terbimbing pada Lansia yang menderita hipertensi di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka Tahun 2014 ( value = 0,008).Oleh karena
itu perawat di Puskesmas dapat mengaplikasikan teknik relaksasi imajinasi terbimbing dalam
membantu menurunkan tekanan darah pada pasien yang mengalami hipertensi
Kata kunci : Tekanan Darah, Hipertensi, Imajinasi Terbimbing

ABSTRACT
Hypertension of elderly needs handling without giving an effects for prevent morbidity and mortality
and for maintain normal blood pressure. One of technique which can be used is a guided imaginary.
The research is for determine differences of blood pressure before and after giving guided imaginary
for elderly suffering hypertension. This research is used experimental with pre-experiment design.
Sample in this research is purposive sampling technique method using as many as 30 people for the
elderly that experienced hypertension in the work area of the UPTD Puskesmas Kertajati
Majalengka. In this data is taken by using sheet of observation blood pressure. After that performed
statistical test that using wilcoxon signed rank test with significance level 0,05.The result shows
average is 154,9 and most of respondents have hypertension Stadium I (60,0%). While, averages of
elderly blood pressure is 143,3 after giving guided imaginary technique and most of respondents
have prehypertension (46,7%). The result of hypothesis test shows there are differences blood
pressure before and after giving guided imaginary technique for elderly suffering hypertension in
work area UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka years 2014 (pvalue=0,008)Therefore,
nurses in Puskesmas can apply guided imaginary technique for lowers blood pressure for patients
who have hypertension.
Key words : Blood Pressure, Hypertension, Guided Imaginary

e-ISSN 2477-3743. Indonesia University of Education @2016 1


Sumartini, S., & Bachtiar, H.H

PENDAHULUAN tahun 2010 menjadi 52,5% (Kementrian


Sehat merupakan hak setiap orang. Kesehatan RI, 2012).
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam Penyakit hipertensi merupakan salah
memperoleh akses atas sumber daya di bidang satu penyakit yang tidak diketahui
kesehatan, memperoleh pelayanan kesehatan penyebabnya secara pasti. Namun menurut
yang aman dan bermutu, serta berhak secara Sustrani (2006) bahwa hipertensi esensial
mandiri dan bertanggung jawab menentukan merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan dan sisanya hipertensi sekunder yaitu tekanan
bagi dirinya. Hal tersebut dilakukan agar darah tinggi yang penyebabnya dapat
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang diklasifikasikan, diantaranya adalah kelainan
optimal. organik seperti penyakit ginjal, kelainan pada
Menurunnya derajat kesehatan korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis
masyarakat dalam rangka kegiatan perawatan kortikosteroid, dan lain-lain.
kesehatan masyarakat diakibatkan oleh Menurut Carpenito (2009) bahwa
meningkatnya angka kesakitan pada keluarga. penyakit hipertensi atau penyakit tekanan darah
Sasaran khususnya adalah keluarga rawan, tinggi terkadang tidak disadari oleh penderita.
keluarga yang rentan terhadap masalah Dalam kenyataannya, 50% penderita hipertensi
kesehatan. tidak menunjukkan gejala yang jelas, apalagi
Hal tersebut disebabkan karena adanya bila masih dalam taraf awal. Gejala-gejala yang
beberapa faktor antara lain meningkatnya suatu sering timbul antara lain pusing, sakit kepala,
penyakit di masyarakat, kurangnya kegiatan mimisan secara tiba-tiba dan tengkuk terasa
perawatan kesehatan masyarakat oleh petugas, pegal. Hipertensi tidak menunjukkan gejala
kurang akuratnya data yang tersedia dan awal, satu-satunya jalan untuk mengetahui
lingkungan yang tidak sehat dan bersih. adalah melakukan pengontrolan tekanan darah
Penyakit degeneratif yang banyak terjadi di secara teratur.
masyarakat dan mempunyai tingkat mortalitas Kejadian hipertensi perlu diwaspadai
yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas dan ditangani dengan tepat karena risikonya
hidup dan produktifitas seseorang salah yang dapat menyebabkan kematian. Menurut
satunya adalah penyakit hipertensi. Sani (2008) hipertensi mengakibatkan jantung
Menurut World Health Organization bekerja lebih keras sehingga proses perusakan
(WHO) prevalensi hipertensi di dunia pada dinding pembuluh darah berlangsung dengan
tahun 2009 terdapat 982 juta orang atau 26,4% lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko
penduduk di dunia mengalami kejadian penyakit jantung dua kali dan meningkatkan
hipertensi. Angka ini kemungkinan akan resiko stroke delapan kali dibanding dengan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari orang yang tidak mengalami hipertensi. Selain
982 juta pengidap hipertensi, 342 juta berada di itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya
negara maju dan 640 juta sisanya berada di payah jantung, gangguan pada ginjal dan
negara sedang berkembang (Kementerian kebutaan serta yang paling parah adalah efek
Kesehatan RI, 2011). jangka panjangnya yang berupa kematian
Penyakit hipertensi di Indonesia mendadak.
termasuk kedalam kelompok penyakit sepuluh Prevalensi penderita hipertensi pada usia
besar di rumah sakit dengan angka kematian lanjut (Lansia) yaitu yang berusia lebih dari 65
yang cukup tinggi. Pada tahun 2010 terdapat tahun sebesar 65-75% setiap tahunnya dan
100.489 kasus hipertensi terdiri dari 19.874 16,2% mengalami hipotensi. Penyakit
kasus rawat inap dan 80.165 kasus rawat jalan. hipertensi pada Lansia akan terus meningkat
Adapun angka kematian karena hipertensi yang disebabkan oleh peningkatkan kekakuan
esensial tercatat sebanyak 955 kematian arteri. Disamping itu dengan bertambahnya
dengan angka case fatality rate (CFR) sebesar usia berkaitan dengan penurunan fungsi
4,81%. Sementara prevalensi hipertensi di kognitif dan psikomotor yang dapat mendorong
Provinsi Jawa Barat berdasarkan Riset meningkatnya hipertensi pada Lansia. Fungsi
Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2007 kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
mencapai 47,8% dan mengalami kenaikan pada pemahaman, pengertian, perhatian sehingga
menyebabkan reaksi dan prilaku lansia.

Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 1-9 (2016) 2


Sumartini, S., & Bachtiar, A.A

Sementara penurunan fungsi psikomotor penelitian tentang Perbedaan tekanan darah


meliputi hal-hal yang berhubungan dengan sebelum dan sesudah pemberian teknik
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, relaksasi imajinasi terbimbing pada Lansia
koordinasi yang berakibat bahwa lansia yang menderita hipertensi di Wilayah Kerja
menjadi kurang cekatan (Marliani, 2007). UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten
Penyakit hipertensi pada Lansia Majalengka Tahun 2014.
memerlukan penanganan tanpa menimbulkan
efek samping yang bertujuan untuk mencegah METODOLOGI
terjadinya morbiditas dan mortalitas serta Penelitian ini menggunakan desain
mempertahankan tekanan darah normal penelitian eksperimental dengan pre-
(Muttaqin, 2008). Hal tersebut diperkuat oleh experiment design. Dengan jenis desain one
Smeltzer dan Bare dalam Carpenito (2009) group pretest-posttest design, dimana desain
bahwa tujuan penanganan pasien dengan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol),
hipertensi adalah menurunkan tekanan darah tetapi sudah dilakukan observasi pertama
mendekati normal dan salah satu tindakan (pretest) yang memungkinkan penelitian dapat
pengelolaan hipertensi adalah menggunakan menguji perubahan-perubahan yang terjadi
non farmakologis yaitu menciptakan keadaan setelah adanya eksperimen (program)
rileks dengan berbagai cara yang dapat (Notoatmodjo, 2010).
mengontrol sistem saraf yang akhirnya mampu Populasi dalam penelitian ini adalah
menurunkan tekanan darah. seluruh Lansia yang mengalami hipertensi di
Salah satu teknik yang dapat digunakan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kertajati
adalah teknik relaksasi imajinasi terbimbing Kabupaten Majalengka sebanyak 484 orang.
(guided imaginary). Dengan menggunakan Pengambilan sampel sebanyak 30 orang Lansia
teknik ini yang merupakan suatu teknik untuk dalam penelitian ini menggunakan teknik
mengkaji kekuatan pikiran saat sadar maupun purposive sampling.
tidak sadar untuk dapat menciptakan bayangan Pengumpulan data dalam penelitian ini
gambar yang membawa ketenangan dan dilakukan untuk mengukur tekanan darah
keheningan dapat digunakan sebagai sarana responden sebelum dan sesudah teknik
penyembuh dalam memulihkan kesehatan relaksasi imajinasi terbimbing. Mengukur
organ-organ yang mengalami penyakit dengan tekanan darah responden menggunakan alat
membayangkan organ tersebut dalam kondisi yang disebut dengan tensimeter. Adapun
sehat (Carpenito, 2009). Hasil penelitian Fuad, pelaksanaan teknik relaksasi imajinasi
Ismonah dan Meikawati (2011) menyatakan terbimbing untuk setiap responden dilakukan
bahwa ada pengaruh pemberian teknik sebanyak 3 kali perlakuan dengan waktu antara
relaksasi imajinasi terbimbing terhadap tekanan 5-15 menit per perlakuan, jeda waktu antara
darah pada pasien hipertensi di Wilayah perlakuan pertama, kedua dan ketiga yaitu 1
Puskesmas Krobokan Semarang. hari.
Berdasarkan Dinas Kesehatan
Kabupaten Majalengka tahun 2012 kejadian
hipertensi yaitu 45.187 kejadian terdiri dari HASIL DAN PEMBAHASAN
41.981 (92,9%) hipertensi primer dan 3.206
(7,1%) hipertensi sekunder. Pada saat penulis Tekanan Darah Sebelum Pemberian Teknik
melakukan Praktek Komunitas di wilayah kerja Relaksasi Imajinasi Terbimbing pada
UPTD Puskesmas Kertajati kejadian hipertensi Lansia yang Menderita Hipertensi
di wilayah tersebut cukup banyak dan menurut
data UPTD Puskesmas Kertajati sendiri
kejadian hipertensi dari tahun ke tahun yang
dialami oleh lansia selalu mengalami
peningkatan. Jumlah kasus hipertensi pada
Lansia di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kertajati pada tahun 2011 sebanyak 355 orang
dan pada tahun 2012 menjadi 484 orang.
Pentingnya kajian mengenai hipertensi
ini maka penulis tertarik untuk melakukan
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 1-9 (2016) 3
Sumartini, S., & Bachtiar, H.H

Diagram 1. Tekanan Darah Sebelum Grafik 1. Tekanan Darah Sebelum


Pemberian Teknik Relaksasi Imajinasi Pemberian Teknik Relaksasi Imajinasi
Terbimbing pada Lansia yang Terbimbing pada Lansia yang
Menderita Hipertensi Menderita Hipertensi (X1, X2 dan X3)

Tekanan darah
60,0%

26,7%
Responden
13,3%
Dari ketiga tekanan darah (sistolik)
nilai rata-ratanya digabung dan dirata-
ratakan kembali. Nilai rata-rata tekanan
Prehipertensi Stadium I Stadium II
darah (sistolik) secara keseluruhan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan diagram 1 menunjukan Tabel 1 Distribusi Statistik
bahwa Lansia yang menderita hipertensi Tekanan Darah pada Lansia yang
sebelum pemberian teknik relaksasi Menderita Hipertensi Sebelum
imajinasi terbimbing lebih dari setengah Pemberian Teknik Relaksasi Imajinasi
mengalami hipertensi stadium I, kurang Terbimbing N=30
dari setengah mengalami hipertensi
stadium II dan sebagian kecil mengalami Variabel Mean SD Min_Max
prehipertensi. Pengukuran tekanan darah
Tekanan
dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 3
darah sebelum 154,9 16,784 120-187
kali (X1, X2 dan X3) dengan jeda masing- perlakuan
masing tekanan darah adalah 1 hari karena
perlakuan teknik relaksasi imajinasi Hasil penelitian menunjukkan rata-
terbimbing diberikan pada responden rata tekanan darah (sistolik) sebelum
dengan jeda 1 hari. Rata-rata sistolik X1 pemberian teknik relaksasi imajinasi
sebesar 166, rata-rata X2 sebesar 153 dan terbimbing rata-ratanya sebesar 154,9
rata-rata X3 sebesar 146. Tekanan darah dengan standar deviasi 16,784, nilai
semakin menurun seiring dengan terendah sebesar 120 dan tertinggi sebesar
pemberian perlakukan atau intervensi. 187.
Gambaran hasil pengukuran masing-
masing tekanan darah sebelum perlakuan Tekanan Darah Sesudah Pemberian
dapat dilihat pada grafik berikut: Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing
pada Lansia yang Menderita Hipertensi

Diagram batang berikut ini


menggambarkan tekanan darah sesudah
dilakukan pemberian teknik relaksasi
imajinasi terbimbing.

Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 1-9 (2016) 4


Sumartini, S., & Bachtiar, A.A

Diagram 2. Tekanan Darah Sesudah Dari ketiga tekanan darah (sistolik)


Pemberian Teknik Relaksasi Imajinasi nilai rata-ratanya digabung dan dirata-
Terbimbing pada Lansia yang ratakan kembali. Nilai rata-rata tekanan
Menderita Hipertensi darah (sistolik) secara keseluruhan dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi Statistik


Tekanan Darah pada Lansia yang
46,7% Menderita Hipertensi Sesudah
33,3% Pemberian Teknik Relaksasi Imajinasi
16,7% Terbimbing
3,3%
Normal Prehipertensi Stadium I Stadium II
Variabel Mean SD Min_Max
Tekanan
Berdasarkan diagram 2 menunjukan darah
bahwa Lansia yang menderita hipertensi 143,3 15,676 117-190
sesudah
sesudah pemberian teknik relaksasi perlakuan
imajinasi terbimbing kurang dari setengah
mengalami prehipertensi, kurang dari
setengah mengalami hipertensi stadium I Hasil penelitian menunjukkan rata-
dan sebagian kecil mengalami stadium II, rata tekanan darah (sistolik) sesudah
juga terdapat sebagian kecil mengalami pemberian teknik relaksasi imajinasi
tekanan darah normal. terbimbing rata-ratanya sebesar 143,3
Pengukuran tekanan darah sesudah dengan standar deviasi 15,676, nilai
pemberian teknik relaksasi imajinasi terendah sebesar 117 dan tertinggi sebesar
terbimbing dilakukan sebanyak 3 kali (X1, 190.
X2 dan X3) dengan jeda masing-masing
tekanan darah adalah 1 hari. Rata-rata Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan
sistolik X1 sebesar 152, rata-rata X2 sebesar Sesudah Pemberian Teknik Relaksasi
141 dan rata-rata X3 sebesar 137. Tekanan Imajinasi Terbimbing Pada Lansia yang
darah semakin menurun seiring dengan Menderita Hipertensi
pemberian perlakukan atau intervensi. Pada
grafik dibawah ini terlihat tekanan darah
semakin menurun dari perlakuan 1 sampai Tabel 3. Perbedaan Tekanan
ke perlakuan 3. Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian
Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing

Grafik 2. Tekanan Darah Sesudah Tekanan darah


Mean Sum of
Pemberian Teknik Relaksasi Imajinasi sebelum dan N valu
Rank Ranks
Terbimbing pada Lansia yang sesudah e
Menderita Hipertensi (X1, X2 dan X3) Negative Ranks 18(a) 11,22 202,00
Positive Ranks 4(b) 12,75 51,00 0,008
Ties 8(c)
Tekanan darah

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa


dari 30 responden terdapat responden yang
mengalami penurunan tekanan darah
setelah pemberian teknik relaksasi
imajinasi terbimbing sebanyak 18 orang,
Responden
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 1-9 (2016) 5
Sumartini, S., & Bachtiar, H.H

yang tidak mengalami peningkatan tekanan kebutaan serta yang paling parah adalah
darah setelah pemberian teknik relaksasi efek jangka panjangnya yang berupa
imajinasi terbimbing sebanyak 4 orang dan kematian mendadak.
yang tekanan darahnya tidak mengalami Pengukuran tekanan darah
perubahan setelah pemberian teknik dilakukan sebanyak 3 kali dan
relaksasi imajinasi terbimbing sebanyak 8 menunjukkan bahwa tekanan darah klien
orang. semakin menurun seiring dengan
Hasil uji dengan uji beda Wilcoxon pemberian perlakukan atau intervensi yaitu
Signed Rank Test diperoleh value = rata-rata sistolik I sebesar 166, rata-rata
0,008 dengan = 0,05 (p value < ) sistolik II sebesar 153 dan rata-rata sistolik
sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti III sebesar 146. Sementara rata-rata dari
ada perbedaan tekanan darah sebelum dan ketiga hasil tersebut diperoleh sebesar
sesudah pemberian teknik relaksasi 154,9. Hasil penelitian lebih rendah
imajinasi terbimbing pada Lansia yang dibanding dengan hasil penelitian Sari
menderita hipertensi di Wilayah Kerja (2010) di Rumah Sakit Dr. Kariadi
UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Semarang mendapatkan bahwa rata-rata
Majalengka Tahun 2014. tekanan darah sebelum perlakuan sebesar
165.
Tekanan Darah Sebelum Pemberian Perlunya suatu perlakuan atau
Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing intervensi yang dapat menurunkan atau
pada Lansia yang Menderita Hipertensi mengurangi tekanan darah pada klien yang
mengalami hipertensi salah satunya dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
Lansia yang menderita hipertensi sebelum
pemberian teknik relaksasi imajinasi Tekanan Darah Sesudah Pemberian
terbimbing lebih dari setengah mengalami Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing
hipertensi stadium I yaitu sebesar 60,0%, pada Lansia yang Menderita Hipertensi
kurang dari setengah mengalami hipertensi Setelah diberikan perlakuan atau
stadium II yaitu sebesar 26,7% dan intervensi dengan pemberian teknik
sebagian kecil mengalami prehipertensi relaksasi imajinasi teribimbing, ditemukan
yaitu sebesar 13.3%. Secara objektif pada klien dengan tekanan darah normal dan
saat penelitian, klien terlihat gelisah, lelah yang mengalami prehipertensi mengalami
dan nafas terasa berat namun masih bisa penambahan menjadi 46,7% sementara
mendengar dan mengikuti perintah dengan yang mengalami stadium I dan II
baik. Melalui pengukuran tekanan darah mengalami penurunan masing-masing
(sistolik) diperoleh bahwa tekanan darah sebesar 33,3% dan 16,7%.
yang dialami klien diperoleh minimal 120 Rata-rata tekanan darah (sistolik)
dan maksimal 187. sesudah pemberian teknik relaksasi
Menurut Sani (2008) hipertensi imajinasi terbimbing rata-ratanya sebesar
mengakibatkan jantung bekerja lebih keras 143,3 dan nilai terendah sebesar 117 dan
sehingga proses perusakan dinding tertinggi sebesar 190. Hasil penelitian ini
pembuluh darah berlangsung dengan lebih lebih rendah dibanding dengan hasil
cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penelitian Sari (2010) di Rumah Sakit Dr.
penyakit jantung dua kali dan Kariadi Semarang mendapatkan bahwa
meningkatkan resiko stroke delapan kali rata-rata tekanan darah sebelum perlakukan
dibanding dengan orang yang tidak sebesar 152. Juga lebih rendah dibanding
mengalami hipertensi. Selain itu hipertensi hasil penelitian Fuad, Ismonah dan
juga menyebabkan terjadinya payah Meikawati (2011) di Wilayah Puskesmas
jantung, gangguan pada ginjal dan Krobokan Semarang diperoleh rata-rata
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 1-9 (2016) 6
Sumartini, S., & Bachtiar, A.A

tekanan darah setelah perlakuan sebesar keberhasilan pemberian teknik relaksasi


148. terbimbing. Tempat untuk pemberian
Penyakit hipertensi pada Lansia teknik relaksasi harus dipilih dan disiapkan
memerlukan penanganan tanpa sesuai dengan kebutuhan relaksasi.
menimbulkan efek samping yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya morbiditas dan Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan
mortalitas serta mempertahankan tekanan Sesudah Pemberian Teknik Relaksasi
darah normal. Menurut Carpenito (2009) Imajinasi Terbimbing Pada Lansia yang
bahwa salah satu teknik yang dapat Menderita Hipertensi
digunakan adalah teknik relaksasi imajinasi
terbimbing (guided imaginary). Dengan Hasil penelitian ini diketahui bahwa
menggunakan teknik ini yang merupakan ada perbedaan tekanan darah sebelum dan
suatu teknik untuk mengkaji kekuatan sesudah pemberian teknik relaksasi
pikiran saat sadar maupun tidak sadar imajinasi terbimbing pada Lansia yang
untuk dapat menciptakan bayangan gambar menderita hipertensi di Wilayah Kerja
yang membawa ketenangan dan UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten
keheningan dapat digunakan sebagai sarana Majalengka Tahun 2014.
penyembuh dalam memulihkan kesehatan Hasil penelitian ini sejalan dengan
organ-organ yang mengalami penyakit pendapat Carpenito (2009) dalam konsep
dengan membayangkan organ tersebut keperawatan, penurunan tekanan darah
dalam kondisi sehat. pada hipertensi dapat menggunakan
Menurut Smeltzer dan Bare penatalaksanaan dengan penerapan non
dalam Carpenito (2009) tujuan penanganan farmakologi, salah satunya dengan teknik
pasien dengan hipertensi adalah relaksasi. Salah satunya teknik relaksasi
menurunkan tekanan darah mendekati imajinasi terbimbing (guided imaginary)
normal dan salah satu tindakan pengelolaan yang dapat digunakan pada berbagai
hipertensi adalah menggunakan non keadaan seperti hipertensi. Teknik ini
farmakologis yaitu menciptakan keadaan merupakan teknik yang membantu
rileks dengan berbagai cara yang dapat mencapai relaksasi terdalam, selain itu juga
mengontrol sistem saraf yang akhirnya merupakan media sederhana dan tidak
mampu menurunkan tekanan darah. memerlukan biaya tambahan untuk
Hasil penelitian ini dengan meningkatkan kemampuan koping.
pemberian teknik relaksasi terbimbing, Juga sejalan dengan pendapat Potter
tekanan darah pada Lansia yang mengalami and Perry (2009) bahwa relaksasi
hipertensi dapat mengalami penurunan pernapasan memberi respon melawan mass
meskipun ada beberapa Lansia tidak discharge (pelepasan impuls secara
mengalami perubahan tekanan darah. massal). Pada respon stress dari sistem
Keberhasilan pemberian teknik relaksasi saraf simpatis. Kondisi menurun tahanan
terbimbing ini tentunya tidak terlepas dari perifer total akibat penurunan tonus
faktor petugas yang memimpin teknik vasokontriksi arteriol. Penurunan
relaksasi, lingkungan yang tenang dan vasokontriksi arteriol memberi pengaruh
nyaman serta kondisi pasien Lansia itu pada perlambatan aliran darah yang
sendiri. Seorang petugas yang memimpin melewati arteriol dan kapiler, sehingga
teknik relaksasi pada kliennya harus memberi cukup waktu untuk mendistribusi
menguasai prosedur teknik relaksasi serta oksigen dan nutrien ke sel, terutama
memperhatikan waktu pelaksanaan agar jaringan otak atau jantung dan
manfaat dari pemberian teknik relaksasi menyebabkan metabolisme sel menjadi
terbimbing ini dapat dirasakan oleh klien. lebih baik karena produksi energi ATP
Disamping itu, keadaan lingkungan serta meningkat. Pernapasan lamban menarik
kondisi pasien dapat mempengaruhi nafas panjang dan membuangnya dengan
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 1-9 (2016) 7
Sumartini, S., & Bachtiar, H.H

nafas pelan-pelan juga memicu terjadi terletak pada desain penelitian, dimana
sinkronisasi getaran seluruh sel tubuh dan pada penelitian Fuad, Ismonah dan
gelombang medan bioelektrik pun menjadi Meikawati (2011) desain yang digunakan
sangat tenang. Menurut Smeltzer dan Bare adalah desain penelitian korelasional yang
(2002) dalam Muttaqin (2008) imajinasi hanya mengukur tekanan darah setelah
terbimbing dapat mengurangi tekanan dan pemberian perlakuan.
berpengaruh terhadap proses fisiologi Berdasarkan hasil penelitian ini
seperti menurunkan tekanan darah, nadi diharapkan dapat memberikan motivasi
dan respirasi. Hal itu karena teknik pada perawat untuk memberikan intervensi
imajinasi terbimbing dapat mengaktivasi keperawatan teknik relaksasi imajinasi
sistem saraf parasimpatis. terbimbing pada klien yang mengalami
Pada penelitian ini, masih terdapat hipertensi untuk membantu mengurangi
Lansia setelah pemberian teknik relaksasi tekanan darah yang dialami klien.
terbimbing, tekanan darahnya tidak Diharapkan setelah diberikan intervensi
mengalami penurunan hal ini dapat pada klien, klien dapat mempraktekannya
dikarenakan beberapa faktor diantaranya sendiri di rumah bersama anggota
tempat yang kurang tenang dan nyaman keluarganya ketika mengalami atau
serta kondisi Lansia mengalami penyakit merasakan tekanan darahnya naik kembali.
komplikasi. Dalam teknik relaksasi, Bagi pihak Puskesmas hasil penelitian ini
penyiapan tempat yang tenang dan nyaman diharapkan dapat memberikan masukan
sangat menentukan keberhasilan pemberian dan pertimbangan dalam membuat
teknik relaksasi, karena dengan kebijakan terkait dengan pananganan klien
menciptakan ketenanganan dan yang mengalami hipertensi dengan
kenyamanan maka pelaksanaan dari membuat protap penatalaksanaan
pemberian teknik relaksasi dapat dilakukan penurunan tekanan darah dengan teknik
sesuai dengan prosedur dan tujuan dari relaksasi imajinasi terbimbing dan lain
teknik relaksasi ini dapat tercapai. sebagainya.
Sementara apabila Lansia mengalami
penyakit komplikasi akan menjadi faktor SIMPULAN
pengganggu yang dapat menghambat Ada perbedaan tekanan darah sebelum dan
keberhasilan proses relaksasi, karena sesudah pemberian teknik relaksasi
Lansia menjadi kurang siap atau imajinasi terbimbing pada Lansia yang
memahami proses relaksasi imajinasi menderita hipertensi di Wilayah Kerja
terbimbing yang diberikan. UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten
Hasil penelitian ini sejalan dengan Majalengka Tahun 2013 ( value = 0,008)
hasil penelitian Fuad, Ismonah dan
Meikawati (2011) yang menyatakan bahwa DAFTAR PUSTAKA
ada pengaruh pemberian teknik relaksasi Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian:
imajinasi terbimbing terhadap tekanan Suatu Pengantar Praktik. Jakarta:
darah pada pasien hipertensi di Wilayah Rineka Cipta.
Puskesmas Krobokan Semarang. Carpenito, L. J. (2009). Diagnosis
Persamaan hasil penelitian tersebut dengan Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik
penelitian ini adalah objek dan tujuan Klinis. Jakarta: EGC.
penelitian yaitu sama-sama respondenya Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka.
adalah Lansia yang mengalami hipertensi (2012). Data Hipertensi di
dan bertujuan untuk mengetahui apakah Kabupaten Majalengka tahun 2012.
ada kaitannya antara pemberian teknik Majalengka: Dinas Kesehatan
relaksasi imajinasi terbimbing terhadap Kabupaten Majalengka.
tekanan darah. Namun perbedaannya
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 1-9 (2016) 8
Sumartini, S., & Bachtiar, A.A

Fuad, Ismonah dan Meikawati (2011). Santoso, H., dan Ismail, H. (2009).
Pengaruh Pemberian Teknik Memahami Krisis Lanjut Usia:
Relaksasi Imajinasi Terbimbing Uraian Medis dan Pedagogis-
terhadap Tekanan Darah di Wilayah Pastoral. Cet.1. Jakarta: Gunung
Puskesmas Krobokan Semarang. Mulia.
Semarang: Fakultas Kesehatan Setiawati dan Bustami. (2005). Anti
Universitas Muhammadiyah Hipertensi dalam Farmakologi dan
Semarang. Terapi. Jakarta: FKUI.
Guyton dan Hall. (2007). Buku Ajar Smeltzer, S., C. and B. Bare, G. (2002).
Fisiologi Kedoteran. Jakarta: EGC Buku Ajar Keperawatan Medikal
Kementrian Kesehatan RI. (2012). Data Bedah. Jakarta, Buku Kedokteran
Kesehatan Indonesia Tahun 2011. EGC.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Shanty, M. (2011). Penyakit yang Diam-
Kozier dan Erb. (2009). Buku Ajar diam Mematikan. Yogyakarta:
Fundamental Keperawatan; Konsep, Javalitera.
Proses dan Praktik. Edisi 7. Volume Sustrani, L. (2006). Hipertensi. Jakarta:
1. Alih Bahasa Pamilih Eko Gramedia Pustaka Utama.
Karyunani. Jakarta: EGC. Sutanto. (2009). Awas Tujuh Penyakit
Marliani, L. (2007). Hipertensi dan Degeneratif. Yogyakarta: Paradigma
Permasalahannya. Jakarta: PT Elex Indonesia.
Media Komputindo Gramedia. Tamher, S. (2009). Kesehatan Usia Lanjut
Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia dengan Pendekatan Asuhan
Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Keperawatan. Jakarta: Salemba
Salemba Medika. Medika.
Mubarak. (2009). Menjaga Keseimbangan UPTD Puskesmas Kertajati. (2012). Data
Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Pasien Hipertensi di Puskesmas
Jakarta: PT Gamedia Pustaka Umum. Kertajati Kabupaten Majalengka
Muttaqin, A. (2008). Pengantar Asuhan tahun 2012. Majalengka: UPTD
Keperawatan Klien dengan Puskesmas Kertajati.
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Tamsuri, A. (2007). Konsep dan
Jakarta: Salemba Medika. penatalaksanaan nyeri. Jakarta :
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi EGC.
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Walton, R. 1999. Perawatan Luka dan
Rineka Cipta. Penderita Perlukaan Ganda, Alih
Nugroho, W. (2009). Komunikasi dalam bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I.
Keperawatan Gerontik. Jakarta: Jakarta : EGC
EGC. Zatsik & Dimsdale, 1999. Seri Pedoman
Potter dan Perry. (2009). Buku Ajar Praktis Keperawatan Medikal Bedah,
Fundamental Keperawatan. Buku 2 . (Edisi II). Jakarta: Penerbit Buku
Edisi 7. Alih Bahasa dr. Adrina Kedokteran. EGC.
Ferderika Nggie dan dr. Marina
Albar. Jakarta: Salemba Medika.
Sani, A. (2008). Hypertension: Current
Perspective. Jakarta: Media Crea
Sari, N. K. (2012). Perbedaan Tekanan
Darah setelah Pemberian Teknik
Relaksasi Nafas di Rumah Sakit Dr.
Kariadi Semarang. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Dipenogoro.

Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 1-9 (2016) 9

Vous aimerez peut-être aussi