Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1 Juli 2016
ABSTRACT
Hypertension of elderly needs handling without giving an effects for prevent morbidity and mortality
and for maintain normal blood pressure. One of technique which can be used is a guided imaginary.
The research is for determine differences of blood pressure before and after giving guided imaginary
for elderly suffering hypertension. This research is used experimental with pre-experiment design.
Sample in this research is purposive sampling technique method using as many as 30 people for the
elderly that experienced hypertension in the work area of the UPTD Puskesmas Kertajati
Majalengka. In this data is taken by using sheet of observation blood pressure. After that performed
statistical test that using wilcoxon signed rank test with significance level 0,05.The result shows
average is 154,9 and most of respondents have hypertension Stadium I (60,0%). While, averages of
elderly blood pressure is 143,3 after giving guided imaginary technique and most of respondents
have prehypertension (46,7%). The result of hypothesis test shows there are differences blood
pressure before and after giving guided imaginary technique for elderly suffering hypertension in
work area UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Majalengka years 2014 (pvalue=0,008)Therefore,
nurses in Puskesmas can apply guided imaginary technique for lowers blood pressure for patients
who have hypertension.
Key words : Blood Pressure, Hypertension, Guided Imaginary
Tekanan darah
60,0%
26,7%
Responden
13,3%
Dari ketiga tekanan darah (sistolik)
nilai rata-ratanya digabung dan dirata-
ratakan kembali. Nilai rata-rata tekanan
Prehipertensi Stadium I Stadium II
darah (sistolik) secara keseluruhan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan diagram 1 menunjukan Tabel 1 Distribusi Statistik
bahwa Lansia yang menderita hipertensi Tekanan Darah pada Lansia yang
sebelum pemberian teknik relaksasi Menderita Hipertensi Sebelum
imajinasi terbimbing lebih dari setengah Pemberian Teknik Relaksasi Imajinasi
mengalami hipertensi stadium I, kurang Terbimbing N=30
dari setengah mengalami hipertensi
stadium II dan sebagian kecil mengalami Variabel Mean SD Min_Max
prehipertensi. Pengukuran tekanan darah
Tekanan
dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 3
darah sebelum 154,9 16,784 120-187
kali (X1, X2 dan X3) dengan jeda masing- perlakuan
masing tekanan darah adalah 1 hari karena
perlakuan teknik relaksasi imajinasi Hasil penelitian menunjukkan rata-
terbimbing diberikan pada responden rata tekanan darah (sistolik) sebelum
dengan jeda 1 hari. Rata-rata sistolik X1 pemberian teknik relaksasi imajinasi
sebesar 166, rata-rata X2 sebesar 153 dan terbimbing rata-ratanya sebesar 154,9
rata-rata X3 sebesar 146. Tekanan darah dengan standar deviasi 16,784, nilai
semakin menurun seiring dengan terendah sebesar 120 dan tertinggi sebesar
pemberian perlakukan atau intervensi. 187.
Gambaran hasil pengukuran masing-
masing tekanan darah sebelum perlakuan Tekanan Darah Sesudah Pemberian
dapat dilihat pada grafik berikut: Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing
pada Lansia yang Menderita Hipertensi
yang tidak mengalami peningkatan tekanan kebutaan serta yang paling parah adalah
darah setelah pemberian teknik relaksasi efek jangka panjangnya yang berupa
imajinasi terbimbing sebanyak 4 orang dan kematian mendadak.
yang tekanan darahnya tidak mengalami Pengukuran tekanan darah
perubahan setelah pemberian teknik dilakukan sebanyak 3 kali dan
relaksasi imajinasi terbimbing sebanyak 8 menunjukkan bahwa tekanan darah klien
orang. semakin menurun seiring dengan
Hasil uji dengan uji beda Wilcoxon pemberian perlakukan atau intervensi yaitu
Signed Rank Test diperoleh value = rata-rata sistolik I sebesar 166, rata-rata
0,008 dengan = 0,05 (p value < ) sistolik II sebesar 153 dan rata-rata sistolik
sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti III sebesar 146. Sementara rata-rata dari
ada perbedaan tekanan darah sebelum dan ketiga hasil tersebut diperoleh sebesar
sesudah pemberian teknik relaksasi 154,9. Hasil penelitian lebih rendah
imajinasi terbimbing pada Lansia yang dibanding dengan hasil penelitian Sari
menderita hipertensi di Wilayah Kerja (2010) di Rumah Sakit Dr. Kariadi
UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten Semarang mendapatkan bahwa rata-rata
Majalengka Tahun 2014. tekanan darah sebelum perlakuan sebesar
165.
Tekanan Darah Sebelum Pemberian Perlunya suatu perlakuan atau
Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing intervensi yang dapat menurunkan atau
pada Lansia yang Menderita Hipertensi mengurangi tekanan darah pada klien yang
mengalami hipertensi salah satunya dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
Lansia yang menderita hipertensi sebelum
pemberian teknik relaksasi imajinasi Tekanan Darah Sesudah Pemberian
terbimbing lebih dari setengah mengalami Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing
hipertensi stadium I yaitu sebesar 60,0%, pada Lansia yang Menderita Hipertensi
kurang dari setengah mengalami hipertensi Setelah diberikan perlakuan atau
stadium II yaitu sebesar 26,7% dan intervensi dengan pemberian teknik
sebagian kecil mengalami prehipertensi relaksasi imajinasi teribimbing, ditemukan
yaitu sebesar 13.3%. Secara objektif pada klien dengan tekanan darah normal dan
saat penelitian, klien terlihat gelisah, lelah yang mengalami prehipertensi mengalami
dan nafas terasa berat namun masih bisa penambahan menjadi 46,7% sementara
mendengar dan mengikuti perintah dengan yang mengalami stadium I dan II
baik. Melalui pengukuran tekanan darah mengalami penurunan masing-masing
(sistolik) diperoleh bahwa tekanan darah sebesar 33,3% dan 16,7%.
yang dialami klien diperoleh minimal 120 Rata-rata tekanan darah (sistolik)
dan maksimal 187. sesudah pemberian teknik relaksasi
Menurut Sani (2008) hipertensi imajinasi terbimbing rata-ratanya sebesar
mengakibatkan jantung bekerja lebih keras 143,3 dan nilai terendah sebesar 117 dan
sehingga proses perusakan dinding tertinggi sebesar 190. Hasil penelitian ini
pembuluh darah berlangsung dengan lebih lebih rendah dibanding dengan hasil
cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penelitian Sari (2010) di Rumah Sakit Dr.
penyakit jantung dua kali dan Kariadi Semarang mendapatkan bahwa
meningkatkan resiko stroke delapan kali rata-rata tekanan darah sebelum perlakukan
dibanding dengan orang yang tidak sebesar 152. Juga lebih rendah dibanding
mengalami hipertensi. Selain itu hipertensi hasil penelitian Fuad, Ismonah dan
juga menyebabkan terjadinya payah Meikawati (2011) di Wilayah Puskesmas
jantung, gangguan pada ginjal dan Krobokan Semarang diperoleh rata-rata
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 1-9 (2016) 6
Sumartini, S., & Bachtiar, A.A
nafas pelan-pelan juga memicu terjadi terletak pada desain penelitian, dimana
sinkronisasi getaran seluruh sel tubuh dan pada penelitian Fuad, Ismonah dan
gelombang medan bioelektrik pun menjadi Meikawati (2011) desain yang digunakan
sangat tenang. Menurut Smeltzer dan Bare adalah desain penelitian korelasional yang
(2002) dalam Muttaqin (2008) imajinasi hanya mengukur tekanan darah setelah
terbimbing dapat mengurangi tekanan dan pemberian perlakuan.
berpengaruh terhadap proses fisiologi Berdasarkan hasil penelitian ini
seperti menurunkan tekanan darah, nadi diharapkan dapat memberikan motivasi
dan respirasi. Hal itu karena teknik pada perawat untuk memberikan intervensi
imajinasi terbimbing dapat mengaktivasi keperawatan teknik relaksasi imajinasi
sistem saraf parasimpatis. terbimbing pada klien yang mengalami
Pada penelitian ini, masih terdapat hipertensi untuk membantu mengurangi
Lansia setelah pemberian teknik relaksasi tekanan darah yang dialami klien.
terbimbing, tekanan darahnya tidak Diharapkan setelah diberikan intervensi
mengalami penurunan hal ini dapat pada klien, klien dapat mempraktekannya
dikarenakan beberapa faktor diantaranya sendiri di rumah bersama anggota
tempat yang kurang tenang dan nyaman keluarganya ketika mengalami atau
serta kondisi Lansia mengalami penyakit merasakan tekanan darahnya naik kembali.
komplikasi. Dalam teknik relaksasi, Bagi pihak Puskesmas hasil penelitian ini
penyiapan tempat yang tenang dan nyaman diharapkan dapat memberikan masukan
sangat menentukan keberhasilan pemberian dan pertimbangan dalam membuat
teknik relaksasi, karena dengan kebijakan terkait dengan pananganan klien
menciptakan ketenanganan dan yang mengalami hipertensi dengan
kenyamanan maka pelaksanaan dari membuat protap penatalaksanaan
pemberian teknik relaksasi dapat dilakukan penurunan tekanan darah dengan teknik
sesuai dengan prosedur dan tujuan dari relaksasi imajinasi terbimbing dan lain
teknik relaksasi ini dapat tercapai. sebagainya.
Sementara apabila Lansia mengalami
penyakit komplikasi akan menjadi faktor SIMPULAN
pengganggu yang dapat menghambat Ada perbedaan tekanan darah sebelum dan
keberhasilan proses relaksasi, karena sesudah pemberian teknik relaksasi
Lansia menjadi kurang siap atau imajinasi terbimbing pada Lansia yang
memahami proses relaksasi imajinasi menderita hipertensi di Wilayah Kerja
terbimbing yang diberikan. UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten
Hasil penelitian ini sejalan dengan Majalengka Tahun 2013 ( value = 0,008)
hasil penelitian Fuad, Ismonah dan
Meikawati (2011) yang menyatakan bahwa DAFTAR PUSTAKA
ada pengaruh pemberian teknik relaksasi Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian:
imajinasi terbimbing terhadap tekanan Suatu Pengantar Praktik. Jakarta:
darah pada pasien hipertensi di Wilayah Rineka Cipta.
Puskesmas Krobokan Semarang. Carpenito, L. J. (2009). Diagnosis
Persamaan hasil penelitian tersebut dengan Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik
penelitian ini adalah objek dan tujuan Klinis. Jakarta: EGC.
penelitian yaitu sama-sama respondenya Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka.
adalah Lansia yang mengalami hipertensi (2012). Data Hipertensi di
dan bertujuan untuk mengetahui apakah Kabupaten Majalengka tahun 2012.
ada kaitannya antara pemberian teknik Majalengka: Dinas Kesehatan
relaksasi imajinasi terbimbing terhadap Kabupaten Majalengka.
tekanan darah. Namun perbedaannya
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 1-9 (2016) 8
Sumartini, S., & Bachtiar, A.A
Fuad, Ismonah dan Meikawati (2011). Santoso, H., dan Ismail, H. (2009).
Pengaruh Pemberian Teknik Memahami Krisis Lanjut Usia:
Relaksasi Imajinasi Terbimbing Uraian Medis dan Pedagogis-
terhadap Tekanan Darah di Wilayah Pastoral. Cet.1. Jakarta: Gunung
Puskesmas Krobokan Semarang. Mulia.
Semarang: Fakultas Kesehatan Setiawati dan Bustami. (2005). Anti
Universitas Muhammadiyah Hipertensi dalam Farmakologi dan
Semarang. Terapi. Jakarta: FKUI.
Guyton dan Hall. (2007). Buku Ajar Smeltzer, S., C. and B. Bare, G. (2002).
Fisiologi Kedoteran. Jakarta: EGC Buku Ajar Keperawatan Medikal
Kementrian Kesehatan RI. (2012). Data Bedah. Jakarta, Buku Kedokteran
Kesehatan Indonesia Tahun 2011. EGC.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Shanty, M. (2011). Penyakit yang Diam-
Kozier dan Erb. (2009). Buku Ajar diam Mematikan. Yogyakarta:
Fundamental Keperawatan; Konsep, Javalitera.
Proses dan Praktik. Edisi 7. Volume Sustrani, L. (2006). Hipertensi. Jakarta:
1. Alih Bahasa Pamilih Eko Gramedia Pustaka Utama.
Karyunani. Jakarta: EGC. Sutanto. (2009). Awas Tujuh Penyakit
Marliani, L. (2007). Hipertensi dan Degeneratif. Yogyakarta: Paradigma
Permasalahannya. Jakarta: PT Elex Indonesia.
Media Komputindo Gramedia. Tamher, S. (2009). Kesehatan Usia Lanjut
Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia dengan Pendekatan Asuhan
Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Keperawatan. Jakarta: Salemba
Salemba Medika. Medika.
Mubarak. (2009). Menjaga Keseimbangan UPTD Puskesmas Kertajati. (2012). Data
Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Pasien Hipertensi di Puskesmas
Jakarta: PT Gamedia Pustaka Umum. Kertajati Kabupaten Majalengka
Muttaqin, A. (2008). Pengantar Asuhan tahun 2012. Majalengka: UPTD
Keperawatan Klien dengan Puskesmas Kertajati.
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Tamsuri, A. (2007). Konsep dan
Jakarta: Salemba Medika. penatalaksanaan nyeri. Jakarta :
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi EGC.
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Walton, R. 1999. Perawatan Luka dan
Rineka Cipta. Penderita Perlukaan Ganda, Alih
Nugroho, W. (2009). Komunikasi dalam bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I.
Keperawatan Gerontik. Jakarta: Jakarta : EGC
EGC. Zatsik & Dimsdale, 1999. Seri Pedoman
Potter dan Perry. (2009). Buku Ajar Praktis Keperawatan Medikal Bedah,
Fundamental Keperawatan. Buku 2 . (Edisi II). Jakarta: Penerbit Buku
Edisi 7. Alih Bahasa dr. Adrina Kedokteran. EGC.
Ferderika Nggie dan dr. Marina
Albar. Jakarta: Salemba Medika.
Sani, A. (2008). Hypertension: Current
Perspective. Jakarta: Media Crea
Sari, N. K. (2012). Perbedaan Tekanan
Darah setelah Pemberian Teknik
Relaksasi Nafas di Rumah Sakit Dr.
Kariadi Semarang. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Dipenogoro.