Vous êtes sur la page 1sur 6

Pengaruh Kadar Kolesterol Darah terhadap Tingkat Kematangan Katarak

Pendahuluan oksiterol dapat menyebabkan efek sitotoksik


Mata merupakan salah satu indera yang dapat berkontribusi terhadap awal
yang diciptakan oleh Allah SWT yang timbul dan perkembangan katarak.
sangat penting dan wajib disyukuri oleh Oksiterol merupakan turunan dari
umat Nya. World Health Organization senyawa kolesterol, yaitu kolesterol
(WHO) memperkirakan terdapat 45 juta teroksigenasi.Di dalam tubuh, oksiterol
penderita kebutaan di dunia, dimana dapat terbentuk melalui dua jalur, yaitu
sepertiganya berada di Asia Tenggara. secara eksogen dan endogen. Secara
Angka kebutaan di Indonesia tertinggi bila eksogen, oksiterol terbentuk dari proses
dibandingkan dengan negara-negara di Asia autooksidasi kolesterol, sedangkan secara
Tenggara. Berbagai studi cross-sectional endogen senyawa oksiterol terbentuk dari
melaporkan prevalensi katarak pada individu serangan radikal bebas ataupun proses
berusia 65-74 tahun adalah sebanyak 50%; enzimatik.
prevalensi ini meningkat hingga 70% pada
individu diatas 75 tahun. Bahan dan Cara
Katarak merupakan kekeruhan atau Penelitian ini merupakan penelitian
opasitas total atau parsial pada atau di dalam observasional analitik. Peneliti tidak
lensa mata atau capsula lentis, khususnya melakukan intervensi terhadap sampel,
kekeruhan yang mengganggu penglihatan sedangkan rancangan penelitian yang
atau menyebabkan kebutaan. Katarak dilakukan adalah cross-sectional. Subyek
merupakan penyebab pada paling sedikit penelitian ini adalah seluruh penderita
50% kasus kebutaan diseluruh dunia.Seiring katarak yang bersedia untuk diuji kadar
dengan peningkatan harapan hidup, jumlah kolesterol dalam darahnya. Penderita
orang yang terkena semakin meningkat. katarak akan diperiksa tingkat
Penyebab kebutaan yang utama berbeda- kematangannya dan dimasukkan kedalam 4
beda sesuai tingkat perkembangan sosial tingkat kematangan katarak, yaitu insipien,
suatu daerah yang diteliti. Di negara yang imatur, matur dan hipermatur.
sedang berkembang, katarak adalah Penelitian ini dilakukan di klinik
penyebab utama, sedangkan di negara- Kebumen Eye Centre dan Pengabdian
negara yang sudah berkembang, kebutaan Masyarakat pada bulan september
sedikit banyak berkaitan dengan proses desember 2014 dengan sampel sebanyak 68
penuaan. mata katarak dengan berbagai kategori yaitu
Perkembangan Katarak berhubungan insipient, imatur, matur dan hipermatur yang
dengan perubahan kadar lemak di serabut memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :
lensa seseorang terutama peningkatan dan pria dan wanita berumur 50 tahun yang
akumulasi dari kolesterol di sel serabut menderita katarak dan bersedia menjadi
lensa. Beberapa jalur langsung maupun tidak subjek penelitian.
langsung yang baru diketahui juga Penelitian diawali dengan penulis
menyatakan keterlibatan derivat kolesterol membuat surat izin penelitian dan
teroksidasi (yang disebut dengan oksiterol) mengirimnya ke rumah sakit, sebelum
dalam perkembangan katarak.Oksiterol penelitian dimulai, semua subjek penelitian
dapat dihasilkan dari proses enzimatik diberi penjelasan terlebih dahulu, kemudian
maupun non enzimatik, dan beberapa menandatangani surat persetujuan untuk
mengikuti penelitian, bila pasien memenuhi untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh
kriteria inklusi dan tidak memenuhi criteria kadar kolesterol dalam darah terhadap
eksklusi, pasien dapat dimasukkan dalam tingkat kematangan katarak.
sampel, observasi subjek yang akan diteliti,
yaitu dengan mengukur kadar kolesterol Hasil
dalam darah dengan menggunakan alat Penelitian tentang pengaruh kadar
pengukur kolesterol digital, serta menilai kolesterol darah terhadap tingkat
derajat katarak dan hasil yang diperoleh dari kematangan katarak memiliki hasil sebagai
observasi dicatat, dikumpulkan, dan berikut :
dianalisa dengan uji korelasi sederhana

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kadar Kolesterol Sampel


Karakteristik Sampel N %
Kadar Normal (< 200 mg/dl ) 60 sampel 66,7
Kolesterol Tinggi (200239 md/dl) 18 sampel 20
Sangat tinggi (>240) 12 sampel 13,3
Menurut tabel di atas dapat diperoleh kadar kolesterol sangat tinggi. Frekuensi
data bahwa sebanyak 68 sampel (65,4%) terbanyak pada kategori normal, sehingga
memiliki kadar kolesterol normal, sebanyak dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
26 sampel (25%) memiliki kadar kolesterol sampel mempunyai kadar kolesterol normal.
tinggi dan sebanyak 10 (9,6%) memiliki

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kematangan Katarak


Karakteristik Sampel N %
Tingkat Normal - -
Kematanga Insipien 60 sampel 66,7
n Katarak Immatur 30 sampel 33,3
Matur - -
Hipermatur - -
Menurut tabel di atas dapat diperoleh Sedangkan untuk kategori lain tidak dapat
data bahwa sebanyak 3 sampel (3%) ditemukan sampel. Frekuensi terbanyak
memiliki lensa normal, sebanyak 64 sampel pada kategori imatur, sehingga dapat
(61,5%) memiliki tingkat kematangan disimpulkan bahwa sebagian besar sampel
insipient dan sebanyak 37 sampel (35,5%) memiliki tingkat kematangan imatur.
memiliki tingkat kematangan imatur.
Tabel 3. Analisa Data Korelasi Kendall Tau
Kendall tau Kadar Kolesterol Maturasi Katarak N
Kadar Kolesterol Koefisien Korelasi 1,000 0,326 104
Sig 2 tailed - 0,001
Maturasi Katarak Koefisien Korelasi 0,326 1,000 104
Sig 2 tailed 0,001 -
Pada analisa data Kendall tau diketahui sebanyak 18 sampel dan kadar
pengambilan kesimpulan dapat dilihat dari kolesterol lebih dari 240 mg/dl diketahui
nilai Signifikansi atau P value. Apabila nilai sebanyak 12 sampel.
P<0,05 maka hipotesis diterima. Menurut Hipotesis penelitian ini yaitu kadar
tabel diatas nilai Signifikansi 0,001 ( P < kolesterol dalam darah berpengaruh
0,05) yang berarti bahwa kadar kolesterol terhadap tingkat kematangan katarak teruji
dalam darah berpengaruh terhadap tingkat dengan pernyataan analisa data korelasi
kematangan katarak . Kendall tau yaitu sig 2 tailed 0,001 (p<0,05)
Nilai koefisien korelasi memiliki arti yang berarti bahwa terdapat pengaruh kadar
dalam arah hubungan kedua variable. kolesterol dalam darah dengan tingkat
Apabila koefisien korelasi + maka arah kematangan katarak.
korelasi positif, apabila koefisien korelasi Review artikel tentang kolesterol dan
maka arah korelasi negatif. Pada tabel katarak oleh Vejux dkk (2010) yang
koefisien korelasi bernilai positif, sehingga berjudul Kontribusi Kolesterol dan
semakin tinggi kadar kolesterol semakin Oksiterol pada Patofisiologi Katarak dengan
tinggi pula tingkat kematangan katarak. Kecendrungan Peningkatan Tatalaksana
Farmakologi sesuai dengan penelitian ini.
Diskusi Perkembangan katarak berhubungan dengan
perubahan kadar lemak di serabut lensa
Penelitian mengenai pengaruh kadar seseorang. Hal ini terutama berhubungan
kolesterol darah terhadap tingkat dengan peningkatan dan akumulasi dari
kematangan katarak telah dilakukan di kadar kolesterol di sel ini. Beberapa jalur
beberapa desa di Bantul mendapatkan 140 langsung maupun tidak langsung yang baru
sampel. Dengan menggunakan kriteria diketahui juga menyatakan keterlibatan
inklusi yaitu, pria dan wanita berumur 50 derivat kolesterol teroksidasi (yang disebut
tahun yang menderita katarakdan ersedia dengan oksiterol) dalam perkembangan
menjadi subjek penelitian, serta dengan katarak. Oksiterol dapat dihasilkan dari
mempertimbangkan kriteria eksklusi yaitu, proses enzimatik maupun non enzimatik,
pasien menderita diabetes militus, pasien dan beberapa oksiterol dapat menyebabkan
pernah mengalami trauma mata, pasien efek sitotoksik yang dapat berkontribusi
memakai kortikosteroid jangka panjang, terhadap awal timbul dan perkembangan
pasien pernah mengalami infeksi mata katarak. Selain itu Anne Vejux dalam
kronik, dan pasien pernah ada riwayat review artikel juga mengungkapkan bahwa
operasi mata sebelumnya, maka didapatkan di membran lensa penderita katarak terdapat
sampel sejumlah 92 sampel dengan kadar kolesterol yang tinggi, hal ini erat
pembagian sebagai berikut, kadar kolesterol kaitannya dengan lingkungan yang dapat
kurang dari 200 mg/dl diketahui sebanyak meningkatkan paparan sinar UV dan ozon.
60 sampel, kadar koleterol 200-239 mg/dl Hal inilah yang dapat meningkatkan
pembentukan kolesterol teroksidasi atau lensa ini akan terjadi secara terus menerus
yang biasa disebut dengan oxiterol. Hal dan progresif. Hal tersebut sesuai dengan
tersebut berhubungan dengan penelitian ini hasil penelitian ini yaitu adanya arah
yaitu kadar kolesterol berpengaruh terhadap korelasi positif antara kadar kolesterol dan
tingkat kematangan katarak. Dari 92 sampel, tingkat kematangan katarak. Pernyataan ini
12 diantaranya memiliki kadar kolesterol juga didukung oleh penelitian Broekhuyse
sangat tinggi dan memiliki tingkat (2009) dengan judul Membran lipid dan
kematangan imatur. protein usia lensa dan katarak. Broekhuyse
Pernyataan Vejux dkk (2010) juga diperkuat menyatakan bahwa Polipeptid dapat
dengan hasil penelitian Giran dkk (1998) mengubah struktur Kristal- pada lensa yang
yang berjudul Akumulasi Kolesterol secara langsung membentuk terjadinya
Oksida pada Pasien Katarak dengan hasil katarak.
penelitian yaitu terdapat akumulasi oksiterol Penyebab terjadinya perubahan pada
(kolesterol teroksida) pada penderita lensa juga dibahas pada penelitian Huang
katarak. Meskipun jumlah total kolesterol dkk (2005) yang berjudul Perubahan-
teroksida pada katarak tidak terlalu tinggi perubahan fospolipid pada lensa mata
namun hal itu tetap mempengaruhi berhubungan dengan usia penderita dan
kerusakan membrane mata yang katarak dengan hasil penelitian perubahan
mengakibatkan terjadinya katarak. Menurut jumlah masa lemak mempengaruhi katarak
penelitiannya dapat disimpulkan dimana glikolipid akan meningkatkan
seberapapun jumlah kolesterol dalam darah kekakuan membrane lensa mata sehingga
tetap akan mempengaruhi pembentukan akan mengurangi aktifitas pompa kalsium
tingkat kematangan katarak. Hal tersebut yang menyebabkan penurunan sel serat
sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu, lensa pada mata. Perubahan kadar kalsium
sampel dengan kadar kolesterol normal didalam sel lensa dapat mengakibatkan
diketahui juga memiliki tingkat kematangan beberapa perubahan hal diantaranya ialah
katarak yang diketahui sebanyak 60 sampel kadar protein, kadar kalium, kadar natrium
dengan 51 sampel memiliki tingkat dan kadar air. Hal ini merupakan bagian dari
kematangan insipient sedangkan sisanya 9 pathogenesis kimia katarak, seperti yang
sampel ialah imatur. sudah di sebutkan Olga (2010) dalam
Beberapa penelitian mengungkapkan alasan jurnalnya. Perubahan kadar natrium maupun
mengapa kolesterol dapat
mempengaruhi lensa mata. Salah
satunya Duindam dkk (1998)
dengan judul penelitian
Perubahan-perubahan
kolesterol, fospolipid, dan
protein pada kekeruhan lensa
mata yang menyatakan bahwa
pembentukan katarak dini
mengakibatkan erupsi membrane
pada serat lensa dimana
perubahan-perubahan kadar
protein kolesterol dan fospolipid
menjadi faktor penunjang Gambar 1. Skema hubungan lipid teroksidasi dengan katarak
terjadinya katarak. Kekeruhan
pengaturan keseimbangan cairan dan mendapatkan hasil penelitian yang
elektrolit yang diatur oleh Aktivitas Na/K lebih akurat.
ATPase merupakan dasar/pokok dari 4. Penelitian berkelanjutan tentang
pemeliharaan graiden konsentrasi ionic dan tingkat kematangan katarak dengan
kejernihan lensa. Sehingga, apabila terdapat pemeriksaan kadar kolesterol dalam
gangguan dalamnya besar kemungkinan lensa mata.
penurunan kejernihan lensa akan dapat
mengakibatkan perkembangan katarak. Pada Daftar Pustaka
jurnalnya Huang (2005) menyatakan
hubungan lemak teroksidasi dengan Anne Vejux, Mohammad Samadi, Gerard
perubahan keseimbangan cairan dan katarak. Lizard. (2011). Review Article :
Pada (gambar 1) diatas dijelaskan Contribution of Cholesterol and
bahwa lipid yang teroksidasi dapat Oxyterols in the Phyopathology of
menyebaban penurunan Ca-ATPase dan Cataract: Implication for the
penurunan perkembangan lensa. Dimana Development of Pharmacological
keduanya seperti yang sudah dibahas Treatments. Journal of
sebelumnya dapat mengakibatkan Opthalmology; 2011 : 1- 6
pembentukan katarak. Charumathi Sabanayagam, Jie Jin Wang,
Paul Mitchell, Ava Grace Tan, E.
Kesimpulan Shyong Tai, Tin Aung, Seang-Mei
Saw, Tien Yin Wong. (2011).
Penelitian tentang pengaruh kadar Metabolic Syndrome Components
kolesterol darah terhadap tingkat and Age-Related Cataract : The
kematangan katarak menghasilkan Singapore Malay Eye Study. The
kesimpulan yaitu kadar kolesterol dalam Association for Research in Vision
darah berpengaruh terhadap tingkat and Opthalmology; 52: 2397 - 2464
kematangan katarak. Daniel G. (2000). Oftalmologi Umum.
Widya Medika. Jakarta. 9-11 & 175-
Saran 177
Emanuel HA dkk.(1991). Plasma
1. Perlu dilakukan penelitian cholesterol oxxidation products
berkelanjutan mengenai tingkat (oxysterols) in human subjects fed a
kematangan katarak dengan meal rich in oxysterols. J Food Sc ;
mengkategorikan penderita katarak 56: 843-7.
insipient, imatur, matur dan Faisal Baraas. (1993). Upaya Menuju
hipermatur dengan jumlah responden Jantung Sehat Tentang Kolesterol.
yang sama pada tiap kategorinya. Jakarta: Data Jantung Indonesia
2. Perlu dilakukan penelitian terkait Guardiola F.(1996) . Biological effects of
tentang tingkat kematangan katarak oxysterols: current status. Food Chem
yang dihubungkan dengan faktor Toxicol; 34: 193-11.
pola hidup yang mempengaruhi Henrique Girao, Maria C. Mota, Jose
tingkat kematangan katarak seperti Ramalho, Paulo Pereira. (1998).
merokok, diet dan lain lain. Cholesterol Oxides Accumulate in
3. Perlunya penelitian terkait mengenai Human Cataract ; 66: 645 652
tingkat kematangan katarak dengan Henrique Girao, Fu Shang, Paulo Pereira.
pemeriksaan trigliserida untuk (2003). 7-Ketocholesterol stimulates
Differentiation of Lens Epithelial Murril dkk. (2004). Optometric clinical
Cells. Molecullar vision ; 9: 497 practice guideline. USA: American
501. optometric association
Huang, Li. Vahid Grami. Yernan Marrero. Murti, Bhisma. (2010). Desain dan Ukuran
Daxin Tang,1 Marta C. Yappert. Sampel untuk Penelitian Kuantitatif
Vittorio Rasi. Douglas Borchman1. dan Kualitatif di Bidang Kesehatan.
(2005). Human Lens Phospholipid Yogyakarta : Gadjah Mada University
Changes with Age and Cataract. Press.
Investigative Ophthalmology & Visual Sastroasmoro. (2011). Dasar-dasar
Science: 46: 1682 - 1689 Metodologi penelitian Klinis. Edisi
Ilyas,Sidarta. (2004). Ambilopia. Ilmu keempat. Penerbit Sagung Seto :
Penyakit Mata. Jakarta :Fakultas Jakarta.
Kedokteran Universitas Indonesia Schroepfer GJ. (2000). Oxysterols:
Johan J. Duindam, Gijs F.J. M. Vrensen, modulators of cholesterol metabolism
Cees Otto, Jan Grev. (1997). and other processes. Physiol Rev ; 80:
Cholesterol, Phospolipid, and Protein 361-554.
Changes in Focal Opacities in the Vaughan, et al. (2007). Oftalmologi Umum.
Human Eye Lens. Investigative EGC. Jakarta. 11-12 & 169-170
Opthalmology & Visual Science; 39 : Zhou Q. (2000). An excess concentration of
94 103. oxysterols in the plasma is cytotoxic to
Junqueira, L. C. (2007). Histologi Dasar: cultured endothelial cells.
Teks & Atlas. Ed 10. Jakarta : EGC, Atherosclerosis; 149: 191-7.
451.
Khurana, A.K, (2007). Comprehensive
Ophtalmology. 4th ed. New Delhi :
New Age International (P) Limited.
Lang, Gerhard K (2000). Opthalmology.
New York : Thieme Stuttgart
Lyons, MA dkk. (2001). Metabolism of an
oxysterol, 7-ketocholesterol by sterol
27-hydroxylase in HepG2 cells.
Lipids. 36: 701711.
Lyons MA dkk. (2001) . 7-Ketocholesterol
delivered to mice in chylomicron
remnant-like particles is rapidly
metabolised, excreted and does not
accumulate in aorta. Biochim Biophys
Acta; 1530: 209-18.
Montgomery,R. (1993). Biokimia Suatu
Pendekatan Berorientasi Kasus.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Murray R K dkk. (2000). Harpers
Biochemistry 25thed. Appleton &
Lange. America. 545 552.

Vous aimerez peut-être aussi