Vous êtes sur la page 1sur 37
Noel dengan setting sarah Kerajan Galuh, amatsangat penting dibaca oleh seuweu-stwt Sunda agar mengena ja Aina. Selan ungkapannya yang mengalir dan bernas, novel Int ental dengan Kearifan trad, sehingga mampu menyedot Imajinast kita ngonjang ke masa lau. Sentuhan romantisme Raden Pamanah Rasa dengan Nyi Ambet Kasth melengap eindahan novel ni seakan kita menonton sebuah film yang mengasyibian ‘Sutardy Mahesa Ketua I Bidang Progran-Dewan esenianCianjur (2000-2015), Pendir Komunias Film Sekolah LensaCretifim Clanjur Secara dshursif kisah sarah sell ment banyak erspektif dan versk. Novel Int bukan sekadar fils, ada erspektifaltrnaif yang rine terkait terma Sitivang! yang tampon scare apik dan raph, Peminat susasta dan sejarah Yang terarik akan perspeki alternatifperly membaca nove ins Mahardhika Zifana, Novels dan Penel Menjelaih sejarah, untuk menemukan narasi besar Diogral kekuasaan, memerlukan beragam pendekatan. Salah satunya dengan teknik jumalisme investiga, seperti yang dilakalan Enang Rolajat Asura dalam penyusunan nove hovel Searahaya, termasuk novel Roden Pamanah fsa ni Tak any data ters dart buku referensi maypun situs di Internet, novelaya disusun pula dari interpretast lapangan dengan menemui simber-sumber lan yang jugi_penting Sehingga pengambian versi mana yang aii, merupakan Pertangungiawabannya dan kere intlektual sebagal seorang sistrawan yang mempunyai passion kesejarahan. Int bukan rmasilah_memilth mana yang. paling Kontroversal. Raden Pamanah Rasa dibuat dalam aroma untuk menemukan substans eka novel sejarah, yang juga mempertimbangkan seca cerdasestetkanya” Eriyandi Budiman, Sastrawan, Ppl Litera, dan Pengamat Kebudayzan Nama nang Rokajat Asura tidak sing buat saya. ering saya menemukan cerita pendeknys dalam berkala berbahasa Sunda seperti Manglé dan Galua, Har-hart inl dar anganaya, Inadir pula novelnovel dalam bahasa Ingonesia. Raden Pamanah Rosa, yang kabarnya direncanakan sebagai aval dari seranghalan nove, adalah salah satu di antaranya, Novel rmenggali kisah dat sejarah kekuasaan di Tatar Sunda dalam Cakrawala Nusantar,Inlah kisah tentang Seorang pemimpin Sunda yang muncul dari latar kesediban dinast terahulu dengan karisma yang merambat ke seantero Nusantara, tae terkecuall tata kepulauan ini terjamah para pendatang act ropa, Kata pengarangaya sendir, novel ini merupakan ‘sah berdasarkan tradi isan’ Dengan kata ain, la berupaya ‘menuliskan apa yang tale separ dtulskan.Ruang-ruang yang samar, alan gelap, dalam scjrah rupanya memberkan eleluasaan bagi pengarang untuk menggali narasi dengan rmengandalkan imajinasl, mencoba mencarl cic sambung antara satu dan Iain-masa, membentangkan garis hubungan fntara tempat yang stu dan tempat linnya™ awe Stiawan,Budayawan, Ketua Lermbaga Budaya Sunda, Universitas Pasundan FSQ0o es acen,, Rasa Kemaharajaan Nusantara yang Tak Terungkap E. Rokajat Asura «mania RADEN PAMANAH RASA: Kemaharajaan Nusantara yang ‘TakTerungkap_ Penis Rokaat Asura ‘lights reserved Penning: Tantina Dw Aprianita Penyelars aks Nie Desain samp: Yuden Desain is Ais Forloh etakan 1, Api 2016 Is0N 978.602 7926-2333 Penerbitimania uke lok MN 27 .Cinere Ray, Depok 16514 ‘elp685100007692 smal ter imaniaayahoocom Website:waewpustakaimancom Didstibusikan oleh Mlzan Meda Utama MMU) 3 Cnambo (Cisaranten Wetan No. 146 ‘Ujungberung Bandung 40298 “Tel. (022) 781 $800, Fak. (022) 783 4244 mais mmubdg@mizanmediautama com Jakarta: Telp. 0217874455, Faks 0217864272, Surabaya: Telp, 0318281857, Faks. 0318289318, Pekanbar: el 076120716, 0761-2981, Faks. 076120716 ‘Medan: Tep.Fake 0618229583. Makassar Tlp/Faks. 0411420158, ‘Yosyakarta Telp 0274-86924, Fks 0274 889250, ‘Banjarmasin Telp 05113252178, Layanan SMS: Jakarta: 02192016229, Bandung: 08888280556 ‘Toko Mizan Bookstore Mall. 2J, Margonds Raya Kav 85 Depok. ‘Mizan Online Bookstore it mizanstorecom ‘seharusnya ada kesinambungan antara Raja Sunda dengan raja-raja di bagian lain. Sebab dalam konteks ini, ‘bumi Parahyangan dianggap sebagai titik pusat peradaban ‘atau Mandala Agung. Menurut sejarawan Dr. Edi S. Ekadjati, kkerajaan dengan corak animistis dan hinduistis sudah ber- diri sejak abad ke-8 dan berakhir pada abad ke-16 Masehi Dari rentang panjang tersebut, sejarah lebih banyak dike- tahui melalui tradisi isan, Sementara itu, penemuan prasasti dan sejenisnya sangat minim, dan dari jumlah yang tidak terlalu banyak itu, sedikit pula yang sudah benar-benar diteliti sampai tuntas. Peneliti Sejarah Sunda pada Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Richadiana Kartakusuma, ‘menyatakan bahwa setelah Raja Tarumanagara V sampal dengan abad ke-7, tidak ditemukan prasasti. Padahal dalam Carita Parahyangan, dikisahkan adanya kehidupan raja-raja 4di Tanah Galuh. Prasasti selanjutnya baru ditemukan pada abad ke-8 di sekitar prasasti Tarumanagara, Kesinambungan ‘yang dimaksud—bila ini benar—mencapai titi terang ke- tika ditemukan Prasasti Canggal yang menjelaskan adanya kerajaan dengan nama rajanya Sanjaya. Int artinya sama dengan yang dikisahkan dalam Carita Parabyangan. Prasast! CCanggal sendiri merupakan prasasti batu dari abad ke-7 ‘yang ditemukan di Gunung Wukir daerah antara Sleman dan Magelang, Bila mendasarkan pada tradisi lisan, kesinambungan sejarah itu sudah lebih dahulu terungkap. Namun, tradisi lisan dalam penelitian sejarah sering kali dikesampingkan. Terlepas dari pro dan kontra, kisah ini didasarkan lebih banyak pada tradisi lisan, Pada beberapa bagian akan terlihat Kesinambungannya dengan sejarah Nusantara. Namun, jika mindset kita hanya mau menerima sumber sejarah tertulis, alur ceritanya tidak akan mudah di Sesuai rencana, ini bukan novel pertama dan tidak berdiri sendirl, melainkan bagian dari serial yang dimulat dari masa Kerajaan Salakanagara sampai dengan Mataram Islam. Pengungkapan kisah berdasarkan tradish Usan ini di- maksudkan agar memperkaya pengetahuan sejarah. Sebab, tak bisa dipungkii bila muatan sejarah di Nusantara tidak terlepas dari misl tertentu, Misi yang mulai muncul setelah kkedatangan ekspedisi bangsa Mongol, Portugis, dan Belanda. Hanya kepada Gusti Nu Murbeng Alam kita berserah dit Salam hangat dan untaian terima kasi untuk semua pihak yang tak mungkin disebutkan satu per satu. Semoga {ini menjadi butiran amal balk yang akan _memberatkan ‘timbangan amal baik kita kelak di akhirat. Amin, Cilegon, Agustus 2015 E.Rokajat Asura asurarokajat@gmailcom FB: Enang Rokajat Asura ‘Twitter: @rokajatasura HP: 081310860817, Sekilas Silsilah ‘ka menelusuri silslah Rajaraja Kerajaan Sunda dan Galuh, kita akan menemukan perbedaan antara naskah Pangeran Wangsakerta dengan tradisi isan, Sebagai ‘contoh, tentang Hyang Bunisora atau Prabu Bunisora yang ‘memerintah pada 1357-1371. Dalam naskah Pangeran Wangsakerta, Prabu Bunisora berputra PrabuNiskala Wastukencana yang memerintah pada 1371-1475, Semen- tara menurut tradisilsan, kedva nama itu adalah orang yang. sama, Dengan kata Tain, Prabu Bunisora memilki nama lain Prabu Niskala Wastukencana memerintah pada 1357-1475, Ada beberapa Kemungkinan yang jadi alasan perbedaan itu. Pertama, karena kepindahan Kerajaan ke daerah lain dalam upaya penyelamatan Kabuyutan. Kedua, Ja berkuasa di dua Kerajaan yang berbeda dengan posisi atau pangkat yang berbeda. Ketiga, sebagai salah satu upaya untuk menyembunyikan identitas sehubungan dengan ter- ancamnya ke-Ratu-an, Masalah yang terakhir in jadi misteri Sejarah yang tak banyak terunglap. Sebagai bahan perbandingan, ini adalah silsilah Keraja- an Sunda berdasarkan naskah Pangeran Wangsakerta, 4, Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669-723M) 2. Harisdarma, atau Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723- 732M) ‘Tamperan Barmawijaya (732-739M) Rakeyan Banga (739-766M) Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766-783M) Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783~795M) 7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi 795-619M) 8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819-891M) Prabu Darmaraksa (adik par Rakeyan Wuwus, 891~ 895M) 10. Windusakti Prabu Déwageng (895-913M) 41, Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913~ 916M) 412, Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916-942M) 13, Atmayadarma Hariwangsa (942-954M) 14, Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954-964M) 415. Munding Ganawirya (964-973M) 16, Rakeyan Wulung Gadung (973-989M) 17. Brajawisésa (989-1012M) 18. Déwa Sanghyang (1012-1019M) 419. Sanghyang Ageng (1019-1030M) 20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030-1042M) 21, Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042-1065M) 22. Langlangburi (Sang Mokténg Kerta, 1065~1155M) 23. Rakeyan Jayagiri Prabu Ménaklubur (1155~1157M) 24, Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1187-1175M) 25, Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175~1297M) 26. Ragasuel (Sang Mokténg Taman, 1297-1303M) 27. itraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303-1311M) 28, Prabu Linggadéwata (1311-1333M) 29, Prabw Ajiguna Linggawisésa (1333-1340M) 30, Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350M) 31, Prabu Linggabuanawisésa (gugur dalam Perang Bubat) 32. Prabu Bunisora (1357-1371M) 33. Prabu Niskalawastukancana (1371-1475M) 34, Prabu Susuktunggal (1475-1482M) 35, Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521) + Sementara dalam tradisi lisan bisa ditelusuri dari Raja Agung Tarumanagara yaitu Prabu Tarusbawa, ber~ putra Sempak Waja bergelar Danglang Di Galunglung. Sempak Waja menikah dengan putri dari uwaknya yaitu Purnawaman, kemudian melahirkan keturunan Purbasora atau Seuweu Karma. Seuweu Karma berputra Maharaja Panunggalan berputra Maharaja Garung atau Empu Gandring berputra Rakai Pikatan. Rakai Pikatan berputra Dharmawangsa atau Djayakaton berputra Sri Jaya Bupati atau Para Hajian Sunda yang dikenal pula dengan nama Kartanagara, Sri Jaya Bupati berkuasa sebagai Ratu Panjalu. di Talaga dan Raja Madura di Sampang. Sri Jaya Bupati kemudian berputra Raden Aria Wiraraja atau Barawijaya, Ketika menjadi Raja Agung Subang Larang Dergelar Sangga Buana Tajimalela, dan ketika menjadi Bupati Sampang bergelar Kartarajasa atau Rakean Banyak Wide. Raden Aria Wiraraja berputra Raden Haji Purwa Andayaningrat atau Batara Guru Niskala Wastukancana, Ketika menjadi Ratu Galub dikenal sebagai Lingga Hyang, ‘sebagai Raja Sunda dikenal dengan nama Lingga Wesi. Sosok {ni sebagai Raja Malaka dikenal dengan nama Hyang Twah. ‘Malaka waktu itu termasuk ke dalam tatanan Kemaharajaan ‘Nusantara. Sebagai Maharaja Sriwijaya, Raden Haji Purwa Andayaningrat atau Niskala Wastukancana dil ‘nama Sri Sanggrawij nal dengan ra Tunggawarman. Kemudian, Kembali ke Galuh bergelar Gajah Mungkur dan ketika di Kerajaan Sunda bergelar Gajah Lumantung, Batara Guru Niskala Wastukancana berputra Rakean Ningrat Kancana bergelar Adipati Kertabumi. Ketika menjadi Raja di Kadiri, Rakean Ningrat Kancana bergelar Dewa Niskala, ketika berkuasa di Keratuan Galuh bergelar Prabu Di ‘Muntur. Rakean Ningrat Kancana dikenal pula sebagai Prabu Anggalarang, Nama ini disematkan setelah memiliki ist dari keturunan Cina yang kemudian diceraikannya. Janda Prabu Anggalarang ini kemudian menikah dengan Bupati Palembang. Setelah Karatuan Galuh dipindahkan ke Subang Larang, Rakean Ningrat Kancana dikenal sebagai Ki Gedeng Singapura. Dari istri pertama Prabu Anggalarang inilah kemudian Tahir Raden Sunu Pamanah Rasa. Sebagai Putra Mahkota Keratuan Galuh bergelar Raden Surawisesa atau Raden Layang Kumetir. Setelah berhasil menyatukan Keratuan Galuh dan Kerajaan Sunda, ia bergelar Sri Paduka Maharaja GG reer rasnntss Prabu Guru Gantangan Sang Sri Jaya Dewata atau Siliwangi L Raden Sunu atau Ki Ageng Pamanah Rasa ini dikenal pula sebagai Buyut Surasowan, Nama ini berkaitan ketika sowannya Ki Ageng Pamanah Rasa ke Banten, menemui Syekh Hasan. Raden Sunu Pamanah Rasa pada masa tuanya dikenal dengan nama Sunan Pagulingan, berkaitan dengan tukar guling kekuasaan dengan saudaranya, Rakean Mundingwangi yang bergelar Sri Paduka Maharaja Prabu Guru Dewata Prana Sang Prabu Guru Ratu Dewata. Malaka 1512 M. emburat bunga api mengiringi letusan itu, seperti ;menyadarkan dari mimpi. Kehadiran mereka serupa ‘malaikat pencabut nyawa yang tak pernah mau ber- kompromi. Lalu menyisakan mimpi buruk di belakangnya, Entah sampai kapan, Pengalaman buruk masa lalu segera, Menghantui. Tangan-tangan raksasa yang mencengkeram ‘kepala dan ujung kaki. Lalu, dipelintir ke arah yang berbeda ‘seperti mengeringkan cucian. Dar setiap pori-pori menderas, arab, menggenang tanh. Pasukan tempur Persekutuan Melayu mundur teratur, Kemudian, mereka tertegun. Kakinya seperti terpatok ke ‘bumi, ketika terdengar jerit seorang anak telanjang dada. Sesosok tubub menjulang sedang mengajarkan bagalmana sebuah penderitaan. Gelana dodot anak itu dikaitkan dengan ‘ujung senapan laras panjang, lalu diangkatnya tinggi, hingga fa menjerit sakit dalam Ketakutan Iuar biasa. Tangan dan kakinya meronta menggapai angin. ‘Tersiar kabar mereka datang untuk berdagang, Tapt ter- ryata mereka bersenjata modern. Anak panah atau tombak bbukan tandingan senapan yang bisa memuntahkan bunga api itu. Teknologi senjata api belum dikenal di Nusantara. Maka, Ketika mereka datang dipersenjatai seperti itu, apalagi ‘ealau bukan kiamat? “Apa mereka hantu pembunuh itu, Datuk?” seorang, pemuda berteriak di antara desing peluru, Entah pada siapa la memanggil Datuk, sebab tak seorang pemimpin pasukan pun mengenalnya, Mungkin ia sedang dilanda ketakutan sehingga teriakan itu lebih merupakan rasa frustrasi. Pedang, tetap di tangan, tapi kepada siapa harus ditebaskan? “Jangan terlalu depan, Nak,” teriak seorang lelaki paruh, baya yang beberapa saat sebelumnya baru. saja melempar sauh. Bersama angin barat, semuanya berubah dalam sekejap. Sekejap. Sangat cepat: Sungguh sangat cepat.. ) Pasukan asing itu segera mengepung pelabuhan Malaka. Syahbandar telah mengirim morse tanda bahaya ‘agar Segera diketahui kapal angkatan perang, Kapal-kapal itu bukan saja kalah besar, melainkan juga alah canggih. Geliataya seperti bayi mungil di antara rengkuh tangan ‘orangtuanya, Jemarinya terlampau lemah untuk menghunus pedang atau menunjuk langit dengan sebilah duhung.) ‘Anak panah yang sebelumnya demikian perkasa membelah wan, kin’ berubah jadi mainan anak-anak yang tak meng- ‘ancam keselamatan, Getah beracun bercampur bisa ular di ujung anak panah, kalah trengginas dengan senapan yang. 1 Duhung: senjatamasjratat Sunda untuk berperang, encener Aves BOQ kecepatan memuntahkan pelurunya demikian Iuar biasa Sekalitarik, menyalak. Dor! ‘Terdengar lantak. Suaranya menyebar ke segala penjuru angin, Tanpa rupa. Tapi, telah menebar ketakutan dengan sempurna, Panas. Sakit. Menjalar ke sekujur tubuh tanpa terbendung. Darah menderas keluar, Lalu, tubuh perkasa {tu akan segera ambruk dengan wajah pucat pasi. Ada yang. masih sempat menitip salam untuk keluarga. Tapi, lebih banyak tak sempat berwasiat, bahkan lupa pada Syahadat. *Munduuun ppasukannya sudah lebih dulu mundur sebelum teriakan itu ssempurna keluar dari mulutnya. la tak sadar berdiri sendiri dipesisir. Ringkik kuda terdengar jauh di belakang, Tapi sebelum Jelaki perkasa itu sampai pada kesimpulan siapa gerangan penunggang kuda, ia keburu ambruk. Wajahnya sempurna ‘menclum pasir Lalu, tertutup air laut ketika ombak pecah di wajahnya. Jasadnya kemudian mengapung di antara kkaki-kaki para pendatang yang turun dari kapal, serupa ribuan anakc-anak ikan Keluar dari mulut induknya, Mereka Imenyebar ke segala penjuru. Seperti darah bercampur air Jaut, menyebar keunguan, sekalipun tidak sampai mengubah ‘wajah samudra. Komando seseorang. Serak. Sekalipun Sebelum pasukan persekutuan Melayu genap siaga, mereka telah mengepung. Melalui sampan yang bentuknya ‘ganji, dari lambung kapal keluar sekelompok orang tanpa senjata, Hanya terlihat satu dua tetap memegang sena- ppan laras pendek. Sisanya tangan kosong, Tapi dari sorot matanya, para pendatang tanpa senapan itu, tentu saja Dbukan orang sembarangan. Mereka adalah Raja Rimba yang kedatangannya selalu membuat keder binatang lai. ‘Aumannya pertanda malapetaka, “Selamat datang kemenangan” gumam seorang di an- taranya dalam bahasa yang tak mudah dimengerti. Bahasa sing. Bahasa yang tak dikenal di Nusantara, Maka, pen- ‘duduk Malaka kemudian lebih senang memanggil mereka “orang asing! Mereka memang asing. Seolah datang dari peradaban yang berbeda. Membawa perlengkapan yang tak dikenal i sini, Tubuh jangkungnya entah mengisyaratkan apa. Mungkin ras yang berbeda, Mungkin pula asupan makanan ‘yang tak sama, Tap! dari cara mereka bicara, jelas sekali bukan datang dari hamparan Nusantara, “Kulitnya terlalu putih dibanding kita” teriak seorang, buruh pelabuhan yang menjadi saksi bagaimana kapal raksasa itu datang, memuntahkan penumpang dan senapan. Pelabuhan berubah seketika, Seperti hari-hari ke depan yang akan segera berubah, “Puluhan orang mati dengan sangat cepat, teriak yang. hai “Senjata itu lebih beracun dari anak panah, mungkin juga lebih tajam dari pedang kita?” Lalu, senyap. Gemuruh ombak menelan suara mereka Dulat-bulat. Seperti juga suara para datuk. Rombongan tak bersenjata itu dengan cepat datang menghadap. Mereka datang dengan santun, tapi siapa yang mengira dari se- lap kata yang terucap serupa racun berbisa, Mereka sir a tog oaty. Guajira elisa aan eatin ptr ameatiatigde I iain art Town ag par asta? a cepa: ormcare, Bee yg einen ak roa lon: OE icc ca spacing eat ret cpa Bp sonics In ars ra meng ye nk tna blublang. Ju tang BE ye cepiacra detail dengan eta lees eh Selcaing oes ua, erg, cee ES cca. pee sonsisrnegas ers or I pcre baste. Belen, gesh, nani. So mtn roe gt foe nso Ber ort etarng ua fogs a Tad visa Pe yard Gmeel pey tese ee crs fa mana kau kalau mereka membawa bing- “Mungkin pakalan mereka. Siapa kira? “Apakah mereka datang untuk pelesir i sini?" “Mungkin” “Kenapa datang dengan senapan? Kalau datang untuk pelesir, cukup meminta jaminan dari hulubalang atau syah- bbandar, agar mereka bisa berjalan ke mana mereka suka” Lelaki paruh baya itu tak menjawab, la kembali me- ‘ngumpulkan butiran kelapa tua, yang tercecer di tanah. “Jangan-jangan ini kiamat seperti yang diramalkan para pemuka agama di surau-surau, Ki? gumam anak muda. ‘Kiamat memang bisa datang setiap hari.” “Ah, bagaimana bisa, Tak kelirukah itu, Ki?" ‘Seorang anak yang kehilangan mainannya, saat itu baginya adalah kiamat. Sepertiketika engkau ditolak perem- puan Kampung sebelah, bukankah dirasa semuanya telah berakthir? Denyut jantung serasa berhenti?” ‘Anak muda itu tertegun. Matanya baru saja menangkap para tamu tanpa senjata itu telah memasuki pendopo. Tapi, ja tak bisa menyimpulkan apa-apa dari yang dilihatnya itu. la lebih cepat menyimpulkan kalau buah kelapa yang berserak- an itu akan mudah ditukar dengan beras. Maka ia keluar dari persembunyiannya, dan mulat Kembali memunguti satu demi satu butir kelapa, seperti yang dilakukan lelaki paruh baya di hadapannya Beberapa tahun sebelumnya... Zaman telah berubah, tapi amarah tetap bertakhta, Seperti yang terjadi pada diri seorang anak muda, Raden ‘Amuk Murugul. Zaman boleh berubah, tapi keinginan leluhurnya untuk menjadi Maharaja di Nusantara_ tak ernah pupus. Seperti sengat matahari yang tak pernah lelah mengitari bumi, Semangat itu tetap tumbuh dalam ‘alam bawah sadar, ditularkan kepada anak keturunannya. Oh, zaman terus berubah, tapi siapa yang bisa meredam ‘amarah? Sebab amarah itu sumbernya dari acining api, yang salb sifatnya, Setelah leluhurnya gagal merebut posisi Maharaja ketika Perang Bubat pada 1357M, dendam itu tetap menyala. Kalaupun tidak menyala, serupa api dalam sekam yang kapan saja bisa metedak dahsyat. Amuk Murugul menyadari hal itu, bahkan ketika harus berhadapan dengan musuhnya dalam perang tanding, ie Hutan larangan aden Pamanah Rasa tertegun. alan setapak serupa I abaya menembus ult, Laas dan tam, La seta lnglah akan meraba sebab tak permah au Gree iol a letieee gehomes etn pet Tenghawang, menjulng tly sanat rapt sehinga se nit ae me ing hth. pohon semakin rapatkarena dja pepohonan yang me- ianjatsepert ofan, menempel maupun menggantng. Tah teas lembap dan digi. Semak blukar dan paki palean tumbuh dengan sempurna Seip yang mask ie tan tn, suhu dinginsegeramenyergap. Tanah yang ipa teresa bash, Lumut tabu subur membust tanh licin. Suasana mistik terkembang dengan sempurna, Cericit bburung bahkan seperti member isyarat. Suara riub binatang rimba mengejek atau barangkall menyambut pada stapa saja xyang ingin ngadu jajaten—mengadu kekuatan. Hatinya mulai berdesir, seolah membert isyarat. Dengan mata lahir, yang terlihat hanya hutan Iebat. Tapi seperti kata pengasuhnya ‘ul, di balik rimbunnya pepohonan, bisa saja berdiri kokoh Istana dari Kerajaan Siluman. Bukan, Bukan kerimbunan yang menarik perhatian. Bukan pula saling bersahutan binatang hutan. Dengan menggunakan ilmu hillwir sumping— sejenis imu kanuragan yang bisa memilih dan memilah suara dari jarak jauh— Raden Pamanah Rasa telah bisa menangkap gemuruh alt Entah berapa langkah perjalanan akan sampai ke sana. Semakin lama suara air terjun di kejauhan itu seperti sim- foni yang tak pernah selesai, Angin akan mengubah nadanya. Bukan hanya kabar burung bila pencari kayu atau pemburu, lak terhitung yang tak bisa kemball, Setiap jengkal tanah yang basah itu seolah terselimuti misteri. Semua bisa terjadi di luar perkiraan, itu sebab hutan ini dinamai hutan larangan. Kuda hitam itu meringkik kencang. Kedua kakinya di tangkat tinggi-tinggl. Tentu Raden Pamanah Rasa tak aka Iupa petunjuk seorang ahli kuda. Binatang tunggang utama keedua setelah gajah itu, dikenal memiliki penciuman yang baile Sekalipun tidak sebaik anjing, Irama ringkik kuda itu berbeda-beda. Seorang penunggang yang balk, akan dengan tepat memastikan apakah kuda tunggangnya itu lapar atau justru sedang ketakutan, Kau merasakan ada yang aneh di sini, Bawuk?" gumam, Raden Pamanah Rasa, Tangan kanannya menepuk-nepuk Jeher Kuda. Untuk Kall kedua kuda itu. meringkik ken: fang, mengangkat Kedua kaki depannya, lalu diam, ta mulai mendengus seperti mencium aroma ganjil “ayo jalan!” sergah Raden Pamanah Rasa tak hirau. la serupa cahaya yang tak bisa diam, Keberanian telah ter- tanam kuat di dadanya, la mengencangkan ikat kepala dari ain halus berwarna nila, Kilatan mata seperti harimau semakin mengukubkan bila ia bukan lelaki sembarangan, ng lelaki langit. Luas. Biru, Diam, Dan kilat selalu pecah dalam cengkeramannya, Kuda hitam itu meringkik lagi Raden Pamanah Rasa menatap tajam pada jalan setapak di hadapannya, Barangkali satu-satunya jalan untuk masuk ke hutan larangan itu “Leuweung gonggong simagonggong.? Eyang” gumam- nya, diiringi menyebut sebaris nama leluhurnya. Kalau gumaman itu cukup keras, tentu siapa pun akan menunduk dalam atau segera ambruk di tanah menghatur sembah, sebab yang disebut bukan nama sembarangan. Lelaki penunggang kuda itu baru saja menyebut para leluhurnya. ‘Ah, seorang kesatra, Ia adalah seot Ja keluar dari kerajaan dengan niat berbakti, Masuk ke hhutan dalam pengembaraannya, tidak untuk merambah, apalagi menjajah, Sebab kedua kata itu terlarang ada di Parahyangan. Ke sini para datuk Nusantara memusatkan pethatian—Mandala Agung Di sini tempat bersemayam 2 Leaeurg goraong smagonagons: hut pera yang pena mises, 3 Kemandalsan adalah peraanan seorang Raja dalam tatanan negara ‘Pura yt prjlananpengabdin seorang raja dalam mengabl pada rmasjrala,bangsa, dan negara. Peralanan kemandalaan In dual dar way cur teu bern ke aah bara, dart wiyah Sura, ‘ee Madr, ke Narayana, ke Punta ke Sr ima, dan braid Sunda para hyang, di mana peradaban bermula, Dan, Raden Pamanah Rasa membawa Sunda di dada. Sekonyong- kkonyong ia teringat kembali kisah turun-temurun yang disampaikan para leluhur—ajaran tentang Ratu Galuh dan Raja Sunda. Dengan tetap berdiri di atas ajaran itu, saat ia Derketetapan hati untuk mengembara, Semua arah baginya ‘adalah jalan yang harus dilalui, Siang dan malam bukan lagi Dpembeda, Sehingga tak terlihat gelap. Sebab menurutnya tak. fda gelap di mayapada ini selain di waktu itu tak didatangi ‘eahaya, Maka, ia pun menjadi cahaya sehingga menerangi ‘tempat yang tak diterangt itu. *Sesungguhnya gelap itu tak ada, tetapi tidak adanya ‘cahaya ke tempat itu. Seperti juga angkara itu tidak dicipta- kkan Nu Ngersakeun, sebab bila diciptakan, Nu Ngersakeun telah Kehilangan kesuciannya” ujar Rakean Taksaka, sang, ppenasihat. ‘Jadi, apa sesunggubnya angkara itu kalau tidak di- ykan oleh Nu Ngersakeun, Paman?”™ “Angkara itu tak lain adalah keadaan di mana kebaikan lang darinya. Keadaan di mana Nu Ngersakeun tidak hadir jan, angkara itu sebenarnya tidak untuk dimusnahkan, sebab ia tidak diciptakan?” “Angkara memang tidak peru dimusnahkan, karena bbukan berupa wujud. Ketika kebaikan hair, angkara dengan Sendirinya tersingkir: Ketika Nu Ngersakeun hadit, angkara Aerusir. Tapi ketika angkara telah meminjam raga sehingga ‘menjadi wujud, pada saat itulah ia harus dimusnahkan sebab BG 00 Prvoons se ‘akan merusak, Bukan saja merusak raga yang dipinjamnya, tetapl juga akan merusak kebaikan itu sendiri” "Perang yang Paman maksudkan?" “"Benar, Raden” “Maka sejatinya dalam perang itu tidak merusak raga, totapi sedang menghadirkan kebaikan agar angkara ter- singkir?” "Nyakseni, Raden” "Kalau ternyata kita membunuh?” ita tidak sedang membunub raga, tetapi sedang me- naklukkan angkara. Sebab kita lahir dari rahim yang suci, berasal dari acining tanah dan semestinya kembali pada semesta dalam keadaan sucl. Tugas kita di mayapada adalah ‘menjaga agar Kebalkan tetap berdiri sehingga angkara tersingkir dengan sendirinya, ujar Rakean Taksaka, Lelaki gagah itu tersenyum kini, la merasa tercerahkan. ‘Mengembara bukan sekadar menghabiskan waktu di luar tembok kerajaan. la meninggalkan kerajaan bukan mening- galkan tanggung jawab, Semua itu dilakukan karena Ingin ‘menyebarkan kebaikan. Jangan sampai ada sejengkal tanah pun yang terisi angkara. la melangkah tanpa tahu di mana hharus berhenti, sebagai cara majajarkeun Sunda, "Perbekalan Raden sudah distapkan ujar Ki Rakean ‘Taksaka saat senja belum sempurna memulaskan jingga. Ki Rakean menatap dengan penuh perhatian pada Putra ‘Mahkota Kerajaan Galuh itu la sering berdecak kagum me- natap sosok Raden Pamanah Rasa inl. Ketegasan seorang raja dan kerendahan hati seorang permalsuri berpadu dalam dirinya. 1a dibesarkan di antara tembok kerajaan berbatas, lam. Ayahandanya, Ningrat Kancana, bergelar Adipati ‘Kertabumi, bergelar Prabu Di Muntur saat_memegang Kerajaan Galuh. Sang ayah lahir dari seorang laki-laki yang tempa asam garam kehidupan—Batara Guru Niskala tukancana. Keduanya telah sama-sama__menjaga bat Raja Sunda sekaligus Ratu Galuh, "Untuk apa, Paman?” "Bukankah Raden akan pergi mengembara?” “Ya, aku akan pergi mengembara, Kuserahkan tanggung b di sin! kepadamu, Paman” *Bulankah itu artinya Raden memerlukan bekal?” *Apakah burung-burung yang datang dari yembawa bekal?” “Pangapunten,* burung-burung itu berpindah tempat yrena pergantian musim, Raden. Mereka mencari kehi- pan baru di tanah baru” “Apakah mereka merasa yakin di tempat baru akan \dapat kehidupan baru?” “Tidak ada yang tahu, Raden. Tapi, Nu Ngersakeun menjamin seluruh nu kumelendang—yang hidup di pada, hidup dengan rezekinya” *Kalau burung saja keluar sarang untuk kemudian yngembara tanpa membawa bekal, kenapa aku harus jembawa bekal, Paman? Bukankah manusia lebih sempurna mn dibekall akal dan pikiran?™ . utara EG rom rar Rie Sejenak Jelaki berpakalan putih-putih. itu tertegun. la menunduk seraya menghaturkan sembab. Di dalam hatinya ia bersyukur, rupanya Kecerdasan dan keteguhan ayahandanya telah menurun dengan sempurna. Telah me- rnyatu dalam aliran darahnya. *Mohon maaf, Raden, hamba hanya menjalankan tugas” “Terima Kasih, Paman. Aku percaya apa yang Paman lakukan semata-mata Karena rasa Kasih sayang dan tang- ‘gung jawab, Tidak sembarangan Kanjeng Rama memilih kan Paman untuk menemaniku. Sebab itulah hari ini aku serahkan tanggung jawab di sini kepadamu, Paman," ujar Raden Pamanah Rasa seraya berdir, menegaskan keinginan- nya. Ya, la teringat kembali pesan penasihat negerinya itu. Entah_kenapa, kenangan itu sekonyong-konyong hadir kketika hendak memasuki hutan larangan yang terbentang di hhadapannya, [a telah berbulat tekad meninggalkan kerajaan Jkecil yang diserahkan ayahandanya—Prabu Anggalarang bergelar Prabu Dewa Niskala. Wirid belum selesai dirapalkan ketika mendadak kuda hitam tunggangannya meringkik, lau berlari memasuki rimba. Tapi, langkah kakinya tak sebebas berlari di luar rimba, Akar-akar pepohonan raksasa itu menjulang meng- hhalangi sehingga berkali-kali kuda itu meloncat melewat Ketika jalanan di bawah terbebas dari akar pepohonan, gilran lelaki gagah itu menebas reranting yang menghalangi Dengan sekall tebas ranting itu berjatuhan. “Pandai-pandailah kau memilih jalan, Bawuk,” teriak Telakigagah itu. Sesekali ia berdiri, bergelantungan di ohon rotan melewatl akar-akar, lalu jumpalitan di udara ‘sebelum akhirnya duduk kemball di atas pelana. a tampak ‘menikmati perjalanan itu sehingga sunyi rimba tak terasa ‘mengganggunya, Seketika ia menarik kendali, menghentikan, Jaju kudanya ketika matanya menangkap bayangan hitam epertl Ingin menyusulnya, Pada jarak tertentu, tiga orang. ssuhnya juga mengikuti, Mereka membuntuti secara sm-diam. "Ada tamu rupanya, Bawuk,” gumam lelaki gagah itu. "Kau tak salah, Ki Sanak” teriak gema suara diikuti sok tubuh berpakaian hitam meluncur dari atas po- seperti seekor bajing raksasa, Ketika hampir sampal tana, tububnya berguling-guling melingkar seperti lungan Kasur. Lalu, melebar menjadi bentuk segi empat perti layaknya Kasur, Lelaki penunggang kuda itu me- it. Tiga orang pengasuh Raden Pamanah Rasa, yaitu irwagalib, Lampungjambu, dan Gelapnyawang, terus kuti jauh di belakang, Ketiganya tidak tahu apa yang. dang terjad "Jadilah bentuk sesukamu dan aku tak akan mengubah lirianku, teriaknya kemudian. *Kautahu siapa aku?" "Lebih penting mengetahui siapa Nu Ngersakeun bersusah payah mencaritahu siapa dirimu "Kau mengecilkan kehadiranku?” "Untuk menjadi besar tidak perlu mengecilkan siapa in. Sebab yang Kecil akan tetap kecil, Ketika ia dihing- penyakit ingin dibesarkan orang lain’ ujar lelaki junggang kuda itu sama sekali tidak merasa takut. Sosok pun akhirnya mengubah dirinya, Dalam sekejap ia telah ‘menjadi sosok lelaki tua bungkuk dengan rambut tergerai ‘panjang hampir mencapai pantat. Kumis dan jenggot putih- nya bersatu, menjuntai panjang sampai dada. Barisan gig nya masih tampak kuat. Barangkali sebenarnya sosok itu ‘masih muda, tapi uban telah menyembunyikan usia yang sebenarnya, Bisa jadi fa rajin makan sirih schingga giginya ‘masih kuat sekalipun sudah tua. “Apa yang kaucari, Anak muda?” “amgkeara!” “An, anak muda yang aneh, Ketika orang mengembara mencari kebaikan, kenapa engkau justru mencari angkara?” sseloroh sosok itu seraya mengibaskan rambut panjangnya Setiap kali mengibaskan rambutnya, sosoknya bertambah. Dari satu menjadi dua, dua menjadi empat dan demikian seterusnya. Tapi, gertakan int sama sekali tidak membuat lelaki penunggang kuda itu gentar Ia hanya tersenyum, “tampa melecehkan, Bahkan ketika sekelilingnya telah dipe- rnuhi sosok itu, la tak mengubah posisi sedikit pun. Tetap

Vous aimerez peut-être aussi