Vous êtes sur la page 1sur 2

SRIYATUN DJUPRI: WANITA SAHABAT SAMPAH

Sriyatun, seorang Ibu Rumah Tangga


dari Kelurahan Jambangan, Kecamatan
Jambangan, Kota Surabaya tidak pernah
menyangka bahwa suatu hari dia akan
menerima anugerah Kalpataru dan
bertemu dengan Presiden RI. Awalnya
Sriyatun hanya ingin agar daerah tempat
tinggalnya di pinggir Kali Surabaya yang
gersang, tandus, dan kumuh berubah
menjadi daerah yang bersih. Namun siapa
sangka bahwa usaha kecil yang ia mulai
itu berubah menjadi prestasi luar biasa
dalam menata lingkungan Kota Surabaya.

Di tahun 1973, Sriyatun


sekeluarga bersama dengan 2.102 kepala keluarga lainnya tinggal di daerah yang sangat gersang,
tandus dan kumuh. Sulitnya mendapatkan air bersih memaksa warga menggunakan air kali
Surabaya sebagai tempat mandi, cuci dan kakus (MCK) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ironisnya, Kali Surabaya merupakan sumber bahan baku air bersih yang diolah oleh PDAM
untuk masyarakat Kota Surabaya.

Keadaan inilah yang kemudian memotivasi Sriyatun membawa masyarakat keluar dari
kekumuhan lingkungan. Dimulai dengan penyuluhan tentang kebersihan kepada warga sekitar
dengan tujuan untuk merubah perilaku buruk yang membuang sampah dan membuang hajat di
Kali Surabaya. Perjuangan ini dilakukan tahun 1973-1986.

Mulai tahun 1986, Ibu dua orang anak ini mulai menggerakkan warga sekitar untuk
melakukan pemilahan sampah, penghijauan pekarangan dan jalan warga sepanjang Kali
Surabaya dan membuat saluran WC di sekitar rumah. Kegiatan ini dilakukan melalui Kelompok
Dasa Wisma yang memanfaatkan anggota kelompok PKK, Karang Taruna dan para kepala
keluarga sebagai kader lingkungan. Di tahun 2004 Sriyatun mendirikan Kelompok Kader
Lingkungan Sri Rejeki, aksinya berupa pelatihan bagi warga sekitar untuk memilah dan
mengolah sampah, pembibitan tanaman, penghijauan pekarangan, jalan dan pinggir sungai, serta
membuat dan menggunakan jamban umum.
Kerja keras Sriyatun ternyata tidak sia-sia. Sebanyak 40 kader lingkungannya dengan
anggota binaan 10 kepala keluarga/kader telah berkembang menjadi 1.000 kader tersebar di 14
kelurahan. Warga Jambanganpun telah mempunyai 14 WC umum. Selain itu, Sriyatun besama
warga kini mengoperasikan 306 unit komposter aerob skala rumah tangga, yang berarti telah
mengurangi produksi sampah dari 420 meter kubik perbulan menjadi 140 meter kubik perbulan.
Penghijauanpun telah mencapai luasan tidak kurang dari 70% wilayah Kecamatan.

Dalam memanfaatkan sampah, ternyata Sriyatun secara diam-diam menerapkan metode


3R (Reuse, Reduce, Recycle). Setiap rumah, rata-rata memperoleh penghasilan Rp. 150.000,-
perbulan dari hasil penjualan kompos. Sedangkan hasil dari daur ulang limbah plastik mencapai
500.000 1.000.000 rupiah per rumah perbulan dalam bentuk kerajinan bunga plastik, taplak
meja, tas, horden, anting-anting dan aksesori lainnya.

Selain itu, belatung sebagai hasil sampingan pembusukan sampah juga bernilai ekonomis
karena laku dijual sebagai pakan yang higienis bagi ikan air tawar. Hasil tanaman apotik hidup
seperti kunyit putih dan mahkota dewa dijual langsung kepada yang membutuhkan sebagai
bahan pembuat jamu.

Keberhasilan Sriyatun tercatat telah diikuti 18 kecamatan di Kota Surabaya. Tidak hanya
itu, kota-kota lainpun telah mulai mengikutinya, diantaranya adalah Yogyakarta, Sumenep,
Probolinggo, Sidoarjo, Sorong, Dumai, Jakarta dan beberapa kota di Lampung , Aceh dan
Kalimantan.

Sumber: http://www.menlh.go.id/kalpataru/

Vous aimerez peut-être aussi