Vous êtes sur la page 1sur 9

Intestinum Crassum, Appendix, serta Enzim dan Hormon Pencernaan

Priska Febriandini Putri


102015196 C2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Abstrak
Intestinum crassum terbagi dalam sekum, appendix, kolon ascendens, kolon transversum,
kolon descendens, kolon sigmoideum, rectum, dan canalis analis. Appendix adalah organ
sempit, berbentuk tabung yang mempunyai otot dan mengandung banyak jaringan limfoid. .
Posisi appendix tergantung pada sejumlah faktor: tingkat keturunan cecal dan fiksasi
peritoneal, konfigurasi sekum, panjang appendical, adhesi terkait, dan habitus orang tersebut.
Biasanya, lokasi appendix digambarkan sebagai retrocecal, panggul, subcecal, atau para-
ileum. Terdapat tiga hormon utama pencernaan: gastrin, sekretin, dan CCK. Di dalam usus
besar tidak terjadi sekresi enzim. Inflamasi adalah respons terhadap cedera jaringan dan
infeksi. Lima ciri khas dari inflamasi, dikenal sebagai tanda-tanda utama inflamasi, adalah
kemerahan, panas, pembengkakan, nyeri, dan hilangnya fungsi.
Kata kunci: intestinum crassum, appendix, inflamasi

Abstract
Intestinum crassum is divided into caecum, appendix, colon ascendens, transverse colon,
colon descendens, sigmoideum colon, rectum, and canalis analis. Appendix is an organ of the
narrow, tubular has a lot of muscle and contains lymphoid tissue. Appendix position depends
on a number of factors: the rate of descent cecal and peritoneal fixation, configuration
cecum, long appendical, adhesion-related, and the habitus of the person. Typically, the
location of the appendix is described as retrocecal, pelvis, subcecal, or para-ileum. There are
three major digestive hormones: gastrin, sekretin, and CCK. In the large intestine does not
occur enzyme secretion. Inflammation is a response to tissue injury and infection. Five
hallmark of inflammation, known as the major signs of inflammation are redness, heat,
swelling, pain, and loss of function.
Keywords: intestinum crassum, appendix, inflammation

Pendahuluan
Saat tubuh beraktivitas, maka tubuh akan membutuhkan energi. Energi tersebut
didapatkan dari makanan. Makanan yang dikonsumsi akan dicerna oleh sistem penceraan di
dalam rongga perut yang kemudian akan dipecah menjadi molekul yang lebih kecil dan
diserap oleh organ dalam perut.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk menjelaskan kepada pembaca struktur
makroskopis dan mikroskopis dari usus besar (intestinum crassum) dan usus buntu
(appendix), dan juga macam enzim dan hormon pencernaan. Dengan dibuatnya makalah ini
diharapkan pembaca dapat mengerti tentang usus besar, usus buntu serta perannya di dalam
sistem pencernaan manusia.

1
Pembahasan
Struktur Makroskopis Intestinum Crassum dan Appendix
Usus besar (intestinum crassum) terbentang dari ileum sampai anus. Saluran ini lebih
pendek dan kurang berkelok-kelok dibandingkan dengan usus halus. Fungsi utama intestinum
crassum adalah absorbsi air, produksi vitamin tertentu, menyimpan makanan yang tidak
dicerna, membentuk dan mengeluarkan feses. Sisa makanan yang tidak tercerna dan tidak
diabsorpsi dari usus halus didorong ke dalam usus besar oleh gerak peristaltik kuat otot polos
di muskularis eksterna. Residu yang memasuki usus besar berada dalam bentuk setengah cair,
namun saat mencapai bagian akhir usus besar, residu ini telah menjadi tinja (feses) setengah
padat. Intestinum crassum terbagi dalam sekum, appendix, kolon ascendens, kolon
transversum, kolon descendens, kolon sigmoideum, rectum, dan canalis analis. Sekum adalah
kantong buntu pada fossa iliaca dextra dan seluruhnya diliputi peritoneum. Sekum terletak di
daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsosas. Pada sisi kiri pertemuan antara
sekum dan kolon ascendens, segmen 13 ini bergabung dengan bagian terminal ileum. Sebelah
posteromedial sekum terdapat appendix. Appendix adalah organ sempit, berbentuk tabung
yang mempunyai otot dan mengandung banyak jaringan limfoid. Awalnya, Appendix
dianggap tidak memiliki fungsi. Namun akhir-akhir ini, Appendix dikatakan sebagai organ
imunologi yang secara aktif mensekresikan Imunoglobulin terutama Imunoglobulin A (IgA).
Walaupun Appendix merupakan komponen integral dari sistem Gut Associated Lymphoid
Tissue (GALT), fungsinya tidak penting dan Appendectomy tidak akan menjadi suatu
predisposisi sepsis atau penyakit imunodefisiensi lainnya. Appendix juga terdiri atas keempat
lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya, hanya lapisan submukosanya berisi sejumlah
besar jaringan limfe, yang dianggap mempunyai fungsi serupa dengan tonsil. Sebagian
terletak di bawah sekum dan sebagian di belakang sekum atau disebut retrosekum. Di sini
kolon ascendens membelok melanjutkan diri sebagai flexura coli dextra. Di bawah hati
berbelok pada tempat yang disebut flexura hepatika, lalu berjalan melalui tepi daerah
epigastrik dan umbilikal sebagai kolon transversus. Di bawah limpa ia membelok sebagai
flexura sinsitra atau flexura lienalis dan kemudian berjalan melalui daerah kana lumbal
sebagai kolon descendens. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut flexura
sigmoid dan dibentuk kolon sigmoideus atau kolon pelvis, dan kemudian masuk pelvis besar
dan menjadi rektum. Rektum ialah yang sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar, dimulai
pada kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal yang kira-kira 3 cm panjangnya.
Saluran ini berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal dan eksternal (Lihat Gambar
1 dan Gambar 2).1-4

2
Gambar 1. Pandangan Anterior Usus Besar12 Gambar 2. Appendix Vermiformis13

Struktur Mikroskopis Intestinum Crassum dan Appendix


Struktur kolon terdiri atas keempat lapisan dinding yang sama seperti usus halus.
Mukosa terdiri atas epitel selapis silindris, kelenjar intestinal, lamina propria, dan muskularis
mukosa. Dinding mukosa lebih halus dari yang ada pada usus halus. Submukosa di bawahnya
mengandung sel dan serat jaringan ikat, berbagai pembuluh darah dan saraf. Muskularis
eksterna dibentuk oleh dua lapisan otot polos. Serosa (peritoneum viscerale dan mesenterium)
melapisi kolom transversum dan kolon sigmoid. Adanya beberapa modifikasi di dinding
kolon yang membedakan bagian ini dari bagian lainnya di saluran pencernaan. Kolon tidak
memiliki vili atau plika sirkularis, dan permukaan luminal mukosa licin. Di kolon yang tidak
melebar, mukosa dan submukosa memperlihatkan banyak lipatan temporer. Di lamina propria
dan submukosa kolon dijumpai nodulus limfoid. Lapisan otot polos di muskularis eksterna
kolon mengalami modifikasi. Lapisan sirkular dalam terlihat utuh di dinding kolon,
sedangkan lapisan longitudinal luar otot polos dibagi menjadi tiga pita memanjang yang lebar
yaitu taenia coli. Lapisan otot longitudinal luar yang sangat tipis, yang sering terputus-putus,
dijumpai di antara taenia coli. Sel-sel ganglion parasimpatis pleksus saraf mienterikus
(Auerbach) terdapat di antara kedua lapisan otot polos muskularis eksterna. Kolon
transversum dan kolon sigmoid melekat pada dinding tubuh melalui mesenterium. Oleh
karena itu, serosa menjadi lapisan terluar (Lihat Gambar 3).2,3
Struktur rektum serupa dengan yang pada kolon, tetapi dinding yang berotot lebih
tebal dan membran mukosanya memuat lipatan-lipatan membujur yang disebut kolumnya
Morgagni. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus. Di dalam saluran anus ini serabut
otot sirkuler menebal untuk membentuk otot sfinkter anus interna. Sel-sel yang melapisi

3
saluran anus berubah sifatnya; epitelium bergaris mengganikan sel-sel silinder. Sfinkter
eksterna menjaga saluran anus dan orifisium supaya tertutup.3
Fitur histologis usus buntu adalah sebagai berikut: pertama, lapisan muskularis tidak
didefinisikan dengan baik dan mungkin kekurangan di beberapa lokasi. Kedua, di submukosa
dan mukosa, agregat limfoid terjadi dengan atau tanpa struktur khas pusat germinal.
Pembuluh getah bening yang menonjol di daerah yang mendasari agregat limfoid. Ketiga,
mukosa seperti usus besar, kecuali untuk kepadatan folikel limfoid. Kriptus berukuran dan
berbentuk tidak teratur, kontras dengan penampilan kriptus yang lebih merata dalam usus
besar. Kompleks neuroendokrin terdiri dari sel-sel ganglion, sel Schwann, serat saraf, dan sel-
sel neurosecretory yang diposisikan tepat di bawah kriptus. Serotonin adalah produk sekretori
terkenal dan telah terlibat dalam mediasi nyeri yang timbul dari usus buntu yang tidak
meradang. Kompleks ini dapat menjadi sumber tumor karsinoid, yang appendix dikenal
menjadi lokasi asal yang paling umum.5
Gambar ini memperlihatkan potongan melintang appendix vermiformis dengan
pembesaran lemah. Morfologi mirip dengan kolon, kecuali adanya beberapa modifikasi.
Dalam membandingkan mukosa appendix dengan kolon, epitel mengandung banyak sel
goblet, lamina propria di bawahnya mengandung kelenjar intestinal (kriptus Lieberkiihn), dan
terdapat muskularis mukosa. Kelenjar intestinal di appendix kurang berkembang, lebih
pendek dan sering berjauhan letaknya dibandingkan di kolon. Jaringan limfoid difus di dalam
lamina propria sangat banyak dan sering terlihat di submukosa. Pada usia 15 tahun
didapatkan sekitar 200 atau lebih nodul limfoid. Lumen appendix biasanya mengalami
obliterasi pada orang dewasa. Nodulus limfoid dengan pusat germinal banyak ditemukan dan
sangat khas bagi appendix. Nodulus ini berasal dari lamina propria dan meluas dari epitel
permukaan hingga submukosa. Submukosa memiliki banyak pembuluh darah. Muskularis
eksterna terdiri atas lapisan sirkular dalam dan lapisan longitudinaluar. Ganglion parasimpatis
pleksus mienterikus terletak di antara lapisan otot polos sirkular dalam dan longitudinal luar
muskularis eksterna. Lapisan terluar appendix adalah serosa dengan sel adiposa di bawahnya
(Lihat Gambar 4).4, 7-9

4
Gambar 3. Potongan Transversal Usus Besar2

Gambar 4. Potongan Transversal Appendix2

Posisi Appendix Secara Umum


Appendix dan sekum merupakan perkembangan dari midgut antara 8 sampai 12
minggu dari waktu selama kehamilan sebagai tunas yang muncul dari loop midgut, sebelum

5
kolon ascendens dibentuk. Dengan panjang rata-rata 9cm, asal usul appendix bervariasi dan
appendix mengambil salah satu posisi dari jam tangan, dengan pusatnya di asal appendix.
Tidak seperti sisa kolon, appendix mempunyai lapisan otot memanjang yang lengkap. Suplai
darah appendix ditemukan di dalam mesenterium terpisah, mesoappendix, dan terdiri dari
cabang apendikularis dari cabang ileokolika dari arteri mesenterika superior. Drainase
limfatik appendix terjadi melalui kelenjar getah bening ileokolika, yang dibagi dengan ileum
terminal dan kolon kanan. Meskipun kolon kanan tetap di retroperitoneum, appendix dan
sekum memiliki posisi yang bervariasi di rongga abdomen. Posisi appendix tergantung pada
sejumlah faktor: tingkat keturunan cecal dan fiksasi peritoneal, konfigurasi sekum, panjang
appendical, adhesi terkait, dan habitus orang tersebut. Biasanya, lokasi appendix
digambarkan sebagai retrocecal, panggul, subcecal, atau para-ileum. Anatomi permukaan
klasik appendix digambarkan oleh McBurney pada tahun 1889, dan seperti yang disebutkan
sebelumnya, titik McBurney terletak di persimpangan pertiga lateral dan garis tengah yang
ditarik dari spina iliaka anterior superior ke umbilikus. Variasi lokasi ini yang akan
mempengaruhi lokasi nyeri perut yang terjadi apabila appendix mengalami peradangan (Lihat
Gambar 5).9

Gambar 5. Variasi Posisi Appendix


Vermiformis.9

Enzim dan Hormon Pencernaan yang Berperan


Terdapat tiga hormon utama pencernaan: gastrin sekretin, dan CCK. Gastrin, protein
di lambung merangsang pelepasan gastrin, yang melakukan fungsi-fungsi berikut: bekerja
melalui beragam cara untuk meningkatkan sekresi HCl dan pepsinogen, yaitu kedua bahan

6
yang sangat penting dalam memulai pencernaan protein yang mendorong sekresinya. Kedua,
meningkatkan motilitas lambung, merangsang motilitas ileum, melemaskan sfingter
ileosekum, dan memicu pergerakan massa di kolon-fungsi-fungsi yang semuanya ditujukan
untuk menjaga isi usus tetap bergerak maju sewaktu makanan baru tiba. Ketiga, bersifat
trofik tidak saja untuk mukosa lambung tetapi juga mukosa usus halus, membantu
memelihara lapisan dalam saluran cerna yang telah berkembang baik dan dapat hidup secara
fungsional. Sekretin, sewaktu lambung mengosongkan isinya ke dalam duodenum, adanya
asam di lambung dan oleh adanya asam di duodenum merangsang pelepasan sekretin, yang
melakukan fungsi-fungsi terkait berikut ini: menghambat pengosongan lambung untuk
mencegah masuknya lebih banyak asam ke dalam duodenum hingga asam yang ada telah
dinetralkan. Kedua, menghambat sekresi lambung untuk mengurangi jumlah asam yang
diproduksi. Ketiga, merangsang sel-sel duktus pankreatikus untuk menambah volume sekresi
encer NaHCO3, yang mengalir ke dalam duodenum untuk menetralkan asam. Keempat,
merangsang sekresi empedu kaya NaHCO3 oleh hati, yang juga dialirkan ke duodenum untuk
membantu proses netralisasi. Netralisasi kimus yang asam di duodenum membantu mencegah
kerusakan dinding duodenum dan membentuk lingkungan yang sesuai untuk fungsi optimal
enzim-enzim pencernaan pankreas, yang dihambat oleh asam. Kelima, sekretin dan CCK
bersifat trofik bagi pankreas eksokrin. CCK, sewaktu terjadi pengosongan lambung, lemak
dan nutrien lain masuk ke duodenum. Nutrien ini, khususnya lemak dan, dengan tingkat yang
lebih rendah, produk protein, menyebabkan pelepasan CCK, yang melakukan fungsi-fungsi
terkait berikut: menghambat moriliras dan sekresi lambung, sehingga waktu untuk
pencernaan dan penyerapan nutrien yang sudah ada di duodenum cukup. Kedua, merangsang
sel asinus pankreas untuk meningkatkan sekresi enzim pankreas, yang melanjutkan
pencernaan nutrien-nutrien ini di duodenum (efek ini sangat penting untuk pencernaan lemak,
karena lipase pankreas adalah satu-satunya enzim yang mencerna lemak). Ketiga,
menyebabkan kontraksi kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi sehingga empedu
dialirkan ke dalam duodenum untuk mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak. Efek
deterjen garam empedu sangat penting bagi kemampuan lipase pancreas dalam melaksanakan
tugasnya. Berbagai efek CCK ini beradaptasi baik dengan penanganan lemak dan nutrien lain
yang keberadaannya di duodenum memicu pelepasan hormon ini. Selain itu, sekretin dan
CCK, yang sama-sama memiliki efek stimulatorik kuat pada pankreas eksokrin, bersifat
trofik bagi jaringan ini. CCK juga diperkirakan berperan dalam perubahan adaptif jangka
panjang dalam proporsi enzim pankreas yang diproduksi sebagai respons terhadap perubahan
diet yang berkepanjangan. Selain mempermudah pencernaan nutrien yang tertelan, CCK

7
adalah regulator penting asupan makanan. Hormon ini berperan kunci dalam rasa kenyang,
yaitu sensasi bahwa tubuh sudah cukup makan. Untuk enzim penceraan di dalam usus besar
tidak ada. Karena tidak terjadi sekresi enzim di dalam usus besar. Sekresi enzim terjadi hanya
sampai di usus halus saja. Sedangkan di dalam appendix juga tidak terjadi sekresi apapun
karena appendix tidak begitu berpengaruh dalam tubuh manusia.10

Tanda Proses Awal Terjadinya Inflamasi


Inflamasi adalah respons terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika proses
inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular di mana cairan, elemen-elemen darah, sel darah
putih (leukosit), dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi.
Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan di mana tubuh berusaha untuk
menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk
mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan. Meskipun ada hubungan antara inflamasi
dan infeksi, istilah-istilah ini tidak boleh dianggap sama. Infeksi disebabkan oleh
mikroorganisme dan menyebabkan inflamasi, tetapi tidak semua inflamasi disebabkan oleh
infeksi. Lima ciri khas dari inflamasi, dikenal sebagai tanda-tanda utama inflamasi, adalah
kemerahan, panas, pembengkakan, nyeri, dan hilangnya fungsi. Dua tahap inflamasi adalah
tahap vaskular yang terjadi 10-15 menit setelah terjadinya cedera dan tahap lambat. Tahap
vaskular berkaitan dengan vasodilatasi dan bertambahnya permeabilitas kapiler di mana
substansi darah dan cairan meninggalkan plasma dan pergi menuju ke temapt cedera. Tahap
lambat terjadi ketika leukosit menginfiltrasi jaringan inflamasi (Lihat Tabel 1).11

Tabel 1. Tanda-Tanda Inflamasi11

8
Kesimpulan
Rasa nyeri pada perut kanan bawah yang dirasakan pada penderita appendicitis
disebabkan karena letak appendix tersebut pada titik McBurney tepatnya 1/3 lateral dari jarak
SIAS kanan sampai umbilicus.

Daftar Pustaka
1. Alviroso, Agil Noviar. Efek ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata Linn.)
terhadap motilitas usus mencit (Mus musculus) yang diinduksi Oleum Ricini. Thesis,
Universitas Sebelas Maret; 2016.
2. Eroschenko VP. Difiores atlas of histology with functional correlations. 12th Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2013.
3. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Penerbit PT Gramedia;
2007.
4. Jaffe BM, Berger DH. The Appendix. In: Schwartzs Principles of Surgery Volume 2.
8th edition. New York: McGraw Hill Companies Inc; 2006.
5. Norton JA, editor. Essential practice of surgery: basic science and clinical evidence.
New York: Springer; 2006.
6. Mescher AL. Histologi dasar junqueira: teks & atlas. Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2009.
7. Lally KP, Cox CS, Andrassy RJ, Appendix. In: Sabiston Texbook of Surgery. 17th
edition. Ed:Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Philadelphia:
Elsevier Saunders. 2004: 1381-93
8. Way LW. Appendix. In: Current Surgical Diagnosis & Treatment. 11 edition.
Ed:Way LW. Doherty GM. Boston: McGraw Hill. 2003:668-72
9. Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ. Sleisenger and fordtrans gastrointestinal and
liver disease. 9th Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
10. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.
11. Asih Y, editor. Farmakologi: pendekatan proses keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006.
12. Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum
dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
13. Human Anatomy 205. Retrieved at October 20th 2011 From:
http://www.talkorigins.org/faqs/vestiges/vermiform_Appendix.jpg

Vous aimerez peut-être aussi

  • Tugas Poli
    Tugas Poli
    Document9 pages
    Tugas Poli
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • JURDING
    JURDING
    Document28 pages
    JURDING
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • REFERAT
    REFERAT
    Document12 pages
    REFERAT
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Perbedaan Gambaran CT-Scan Toxoplasmosis Dan Tuberculoma
    Perbedaan Gambaran CT-Scan Toxoplasmosis Dan Tuberculoma
    Document4 pages
    Perbedaan Gambaran CT-Scan Toxoplasmosis Dan Tuberculoma
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • REFERAT
    REFERAT
    Document5 pages
    REFERAT
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • NRL Case Hemoroid PDF
    NRL Case Hemoroid PDF
    Document29 pages
    NRL Case Hemoroid PDF
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Referat Abses Leher Dalam
    Referat Abses Leher Dalam
    Document21 pages
    Referat Abses Leher Dalam
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Integrasi 2 Blok 9
    Integrasi 2 Blok 9
    Document18 pages
    Integrasi 2 Blok 9
    Yoan Caroline Saron Kapressy
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Motus
    Makalah Motus
    Document7 pages
    Makalah Motus
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Sken 6 2017
    Sken 6 2017
    Document30 pages
    Sken 6 2017
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Sken 1
    Sken 1
    Document18 pages
    Sken 1
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Sken 3
    Sken 3
    Document17 pages
    Sken 3
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Sken 7 2017
    Sken 7 2017
    Document19 pages
    Sken 7 2017
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah PBL Blok 9 - Struktur Dan Mekanisme Pencernaan
    Makalah PBL Blok 9 - Struktur Dan Mekanisme Pencernaan
    Document29 pages
    Makalah PBL Blok 9 - Struktur Dan Mekanisme Pencernaan
    Roykedona Lisa Trixie
    100% (1)
  • Blok 9 Hengky - Kembung
    Blok 9 Hengky - Kembung
    Document12 pages
    Blok 9 Hengky - Kembung
    Reza Tandisau Juventini
    Pas encore d'évaluation
  • Brosur Paud
    Brosur Paud
    Document2 pages
    Brosur Paud
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Pleno Blok 9
    Makalah Pleno Blok 9
    Document14 pages
    Makalah Pleno Blok 9
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • F5 - Bulimia
    F5 - Bulimia
    Document15 pages
    F5 - Bulimia
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas CBD
    Tugas CBD
    Document4 pages
    Tugas CBD
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Motus
    Makalah Motus
    Document7 pages
    Makalah Motus
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • F4 Gangguan Cemas Menyeluruh
    F4 Gangguan Cemas Menyeluruh
    Document28 pages
    F4 Gangguan Cemas Menyeluruh
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Waham Paranoid
    Waham Paranoid
    Document1 page
    Waham Paranoid
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Kelompok Motus
    Kelompok Motus
    Document7 pages
    Kelompok Motus
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Ulkus Kornea
    Ulkus Kornea
    Document38 pages
    Ulkus Kornea
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Vitamin A
    Vitamin A
    Document1 page
    Vitamin A
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Biografi Dan Profil Lengkap Bill Gates 2
    Biografi Dan Profil Lengkap Bill Gates 2
    Document4 pages
    Biografi Dan Profil Lengkap Bill Gates 2
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Biografi Dan Profil Lengkap Bill Gates 2
    Biografi Dan Profil Lengkap Bill Gates 2
    Document4 pages
    Biografi Dan Profil Lengkap Bill Gates 2
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Revisi
    Revisi
    Document35 pages
    Revisi
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Bcls
    Bcls
    Document5 pages
    Bcls
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas CBD
    Tugas CBD
    Document4 pages
    Tugas CBD
    NurulSitiKhodijah
    Pas encore d'évaluation