Vous êtes sur la page 1sur 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu


pengetahuan, terutama karena ilmu kedokteran, mampu meningkatkan umur
harapan hidup (life expentany). Akibatnya jumlah orang yang lanjut usia akan
bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat lebih cepat.
Di antara Negara maju seperti di Amerika Serikat pertambahan usia lanjut
1000 orang perhari dan perkiraan pada tahun 2010 50% dari penduduk berusia
lebih dari 50 tahun. Baby Boom pada masa lalu diganti dengan ledakan
penduduk lanjut usia.
Di Indonesia menurut sensus pada tahun 2008, jumlah penduduk adalah
147,3 juta orang. Pada angka tersebut terdapat 16,3 orang (11%) yang berumur
50 tahun ke atas, dan 6,3 juta orang (4,3%) orang yang berumur 60 tahun ke
atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822.831 (12,06%) orang tergolong jompo, yaitu
para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus sesuai Undang-undang, bahwa
mereka harus dipelihara oleh Negara.
Pada tahun 2015 diperkirakan meningkat menjadi 9,99% dari seluruh
penduduk (22.2277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70 tahun. Secara
individu proses menjadi tua menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik,
biologis, mental dan sosialnya.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula
penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan
segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping
itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu
membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi
keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang
spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut
usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas
Gerontologic nursing(=gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai
keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat
gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan pada
semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan
usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas.
Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang
berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel
patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan kepada lansia yang berhubungan
dengan status masalah kesehatannya guna meningkatkan kesehatan pada
lansia
2. Tujuan Khusus
a. Mengenal masalah kesehatan lansia.
b. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
pada lansia.
c. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lansia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Lanjut Usia (Lansia)


Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun
1998 adalah 60 tahun. Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan
sudah dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses
berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab
individu memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan
faktor-faktor ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya menyebabkan
peristiwa menua berbeda pada setiap orang. Dalam sepanjang kehidupannya,
seseorang mengalami pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional
yang bisa melemahkan kemampuan seseorang untuk memperbaiki atau
mempertahankan dirinya. Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut
senescence terjadi saat organisme biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi
mekanisme Pengrusakan dan Perbaikan.

B. Teori Proses Menua


1. Teori Biologik
Menurut Mary Ann Christ et al. (2003), penuaan merupakan proses yang
secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan
mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan
juga menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya,
yang pada akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif.Teori biologis
tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan
ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia, timbul
akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan
bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.Faktor
intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase yang berperan besar pada
penggandaan dan perbaikan DNA, serta enzym proteolytik yang dapat
menemukan sel yang mengalami degradasi protein sangat penting.
Sedangkan pada faktor ekstrinsik yang penting dikemukakan adalah radikal
bebas, fungsi kekebalan seluler dan humoral, oksidasi stress, cross link serta
mekanisme dipakai dan aus sangat menentukan dalam proses penuaan
yang terjadi.Adanya faktor pengaruh intrinsik dan ekstrinsik tadi pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat perubahan pada sel , sel otak dan saraf,
gangguan otak , serta jaringan tubuh lainnya.
2. Teori Genetik dan Mutasi, Genetic Clock
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.Teori ini
menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik
didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika
jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya
proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980)
dikutif Darmojo dan Martono (2009) dari teori itu dinyatakan adanya
hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur
spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang
perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya
proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi
somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif
pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan fungsional sel tersebut.
3. Teori ERROR
Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah
hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 2009). Menurut teori
tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam
kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan
berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel
dan fungsi sel secara perlahan, misalnya :
a. Pemakaian dan Rusak, wear and tear theory
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
b. Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
4. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
5. Teori Radikal Bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan
organik seperti karbohidrat dan protein, radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi.Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen
radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa :
superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2).
Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi
dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (2003) yang
dikutif dari Darmojo dan Martono (2009) menyatakan bahwa makin tua
umur makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan
terus terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
6. Teori Kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan
kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
7. Teori Sosial
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social
8. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas.
Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
a. Kehilangan peran
b. Hambatan kontrol sosial
c. Berkurangnya komitmen
9. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.Pokok-pokok
dari teori kesinambungan adalah :
a. Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
b. Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c. Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
10. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory).
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (2004),
Homans (2011) dan Blau (2012) mengemukakan bahwa interaksi sosial
didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain
Simmons (2005) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus
menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status
sosialnya untuk melakukan tukar menukar.Pokok-pokok Social Exchanger
Theory sebagai berikut :
a. Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
b. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya
dan waktu.
c. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan
mengeluarkan biaya.
d. Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
11. Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)
Cumming dan Henry (2001) mengemukakan bahwa kemiskinan yang
diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang
lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya.Selain hal
tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia
menarik diri.Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik
secara kualitas maupun secara kuantitas.
Pokok-pokok disenggagement theory adalah :
a. Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa pensiun. Pada
wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang misalnya saat
anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untukbelajar dan
menikah.
b. Lansia danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia dapat
merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda
memperoleh kerja yang lebih luas.
Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
a. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
b. Proses tak dapat dihindari
c. Hal ini diterima lansia dan masyarakat.
12. Teori Aktivitas (Activity theory)
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang
mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lansia
merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah :
a. Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
b. Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
13. Teori Perkembangan (Development Theory)
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh
lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori
Freud, Buhler, Jung dan Erikson.Sigmund Freud meneliti tentang
psikoanalisa dan perubahan psikososial anak dan balita. Erikson (1930)
membagi kehidupan menjadi 8 fase dan lansia perlu menemukan integritas
diri melawan keputusasaan (ego integrity versus despair).Havighurst dan
Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan (development tasks)
selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia yaitu ;
a. Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis
b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
c. Menemukan makna kehidupan
d. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
e. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
f. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
g. Menerima dirinya sebagai calon lansia
h. Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (2003) menekankan
perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan
emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.
Pokok-pokok dalam development theoryadalah :
a. Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa
kehidupannya.
b. Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial
yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.
c. Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam
keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun,
ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
14. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow,
1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda.Ketika
kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling
tinggi dari kebutuhan terbsebut tercapai.Semua kebutuhan ini sering
digambarkan seperti sebuah segitiga dimana kebutuhan dasar terletak
paling bawah/di dasar.
b. Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian dari
seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda
dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian
individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran seseorang dan ketidaksadaran
bersama.Menurut teori ini kepribadian digambarkan/diorientasikan
terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke arah subyektif, pengalaman-
pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan
ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling
penting bagi kesehatan mental.
15. Teori Proses Kehidupan Manusia
Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang menggambarkan
perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan
menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini adalah
mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima
fase proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri
merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan, dengan
kata lain orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat
memenuhi kebutuhannya dengan beberapa cara.Pada tahun 1968 Buhler
mengembangkan awal pemikirannya yang secara jelas mengidentifikasi
limafase yang terpisah dalam pencapaian tujuan kehidupan yang dilewati
manusia. Pada masa kanak-kanak belum terbentuk tujuan hudup yang
spesifik dan pada masa depan pengakhiran kehidupan juga tidak jelas. Masa
remaja dan masa dewasa muda dicapai hanya sekali dalam
kehidupan.Seseorang mulai mengkonsep tujuan-tujuan hidup yang spesifik
dan memperokleh pengertian terhadap kemampuan individu.Saat berumur 25
tahun seseorang menjadi lebih konkrit mengenai tujuan hidupnya dan secara
aktif diterapkan dalam diri mereka. Buhler melihat fase akhir dari lansia (usia
65 atau 70 tahun) sebagai usia untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk
untuk mencapai tujuan hidup.

C. Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


1. Perubahan Fisik
a) Perubahan Fisik Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih
besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b) Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam
respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem
pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya
pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon
terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,
meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d) Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah
berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
e) Sistem respirasi: otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya
sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan
menurun.
f) Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk,
indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi
indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf
pengecap untuk rasa manis dan asin
g) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi
sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun
sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat.
Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia
yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami
oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi
selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan
menjadi alkali.
h) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate
(BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen
dan testosteron.
i) Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat
kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi
kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku
menjadi keras dan rapuh.
j) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh
menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine
vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot ,
sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b) Kehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan
e) Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial
Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan
Merasakan atau sadar akan kematian
Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit.
a) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)Lanjut Usia meliputi:
Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
b) Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:
Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
c) Tipe Lanjut Usia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya
(Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti Maryam, dkk, 2008).
Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik
dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
f. Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
dependen (ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan
serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam
melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang
dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
(indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi
beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan
bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara
tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia dip anti
werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan
gangguan mental.
KONSEP DASAR DIABETES MELITUS

A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta
berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.
Diabetee mellitus digolongkan sebagai penyakit endoktrin atau hormonal karena
gambaran produksi atau penggunaan insulin (Corwin, 2009).
Menurut American Diabetec Associatiion (ADA) th 2005, DM ialah
sebuah kelompok panyakit metabolik dengan adanya karakterristik hiperglikemia
yg terjadi dikarenakan adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau bisa
saja terjadi kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) yaitu kelainan defisiensi dari insulin & kehilangan
toleransi pada glukosa ( Rab, 2008). DM ialah sekelompok kelainan heterogen
yg ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yg
disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yg tidak adekuat (Brunner
& Suddart, 2002).

B. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi terbaru tahun 2005 menurut American Diabetes Association
(ADA) lebih menekankan penggolongan berdasarkan penyebab dan proses
penyakit. Ada 4 jenis diabetes melitus berdasarkan klasifikasi terbaru : (Sudoyo,
2006)
1. Diabetes mellitus Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM).
2. Diabetes mellitus Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (IDDM).
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
4. Diabetes Mellitus gestational (GDM). Keadaan intoleransi karbohidrat dari
seorang wanita yang diketahui.
C. Etiologi
Etiologi diabetes mellitus masih belum jelas atau belum dapat ditentukan
dari berbagai literatur yang telah dibaca oleh peneliti ada berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi serta menggangu pembuatan insulin dan metabolisme
karbohidrat di dalam sel-sel sehingga dapat menyebabkan hiperglikemia dan
glukosuria (Ganong, 1997).
1. Faktor Keturunan
Pada keluarga yang mempunyai penderita diabetes mellitus ada kemungkinan
25 % akan menurunkan pada anggota keluarga dekat yang lain.
2. Faktor Obesitas
Sekitar 80 % penderita diabetes mellitus menderita obesitas. Obesitas
merupakan faktor resiko untuk terjadinya diabetes mellitus, diketahui bahwa
jumlah reseptor insulin menurun pada obesitas dan penurunan berat badan,
biasanya sebesar 20 pon.
3. Faktor Hormonal
a. Pancretektomi
b. Alloxan
c. Zat anti insulin
d. Penyakit-penyakit pankreas
e. Hipopysis
f. Suprarenal
4. Faktor imunologi
Respon abnormal dimana Antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi dengan jaringan tersebut sebagai jaringan asing.
5. Faktor lingkungan
Virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan
distruksi sel beta.
D. Manifestasi klinis
Keluhan khas :
1. Rasa haus berlebihan (polidipsi)
2. Sering kencing (poliuri)
3. Cepat lapar (polifagi)
4. Cepat kehilangan berat badan
Keluhan tidak khas :
1. Mudah lelah
2. Kesemutan pada jari tangan dan kaki
3. Gatal gatal didaerah genital
4. Luka sukar sembuh
5. Penglihatan kabur
6. Keputihan
7. Bisul hilang timbul
8. Mudah mengantuk
9. Pruritus vulva pada wanita

E. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin dan
glukosa dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapi dari setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadnya hipoglikemia dan gangguan serius
pada pola aktivitas pasien. Penatalaksanaan untuk diabetes mellitus terdiri dari
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan (Smeltzer, 2002)
1. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Penyuluhan/pendidikan kesehatan
Penyuluhan tentang diabetes, adalah pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan
menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien
akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal,
dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik
(Long, 1996)
b. Perencanaan makan
Pada konsensus perkumpulan endokrinologi indonesia (PERKENI) telah
ditetapkan bahwa standart yang dianjurkan adalah santapan dengan
komposisi yang seimbang. Pada saat ini, Perhimpunan diabetes amerika
dan perhimpunan diabetes amerikan merekomendasikan bahwa untuk
semua tingkat asupan kalori, makan 50 % hingga 60 % kalori berasal dari
karbohidrat, 20-30 % berasal dari lemak dan 12-20 % lainya berasal dari
protein. Rekomendasi ini juga konsisten dengan rekomendasi dari the
american heart asociation dan american cancer sosiety. Apabila
diperlukan santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75 % juga
memberikan hasil yang baik. Terutama untuk golongan ekonomi yang
rendah. Jumlah kalori disesuiakan dengan pertumbuhan, usia, statrus gizi,
stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal (Mirza,
2009)
c. Latihan/olahraga
Latihan atau olahraga selain dapat menurunkan kadar gula darah karena
membuat kerja insulin lebih efektif dengan cara meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin.
Olahraga sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat
badan, mengurangi rasa stress, mengurangi faktor resiko kardiovaskuler
dan mempertahankan kesegaran tubuh. Bagi pasien DM melakukan
olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga
yang berat-berat.
2. Penatalaksanaan secara medis
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh
sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita
DM tipe 2 dengan berat badan berlebihan.
2) Golongan Biguanad /metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai
obat tinggal pada pasien kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 yang Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100
UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid. Injeksi insulin dapat
diberikan kepada penderita DM tipe11 yang kehilangan berat badan
secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti
DM dengan dosis maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan
obat-obatan tersebut. Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar
asidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat ,
wanita hamil dengan gejala DM yang tidak dapat dikontrol dengan
pengendalian diet.
2) Jenis insulin
a. Insulin kerja cepat
Jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zinc, dan semilente.
b. Insulin kerja sedang
Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon), globinzinc, lente.
c. Insulin kerja lambat
Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin) (Long, 1996)
F. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik (Carpenito, 2001)
1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting
dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka
pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002)
a. Diabetik Ketoasedosis ( DKA)
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata (Smeltzer, 2002)
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak
terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smeltzer, 2002)
c. Hypoglikemik
Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu atau karena aktifitas fisik yang
terlalu berat (Smeltzer, 2002)
2. Komplikasi kronik
Diabetes Melitus pada dasarrnya terjadi pada semua pembuluh darah
diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi
menjadi 2 yaitu:
a. Mikrovaskuler
Perubahan-perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan
kerusakan membran basal pembuluh-pembuluh kapiler, merupakan hal
unik pada diabetes. Perubahan-perubahan ini sering kali terjadi pada
penderita IDDM dan serinng terjadi pada organ berikut ini :
1. Penyakit Ginjal (nefropati)
Salah satu akibat utama dari perubahan perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Empat jenis yang
dapat ditimbulkan : pyelonephritis, lesi-lesi glomerular, arteriosklerosis
areteri renalis, dan aretrio afferen dan efferen, serta lesi-lesi rubuler.
Bila kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal
akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah
dalam urin (Smeltzer, 2002)
2. Penyakit Mata (retinophati diabetik)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan retinopati
(Sjaifoellah, 1996). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang
berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan
lensa (Long, 1996)
3. Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom,
Medulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Banyak dan berbagai macam
gejala dapat timbul, tergantung neuron yang terkena. Akumulasi sorbital
dan perubahan perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi
myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan
perubahan kondisi saraf, jenis neuropati yang lazim, adalah
polineuropati, perifer simetris. Hal ini terlihat pertama kali dengan
hilangnya sensasi pada ujung-ujung ekstremitas bawah kemudian
hilangnya kemampuan motorik dan ekstremitas atas dapat terkena pula
(Long, 1996)
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK Ny. NGA DENGAN
DIABETES MELLITUS

A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
Nama : Ny.Nga
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Lama Bekerja : Tidak bekerja

2. Struktur Keluarga
No. Nama Umur JK Hub dgn Pekerjaan Keterangan
Klien
1. Tn. A 64 Thn L Suami Petani Menikah
3.
3. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Menikah

: Tinggal Serumah
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien Mengatakan Tidak mengetahui tentang riwayat kesehatan
keluarganya, khususnya dirinya sendiri dan suaminya, khususnya orang tua
wanita yang masih hidup dan tinggal serumah dengannya.
5. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama saat ini : Klien mengatakan ada luka di kaki tepatnya
jempol kaki yang tampak bolong, dan kering yang ditutup dengan kain
dan lama sembuhnya
b. Apa yang dipikirkan saat ini : Klien mengatakan tidak ada memikirkan
sesuatu karena anaknya sudah berkeluarga semua
c. Siapa yang paling dipikirkan saat ini : Klien mengatakan tidak ada yang
terlalu klien pikirkan.
d. Riwayat penyakit dahulu : Klien mengatakan Penyakit dari dulu sampai
sekarang yang tidak sembuh yaitu luka di kaki kanan
6. Pengkajian
a. Kebutuhan Nutrisi :
Dalam kebutuhan nutrisi klien, klien makan 1x sehari dan nafsu makan
klien cukup baik. Klien memiliki kebiasaan berdoa sebelum makan.
Klien tidak menyukai makan telur, ikan dan daging karena merasa
bosan dengan makanan tersebut. Pantangan makanan klien tidak ada.
Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan tidak ada
pantangan makan. Pada saat makan klien tidak memiliki keluhan-
keluhan. Untuk lauk klien lebih suka makan tahu, tempe, dan kerupuk,
dan sayuran sedangkan untuk minuman klien sering mengkonsumsi air
putih, teh manis kadang 2x sehari kadang 3x sehari tidak nentu.
b. Pola Eliminasi
Klien BAK sehari 5x dengan BAK pada malam hari sebanyak kadang
2x. Klien tidak memiliki keluhan yang berhubungan dengan BAK.
Klien BAB 2x sehari tapi tidak menentu dengan konsistensi semi padat
dan warnanya kuning biasa dan tidak ada keluhan yang berhubungan
dengan BAB. Klien tidak pernah memakai Laxatif/ Pencahar.
c. Pola Aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/ minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah/ berjalan
Ambulasi/ ROM

Keterangan : 0 = Mandiri, 1 = Alat Bantu, 2 = Dibantu orang Lain, 3 =


dibantu orang lain dan alat, 4 = tergantung total

d. Pola tidur dan istirahat


Klien tidur malam sekitar pukul 20.00 kemudian bangun sekitar pukul
22.00, lalu tidur lagi sekitar pukul 00.00 sampai pukul 05.00 kemudian
tidur lagi sampai pukul 09.00, klien jarang tidur siang biasanya hanya
15 menit sampai 30 menit. Klien mengatakan tidak ada keluhan yang
berhubungan dengan tidur.
e. Pola perceptual
1) Penglihatan :
Pandangan klien sedikit kabur, namun bila dari jarak dekat cukup
jelas, bila hendak jalan kadang tampak kabur namun masih cukup
jelas melihat kendaraan.
2) Pendengaran:
Kurang jelas bila mendengar suara orang berbicara dengan nada
yang kecil dan jarak jauh.
3) Pengecap :
Cukup baik untuk menilai rasa walaupun kadang yang manis terasa
asin dan begitu sebaliknya.
4) Sensasi :
Kadang merasa kebas dan kesemutan di jari-jari tangan dan telapak
tangan
f. Konsep Diri Klien
1) Gambaran Diri : Klien mengatakan menyukai semua bagian
dirinnya karena itu adalah pemberian Tuhan
2) Ideal Diri : Klien mengatakan di umur yg sudah tua ini, berharap
anak-anaknya bisa hidup bahagia
3) Peran Diri : Klien mengatakan saya seorang ibu rumah tangga
dan sekarang mengurus suami dan ibu saya, serta mengasuh cucu
saya
4) Harga Diri : Klien mengatakan tidak merasa malu atas
penyakitnya
5) Identitas Diri: Klien mengatakan merasa puas dengan
identitasnya sebagai seorang perempuan dan mampu menjadi
seorang ibu
g. Pola Peran hubungan : Klien mengatakan mengatakan hubungan yang
baik dengan suami, anak-anaknya dan ibu yang masih hidup
h. Pola management koping stress: Klien mengatakan apabila ada
masalah klien biasanya sholat dan berdoa
i. Sistem nilai dan keyakinan hidup :
Klien beragama islam, dan percaya hanya kepada Allah.

7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat kesadaran : Composmentis dengan GCS E = 4, V = 5, M =
6
2) Tekanan darah : 120/90 mmHg
3) Nadi : 89x/ menit
4) Respirasi : 19x/menit
5) Temperatur : 36.8C
6) BB : 42 Kg ( 1 tahun yang lalu)
7) TB : 150 cm ( 1 tahun yang lalu)
8) Bentuk kepala : Normal, rambut tampak beruban dan tampak
kusam.
9) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan vena
jugularis
10) Thorax : bentuk normal, tidak tampak adanya retraksi otot dada,
tidak ada luka dibagian area dada
11) Abdomen : Tidak ada asites, tidak terdapat nyeri tekan, perkusi
tympani dengan bising usus 10x/menit.
12) Ekstremitas :
Tangan : Mulai terasa kram, teraba hangat, skala otot 4/4
Kaki : tampak terasa sakit dan linu-linu khususnya pada kedua
lutut, tidak tampak sedikit bengkak dan kemerahan, pada saat
berjalan tampak sedikit tertatih-tatih dan pada saat berjalan
tampak lambat dengan skala otot 4/4, tampak luka kering pada
jempol kaki kanannya.
13) Kulit : elastisitas kulit menurun, tampak kering, terasa kasar pada
telapak tangan, kulit berwarna kecokelatan, telapak kaki tampak
kotor.
14) Pemeriksaan Panca Indera
a) Penglihatan :
(1) Bola mata : Tidak ada tanda-tanda katarak
(2) Konjungtiva : Tidak tampak anemis
(3) Sklera : Normar tidak ikterik
(4) Reflek pupil : Positif terhadap rangsangan cahaya
(5) Visus : Tidak dilakukan
b) Pendengaran :
(1) Bentuk telinga : Normal sejajar dengan ujung mata
(2) Nyeri tekan : Tidak ada
(3) Liang telinga : Tidak terkaji
(4) Gangguan pendengaran : Tidak ada, dan tidak
menggunakan alat bantu dengar.
c) Pengecapan
d) Gigi : tampak ompong
e) Lidah : Tampak kotor
f) Sensasi rasa : masih mampu merasakan manis, asin, kadang
pedas bila makan pedas
b) Sensasi
(1) Sensasi rasa nyeri : Mampu merasakan sensasi rasa nyeri
(2) Suhu tubuh : Suhu tubuh teraba hangat
(3) Turgor kulit : Tampak kering
c) Penciuman
(1) Lubang hidung : Lubang hidung 2 (normal), penciuman
normal tidak ada masalah.
(2) Septum : Normal
(3) Sekret : Tidak tampak adanya secret pada area
8. Analisa Data
No. DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. Data Subjektif : Keidakmampuan Resiko terjadinya
Klien mengatakan tidak keluarga untuk komplikasi
paham tentang komplikasi mengenal diabetes melitus
penyakit diabetes melitus masalah pada
komplikasi
diabetes melitus
Data Objektif :
Kaki Ny.Nga Tampak
luka pada jempol kaki
Kaki tampak bengkak
disebelah kanan
Keluarganya selalu
bertanya tentang
kakinya yang luka dan
bengkak.
GDP dibulan februari
117 gr/dl
2 Data Subjektif : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
Klien mengatakan saya keluarga merawat pemeliharaan
jarang minum obat yang anggota keluarga keluarga pada
diberikan dari dokter dan dengan diabetes keluarga
saya jarang periksa, melitus
- Keluarga juga
mengatakan tidak tahu
tentang makanan apa
saja yang harus
dihindari
Data Objektif :
- Keluarga tampak
bingung

9. Rumusan Diagnosa
a. Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga lansia berhubungan
dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan
diabetes mellitus
b. Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada
komplikasi pada diabetes mellitus

10. Rencana Keperawatan


Rencana Keperawatan
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan
pemeliharaan pendidikan kesehatan keluarga tentang
keluarga lansia selama satu kali cara merawat dan
berhubungan kunjungan diharapkan makanan yang tidak
dengan keluarga dapat diboleh dimakan
ketidakmampuan melakukan perawatan pada penyakit
keluarga pada klien agar tidak diabetes mellitus
merawat anggota terjadi peningkatan 2. Berikan penyuluhan
keluarga dengan kadar gula darah kesehatan tentang
diabetes mellitus dengan kriteria sebagai cara merawat dan
berikut : makanan yang tidak
1. klien mengerti boleh dimakan
tentang makanan 3. Libatkan keluarga
yang harus terdekat untuk
dihindari memberikan support
2. klien dapat 4. Anjurkan keluarga
merawat anggota dan klien untuk
keluarga yang memeriksakan kadar
menderita gula darah setiap
diabetes melitus bulan
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji apakah ada
terjadinya pendidikan kesehatan tanda komplikasi
komplikasi selama satu kali diabetes mellitus
diabetes mellitus kunjungan diharapkan
berhubungan keluarga dapat 2. Berikan informasi
dengan melakukan perawatan atau penyuluhan
ketidakmampuan pada klien diabetes kesehatan tentang
keluarga mellitus untuk komplikasi diabetes
mengenal mencegah terjadinya mellitus dan
masalah komplikasi, dengan perawatan yang baik
criteria hasil sebagai
berikut : 3. Ealuasi cara
1. Mengerti tentang perawatan yang baik
komplikasi diabetes
mellitus 4. Libatkan keluarga
2. Mengerti tanda dan terdekat untuk
gejala terjadinya memberikan support
komplikasi
11. Catatan Perkembangan
DX Jam Implementasi Evaluasi
1. 10.30 1. Melakukan Pengkajian Jam 12.30 WIB
terhadap pengetahuan S : Klien mengatakan
keluarga tentang bagaimana saya sudah paham
cara merawat dan makanan bagaimana menjaga
yang tidak diboleh dimakan makanan dan bulan
pada penyakit diabetes depan saya mau periksa
mellitus kesehatan ke Puskesmas
O:
2. Memberikan penyuluhan - Klien tampak
kesehatan pada klien dan memperhatikan
keluarga yang mengalami penjelasan tentang
diabetes mellitus tentang cara diabetes mellitus
merawat dan makanan yang - Pasien bertanya
tidak boleh dimakan tentang makanan yang
tidak boleh dimakan
3. Melibatkan keluarga terdekat olehnya.
(Suami dan anak) untuk A:
memberikan support kepada Ketidakmampuan
klien seperti mengingatkan keluarga merawat
untuk menjaga kesehatan anggota keluarga
dan makanan yang tidak dengan diabetes
boleh dimakan. mellitus dapat teratasi
P:
4. Menganjurkan keluarga dan Evaluasi kembali
klien untuk memeriksakan pengetahuan klien
kadar gula darah setiap bulan tentang diabetes melitus
2. 11.30 1. Melakukan pengkajian fisik Jam 12.30 WIB :
pada klien apakah ada tanda S : Klien mengatakan
komplikasi diabetes mellitus saya sudah tau apa saja
yang terjadi komplikasi dari penyakit
saya
2. Memberikan informasi atau O :
penyuluhan kesehatan - Klien tampak
tentang adanya komplikasi memperhatikan
diabetes mellitus yang akan penjelasan tentang
terjadi apabila tidak dihindari komplikasi diabetes
melitus
3. Mengevaluasi cara klien - Klien bertanya
melakukan perawatan yang tentang bagaimana
baik dan benar terhadap cara menghindari atau
kesehatannya seperti mengurangi terjadinya
menanyakan kepada klien komplikasi.
bagaimana cara menangani A:
apabila terjadi komplikasi Ketidakmampuan
keluarga mengenal
4. Melibatkan keluarga terdekat masalah dapat teratasi
seperti suami dan anak dari P:
klien untuk memberikan Evaluasi kembali tentang
support dan membantu komplikasi dari diabetes
menjaga kesehatannya mellitus

Vous aimerez peut-être aussi