Vous êtes sur la page 1sur 45

Asuhan Keperawatan Dermatitis

A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Diaper dermatitis merupakan kelainan peradangan kulit di daerah yang tertutup popok yang
paling sering diderita oleh bayi atau anak-anak.
(Maya Devita, Dr;2004)
2. Etiologi
Berbagai faktor yang berperan pada timbulnya diaper dermatitis antara lain:
Kontak yang lama dengan popok yang basah.Popok yang basah bila tidak segera diganti
akan membuat kulit bayi lembab. Di dalam urine terdapat berbagai organisme diantaranya
bakterium amoniagenes yang dapat mengubah urea menjadi amonia. Amonia ini dapat
meningkatkan PH pada permukaan kulit bayi sehingga kulit akan lebih mudah dan lebih sering
diserang oleh kuman dan jamur. Keadaan feses yang banyak mengandung air dapat menambah
kelembapan kulit sehingga mempermudah terjadinya dermatitis/eksim akibat gesekan.
Gesekan dan iritasi.Gesekan dan iritasi merupakan dua faktor penting, sebagai penyebab
primer maupun sebagai faktor pencetus. Daerah popok adalah daerah yang sering basah.
Ditambah dengan gesekan berulang pada pergerakan badan bayi akan menambah pula frekuensi
kontak antar kulit. Dermatitis oleh karena iritasi biasanya disebabkan oleh iritasi bahan kimia
khususnya oleh kotoran diare.
Enzime-enzim fekal juga meningkatkan permeabilitas dari kulit terhadap garam empedu
yang merupakan bahan iritan yang potensial dalam feces.
3. Patofisiologi
Dibandingkan dengan kulit normal, kekeringan kulit pada dermatitis atopik karena ada
penurunan kapasitas pengikatan air, kehilangan air yang tinggi di transepidermal, dan penurunan
isi air. Pada bagian kehilangan air mengalami kekeringan yang lebih lanjut dan peretakan dari
kulit, menjadi lebih gatal. Gosokan dan luka garukan dari kulit karena gatal merupakan respon
dari beberapa keluhan kulit di klinik
4. Manifestasi Klinis
Gejala dari diaper dermatitis ini sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai dengan
yang parah. Tanda dan gejala awal kelainan ini berupa kemerahan ringan di kulit daerah sekitar
popok yang bersifat terbatas, disertai dengan lecet-lecet ringan atau luka pada kulit. Pada derajat
sedang, dapat berupa kemerahandengan atau tanpa bintil-bintil yang tersusun seperti satelit,
disertai dengan lecet-lecet yang meliputi permukaan yang luas. Pada tingkatan ini bayi akan
merasa nyeri dan tidak nyaman. Pada diaper dermatitis yang parah, ditemukan kemerahan yang
hebat disertai dengan bintil-bintil, pernanahan dan meliputi daerah kulit yang luas. Bila sudah
dalam keadaan demikian bayi harus mendapat perawatan intensif. (Maya Devita,Dr;2004).
Munculnya diaper dermatitis dapat dimanifestasikan terutama pada permukaan yang
cembung dalam lipatan kulit dan lesi dapat timbul dalam bermacam-macam tipe dan bentuk.
Erupsi pada kulit ini dapat timbul pada kontak secara langsung di kulit misal pada permukaan
yang cembung, pada bokong, paha bagian dalam, mons pubis,dan scrotum. Sedangkan pada
lipatan kulit yang dalam dapat ditembus oleh iritasi bahan kimia khususnya urine dan feses.
Penyebab lain adalah sabun dari pembilasan yang tidak adekuat atau parfum yang ditambahkan
pada popok dan bisa juga disebabkan oleh diaper yang disposibel.
(Whaley and Wong, 2000;599)
5. Komplikasi
Dapat terjadi komplikasi yaitu infeksi bakteri. Gejalanya berupa bintik-bintik yang
mengeluarkan nanah. Pembengkakan kelenjar getah bening sehingga penderita mengalami
demam dan lesu.
6. Prognosis
Penurunan angka kejadian diaper dermatitis pada bayi yang masih masa menyusui
dirasakan berhubungan dengan interaksi antara pH dan enzyme-enzyme fecal. Karena kotoran
dari bayi yang masih diberikan ASI pada masa menyusui memiliki aktivitas enzime fecal dan pH
yang rendah juga.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk eksema misalnya: Usap kulit (skin swab)
Dilakukan pada:
a. Pasien eksema yang dirawat di RS dengan eksema yang terbuka, terkeskoriasi, atau berkerak
untuk menentukan jenis bakteri penyebab dan pengobatan paling tepat
b. Kecurigaan bahwa infeksi disebabkan oleh bakteri S. aureus yang resisten terhadap pengobatan
standar
c. Usap hidung (nasal swab) dari pasien dan orang tua
d. Hanya dilakukan jika ada infeksi berulang atau bisul.
Tes alergi pada kulit Dilakukan jika:

a. Anak memiliki riwayat gatal, kemerahan, bentol-bentol, atau kambuhnya eksema setelah
makan makanan tertentu
b. Anak berusia kurang dari 12 bulan dengan eksema sedang berat yang tidak membaik
dengan pengobatan
c. Anak yang patuh dengan pengobatan selama 6 minggu, namun tidak menunjukkan
perbaikan
d. Eksema di sekitar mata dan daerah yang terpapar lingkungan luar seperti lengan atau
kaki, mungkin menunjukkan adanya alergi terhadap sesuatu di lingkungan (serbuk sari
tanaman, tungau debu)

8. Penatalaksanaan
a. Bersihkan segera daerah yang tertutup popok dengan lembut setiap kali bayi
kencing/mengeluarkan kotoran menggunakan air / minyak mineral. Bilas dan keringkan dengan
sebaik-baiknya. Pada tindakan pembersihan penting diusahakan menghindari
penggosokan/penggesekan.
b. Oleskan krem pelindung. Jangan memakai bedak selama gatal belum sembuh.\
c. Buka popok bayi sesering mungkin sampai kulit sembuh sekitar satu minggu (paparan udara
langsung akan membantu mengeringkan dan menyembuhkan kulit yang gatal).\Periksa ke dokter
bila gatal menetap sampai 10 hari atau lebih, tambah berat atau timbul lecet-lecet.
(Infokes.com,Oktober 2000)
d. Metode Perawatan Perianal. Keberadaan dan kesehatan bayi yang baik adalah tujuan yang
paling penting dari orang tua. Metode perawatan perianal pada bayi adalah sebagai berikut:
e. Perawatan perianal dengan baby oil
f. Sering-seringlah mengganti popok. Jangan biarkan popok yang sudah basah karena menampung
banyak urin berlama-lama dipakai bayi. Kontak yang lama antara urin atau tinja dengan kulit
bayi dapat menimbulkan ruam popok
g. Saat membersihkan bayi, tepuk daerah yang biasa ditutupi popok (bokong, paha, selangkangan,
dan daerah genital bayi) secara perlahan dengan handuk bersih. Usahakan menghindari
menggosok-gosok dengan keras daerah tersebut.
h. Sesekali biarkan bokong bayi terbuka (tidak memasang popok) selama beberapa saat. Tindakan
ini mungkin berguna menjaga daerah popok tetap kering dan bersih.
i. Hati-hati dalam memilih popok, karena beberapa jenis bahan popok dapat merangsang ruam
popok. Jika hal itu terjadi, gantilah popok merk lain yang lebih cocok.
j. Jika bayi anda memakai popok kain yang digunakan berulang kali, cucilah popok kain tersebut
dengan deterjen yang formulanya tidak terlalu keras. Hindari memakai pelembut, karena
pewangi dalam pelembut tersebut dapat mengiritasi kulit bayi. Pastikan untuk membilas popok
dengan baik agar deterjen tidak tertinggal di dalam popok.
k. Hindari memasang popok terlalu kuat. Usahakan ada ruang antara popok dengan kulit bayi.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.
a. Identitas Pasien.
b. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.

2. Riwayat Penyakit Dahulu :

Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.

3. Riwayat Penyakit Keluarga :

Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.

4. Riwayat Psikososial :

Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang
berkepanjangan.

5. Riwayat Pemakaian Obat :


Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien
tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

2. Diagnosa Dan Intervensi.


1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, ditandai dengan :
a. Adanya skuama kering, basah atau kasar.
b.Adanya krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.

Intervensi :
a. Kaji / catat ukuran dari krusta, bentuk dan warnanya, perhatikan apakah skuama kering, basah
atau kasar.
b. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk daerah yang terasa gatal.
c. Kolaborasi dalam pemberian pengobatan :
Sistemik : Antihistamin, Kortikosteroid.
Lokal : Preparat Sulfur, Tar, Kortikosteroid, Shampo (Selenium Sulfida)
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa
sekunder akibat penyakit, ditandai dengan :
a. Insomnia
b. Keletihan dan kelemahan
c. Gelisah
d. Anoreksia
e. Ketakutan
f. Kurang percaya diri
g. Merasa dikucilkan
h. Menangis.

Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas: ringan, sedang, berat, panik.
b. Berikan kenyamanan dan ketentraman hati :
c. Tinggal bersama pasien.
d. Tekankan bahwa semua orang merasakan cemas dari waktu ke waktu.
e. Bicara dengan perlahan dan tenang, gunakan kalimat pendek dan sederhana.
f. Perlihatkan rasa empati.
g. Singkirkan stimulasi yang berlebihan (ruangan lebih tenang), batasi kontak dengan orang lain
klien atau keluaraga yang juga mengalami cemas
h. Anjurkan intervensi yang menurunkan ansietas (misal : teknik relaksasi, imajinasi terbimbing,
terapi aroma).
i. Identifikasi mekanisme koping yang pernah digunakan untuk mengatasi stress yang lalu.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder
akibat penyakit, ditandai dengan :
a. Klien mungkin merasa malu.
b. Tidak melihat / menyentuh bagian tubuh yang terganggu.
c. Menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan.
d. Perubahan dalam keterlibatan sosial.
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Dorong klien untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa
penyakit.
c. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan.
d. Perjelas berbagai kesalahan konsep individu / klien terhadap penyakit, perawatan dan
pengobatan.
e. Dorong kunjungan / kontak keluarga, teman sebaya dan orang terdekat.

4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber


informasi, ditandai dengan :
Pasien sering bertanya / minta informasi, pernyataan salah konsep.
Intervensi :
a. Jelaskan konsep dasar penyakitnya secara umum.
b. Jelaskan / ajarkan nama obat-obatan, dosis, waktu dan metode pemberian, tujuan, efek samping
dan toksik.
c. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak.
d. Tekankan pentingnya personal hygiene.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit
tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering
terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah eksim atopik
atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat
mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan
bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan
pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka
kekambuhan.
B. Saran

1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
3. semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan forum
terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

1. MayoClinic (2007) : Diaper Rash. [8 Jan 07].


2. FamilyDoctor (2005) : Diaper Rash: Tips on Prevention and Treatment. American
Academy of Family Physicians. [8 Jan 07]. \
3. Polaski, Arlene L. Luckmanns core principles and practice of medical-surgical. Ed.1.
Pennsylvania: W.B Saunders Company. 1996
4. Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi/Handbook of Pathophysiology. Alih
Bahasa: Brahm U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 1997.
5. Nettina, Sandra M. Pedoman praktek keperawatan/Lippincotts Pocket Manual of
Nursing Practice. Alih Bahasa: Setiawan, sari Kurnianingsih, Monica Ester. Cetakan
1.Jakarta: EGC. 200
6. Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner Suddarths
Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo..(et.al.). ed 8 Vol 3 Jakarta:
EGC 2002
7. Sularsito, Dr. Sri Adi, Et all. 1986. Dermatologi Praktis. Edisi I. Penerbit: Perkumpulan
Ahli Dermato-Venereologi Indonesia, Jakarta.
Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit:
EGC, Jakarta.
8. Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit:
EGC, Jakarta.

http://www.sumbarsehat.com/2012/07/asuhan-keperawatan-dermatitis.html

ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS


BAB I

PENDAHULUAN

A. A. LATAR BELAKANG

Kata dermatitis berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan bentuk khusus dari
dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari
dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik
0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga 5% dari
penduduk.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak
meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah
tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah eksim atopik atau dermatitis atopik.
Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun.
Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang
akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan
dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.

Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal. Terkadang
rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan
muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul di
daerah lain.

Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada orang kulit putih,
daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi cokelat. Sementara itu pada
orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan
tampak lebih terang atau lebih gelap.

B. B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu penyakit Dermatitis, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang
dan diagnostik, penatalaksanaan medis dan keperawatan, serta komplikasi Dermatitis?

2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Dermatitis Kontak?

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu memahami definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik,


pemeriksaan penunjang dan diagnostik, penatalaksanaan medis dan keperawatan, serta komplikasi
Dermatitis.

2. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan kepada klien Dermatitis kontak.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi

Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal ( Djuanda, Adhi, 2007 ).

Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai dengan
pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2000 ). Jadi dermatitis adalah
peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.

2. Klasifikasi

a) 1. Dermatitis kontak

Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan
eksternal yang mengenai kulit.

Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu :

Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)

Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)

Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik

No. Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergik


1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak S.sensitizer
2. Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
4. Lesi Batas lebih jelas Batas tidak begitu jelas
Eritema sangat jelas Eritema kurang jelas
5. Uji Tempel Sesudah ditempel 24 jam, bila Bila sesudah 24 jam bahan allergen di
iritan di angkat reaksi akan angkat, reaksi menetap atau meluas
segera berhenti.

2. Dermatitis atopik

Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan umumnya sering
terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam
serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang
kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural.

c) 3. Dermatitis numularis

Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan
umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.

d) 4. Dermatitis seboroik

Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi, hormon, kebiasaan buruk dan
bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata
dan di belakang telinga.

3. Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap
agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan
dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. ( Arief Mansjoer.1998.Kapita selekta )

Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

1. Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen, asam, basa ), fisik ( sinar
matahari, suhu ), mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).
2. Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.
Patofisiologi

5. Manifestasi klinis

Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus (
gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ),
gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.

a) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi sehingga
tampak basah.

b) Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.

c) Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.

Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal memberi
gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

6. Pemeriksaan penunjang dan diagnostik

1. Pemeriksaan penunjang :
a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).

b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi

2. Laboratorium

a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin

b) Urin : pemerikasaan histopatologi

7. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :

a) Terapi sitemik Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin, antiserotonin,
antigraditinin, arit SRS A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.

b) Terapi topical Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak kocok bila kronik
diberi saleb.

c) Diet Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk,
pisang, dan lain-lain

Manajemem keperawatan pada pasien Dermatitis seboroik

a. Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, factor pemicu yang menyebabkan muncul
lagi dermatitis seboroik ulangan, dan menyarankan untuk tidak sering menggaruk area yang gatal.

b. Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan selalu menjaga kebersihan pelipatan pada
kulit dan usahakan supaya tetap kering.

c. Instruksikan untuk menggunakan shampoo dan menghindari kebiasaan yang buruk

d. Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah masalah yang sangat kronik dan tidak tertutup
kemungkinan untuk muncul lagi.

e. Ajarkan pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari dermatitis.

8. Komplikasi
a. Infeksi saluran nafas atas

b. Bronkitis

c. Infeksi kulit

B. Asuha keperawatan pada klien dermatitis kontak

a. Pengkajian Identitas Klien

Nama :

MR :

Masuk ke RS :

Tanggal Lahir :

Umur :

Jenis kelamin :

Agama :

Alamat :

b. Pengkajian Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan keluarga

- Riwayat kesehatan sekarang

c. Pemerikasaan Penunjang

1. Pemeriksaan penunjang :

a. Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).

b. Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi


2. Laboratorium

a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin

b. Urin : pemerikasaan histopatologi

Pengkajian 11 Funggsional Gordon

1. Pola Persepsi Kesehatan

- Adanya riwayat infeksi sebelumya.

- Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.

- Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.

- Adakah konsultasi rutin ke Dokter.

- Hygiene personal yang kurang.

- Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.

2. Pola Nutrisi Metabolik

- Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan.

- Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.

- Jenis makanan yang disukai.

- Nafsu makan menurun.

- Muntah-muntah.

- Penurunan berat badan.

- Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.

- Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.

3. Pola Eliminasi
- Sering berkeringat.

- tanyakan pola berkemih dan bowel.

4. Pola Aktivitas dan Latihan

- Pemenuhan sehari-hari terganggu.

- Kelemahan umum, malaise.

- Toleransi terhadap aktivitas rendah.

- Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan

- Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.

5. Pola Tidur dan Istirahat

- Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.

- Mimpi buruk.

6. Pola Persepsi Kognitif

- Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.

- Pengetahuan akan penyakitnya.

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

- Perasaan tidak percaya diri atau minder.

- Perasaan terisolasi.

8. Pola Hubungan dengan Sesama

- Hidup sendiri atau berkeluarga

- Frekuensi interaksi berkurang

- Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

9. Pola Reproduksi Seksualitas


- Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.

- Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress

- Emosi tidak stabil

- Ansietas, takut akan penyakitnya

- Disorientasi, gelisah

11. Pola Sistem Kepercayaan

- Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah

- Agama yang dianut

2. Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit

Sasaran : pemeliharaan integritas kulit

Hasil yang diharapkan :

Mempertahankan integritas kulit

Tidak ada laserasi

Tidak ada tanda tanda cedera termal

Tidak ada infeksi

Memberikan obat topical yang diprogramkan

Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadwal.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri:
1. pantau keadaan kulit pasien Mengetahui kondisi kulit untuk
2. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya dilakukan pilihan intervensi yang
cedera termal akibat penggunaan kompres tepat
hangat dengan suhu yang terlalu tinggi dan Penderita dermatosis dapat
akibat cidera panas yang tidak terasa ( bantalan mengalami penurunan sensitivitas
pemanasan, radiator ) terhadap panas.

HE:

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan kosmetik Banyak masalah kosmetika pada


dan preparat tabir surya. hakekatnya semua kelainan
malignitas kulit dapat dikaitkan
kolaborasi dengan kerusakan kulit kronik.
Penggunaan anti histamine dapat
1. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat mengurangi respon gatal serta
anti histamine dan salep kulit mempercepat proses pemulihan

2. Nyeri dan yang berhubungan dengan lesi kulit

Sasaran : peredaan ketidaknyamanan

Hasil yang diharapkan :

Mencapai peredaan gangguan rasa

Mengutarakan dengan kata kata bahwa gatal telah reda

Memperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan

Mematuhi terapi yang diprogramkan

Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.

Menunjukkan kulit utuh ; kulit menunjukkan, kemajuan dalam penampilan yang sehat.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri:
Pemahaman tentang luas dan karakteristik kulit
1. Periksa daerah yang terlibat meliputi bantuan dalam menyusun rencana intervensi.
Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat
untuk memberikan kenyamanan.
2. Upaya untuk menemukan penyebab Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan
gangguan rasa nyaman untuk diagnosisi dan pengobatan. Banyak kondisi kulit
3. Mencatat hasil hasil observasi secara tampak serupa tetapi mempunyai etiologi yang
berbeda. Respons inflamasi kutan mungkin mati pada
rinci dengan memakai terminology
pasien lansia.
deskriptif Ruam menyeluruh terutama dengan aeitan yang
mendadak dapat mennjukkan reaksi alergi terhadap
4. Mengantisipasi reaksi alergi yang obat.
mungkin terjadi ; mendapatkan Rasa gatal diperburuk oleh panas, kimia, dan fisik.
riwayat pemakaian obat.

5. Kendalikan factor factor
iritan Dengan kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.
Kesejukan mengurangi gatal
6. Pertahankan kelembaban kira kira 60 Upaya ini mencakup tidak adanya larutan detegen, zat
% ; gunakan alat pelembab. pewarna atau bahan pengeras.
7. Pertahankan lingkungan dingin
8. Gunakan sabun ringan ( Dove )
atau sabun yang dibuat untuk
Meningkatkan lingkungan yang sejuk
kulit sensitive ( Neutrogena,
Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi kulit.
Avveno ).
Setiap substansi yang mneghilangkan air, lipid atau
9. Lepaskan kelebihan pakaian
protein dari epidermis akan mengubah fungsi barier
atau peralatan di tempat tidur.
kulit.
Kulit merupakan barier yang penting yang harus
10. Cuci linen tempat tidur dan pakaian
dipertahankan keutuhannya agar dapat berfungsi
dengan sabun ringan dengan benar.
11. Hentikan pemajanan berulang
terhadap detergen, pembersih, dan
pelarut.
12. Gunakan tindakan perawatan kulit Penghisapan air yang bertahap dari kasa kompres akan
untuk mempertahankan integritas menyejukkan kulit dan meredakan pruritus.
kulit dan meningkatkan kenyamanan
pasien. Kulit yang kering dapat menimbulkan daerah
13. lakukan kompres penyejuk dengan air dermatitis dengan kemerahan, gatal, deskuamasi dan pada
suam suam kuku ataukompres dingin bentuk yang lebih berat, pembengkakan, pembentukan lepuh,
guna meredakan rasa gatal. keretakan dan eksudat.

14. Atasi kekeringan ( serosis ) Hidrasi yang efektif pada stratum korneum mencegah
sebagaimana dipreskripsikan. gangguan lapisan barier pada kulit.
Tindakan ini membantu meredakan gejala
Kolaborasi: Masalah pasien dapat disebabkan oleh iritasi atau
sensitisasi karena pengobatan sendiri.
1. Oleskan lotion dan krim kulit
segera setelah mandi

2. Gunakan terapi topical seperti yang


dipreskripsikan.
Pemotongan kuku akan mengurangi kerusakan kulit
3. Anjurkan pasien untuk karena garukan.
menghindari pemakaian salep
ayau lotion yang dibeli tanpa
resep dokter.
4. Jaga agar kuku selalu
terpangkas.

3. perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus

Sasaran : Pencapaian tidur yang nyenyak.

Hasil yang diharapkan :

Mencapai tidur yang nyenyak

Melaporkan peredaan rasa gatal

Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat

Menghindari konsumsi kafein pada sore gari dan menjelang tidur pada malam hari.

Mengenali tindakan untuk mneingkatkan tidur.

Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri : Gerak badan memberikan efek yang


menguntungkan untuk tidur jika dilaksanakan
1. Bantu pasien melakukan gerak pada sore hari.
badan secara teratur Udara yang kering membuat kulit terasa gatal.
Lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.
2. jaga kamar tidur agar tetap memiliki
ventilasi dan kelembaban yang baik.
Kolaborasi:

1. Cegah dan obati kulit yang kering Pruritus noeturnal mengganggu tidur yang
normal.
HE:

1. Anjurkan kepada klien menjaga kulit


selalu lembab Tindakan ini mencegah kehilangan air. Kulit yang
kering dan gatal biasanya tidak dapat
2. Anjurkan klien Menghindari minuman yang disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
mengandung kafein menjelang tidur di Kafein memiliki efek puncak 2 4 jam sesudah
malam hari. dikonsumsi
Tindakan ini memudahkan peralihan dari
keadaan terjaga menjadi keadaan tertidur.
3. Anjurkan klien Mengerjakan hal
hal yang ritual dan rutin menjelang
tidur.

4. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.

Sasaran : Pengembangan peningkatan penerimaan diri.

Hasil yang diharapkan :

Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.

Mengikuti dan turut berpatisipasi dalam tindakan perawatan mandiri.

Melaporkan perasaan dalam penegndalian situasi.

Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.

Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.

Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.menggunakan teknik menyembunyikan kekurangan dan


menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:

1. Kaji adanya gangguan pada citra diri


pasien ( menghindari kontak mata, Gangguan citra diri akan menyertai setiap
ucapan yang merendahkan diri penyakit atau keadaan yang tampak nyata bagi
sendiri, ekpresi keadaan muak pasien. Kesan sesorang terhadap dirinya sendiri
terhadap kondisi kulitnya ). akan berpengaruh pada konsep diri.
Terhadap hubungan antara stadium
perkembangan, citra diri dan reaksi serta
pemahaman pasien terhadap kondisi kulitnya.
2. Identifikasi stadium psikososial tahap Pasien membutuhkan pengalaman yang harus
perkembangan. didengarkan dan dipahami.

3. Berikan kesempatan untuk pengungkapan.


Dengarkan ( dengan cara yang terbuka, tidak
menghakimi ) untuk mengekspresikan Tindakan ini memberikan kesempatan pada
berduka / ansietas tentang perubahan citra petugas kesehatan untuk menetralkan
tubuh. kecemasan yang tidak perlu terjadi dan
memulihkan realitas situasi. Ketakutan
merupakan unsure yang merusak adaptasi
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan
pasien.
pasien. Bantu pasien yang cemas
Meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
dalam mengembangkan kemampuan
untuk menilai diri dan mengenali
serta mengatasi masalah.
5. dorong sosialisasi dengan orang lain

5. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara cara menangani kelainan kulit.

Sasaran : Pemahaman terhadap perawatan kulit

Hasil yang diharapkan :

Memiliki pemahaman terhadap perawatan diri

Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan rasional tindakan yang
dilakukan.

Menjalankan mandi, pencucian, dan balutan basah sesuai yang diprogramkan.

Gunakan obat topical dengan tepat

Memahami pentingnya nutrisi unutk kesehatan kulit.


INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :
Memberikan data dasar untuk mengembangkan
1. Tentukan apakah pasien mnegetahui (
rencana penyuluhan.
memahami dan salah mengerti ) tentang Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada
kondisi dirinya. sesuatu yang dapat mereka perbuat. Kebanyakan
2. Jaga agar pasien mendapatkan pasien merasakan manfaatnya.
informasi yang benar ; memperbaiki Memungkinkan pasien memperoleh kesempatan
kesalahan konsepsi / informasi untuk menunjukkan cara yang tepat unutk
3. Peragakan penerapan terapi yang melakukan terapi.
diprogramkan ( kompres basah ; Stratum korneum memerlukan air agar
obat topical ) fleksibilitas kulit tetap terjaga. Pengolesan krim
4. Berikan nasihat kepada pasien atau lotion untuk melembabkan kulit akan
untuk menjaga agar kulit tetap memcegah agar kulit tidak menjadi kering, kasar,
lembab dan fleksibel dengan retak, dan bersisik.
tindakan hidrasi dan pengolesan Penampakan kulit mencerminkan kesehatan
krim serta lotion kulit umum seseorang. Perubahan pada kulit dapat
5. Dorong pasien untuk mendapatkan menandakan status nutrisi yang abnormal.
status nutrisi yang sehat.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak bercak merah pada kulit

Sasaran : tidak adanya komplikasi

Hasil yang diharapkan :

Tetap bebas dari infeksi

Mengungkapakn tindakan perawatan kulit yang mneingktakan kebersihan dan mencegah kerusakan.

Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan

Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke petugas perawatan kesehatan

Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( mis : penggantian balutan, mandi )

INTERVENSI RASIONAL

1. Miliki indeksi kecurigaan yang 1. Setiap keadaan yang mneggangu status imun akan
tinggi terhadap suatu infeksi pada memperbesar resiko terjadinya infeksi kulit.
pasien yang system kekebalannya
teganggu.
2. Pendidikan pasien yang efektif bergantung pada
2. Berikan petunjuk yagn jelas dan
rinci kepada pasien mengenai ketrampilan ketrampilan interpersonal professional
program terapi kesehatan dan pada pemberian instruksi yang jelas yang
diperkuat dengan instruksi tertulis.
3. Laksanakan pemakaian kompres basah
seperti yang diprogramkan untuk 3. Kompres basah akan menghasilkan pendinginan
mengurangi intensitas inflamasi lewat pengisatan yang menimbulkan vasokontriksi
pembuluh drah kulit dan dengan demikian
mengurangi eritema serta produksi serum.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal. Klasifikasi Dermatitis adalah
dermatitis kontak, dermatitis atopik, dermatitis numularis dan demertitis soboik. Penyebab dermatitis
belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat
kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Manifestasi klinis
dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan
genitalia eksterna. Pemeriksaan penunjang dan lab dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa medis
maupun keperawatan, komlikasi yang mungkin muncul pada penatalaksaan medis dan keperawatan
adalah infeksi.

Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan mencakup beberapa diagnosa yaitu Kerusakan
integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, nyeri dan gatal yang
berhubungan dengan lesi kulit, perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus, perubahan
citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik, kurang pengetahuan tentang
perawatan kulit dan cara cara menangani kelainan kulit, resiko infeksi berhubungan dengan lesi,
bercak bercak merah pada kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarths. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Penerbit : LWW, Philadelphia.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit : EGC, Jakarta.

Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta

Djuanda, Adhi. 2005i Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit FK UI, Jakarta.

Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit : Media Aesculapius FK UI,
Jakarta.

http://loyalsains.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-dermatitis.html

MAKALAH
SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DERMATITIS

PEMBIMBING :

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Aggutsin Tri Lestari (12.02.01.1052)
Diah Ayu Nuraini (12.02.01.1061)
Faizah Eka Fitriana (12.02.01.1067)
Laily Yatur Rohmah (12.02.01.1074)
Moh. Suradi (12.02.01.1079)
Nurul Khotimah (12.02.01.1088)
Yuni Nur Rahmawati (12.02.01.1103)
Ahmad Fajar Rozaq

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata dermatitis berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan bentuk khusus
dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang
dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk
dermatitis atopik 0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang
menyerang 2% hingga 5% dari penduduk.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit
tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering
terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah eksim atopik
atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat
mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan
bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan
pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka
kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal.
Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan
biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan
kemerahan muncul di daerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada orang kulit
putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi cokelat.
Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi pigmen kulit
sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau lebih gelap. Berdasarkan uraian tersebut,
maka penulis tertarik untuk membuat makalah yang berjudul Makalah Asuhan Keperawatan
Pada klien dengan Dermatitis.

1.2 Rumusan masalah


Dari latar belakang dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari dermatitis?
2. Bagaimana etiologi dari dermatitis?
3. Apa saja klasifikasi dari dermatitis?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari dermatitis?
5. Bagaimana patofisiologi dermatitis?
6. Bagaimana pathway dari dermatitis?
7. Bagaimana penatalaksanaannya?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dermatitis?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari dermatitis?
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari dermatitis?
3. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari dermatitis?
4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari dermatitis?
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dermatitis?
6. Untuk mengetahui bagaimana pathway dari dermatitis?
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaannya?
8. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan dermatitis?
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan penyebabserta upaya pencegahan perforasi esofagus
agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang perforasi esofagus sehingga dapat
mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (inflamasi pada kulit) yang disertai dengan
pengelupasan kulit ari.
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi
polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal).
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering.Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan
gatal pada kulit.Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak
menular.Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat
mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi
dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang
terdapat pada berbeda.
2.2 Klasifikasi
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada
kulit.
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat
pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika
memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak
langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun
cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam,
perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
2.Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan
yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik.
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat
berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita
kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang
terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian
belakang dari leher.
3. Dermatitis Seborrheic
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis, belakang
telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul
saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti
Parkinson.
4. Dermatitis Stasis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi vena) tungkai
bawah.
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah
warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya
akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi
penyebab.
5. Dermatitis Atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang umumnya sering
terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE
dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma
bronkial). kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural).
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali
muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali
muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak
bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan
dewasa.
6. Dermatitis Medikamentosa
Dermatitis medikamentosa memiliki bentuk lesi eritem dengan atau tanpa vesikula, berbatas
tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama pada bibir, glans penis, telapak tangan atau kaki.
Penyebabnya dari obat-obatan yang masuk kedalam tubuh melalui mulut, suntikan atau anal.
Keluhan utama pada penyakit biasanya gatal dan suhu badan meninggi. Gejala dapat akut,
subakut atau kronik. Untuk lokalisasinya bisa mengenai seluruh tubuh. Apabila di bandingkan
dengan melasma bedanya yaitu plak hiperpigmentasi batas nya tidak tegas
3.3 Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar merupakan respon kulit
terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein, bakteri dan fungus. Respon tersebut dapat
berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang di dapat dan
spesifik untuk bereaksi.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh :
detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri,
jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi
penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Sering
kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit
tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang
terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-
bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang
yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.

3.4 Manifestasi Klinis


Subyektif ada tandatanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor). Selain itu
terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan
gangguan fungsi kulit (function laisa).
Obyektif, biasanya batas kelainan tidak terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak
atau beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema. Edema sangat jelas pada kulit yang
longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna. Infiltrasi biasanya
terdiri atas papul.
Dermatitis basah berarti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat sumber dermatitis, artinya
terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar. Kelainan
tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai infeksi. Dermatitis sika (kering) berarti
tdiak madidans bila gelembung-gelumbung mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi
dengan krusta. Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses
menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat hiperpigmentasi atau
hipopigmentasi.
3.5 Patofisiologi
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe lambat.
Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi.
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang
dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan berikatan
dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini ditangkap dan diproses
lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T yang
belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit
yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk
berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan
sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan
sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang
telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga
terjadi gejala klinis.
2. Neurodermatitis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter bervariasi
5 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta.
bagian tubuh.
3. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau kasar;
krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi. Tempat kulit kepala, alis, daerah
nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat
paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila
basah disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat
berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah
edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-
tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah
berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung
lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam
5. Dermatitis Atopik
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi dan
menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan emnekan produksi sel T. Sel mast
meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan
histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut
menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal menimbulkan lesi
ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan
secara genetik.
6. Dermatitis Medikamentosa
Faktor lingkungan merupakan factor terpenting . Alergi paling sering menyerang pada saluran
nafas dan saluran pencernaan . Di dalam saluran nafas terjadi inflamasi yang menyebabkan
obstruksi saluran nafas yang menyebabkan batuk dan sesak nafas.
Kulit kering

3.6 Pathway
3.7 Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal akan
menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat
aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel
penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul
CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji
antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T
dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses
dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat diberikan adalah
hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara pemakaian topikal dengan
menggosok secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan,
dapat dilakukan secara tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu
diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.
2. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak melalui sistem imun.
Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi
timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T
supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans
(CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxy-
psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara imunologis
dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah sel Langerhans
di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat
diblok oleh UVB. Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel
Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB
juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.
3. Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas kontak pada marmut
percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh
kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
4. Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E. koli, Proteus dan
Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya
gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
5. Imunosupresif topikal
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan SDZ ASM 981.
Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin
seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan
mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik.
SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti inflamasi yang
tinggi. Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-
propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-valerat 0,1%,
namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%. Efek anti
peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan penggunaan secara topikal sama
efektifnya dengan pemakaian secara oral.
6. Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada yang
berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang
berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin,
SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis kelamin (laki-laki dan wanita.
Pada dermatitis kontak wanita dua kali lipat dari pada laki-laki.),umur (orang di semua umur
sering terjadi pada remaja dan dewasa muda, namun dermatitis kontak alergik lebih jarang
dijumpai pada anak-anak), alamat,suku bangsa, agama, No.registrasi, pendidikan,
pekerjaan,tinggi badan, berat badan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit.
2. Riwayat kesehatan
1). Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis biasanya pasien mengeluh kulitnya terasa gatal serta nyeri. Gejala yang
sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang
timbul.
2). Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat sekarang menjelaskan tentang perjalanan penyakit yang dialami pasien dari rumah
sampai dengan masuk ke Rumah Sakit
3). Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu kaji apakah pasien pernah menderita alergi.
4). Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama, tapi tidak
pernah ditanggulangi dengan tim medis.
3. Pemeriksaan Fisik
1). Keadaan umum pasien :
Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah (120/80 mmHg) : Normal
Pernafasan (15-24x/mnt) : Normal
Nadi (60-100x/mnt) : Normal
Suhu (36-37oC) : Meningkat
2). Head To Toe
a. Kepala: Kulit kepala bersih, bulat sempurna, warna rambut normal, tidak ada benjolan atau lesi.
a. Kulit : adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
b. Mata : periksa konjungtiva sclera, pupil, reflek cahaya, fungsi penglihatan.
c. Hidung : kebersihan hidung, pernafasan hidung, polip hidung, adanya deviasi septum.
b. Mulut : Mukosa bibir kering, lidah dan mulut tampak bersih, tidak ada perdarahan pada mukosa
dan gusi, tidak ada kotoran yang menempel pada sela-sela gigi.
c. Telinga : simetris antara kanan dan kiri, lubang telinga bersih dan tidak ada cairan yang
keluar, serta pendengaran baik/ tidak tuli.
d. Leher : tidak ada benjolan
e. Thorax/ dada :
Pemeriksaan paru :
Inspeksi : tidak menggunakan otok bantu (sternokloidomasteudeus dan trapezius)
Palpasi : ekspansi dan taktil fremitus normal.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas normal
f. Pemeriksaan jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Denyut apeks/iktus kordis
Perkusi : Batas jantung kanan atas: SIC II LPS dextra normal
Batas jantung kanan bawah : SIC V LPS dextra normal
Batas jantung kiri atas: SIC II LMC sinistra normal
Batas jantung kiri bawah: SIC VI LAA sinistra normal
Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, dan tidak ada murmur.
g. Pemeriksaan abdomen :
Inspeksi : bentuk simetris
Auskultasi : Bising usus normal.
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : timpani.
h. Pemeriksaan muskuloskeletal : Tonus otot buruk.
i. Pemeriksaan Ekstermitas : turgor kulit buruk ( kembali > 2 detik)

4. Pola kebiasaan
1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan perubahan terhadap
pemeliharaan kesehatan.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Adanya penurunan nafsu makan yang
3) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada kebiasaan BAB dan
BAK.
4) Pola aktivitas dan latihan
Pada Pola aktivitas klien dengan dermatitis mengalami keletihan, dan kelemahan dalam
melakukan aktivitas gangguan karena adanya dispnea yang dialami.
5) Pola istirahat tidur
Gangguan yang terjadi pada pasien salah satunya adalah gangguan pola tidur, pasien diharuskan
tidur dalam posisi semi fowler. Sedangkan pada pola istirahat pasien diharuskan untuk istirahat
karena untuk mengurangi adanya sesak yang disebabkan oleh aktivitas yang berlebih.
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif untuk mengatasi masalah
kesehatannya dan konsep diri yang meliputi (Body Image, identitas diri, Peran diri, ideal diri,
dan harga diri).
7) Pola Reproduksi dan Seksual
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah akan mengalami perubahan.
8) Pola Mekanisme Koping
Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah kesehatannya, termasuk dalam
memutuskan untuk menjalani pengobatan yang intensif.
9) Pola nilai dan kepercayaan
Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah yang baru yang ditimbulkan
akibat dari ketakutan akan kematian dan akan mengganggu kebiasaan ibadahnya.
10 ) Pola Peran dan Hubungan
Pasien bertingkah laku biasa / normal dengan keluarganya sebelum sakit. Saat sakit pasien
terlihat sensitive dan dan pasif.
11 ) Hubungan dengan masyarakat
Hubungan pasien dengan masyarakat buruk akibat citra tubuh menurun.

3.2 Pemeriksaan Penunjang


a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit yang terdapat
lesi.
Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau infeksi yang disebabkan
oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada kulit.
Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten pada obat
obat tertentu.
Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus. Factor pencahayaan
memegang peranan penting.
d. Uji tempel
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi.
Untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis.
Untuk mengidentifikasi respon alergi
Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana
reaksi local yang ditimbulkan.
Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasilnya positif.

3.3 Analisa Data


No.Dx Data Etiologi Problem
1 DS : pasien mengatakan gatal- Adanya lesi, perubahan Kerusakan integritas kulit
gatal pigmentasi, penebalan
DO : adanya lesi, vesikel atau epidermis dan kekakuan
bula, erosi, papula dan bekas kulit.
garukan tangan
2 DS : pasien mengatakan nyeri adanya vesikel atau Nyeri akut
pada tempat bula, erosi, papula,
DO : garukan berulang.
P: adanya vesikel atau bula,
erosi, papula, garukan berulang.
Q: nyeri seperti terbakar
R: nyeri di daerah adanya
peradangan
S: skala nyeri ( > 5 )
T: nyeri menetap pada tempat
adanya vesikel atau bula, erosi,
papula, garukan berulang.
3 DO : pasien mengatakan malu Penampakan kulit yang Ganguan citra tubuh
pada keadaannya. tidak baik
DS : pasien terlihat tidak
percaya diri.

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan
epidermis dan kekakuan kulit.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, adanya vesikel atau bula, erosi, papula,
garukan berulang.
3. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.

3.5 Perencanaan
Nama pasien : Ruang/kelas :
Umur : No. Reg :
No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional TTD
Dx Hasil
Setelah dilakukan O : Lakukan1. Mengetahui dan
tindakan keperawatan inspeksi lesi mengidentifikasi
1x24 jam dengan setiap hari dan kerusakan kulit
Tujuan : integritas kulit Pantau adanya2. Mencegah agar tidak
membaik tanda-tanda terjadi infeksi.
Kriterian Hasil : infeksi 3. Informasi yang
K : pasien mengerti N : Ubah posisi adekuat dapat
penyebab kerusakan pasien tiap 2-4 meningkatkan derajat
kulit jam dan anjurkan kesehatan dan
A : pasien percaya klien mengurangi
kulitnya akan kembali menggunakan kecemasan klien dan
seperti saat sebelum pakaian tipis dan keluarga
sakit. alat tenun yang4. membaik
P : pasien mengikuti lembut
prosedur perawatan E : Berikan
dengan baik. penjelasan pada
P : menunjukkan klien dan
peningkatan integritas keluarga tentang
kulit (kulit utuh, eritema kondisi klien
dan skuama hilang) C : kolaborasi
dengan
pemberian
kortikosteroid
Setelah dilakukan asuhan O: Kaji adanya
1. Mencegah terjadinya
keperawatan selama komplikasi vesikel, atau bula,
1x24 jam dengan akibat adanya erosi dan papula yang
Tujuan: nyeri akibat vesikel atau bula, semakin parah.
adanya vesikel atau bula, erosi, dan
2. Mencegah hal-hal
erosi dan papula papula. yang bisa memicu
berkurang. N: Pantau terjadinya infeksi.
Kriteria Hasil : aktivitas klien,
3. Reaksi alergi yang
K: Pasien mengetahui cegah hal-hal berlebihan dapat
penyebab nyeri yang bisa menimbulkan infeksi.
A : Pasien mengetahui memicu 4. Pemberian antibiotik
cara mengatasi nyeri dan terjadinya infeksi dapat mencegah
gatal E: Hindari bahan infeksi.
P: Pasien mampu yang
mengendalikan nyeri menimbulkan
dengan peradangan.
P : rasa nyeri berkurang C: Kolaborasi
pemberian
antibiotik.
3 Setelah diberikan asuhan O : Kaji adanya1. Gangguan citra diri
keperawatan selama gangguan citra akan menyertai setiap
1x24 jam, dengan diri (menghindari penyakit/keadaan
Tujuan : pasien dapat kontak yang tampak nyata
menerima keadaannya. mata,ucapan bagi klien, kesan
Kriteria Hasil : merendahkan diri orang terhadap
K : pasien mengerti sendiri. dirinya berpengaruh
tentang kondisi yang N : Berikan terhadap konsep diri
sedang dialami. kesempatan 2. klien membutuhkan
A : pasien merasa pengungkapan pengalaman
percaya diri. perasaan. didengarkan dan
P : pasien E : dorong pasien dipahami
mengembangkan untuk 3. membantu
peningkatan kemauan memperbaiki meningkatkan
untuk menerima keadaan citra diri , seperti penerimaan diri dan
diri. memberi sosialisasi
P : pasien menerima motivasi. 4. Membantu
keadaannya C : Kolaborasi meningkatkan
dengan penerimaan diri dan
keluarganya. sosialisasi

BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi
polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal).
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh :
detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri,
jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
4.2 Saran
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga, untuk itu
penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.
Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa memahami apa
yang sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya dan agar lebih dapat
mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam pembuatan asuhan keperawatan yang
tepat yang banyak melibatkan orang terdekat klien, mulai dari keluarga, kerabat sampai teman
pasien.
http://agungprasetya140494.blogspot.com/2014/08/konsep-asuhan-keperawatan-pada-klien.html

Vous aimerez peut-être aussi