Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu lembaga akan dapat berfungsi dengan memadai kalau memiliki sistem manajemen
yang didukung dengan sumberdaya manusia (SDM), dana/biaya, dan sarana prasarana.
Sekolah sebagai satuan pendidikan juga harus memiliki tenaga (kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru, tenaga administratif, laboran, pustakawan, dan teknisi sumber belajar), sarana
(bukupelajaran, buku sumber, buku pelengkap, buku perpustakaan, alat peraga, alat praktik,
bahan dan ATK, perabot), dan prasarana (tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan,
lapanganolahraga), serta biaya yang mencakup biaya investasi (biaya untuk keperluan
pengadaan tanah, pengadaan bangunan, alat pendidikan, termasuk buku-buku dan biaya
operasional baik untuk personil maupun non personil). Biaya untuk personil antara lain untuk
kesejahteraan dan pengembangan profesi, sedangkan untuk biaya non personil berupa
pengadaan bahan dan ATK, pemeliharaan, dan kegiatan pembelajaran.

Suatu sekolah untuk memiliki tenaga kependidikan yang berkualitas dengan jumlah yang
mencukupi kebutuhan memerlukan biaya rekrutmen, penempatan, penggajian, pendidikan
dan latihan, sertamutasi. Dalam usaha pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang
proses pembelajaran tentu saja diperlukan dana yang tidak sedikit, bahkan setelah diadakan
maka diperlukan dana untuk perawatan, pemeliharaan, dan pendayagunaannya. Meskipun ada
tenaga, ada sarana dan prasarana, untuk memanfaatkan dan mendayagunakan secara optimal
perlu biaya operasional baik untuk bahan dan ATK habis pakai, biaya pemeliharaan, maupun
pengembangan personil agar menguasai kompetensi yang dipersyaratkan. Dari uraian di atas
jelas bahwa untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah termasuk di SMP perlu biaya,
perlu dana, paling tidak memenuhi pembiayaan untuk memberikan standar pelayanan
minimal. Biaya pendidikan merupakan komponen sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Dapat dikatakan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan
biaya. Dalam konteks perencanaan pendidikan, pemahaman tentang anatomi dan problematik
pembiayaan pendidik anamat diperlukan. Berdasarkan pemahaman ini dapat dikembangkan
kebijakan pembiayaan pendidikan yang lebih tepat dan adil serta mengarah pada pencapaian
tujuan pendidikan, baik tujuan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

1.2 Dasar Hukum


1. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
1
2. Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 2005.
3. Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan
pendidikan.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar biaya dan mengapa dalam perkembangannya pendidikan
memerlukan biaya?
2. Apa sajakah komponen-komponen dalam biaya pendidikan serta faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi biaya pendidikan?
3. Apakah yang dimaksud dengan konsep efiensi pendidikan?
4. Ada berapa jenis biaya pendidikan serta sumber-sumber biayanya?
5. Apa yang dimaksud dengan penganggaran serta prinsip-prinsip dan tahapan-tahapan
dalam penyusunannya?
6. Apakah fungsi anggaran pendidikan serta bentuk-bentuk anggaran tersebut?
7. Mengapa anggaran butuh pengawasan serta tahapan-tahapan pengawasan?

1.4 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pembiayaan dalam pendidikan.
2. Untuk mengetahui komponen dan sumber pembiayaan pendidikan.
3. Untuk mengetahui tentang penganggaran pendidikan.
4. Untuk mengetahui pengawasan anggaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Biaya
Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan tidak langsung (indirect
cost), biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan
pengajaran dan kegiatan-kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pembelajaran,
sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua
maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang
(earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang
dikorbankan oleh siswa selama belajar.

Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi
anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diproleh setiap tahun oleh sekolah dari
berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan anggaran dasar pengeluaran
adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan
pendidikan di sekolah.

Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang jumlah dan proporsinya
bervariasi diantara sekolah yang satu dan daerah yang lainnya. Serta dari waktu kewaktu.
Berdasarkan pendekatan unsur biaya pengeluaran sekolah dapat dikategorikan ke dalam
beberapa item pengeluaran, yaitu:
1. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran.
2. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah.
3. Pemeliharaan sarana-prasarana sekolah.
4. Kesejahteraan pegawai.
5. Administrasi.
6. Pembinaan teknis edukatif.
7. Pendataan.

Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting yang perlu dikaji atau
dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa
(unit cost). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan agregate biaya pendidikan tingkat
sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan masyarakat yang dikeluarkan
3
untuk penyelenggaraan pendidikan dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan per murid
merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah-
sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh pendidikan.

2.2 Pembiayaan dalam Pengembangan Pendidikan


Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk miningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas. Dalam UUD 1945 pasal 31 Tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran. Hal ini membuktikan adanya langkah pemerataan pendidikan bagi
seluruh warga negara Indonesia. Kenyataannya, tidak semua orang dapat memperoleh
pendidikan yang selayaknya, dikarenakan berbagai faktor termasuk mahalnya biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan. Kondisi inilah kemudian mendorong dimasukannya
klausal tentang pendidikan dalam amandemen UUD 1945. Konstitusi mengamanatkan
kewajiban pemerintah untuk mengalokasikan biaya pendidikan 20% dari APBN maupun
APBD agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan pendidikan. Ketentuan ini memberikan
jaminan bahwa ada alokasi dana yang secara pasti digunakan untuk penyelenggaraan
pendidikan.

Namun, dalam pelaksanaanya pemerintah belum punya kapasitas finansial yang memadai,
sehingga alokasi dana tersebut dicicil dengan komitmen peningatan alokasi tiap
tahunnya. Peningkatan kualitas pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manfaat berupa
peningkatan kualitas SDM. Disisi lain, prioritas alokasi pembiayaan pendidikan seyogianya
diorientasikan untuk mengatasi permasalahan dalam hal aksebilitas dan daya tampung.
Karena itu, dalam mengukur efektifitas pembiayaan pendidikan, terdapat sejumlah prasyarat
yang perlu dipenuhi agar alokasi anggaran yang tersedia dapat terarah penggunaannya.

Menurut Adam Smith, Human Capital yang berupa kemampuan dan kecakapan yang
diperoleh melalui Pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil bekerja memerlukan biaya yang
dikeluarkan oleh yang bersangkutan. Perolehan ketrampilan dan kemampuan akan
menghasilkan tingkat balik Rate of Return yang sangat tinggi terhadap penghasilan
seseorang. Berdasarkan pendekatan Human Kapital ada hubungan Lenier antara Investment
Pendidikan dengan Higher Productivity dan Higher Earning. Manusia sebagai modal dasar
yang di Infestasikan akan menghasilkan manusia terdidik yang produktif dan meningkatnya
penghasilan sebagai akibat dari kualitas kerja yang ditampilkan oleh manusia terdidik
tersebut,dengan demikian manusia yang memperoleh penghasilan lebih besar dia akan
4
membayar pajak dalam jumlah yang besar dengan demikian dengan sendirinya dapat
meningkatkan pendapatan negara.

Peningkatan ketrampilan yang dapat mengahasilkan tenaga kerja yang produktivitasnya


tinggi dapat dilakukan melalui Pendidikan yang dalam pembiayaannya menggunakan
efesiensi internal dan eksternal. Dalam upaya mengembangkan suatu sistem pendidikan
nasional yang berporos pada pada pemerataan, relevansi, mutu, efisiensi, dan efektivitas
dikaitkan dengan tujuan dan cita-cita pendidikan kita, namun dalam kenyataannya perlu
direnungkan, dikaji, dibahas, baik dari segi pemikira tioritis maupun pengamatan emperik.

Untuk dapat tercapai tujuan pendidikan yang optimal, maka salah satunya hal paling penting
adalah mengelola biaya dengan baik sesuai dengan kebutuhan dana yang diperlukan.
Administrasi pembiayaan minimal mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Penyaluran anggaran perlu dilakukan secara strategis dan intergratif antara stakeholder agar
mewujutkan kondisi ini, perlu dibangun rasa saling percaya, baik internal pemerintah maupun
antara pemerintah dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri dapat
ditumbuhkan. Keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan menjadi kata- kata kunci untuk
mewujudkan efektifitas pembiayaan pendidikan.

2.3 Komponen Biaya Pendidikan


Konsep biaya pendidikan sifatnya lebih kompleks dari keuntungan, karena komponen biaya
terdiri dari lembaga jenis dan sifatnya. Biaya pendidikan bukan hanya berbentuk uang dan
rupiah, tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan (opportunity cost). Biaya kesempatan ini
sering disebut income forgon yaitu potensi pendapatan bagi seorang siswa selama ia
mengikuti pelajaran atau mengikuti studi. Sebagai contoh, seorang lulusan SMP yang tidak
diterima untuk melanjutkan pendidikan SMU, jika ia bekerja tentu memproleh penghasilan
dan jika ia melanjutkan besarnya pendapatan (upah,gaji) selama tiga tahun belajar di SMU
harus diperhitungkan. Oleh karena itu, biaya pendidikan akan terdiri dari biaya langsung dan
biaya tidak langsung atau biaya kesempatan.

Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik


keuangan sekolah. Analisis efesiensi keuangan sekolah dalam pemanfataan sumber-sumber
keuangan sekolah dan hasil (output) sekolah dapat dilakukan dengan cara menganalisa biaya
5
satuan (unit cost) per siswa. Biaya satuan persiswa adalah biaya rata-rata persiswa yang
dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah dalam kurun
waktu tertentu. Dengan mengetahui besarnya biaya satuan persiswa menurut jenjang dan
jenis pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif kebijakan dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan.

Didalam menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan makro dan
mikro. Pendekatan makro mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran
pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi jumlah murid.
Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya berdasarkan alokasi pengeluaran
perkomponen pendidikan yang digunakan oleh murid.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biaya Pendidikan


Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan pembiayaan pendidikan sekolah hal ini
dipengaruhi oleh:
1. Kenaikan harga (rising prices).
2. Perubahan relatif dalam gaji guru (teachers sallaries).
3. Perubahann dalam populasi dan kenaikannya prosentasi anak disekolah negeri.
4. Meningkatnya standard pendidikan (educational standards).
5. Meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah.
6. Meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher education).

2.5 Sumber dana pembiayaan pendidikan yaitu :


1. Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat membantu keuangan sekolah melalui beberapa cara, antara lain
mencakup yang berikut :
a. Hibah (grant) dan dana bantuan biaya operasional kepada sekolah.
b. Membayar gaji guru.
c. Membantu sekolah untuk mengadakan proyek penggalangan dana dengan
menyediakan bantuan teknis termasuk bahan dan perlengkapan, serta
d. Ikut mendanai pembangunan dan rehabilitasi bangunan sekolah.

6
Pemerintah juga melakukan kontribusi tidak langsung kepada sekolah. Misalnya,
melalui pelatihan kepala sekolah dan guru, menyiapkan silabus dan bahan, serta
melakukan pengawasan.

2. Pemerintah Daerah
Di negara kita, urusan pendidikan dasar dan menengah dilimpahkan kepada
pemerintah daerah. Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk membangun sekolah,
membayar gaji guru, menyediakan sarana fisik, fasilitas ruang kelas, dan peralatan
kantor sekolah dengan dana yang berasal dari APBD dan APBN. Daerah yang
memiliki pendapatan asli daerah yang tinggi, akan memiliki peluang lebih besar untuk
membantu pemenuhan kebutuhan dana penyelenggaraan sekolah.

3. Orang Tua Peserta didik


Kontribusi orang tua kemungkinan merupakan keharusan karena pemerintah belum
mampu mendanai seluruh kebutuhan dasar dana sekolah. Hal ini umumnya terjadi di
negara-negara berkembang seperti negara kita. Namun, di negara maju yang
pemerintahnya dapat membangun fasilitas pendidikan yang baik, menyediakan guru
yang cakap, dan menyediakan dana untuk berbagai program sekolah. Orang tua
peserta didik masih berkehendak untuk menyumbang dana atau berbagai peralatan
yang diperlukan sekolah. Mereka ingin agar anak-anak mereka memasuki dunia nyata
dengan bekal pendidikan terbaik yang dapat mereka peroleh. Mereka ingin anak-anak
mereka memiliki keunggulan ketika memasuki dunia kerja.

Cara orang tua berkontribusi kemungkinan mencakup yang berikut:


a. Membayar biaya pendidikan yang ditentukan secara resmi.
b. Memberi kontribusi kepada komite sekolah.
c. Membayar sumbangan untuk membangun fasilitas tertentu, seperti perumahan
bagi guru.
d. Orang tua kemungkinan menyumbangkan tenaga dan keterampilan tertentu
dalam berbagai kegiatan seperti pekerjaan bangunan atau membantu dalam
pelatihan olahraga, atau bahkan mungkin dapat menggantikan guru yang tidak
hadir.
e. Membayar guru atas tambahan pelajaran di luar jam sekolah.

7
f. Membayar pembelian buku pelajaran, alat tulis, sepatu dan seragam sekolah,
meja dan kursi, perpustakaan, dan dana kegiatan olahraga.
g. Mendanai kesejahteraan anak-anak mereka, seperti uang transpor, uang
makan, dan sebagainya.

Kita perlu berasumsi bahwa semua orang tua dapat memberikan kontribusi yang
sama, apakah itu sifatnya finansial atau dalam bentuk-bentuk kontribusi lainnya.
Tingkat penghasilan orang tua di daerah perkotaan dan daerah pedesaan tampaknya
cukup berbeda, seperti halnya juga ukuran keluarga. Diperlukan pendekatan yang
sensitif oleh kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengetahui perbedaan
keadaan orang tua peserta didik dan kemudian memberi kelonggaran bagi peserta
didik yang orang tuanya kurang beruntung secara ekonomi. Jika di satu pihak kepala
sekolah harus menetapkan target yang cukup ambisius untuk menggalang dana bagi
sekolah, di lain pihak kepala sekolah juga perlu menerima keadaan bahwa tidak
semua orang dapat berkontribusi dalam kadar yang sama.

Dalam upaya mendorong orang tua berkontribusi, Anda akan perlu menargetkan
upaya Anda itu pada mereka yang memiliki sarana, tetapi tidak termotivasi. Untuk
melayani keluarga yang kurang mampu, Anda perlu menyiapkan dana dukungan
beasiswa bagi mereka yang menunjukkan kemampuan akademik.

4. Kelompok Masyarakat
Kelompok-kelompok masyarakat seringkali termasuk sebagai sumber penting
pendanaan sekolah. Kelompok-kelompok ini dimobilisasi untuk melaksanakan tugas
dari para tokohnya (utamanya informal) di masyarakat, seperti kaum ulama. Di
Indonesia, banyak sekolah (swasta) yang dibangun dan diselenggarakan oleh
kelompok-kelompok masyarakat. Cara yang Anda identifikasi dalam memobilisasi
dana kemungkinan mencakup yang berikut.
a. Memobilisasi kelompok-kelompok masyarakat dalam proyek pengembangan
sekolah.
b. Melibatkan tokoh masyarakat dalam memobilisasi massa untuk berpartisipasi
secara efektif dalam proyek-proyek sekolah.
c. Mengumpulkan dana untuk sekolah-sekolah di suatu wilayah.

8
d. Melibatkan kelompok-kelompok masyarakat dan mantan peserta didik dalam
proyek swakarsa penggalangan dana.
e. Memungut pajak khusus pendidikan dari warga masyarakat.

Di dalam masyarakat kemungkinan ada orang-orang yang juga memutuskan untuk


membantu satu atau beberapa sekolah dengan dana dalam jumlah cukup besar.
Adakalanya ada saja pengusaha yang ingin mendermakan sesuatu bagi satu atau lebih
sekolah. Kontribusi seperti ini hendaknya disambut dengan baik dan bahkan
sebaiknya didorong. Namun, pemerintah seyogianya perlu bersikap tegas terhadap
yayasan yang menyelenggarakan sekolah semata-mata untuk memperoleh keuntungan
finansial. Dewasa ini kecenderungan seperti itu telah semakin menggejala. Fungsi
sosial pendidikan telah mulai memudar berganti dengan penekanan pada fungsi
keuntungan ekonominya, khusus bagi para pengelolanya.

5. Peserta didik
Para peserta didik kemungkinan merupakan sumber penggalangan dana sekolah yang
baik, jika mereka tahu manfaatnya bagi diri mereka sendiri dan bagi sekolah. Berikut
adalah cara-cara pelibatan peserta didik yang dapat dipertimbangkan:
a. Pengumpulan dana melalui kegiatan seperti pertanian, memelihara ayam petelur,
membuat kerajinan tangan, dan lain-lain.
b. Kegiatan pengumpulan dana; misalnya melalui konser musik, tari, olahraga,
pameran, bazar, atau turnamen.

6. Yayasan
Ada sekolah yang didirikan oleh lembaga keagamaan atau lembaga lain yang bukan
berdasarkan ideologi tertentu yang merupakan organisasi non pemerintah. Masing-
masing memiliki tujuan spesifik dalam mendirikan dan mengoperasikan sekolahnya
yang juga bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang cerdas dan beradab. Yayasan
ini memberikan dukungan finansial kepada sekolah dalam berbagai bentuk, seperti
bangunan, peralatan, dan sumber daya manusia. Kemungkinan yayasan ini
menyimpan dana di bank, yang kemudian diinvestasikan dalam bentuk saham, dan
lain-lain. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menyediakan dana pengoperasian
sekolah.

9
2.6 Konsep Efisiensi Pendidikan
Istilah efisiensi menggambarkan hubungan antara pemasukan dan pengeluaran. Suatu sistem
yang efisien ditunjukkan oleh keluaran yang lebih untuk sumber masukan (resources input).
Efisiensi pendidikan artinya memiliki kaitan antara pendayagunaan sumber-sumber
pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi. Untuk mengetahui
efisiensi biaya pendidikan biasanya digunakan metode analisi keefektifan biaya (cost
effectiveness method) yang memperhitungkan besarnya kontribusi setiap masukan
pendidikan terhadap efektivitas pencapaian tujuan pendidikan atau prestasi belajar.
Upaya efisiensi dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu:
1. Efisiensi Internal
Suatu sistem pendidikan dinilai memiliki efisiensi internal jika dapat menghasilkan output
yang diharapkan dengan biaya minimum. Dapat pula dinyatakan bahwa dengan input yang
tertentu dapat memaksimalkan output yang diharapkan. Efisiensi internal sangat bergantung
pada dua factor utama, yaitu faktor institusional dan faktor manajerial.
Dalam rangka pelaksanaan efisiensi internal, perlu dilakukan penekanan biaya pendidikan
melalui berbagai jenis kebijakan, antara lain:
Menurunkan biaya operasional
Memberikan biaya prioritas anggaran terhadap komponen-pomponen input yang
langsung berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Meningkatkan kapasitas pemakaian ruang kelas, dan fasilitas belajar lainnya
Meningkatkan kualitas PBM
Meningkatkan motivasi kerja guru
Memperbaiki rasio guru-murid.

2. Efisiensi Eksternal
Istilah efisiensi eksternal sering dihubungkan dengan metode cost benefit analysis, yaitu rasio
antara keuntungan financial sebagai hasil pendidikan (biasanya diukur dengan penghasilan)
dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan. Analisis efisiensi eksternal berguna
untuk menentukan kebijakan dalam pengalokasian biaya pendidikan atau distribusi anggaran
kepada seluruh sub-sub sector pendidikan.
Fattah (2006:43) merumuskan arahan-arahan dalam meningkatkan efisiensi pembiayaan
pendidikan sebagai berikut :
a. Pemerataan kesempatan memasuki sekolah (equality of acces)
b. Pemerataan untuk bertahan disekolah (equality of survival)
10
c. Pemerataan kesempatan untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar (equality of
output)
d. Pemerataan kesempatan menikmati manfaat pendidikan dalam kehidupan masyarakat
(equality of outcome).

2.7 Jenis Biaya Pendidikan


Pendanaan pendidikan sebagaimana tertuang dalam PP No 48 tahun 2008 tentang
Penganggaran Pendidikan dinyatakan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.
Biaya pendidikan dibagi menjadi :
a. Biaya Satuan Pendidikan, adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan yang meliputi biaya investasi, biaya operasional, bantuan biaya
pendidikan dan beasiswa.
b. Biaya Penyelenggaraan dan/ atau Pengelolaan Pendidikan, adalah biaya
penyelenggaraan dan/ atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah, pemprov,
pemko/ pemkab, atau penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakat/
Yayasan.
c. Biaya Pribadi Peserta Didik, adalah biaya operasional yang meliputi biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bias mengikuti proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan.

2.8 Penganggaran
Penganggaran merupakan proses penyusunan anggaran. Anggaran merupakan rencana
keuangan periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan dan merupakan
rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk
jangka waktu tertentu. Anggaran pada dasarnya terdiri dari pemasukan dan pengeluaran. Sisi
penerimaan atau perolehan biaya ditentukan oleh besarnya dana yang diterima oleh lembaga
dari setiap sumber dana. Biasanya dalam pembahasan pembiayaan pendidikan, sumber-
sumber biaya dibedakan dalam tiap golongan pemerintah, orangtua, masyarakat dan sumber-
sumber lainnya. Sisi pengeluaran terdiri dari alokasi besarnya biaya pendidikan untuk setiap
komponen yang harus dibiayai. Anggaran menurut para Ahli, yaitu:
1. Glenn A Welsch mendefenisikan anggaran sebagai berikut: Profit planning and
control may be broadly as de fined as sistematic and formalized approach for
accomplishing the planning, coordinating and control responsibility of management.
11
2. Menurut Gomes (1995), anggaran merupakan dokumen yang berusaha untuk
mendamaikan prioritas-prioritas program dengan sumber-sumber pendapatan yang
diproyeksikan. Anggaran menggabungkan suatu pengumuman dari aktivitas
organisasi atau tujuan untuk suatu jangka waktu yang ditentukan dengan informasi
mengenai dana yang dibutuhkan untuk aktivitas tersebut atau untuk mencapai tujuan
tersebut.
3. Menurut Mulyadi (2001), anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan
secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang
lain yang menvakup jangka waktu satu tahun.
4. Menurut Garrison, Norren and Brewer (2007:4), Anggaran adalah rencana terperinci
tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya
selama suatu periode waktu tertentu.
5. Menurut M. Nafarin (2004:12), Anggaran merupakan rencan tertulis mengenai
kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitif dan umumnya dalam
satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Menurut Herawati dan Sunarto (2004:2),.

Penganggaran adalah penciptaan suatu rencana kegiatan yang dinyatakan dalam ukuran
keuangan. Penganggaran menurut Menurut Supriyono (1990), penganggaran merupakan
perencanaan keuangan perusahaan yang dipakai sebagai dasar pengendalian (pengawasan)
keuangan perusahaan untuk periode yang akan datang.

Penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah positif yang sangat fundamental untuk


merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap unit
organisasi, dalam konteks pendanaan pendidikan maka melibatkan pimpinan satuan
pendidikan itu sendiri yaitu kepala sekolah dan jajarannya.

Pada dasarnya, penyusunan anggaran merupakan negosiasi atau musyawarah antara pimpinan
dengan bawahannya dalam menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran. Sebagai
organisasi sektor public, maka penyusunan anggaran (pendanaan) pendidikan mempunyai
fungsi lebih dari sekedar acuan pengalokasian dana, tetapi lebih daripada itu juga berfungsi
sebagai bentuk akuntabilitas atas penggunaan dana public yang dikelolanya. Hasil akhir dari
suatu musyawaran tentang rencana penganggaran tersebut merupakan suatu pernyataan
tentang (rencana) pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan dari setiap sumber dana.

12
2.9 Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran
Apabila anggaran menghendaki fungsi sebagai alat dalam perencanaan maupun
pengendalian, maka anggaran harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam sistem
manajemen dan organisasi.
2. Adanya sistem akuntansi yang memadai dalam melaksanakan anggaran.
3. Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi.
4. Adanya dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat atas sampai yang paling bawah.

Keempat butir di atas dapat tercipta jika organisasi dan manajemennya berbentuk kategori
yang sehat. Persoalan penting dalam menyusun anggaran adalah bagaimana memanfaatkan
dana secara efesien, mengalokasikan secara tepat, sesuai dengan skala prioritas. Itulah
sebabnya dalam prosedur penyusunan anggaran memerlukan tahapan-tahapan yang
sistematik.

Penyusunan anggaran dalam skala kecil, biasanya disusun oleh staf pimpinan atau atasan dari
suatu bagian. Sedangkan pada skala besar, penyusunan anggaran diserahkan kepada bagian,
seksi atau komisi anggaran yang secara khusus merancang anggaran. Secara khusus,
anggaran rutin pendidikan untuk penyelenggaraan sebagai contoh pada Sekolah Dasar
didasarkan atas pendataan SD yang di kumpulkan, diolah, dan dianalisis yang selanjutnya
disajikan sebagai bahan pertimbangan untuk pemberian dana bantuan dari pemerintah pusat.

Beberapa ketentuan umum yang harus berpedoman dalam penyusunan budget kas antara lain
budget kas harus realistis, luwes dan kontinyu sebagaimana yang dikemukakan oleh
Gunawan A dan Marwan Asri (1990:7) yaitu : Di dalam penyusunan suatu anggaran maka
perlu diperhatikan beberapa syarat yakni anggaran tersebut harus realistis artinya tidak terlalu
optimis dan tidak pula berlaku pesimis, luwes artinya tidak terlalu kaku, mempunyai peluang
untuk disesuaikan dengan keadaan yang mungkin berubah. Sedangkan kontinyu artinya
membutuhkan perhatian secara terus menerus, dan tidak merupakan usaha yang insidentil.

2.10 Tahapan Penyusunan Anggaran


Dalam prosedur penyusunan anggaran memerlukan tahapan-tahapan yang sistematik sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran.
13
2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa dan barang.
3. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang, sebab anggaran pada dasarnya
merupakan pernyataan financial.
4. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi tertentu.
5. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang
berwenang.
6. Melakukan revisi usulan anggaran.
7. Persetujuan revisi usulan anggaran.
8. Pengesahan anggaran.

Perlu diketahui bahwa dalam organisasi skala kecil, anggaran biasanya disusun oleh staf
pimpinan atau atasan dari suatu bagian. Sedangkan dalam organisasi skala besar, penyusunan
anggaran diserahkan kepada bagian, seksi atau komisi anggaran yang secara khusus
merancang anggaran.

2.11 Fungsi Anggaran Pendidikan


Fungsi dari anggaran itu meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1. Merupakan kerangka operasional dalam biaya dan waktu kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2. Alat untuk mendelegasikan wewenang dalam pelaksanaan suatu rencana.
3. Anggaran dapat pula sebagai instrument kegiatan control dan evaluasi penampilan.
Bila besarnya pengeluaran dibandingkan dengan jatah anggaran dan tingkat
penggunaan dapat menjadi ukuran efektivitas atau efisiensi kegiatan yang
dilaksanakan Pendanaan Pendidikan menurut PP NO. 48 Tahun 2008.

2.12 Bentuk-bentuk Desain Anggaran


a) Anggaran Butir Per Butir (line item budget)
Anggaran- butir-butir perbutir merupakan bentuk anggaran paling simpel dan
banyak digunakan. Dalam bentuk ini, setiap pengeluaran dikelompokan berdasarkan
kategori-kategori, misalnya gaji, upah, honor menjadi satu kategori satu nomor atau
satu butir.
b) Anggaran Program (program budget system)

14
Bentuk ini dirancang untuk mengidentifikasi biaya setiap program. Pada Sanggaran
biaya butir-perbutir dihitung berdasarkan jenis butir item yang akan dibeli, sedangkan
pada anggaran program biaya dihitung berdasarkan jenis program. Misalnya, jika
dalam anggaran butir-per butir disebut gaji guru (item 01), sedangkan dalam anggaran
laporan disebut gaji untuk perencanaan pengajaran IPA hanyalah satu komponen.

c) Anggaran Berdasarkan Hasil (performance budget)


Sesuai dengan namanya, bentuk anggaran ini menekankan hasil (performance) dan
bukan pada keterperincian dari suatu alokasi anggaran. Anggaran bentuk ini lebih
mengutamakan perhatiannya kepada penampilan, performance, hasil atau output.
Setiap pengeluaran dari anggaran ini selalu harus dibandingkan dengan hasil yang
akan dicapai. Bentuk anggaran ini sering disebut anggaran berdasarkan cost-benefit,
yaitu perbandingan antara apa yang akan dikeluarkan (cost) dan manfaat apa yang
dicapai (benefit).

d) Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran PPBS (planing


programming budgeting system) atau SP4.
PPBS merupakan kerangka kerja dalam perencanaan dengan mengorganisasikan
informasi dan menganalisisnya secara sistematis.Pada dasarnya anggaran bentuk ini
menekankan kepada setiap kegiatan yang telah direncanakan secra cermat. Kegiatan
itu diperhitungkan dengan tujuan yang akan dicapai. Dengan kata lain, pengkajian
kegiatan beserta penganggarannya berorientasi pada prinsip cost benefit atau asas
manfaat. Namun demikian segi prosedurpun menjadi perhatian yang cukup ketat.

2.13 Pengawasan Anggaran


Konsep dasar pengawasan anggaran bertujuan untuk mengukur, membandingkan, menilai
alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. Dengan kata lain melalui pengawasan anggaran
diharapkan dapat mengetahui sampai di mana tingkat efektifitas dan efisiensi dari
penggunaan sumber-sumber dana yang tersedia. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara
rencana dengan realisasinya, maka perlu diambil tindakan perbaikan dan bila perlu diproses
melalui jalur hukum.

2.14 Prosedur Pengawasan


Secara sederhana proses pengawasan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu :
15
1. Memantau (monitoring).
2. Menilai.
3. Melaporkan hasil-hasil temuan, kegiatan atau monitoring dilakukan terhadap kinerja
aktual (actual performance), baik dalam proses maupun hasilnya. Aktivitas yang
sedang dan telah dilakukan terhadap kinerja actual (actual performance), baik dalam
proses maupun hasilnya. Aktivitas yang sedang dan telah dilaksanakan diukur
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah digariskan dalam perencanaan. Apakah
terdapat penyimpangan (deviasi) maka diusahakan adanya perbaikan atau korelasi
yang direkomendasikan kepada pimpinan evaluasi.

2.15 Prinsip-Prinsip Pengawasan


Dalam kebijakan umum pengawasan Departemen Pendidikan da Kebudayaan (Rakernas,
1999), dinyatakan bahwa sistem pengawasan harus berprientasi pada hal-hal berikut:
1. Sistem pengawasan fungsional yang dimulai sejak perencanaan yang menyangkut
aspek penilaian kehematan, efisiensi, efektivitas yang mencakup seluruh aktivitas
program di setiap bidang organisasi
2. Hasil temuan pengawasan harus ditindaklanjuti dengan koordinasi antara pengawasan
dengan aparat penegak hukum serta instansi terkait turut meyamakan persepsi
mencari pemecahan bersama atas masalah yang dihadapi.
3. Kegiatan pengawasan hendaknya lebih diarahkan pada bidang-bidang yang strategis
dan memperhatikan aspek manajemen.
4. Kegiatan pengawasan hendaknya memberi dampak terhadap penyeleksian masalah
dengan konsepsional dan menyeluruh.
5. Kegiatan pengawasan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kompetensi teknis,
sikap, dedikasi, dan integritas pribadi yang baik.
6. Akurat, artinya informasi tentang kinerja yang diawasi memiliki ketepatan
data/informasi yang sangat tinggi.
7. Tepat waktu, artinya kata yang dihasilkan dapat digunakan sesuai dengan saat untuk
melakukan perbaikan.
8. Objektif dan komprehensif.
9. Tidak mengakibatkan pemborosan atau in-efisiensi.
10. Tindakan dan kegiatan pengawasan bertujuan untuk menyamakan rencana atau
keputusan yang telah dibuat.

16
11. Kegiatan pengawasan harus mampu mengoreksi dan menilai pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan rencana semula.

Dalam proses pengawasan terdapat beberapa unsur yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
1. Unsur proses, yaitu usaha yang bersifat kontinu terhadap suatu tindakan yang dimiliki
dari pelaksanaan suatu rencana sampel dengan hasil akhir yang diharapkan;
2. Unsur adanya objek pengawasan yaitu sesuatu yang menjadi sasaraan pengawasan,
baik penerimaan maupun pengeluaran.
3. Ukuran atau standarisasi dari pengawasan.
4. Teknik-teknik pengawasan.

2.16 Tahapan-tahapan Pengawasan


Menurut G. R. Terry dalam Sukama (1992, hal. 116) proses pengawasan terbagi atas 4
tahapan, yaitu:
1) Menentukan standar atau dasar bagi pengawasan.
2) Mengukur pelaksanaan
3) Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan temukanlah perbedaan jika ada.
4) Memperbaiki penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang tepat.
Terry (dalam Winardi, 1986:397) bahwa pengawasan terdiri daripada suatu proses yang
dibentuk oleh tiga macam langkah-langkah yang bersifat universal yakni:
1. mengukur hasil pekerjaan,
2. membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan perbedaan (apabila
ada perbedaan),
3. mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan.
Maman Ukas (2004:338) menyebutkan tiga unsur pokok atau tahapan-tahapan yang
selalu terdapat dalam proses pengawasan, yaitu:
1) Ukuran-ukuran yang menyajikan bentuk-bentuk yang diminta. Standar ukuran ini bisa
nyata, mungkin juga tidak nyata, umum ataupun khusus, tetapi selama seorang masih
menganggap bahwa hasilnya adalah seperti yang diharapkan.
2) Perbandingan antara hasil yang nyata dengan ukuran tadi. Evaluasi ini harus
dilaporkan kepada khalayak ramai yang dapat berbuat sesuatu akan hal ini.
3) Kegiatan mengadakan koreksi. Pengukuran-pengukuran laporan dalam suatu
pengawasan tidak akan berarti tanpa adanya koreksi, jikalau dalam hal ini diketahui
bahwa aktivitas umum tidak mengarah ke hasil-hasil yang diinginkan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu pendidikan membutuhkan biaya.
Pembiayaan terhadap pendidikan harus dibayar lebih mahal karena pendidikan adalah
investasi. Human Capital yang berupa kemampuan dan kecakapan yang diperoleh melalui
pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil bekerja memerlukan biaya yang dikeluarkan oleh
yang bersangkutan. Perolehan keterampilan dan kemampuan akan menghasilkan tingkat balik
Rate of Return yang sangat tinggi terhadap penghasilan seseorang.

3.2 Saran
Pendidikan adalah tanggungjawab negara dan masyarakat, tanggungjawab kita bersama,
termasuk dalam hal pembiayaan. Peran masyarakat untuk menyokong biaya pendidikan
sangat penting diantaranya dengan menabung yang bermanfaat untuk membiayai pendidikan

18
DAFTAR PUSTAKA

Siffah Fauziah. Biaya Pendidikan. 3 Oktober 2012. Tersedia pada:


https://siffahfauziah.wordpress.com/2012/05/15/makalah-biaya-pendidikan/ . Diakses
pada tanggal: 12 Mei 2015 di 10.54 AM
Andi. Pembiayaan Pendidikan di Indonesia. 5 Oktober 2013. Tersedia pada:
http://andimpi.blogspot.com/2013/06/pembiayaan-pendidikan-di-indonesia.html/ .
Diakses pada tanggal: 12 Mei 2015 di 10.54 AM

19

Vous aimerez peut-être aussi