Vous êtes sur la page 1sur 8

semua umat Islam di seluruh dunia, pernah mendengar kisah Qarun.

Ia adalah seorang yang sangat kaya raya,


dan hidup sezaman dengan Nabi Musa AS. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, Qarun adalah anak dari
paman Musa. Kisah Qarun ini secara lengkap dapat dilihat dalam surah al-Qashash [28] ayat 76-82.

Qarun menganggap dirinya memperoleh harta itu karena kemampuan (ilmu) yang dimilikinya. Hal itu tampak
dari pernyataannya yang termaktub dalam surah Al-Qashash [28]: 78. Qarun berkata: Sesungguhnya aku
hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.

Menurut para mufassir (ahli tafsir), Qarun ke luar dalam satu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal,
hamba sahaya, dan inang pengasuh untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya. Maka, keluarlah
Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. (Al-Qashash [28]: 79).

Menurut sejumlah riwayat, ketika Qarun memamerkan harta kekayaannya, ia menggunakan pakaian yang
sangat mewah, jumlah harta benda yang dibawanya harus diangkut oleh 60 ekor unta, dengan didampingi
sebanyak 600 orang pelayan yang terdiri atas 300 laki-laki dan 3000 orang perempuan. Saat itu, Qarun juga
dikawal sebanyak 4000 orang dan diiringi oleh sebanyak 4000 binatang yang ternak yang sehat.

Karena kemegahan dan keindahan pakaian yang dimiliki Qarun, orang-orang yang menyaksikannya, juga
menginginkan kekayaan seperti yang dimiliki Qarun.Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan
dunia: Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia
benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar. (QS 28:79).

Menurut beberapa riwayat, sebelumnya Qarun adalah seorang hamba yang saleh dan miskin. Ia memohon
kepada Nabi Musa untuk mendoakannya agar dirinya memiliki sejumlah harta. Dan, doa itu dikabulkan,
hingga dirinya menjadi kaya raya. Namun, menurut sejumlah riwayat pula, azab ditenggelamkannya Qarun,
juga karena doanya Nabi Musa yang dikabulkan Allah, akibat Qarun tidak mau bersyukur dalam malah
menyombongkan diri. Ia juga tak mau menyedekahkan hartanya dan tidak mau mengeluarkan zakat untuk
membantu orang-orang yang miskin yang ada di sekitarnya.

Kesombongan Qarun itu tampak ketika ia mengatakan bahwa harta yang diperolehnya karena ilmu yang
dimilikinya (QS:28:78).Karena kesombongannya itulah, Allah mengazabnya dengan ditenggelamkannya
Qarun ke dalam perut bumi. Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak
ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-
orang (yang dapat) membela (dirinya). (QS 28:81).

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami
timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur,
dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami
tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri. (QS Al-Ankabut [29]: 40).
Rasulullah SAW bersabda : Tatkala seseorang mengulurkan kainnya ke bawah (karena sombong), tiba-tiba ia
terbenam ke dalam tanah dan terperosok ke dalam perut bumi hingga hari kiamat. (HR Bukhari).

Danau Qarun

Di manakah lokasi ditenggelamkannya Qarun tersebut? Mengapa banyak orang menganggap bila mereka
menemukan harta terpendam selalu mengatakan dengan sebutan harta karun? Benarkah ia harta karun?

Menurut beberapa riwayat, lokasi tempat ditenggelamkannya Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi itu
terjadi di daerah Al-Fayyum, sekitar 90 kilometer (km) atau dua jam perjalanan dengan menggunakan mobil
dari Kairo, ibu kota Mesir. Menurut penduduk setempat, nama danau itu adalah Bahirah Qarun (laut Qarun).
Di sekitar Al-Fayyum ini yang tersisa hanya berupa puing-puing istana Qarun.

Di lokasi ini, terdapat sebuah danau yang sangat luas. Panjang danau mencapai 30 km dengan lebar danau
sekitar 10 km dan kedalaman mencapai 30-40 meter.Menurut DR Rusydi al-Badrawy, dalam bukunya Qashash
al-Anbiya wa al-Tarikh (Kisah Para Nabi dan Sejarahnya), Bahirah Qarun ini dulu pernah dilakukan
penelitian oleh ahli Geologi dari Eropa Barat. Penelitian difokuskan untuk membuktikan, apakah di lokasi
tersebut pernah terjadi sebuah bencana berupa gempa hingga menenggelamkan Qarun beserta rumahnya,
seperti diungkapkan dalam Alquran.

Hasilnya? Setelah melalui pengkajian yang komprehensif, tulis Rusydi al-Badrawy, para peneliti dari Eropa itu
berkesimpulan bahwa di zaman dahulu kala, benar di lokasi itu pernah terjadi bencana berupa gempa bumi
yang sangat besar, terutama di bagian sebelah selatan danau Qarun.Ini membuktikan bahwa kisah Qarun
pernah terjadi di sekitar danau tersebut, tulis Rusydi. Dan, menurut penduduk Mesir, di Al-Fayyum ini
dulunya Qarun tinggal.

Kini, danau Qarun tampak tenang. Meski di baliknya menyimpan sebuah pelajaran yang sangat berarti bagi
umat manusia. Yakni, kesombongan dapat membinasakan dirinya, sebagaimana yang terjadi pada
Qarun.Rusydi menjelaskan, danau ini sudah ada sejak dahulu sebelum Qarun ada. Danau tersebut dulunya
merupakan sebuah danau kecil yang disebut dengan Munkhafazh al-Laahun.

Tentu saja masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam di lokasi ini mengenai ditenggelamkannya Qarun.
Sebab, bila di situ benar tempat Qarun ditenggelamkan bersama hartanya, tentunya akan ditemukan sejumlah
harta kekayaan Qarun yang banyak itu.

Mengenai pendapat yang menisbatkan setiap harta terpendam yang ditemukan dinamakan harta Karun,
hanyalah sebuah perumpaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Wa Allahu Alam. n
sya/berbagai sumber

Peninggalan Qarun di Al-Fayyum


Pintu Masuk Istana Qarun

Sekitar 150 kilometer (km) di Barat Daya Kairo, Mesir, tepatnya di Al-Fayyum, terdapat reruntuhan bangunan
yang dipercaya sebagai tempat tinggal Qarun. Tempat ini berdekatan dengan Danau Qarun ( Qarun lake ), atau
kurang lebih berjarak sekitar 2 km. Menurut beberapa sumber, bangunan yang masih berdiri kokoh adalah
benteng yang dibangun oleh Qarun. Namun, ada pula yang mengatakan, bangunan itu adalah istana milik
Qarun ( Qasharu Qarun ).
Bangunan yang tersisa di kampung Abaza atau Al-Fayyum ini, hanya berupa puing-puingnya. Namun
demikian, orang yang berkunjung ke lokasi ini dapat menikmati sisa-sisa kekayaan Qarun dengan
bangunannya yang sangat megah. Dua buah tiang yang menandakan kemegahan bangunan yang didirikan di
zaman Qarun, masih tampak kokoh berdiri di dekat pintu masuk.
Masuk ke dalam bangunan, pengunjung juga dapat menyaksikan kemegahan istana Qarun. Menurut Aep
Saepulloh Darusmanwiati, salah seorang pemandu wisata salah satu biro perjalanan wisata, istana Qarun ini
belum selesai digali. Masih banyak bangunan dan kamar-kamar atau ruangan di bahwa tanah yang belum
sempat digali, barangkali karena pemerintah Mesir tidak menganggarkan untuk menggalinya.

Para pengunjung juga dapat naik ke atas istana sekaligus dapat menyaksikan bagian-bagian kamar yang
dibuatnya. Seni arsitekturnya sangat luar biasa. Hal ini tampak dari jendela yang dibuat dari batu besar yang
dipahat sangat indah dan cantik untuk memasukkan sinar matahari.

Sementara itu, pada bagian paling atas, para pengunjung dapat melihat ada dua gambar menempel di tembok.
Gambar pertama adalah seorang manusia berkepala buaya yang merupakan jelmaan dari Dewa Sobek,
penguasa Al-Fayyum, dan kedua manusia biasa, hanya sayang yang tampak tinggal bagian perut ke bawah
saja, kepalanya sudah tidak ada. Manusia ini boleh jadi adalah Qarun. Dua gambar dimaksud bermakna:
Dewa Sobek akan selalu melindungi dan menaungi Qarun. Wa Allahu Alam. sya/berbagai sumber

Al-Fayyum: 1000 Hari

Al-Fayyum, tempat yang diyakini sebagai tempat tinggal Qarun pada zaman Nabi Musa dahulu, menurut
riwayat sudah ada sejak zaman Nabi Yusuf Alaihissalam.Seperti dikutip Aep Saepullah dalam artikelnya yang
berjudul Menjelajahi Kota Al-Fayyum, berdasarkan keterangan para ulama Islam yang dimuat dalam sejumlah
karya klasik disebutkan, Nabi Yusuf yang pertama kali membangun Kota Al-Fayyum.Konon, sewaktu
membangun kota ini, Nabi Yusuf memerlukan waktu sekitar 70 hari.

Aep Saepullah menambahkan, Al-Fayyum berasal dari bahasa Arab, yakni Alfu Yawmin yang berarti 1000
hari. Ada dua versi mengenai nama Al-Fayyum. Pertama, sebagaimana ditulis oleh Imam al-Humairy dalam
bukunya ar-Raudh al-Muthar fi Khabar al-Aqthar, disebut Alf Yaum karena perharinya pajaknya mencapai
1000 ( alf ) dinar. Ini artinya, pajak satu hari di Al-Fayyum sama dengan seribu hari ( alf yaum ) di kota-kota
Mesir lainnya. Hanya, riwayat ini tidak masyhur di kalangan para ahli sejarah.

Riwayat kedua, dan riwayat ini merupakan riwayat yang paling masyhur, bahwa penamaan Al-Fayyum ini erat
kaitannya dengan Nabi Yusuf AS. Saat itu, setelah Nabi Yusuf mendekam di penjara selama 7 tahun, setahun
kemudian Nabi Yusuf diangkat menjadi menteri perbendaharaan Mesir. Tugas pertama adalah menangani
musim paceklik yang akan menimpa Mesir, selama tujuh tahun. Lalu, Nabi Yusuf menggali tiga buah selat di
sekitar Sungai Nil untuk mengalirkan airnya ke Al-Fayyum, yaitu selat bagian barat, timur, dan bagian atas,
hulu ( upper, shaid ).

Dengan digalinya tiga selat tersebut, daerah Al-Fayyum menjadi subur dan hijau, karena air sudah masuk, baik
dari Sungai Nil maupun air yang keluar dari dalam tanah. Setelah itu, Nabi Yusuf membangun 360 kampung
di Kota Jaubah (Al-Fayyum) tersebut. Jumlah tersebut disesuaikan dengan jumlah hari dalam satu tahun (satu
tahun berkisar sekitar 360 hari) dengan maksud bahwa satu kampung di Kota Al-Fayyum ini dapat mencukupi
kebutuhan seluruh penduduk Mesir saat itu dari kelaparan dan kekeringan. Namun, proyek pembangunan itu
diselesaikan hanya dalam waktu 70 hari.

Ketika raja Mesir saat itu melihat pembangunan yang dilakukan Nabi Yusuf, ia berkata: Luar biasa, hanya
dengan 70 hari saja, Yusuf dapat membangun kota ini, padahal untuk dapat seperti ini, minimal diperlukan
waktu seribu hari ( Alf Yawm ). Ini betul-betul pertolongan dari langit. Sejak itulah, nama Jaubah berubah
mejadi Alf Yawm yang kemudian disingkat lagi menjadi kota Al-Fayyum.

Dengan ide luar biasa Nabi Yusuf inilah, Kota Al-Fayyum sekarang menjadi kota paling banyak airnya di
Mesir. Orang-orang Mesir menyebut Al-Fayyum sebagai Makhzan al-Maa (gudangnya air). Saking
banyaknya air, hingga saat ini dapat dijumpai beberapa kolam ikan di Fayyum, sesuatu yang tidak akan
dijumpai di provinsi-provinsi Mesir lainnya, selain di Fayyum.

Menurut para ahli sejarah, air yang ada di Al-Fayyum ini sangat memengaruhi warna dan rasa dari Sungai Nil
yang ada di Mesir secara umum. Apabila air di Al-Fayyum ini surut, warna dan rasa air Nil akan berubah di
seluruh Mesir. Sekalipun sampai saat ini, belum terjadi, akan tetapi hemat penulis, hal demikian masih sangat
mungkin, karena semua itu berkat ide brilian Nabi Yusuf yang menimbang dan mengukur ketinggian air Nil
dimaksud.

Karena kesuburannya ini juga, Al-Fayyum termasuk provinsi yang banyak menghasilkan padi, yang tentunya
tanaman padi ini jarang ditanam di provinsi lain, mengingat terlalu banyak memerlukan air. Itulah Al-Fayyum,
provinsi paling subur di Mesir.

Ketika Yunani berkuasa di Mesir, Kota Al-Fayyum diganti dengan nama Crocodilopolis atau dalam bahasa
Arab disebut dengan Madinah at-Timsah yang berarti Kota Buaya. Hal ini mengingat di Al-Fayyum dahulunya
banyak sekali buaya yang berkeliaran. Untuk itu pula, dewa yang berkuasa dan menguasai Al-Fayyum
menurut kepercayaan Mesir Kunobernama Dewa Sobek yang digambarkan dengan tubuh manusia, tapi
berkepala buaya.

Kincir (as-Sawaqi)

Di antara tempat yang menjadi objek wisata lainnya di Al-Fayyum adalah kincir air. Kincir-kincir ini
merupakan ciri khas dari Kota Al-Fayyum. Bahkan, Al-Fayyum adalah satu-satunya kota di Mesir yang
mempunyai kincir air.

Menurut penduduk setempat, ide pertama membuat kincir tersebut adalah dari Nabi Yusuf, ketika ia menata
dan membangun Kota Al-Fayyum. Di Al-Fayyum sendiri ada lebih dari 200 kincir. Hanya, kincir yang berada
di dalam Kota Al-Fayyum lain dari yang lain.
Kelainannya adalah bunyi dari kincir tersebut. Kincir-kincir
lainnya tidak mengeluarkan suara atau bunyi. Bunyi kincir yang seperti orang yang sedang kesulitan, mohon
bantuan itu, oleh penduduk Al-Fayyum sendiri dinisbahkan kepada suara Qarun. Bahwa, suara itu adalah
suaranya Qarun yang setiap saat menyesali perbuatannya. Apakah betul atau tidak? Wa Allahu alam.

Vous aimerez peut-être aussi