Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Tarwoto
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta I
Email : tarwoto_spp@yahoo.com
112
113 Jurnal Health Quality Vol. 3 No. 2, Mei, Hal.69-140
meningkat, hal ini terkait dengan usia insulin atau dengan cara menghambat
harapan hidup semakin meningkat, diet absorpsi glukosa dalam usus. Olah raga
kurang sehat, kegemukann serta gaya dan aktivitas bekerja dengan cara
hidup moderen seperti kurangya merangsang sensitivitas reseptor-reseptor
beraktivitas/berolah raga karena insulin. Sedangkan terapi komplementer
kesibukan dan tuntutan peryelesaian sampai sekarang masih sedikit dan masih
pekerjaan. belum banyak dikembangkan. Terapi
komplementer ditujukan dengan cara
Pada keadaan normal glukosa
menurunkan kebutuhan metabolisme
bersikulasi dalam darah dengan jumlah
sehingga kebutuhan insulin juga dapat
tertentu dan sangat dibutuhkan untuk
dikurangi.
kebutuhan energi sel dan jaringan.
Glukosa dibentuk dihati dari makanan Salah satu terapi komplementer yang
yang dikonsumsi. Makanan yang masuk munkin menjadi alternatif dalam
sebagian digunakan untuk kebutuhan menstabilkan gula darah adalah terapi
energi dan sebagian lagi disimpan dalam latihan slow deep breathing. Slow deep
bentuk glikogen dihati dan jaringan breathing merupakan tindakan yang
lainnya dengan bantuan insulin. Insulin disadari untuk mengatur pernapasan
merupakan hormon yang diproduksi oleh secara dalam dan lambat. Pengendalian
sel beta pulau langerhans pankreas yang pengaturan pernapasan secara sadar
kemudian produksinya masuk dalam dilakukan oleh korteks serebri, sedangkan
darah dengan jumlah sedikit kemudian pernapasan yang spontan atau automatik
meningkat jika terdapat makanan yang dilakukan oleh medulla oblongata1 .
masuk. Pada orang dewasa rata-rata Napas dalam lambat dapat menstimulasi
diproduksi 40-50 unit, untuk respons saraf otonom, yaitu dengan
mempertahankan gula darah tetap stabil menurunkan respons saraf simpatis dan
antara 70-120 mg/dl. Produksi insulin meningkatkan respons parasimpatis.
sangat dipengaruhi oleh intake makanan Stimulasi saraf simpatis meningkatkan
dan kebutuhan energi tubuh. Produksi aktivitas tubuh, sedangkan respons
insulin akan ditingkatkan apabila ada parasimpatis lebih banyak menurunkan
makanan yang masuk dan pada keadaan ativitas tubuh sehingga dapat menurunkan
dimana kebutuhan metabolisme aktivitas metabolik2.
meningkat seperti pada keadaan stres Mekanisme penurunan metabolisme
dan penyakit infeksi. tubuh pada pernapasan lambat dan
dalam masih belum jelas, namun menurut
Sudah banyak studi yang dilakukan
hipotesanya napas dalam dan lambat
untuk menjaga keseimbangan glukosa
yang disadari akan mempengaruhi sistem
darah diantaranya melalui terapi
saraf otonom melalui penghambatan
pengobatan seperti insulin, pemberian
sinyal reseptor peregangan dan arus
obat antidiabetik, peningkatan aktivitas
hiperpolarisasi baik melalui jaringan saraf
atau olah raga maupun terapi
dan non-saraf dengan mensinkronisasikan
komplementer. Masing-masing terapi
elemen saraf di jantung, paru-paru, sistem
mempunyai cara kerja yang berbeda
limbik dan korteks serebri. Selama
dalam menurunkan gula darah misalnya
inspirasi, peregangan jaringan paru
terapi insulin bekerja secara langsung
menghasilkan sinyal inhibitor atau
mengganti insulin tubuh yang kurang atau
penghambat yang mengakibatkan
tidak ada, obat antidiabetik bekerja untuk
adaptasi reseptor peregangan lambat atau
menstimulasi pankreas menghasilkan
Tarwoto, Latihan Slow Deep Breathing... 114
slowly adapting stretch reseptors (SARs) digunakan untuk mengetahui efek dari
dan hiperpolarisasi pada fibroblas. Kedua varibel independen. Post tes dilakukan
penghambat hantaran impuls dan pada kelompok kontrol yang tidak
hiperpolarisasi ini untuk menyinkronkan dilakukan perlakuan dan kelompok
unsur saraf yang menuju ke modulasi intervensi setelah dilakukan perlakuan.
sistem saraf dan penurunan aktivitas Hasil dari pengukuran kedua kelompok
metabolik yang merupakan status saraf tersebut dibandingkan.
parasimpatis. Penurunan aktivitas Jumlah sampel masing-masing
metabolik diharapkan dapat menurunkan kelompok sebanyak 20 responden yang
kebutuhan insulin sehingga kadar gula memenuhi kriteria inklusi yang telah
darah dapat menurun3. ditentukan. Penentuan kelompok
Penelitian ini bertujuan untuk responden berdasarkan wilayah atau
mengidentifikasi pengaruh latihan: slow tempat penelitian yaitu penderita DM tipe
deep breathing terhadap kadar gula darah 2 yang berada di wilayah Kecamatan
pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Pasar Minggu sebagai kelompok
intervensi dan penderita DM tipe 2 yang
berada di wilayah Cilandak sebagai
Metodologi Penelitian kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan
di kediaman subjek penelitian sesuai
Pada penelitian ini menggunakan dengan data yang di peroleh dari
desain Quasi-Experimental Pretest- Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Posttest Control Group Desaign. Pada dan Puskesmas Kecamatan Cilandak
dasien ini peneliti melakukan penilaian Jakarta. Waktu dilakukan pada bulan
pada kelompok kontrol dan kelompok September 2012 sampai dengan
intervensi sebelum latihan Slow Deep November 2012 selama atau 10 minggu.
Breathing. Kelompok intervensi mendapat
perlakukan dengan latihan Slow Deep
Breathing kemudian diukur (post test) Hasil Penelitian
sedangkan kelompok kontrol tidak 1. Analisis Univariat
dilakukan perlakuan tetapi diukur (post a. Gambaran karakteristik responden
test)4. Pretest dilakukan pada kelompok berdasarkan umur, IMT, Jenis
perlakuan dan kelompok kontrol untuk Kelamin dan Penyakit Penyerta.
mengetahui data dasar yang akan
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, IMT pada Kelompok Intervensi dan Intervensi
September - November 2012 (n1=n2= 20)
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Penyakit Penyerta pada
Kelompok Intervensi dan Intervensi
September-November 2012 (n1=n2= 20)
115 Jurnal Health Quality Vol. 3 No. 2, Mei, Hal.69-140
Intervensi Kontrol
Variabel Total (%)
N % N %
Jenis Kelamin
- Perempuan 15 75 14 70 29 (72,5)
- Laki-laki 5 25 6 30 11 (27,5)
Penyakit penyerta
- Ada 7 35 7 35 14 (35)
- Tidak ada 13 65 13 65 26 (65)
b. Gambaran rata-rata kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan SDB pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Tabel 3 Hasil analisis rata-rata kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan SDB
September - November 2012 (n1=n2=20)
Tabel 4 Hasil Analisis Rata-Rata Kadar Gula Darah pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Sebelum Dan Setelah Intervensi SDB
Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol
September - November 2012
Nilai rata-rata kadar gula darah setelah sample t- test) diperoleh nilai p=0,454
SDB pada kelompok intervensi sebesar (p>0,05), maka dapat disimpulkan
226,40 (SD=81,195), sedangkan nilai bahwa tidak ada perbedaan yang
rata-rata kadar gula darah setelah signifikan nilai rata-rata kadar gula darah
intervensi pada kelompok kontrol setelah intervensi SDB antara kelompok
sebesar 243,65 (SD=61,77). Dari hasil intervensi dengan kelompok kontrol.
uji t tidak berpasangan (Independent
Tabel 5 Perbedaan Rata-Rata Kadar Gula Darah Setelah SDB Antara Kelompok Intervensi
Dan Kelompok Kontrol
September - November 2012
Berdasarkan jenis kelamin, sebagian kadar gula darah setelah SDB pada
besar penderita DM tipe 2 adalah berjenis kelompok intervensi diyakini antara
kelamin perempuan (72,5 %). Hasil 188,40 sampai dengan 264,40. Dengan
penelitian ini juga tidak jauh berbeda demikian jika dilihat selisih antara
dengan penelitian terdahulu bahwa jenis sebelum dan sesudah perlakukan SDB
kelamin pada penderita DM tipe 2 adalah terjadi penurunan kadar gula darah
perempuan (69,1 %)5. Penelitian lain juga sebesar 19,7.
yang menyebutkan penderita DM tipe 2 Pada kelompok kontrol sebelum SDB
lebih banyak pada perempuan 5,7. kadar gula darah sebesar 225,85
Rata-rata responden mempunyai IMT (SD=87,61). Dengan tingkat kepercayaan
sebesar 24,77. Klasifikasi berat badan 95%, rata-rata kadar gula darah sebelum
berdasarkan IMT adalah : Berat badan SDB pada kelompok kontrol diyakini
kurang IMT < 18,5, Berat badan normal antara 184,85 sampai dengan 266,85.
IMT 18,5 24,9 dan Berat badan lebih Sedangkan rata-rata kadar gula darah
IMT > 25.0. Dengan demikian rata-rata setelah intervensi pada kelompok kontrol
responden mempunyai berat badan yang adalah 243,65 (SD=61,77). Dengan
normal. Berdasarkan data di Amerika tingkat kepercayaan 95%, rata-rata kadar
Serikat sekitar 75 % pasien dengan gula darah setelah intervensi pada
diabetes mellitus tipe 2 menderita kelompok kontrol diyakini antara 214,74
obesitas. Orang-orang yang memiliki berat sampai dengan 272,56. Dari data tersebut
badan lebih sensitifitas insulin menurun diperoleh gambaran bahwa pada
dan penurunan berat badan dibawah 10 kelompok kontrol justru terjadi kenaikan
% menunjukkan peningkatan sensitifitas rata-rata kadar gula darah sebesar 17,8.
insulin dan toleransi glukosa8. Dengan demikian dilihat dari nilai rata-rata
Berdasarkan penyakit penyerta dari selisih sebelum dan sesudah tindakan
diperoleh gambaran sebagian besar SDB memberikan gambaran adanya
responden tidak terdapat penyakit pengaruh terhadap kadar gula darah.
penyerta (65 %), sebagain besar pasien Penderita DM tipe 2 yang diberikan
tidak atau belum mengalami komplikasi latihan Slow Deep Breathing selama tujuh
yang serius. Besarnya penyakit penyerta hari secara berturut-turut, dilakukan 2 kali
yang dialami responden berkaitan pula sehari dalam durasi 15 menit menit
dengan lokasi pasien yang berobat atau memperlihatkan adanya perbedaan yang
kontrol di Puskesmas yang merupakan bermakna rata-rata kadar gula darah
pasien rawat jalan. Namun secara teroritis sebelum dan sesudah latihan SDB
pasien yang menderita DM beresiko (p=0,032; =0,05). Pada pasien yang
mengalami kronis dan akut. Komplikasi dilakukan latihan SDB mengalami
yang bersifat kronik seperti penyakit penurunan kadar gula darah tetapi
jantung koroner, retinopati, gagal ginjal sebaliknya penderita yang tidak dilakukan
kronik, neuopatik diabetik maupun stroke. intervensi latihan SDB justru terjadi
Rata-rata kadar gula darah sebelum peningkatan kadar gula darah.
dilakukan SDB pada kelompok intervensi Namun demikian hasil analisis
adalah 246,10 (SD= 82,88). Dengan dengan paired-t test menunjukkan nilai
tingkat kepercayaan 95%, rata-rata kadar p=0,059, p>0,05, tidak signifikan latihan
gula darah sebelum SDB pada kelompok SDB dalam menurunkan kadar gula darah
intervensi 207,31 sampai dengan 284,89. pada penderita DM tipe 2. Hasil analisis
Sedangkan rata-rata kadar gula darah Ancova justru mendapatkan hasil yang
setelah dilakukan SDB pada kelompok berbeda, perlakuan SDB setelah dikontrol
intervensi 226,40 (SD=81,19). Rata-rata oleh faktor perancu diperoleh nilai
119 Jurnal Health Quality Vol. 3 No. 2, Mei, Hal.69-140
(Pv=0,101)19. Hasil penelitian ini berbeda membantu menurukan kadar gula darah
dengan penelitian lain yang pada pasien DM tipe 2. Dengan demikian,
menyimpulkan adanya perbedaan yang hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
signifikan antara nilai IMT dengan kadar bagi perawat untuk menjadikan latihan
gula darah penderita DM tipe 2 SDB sebagai salah satu intervensi
(Pv=0,000)20. keperawatan mandiri dan memasukkan
SDB dalam protap penatalaksanaan
Responnden yang mempunyai
pasien DM Tipe 2. Penelitian ini juga
penyakit selain DM tipe 2 sebanyak 35 %
dapat memberikan kontribusi terhadap
dan 65 % tidak mempunyai penyakit lain.
perubahan perilaku dan pola pikir perawat
Berdasarkan uji Ancova diperoleh nilai
yang cenderung hanya memberikan
p=0,121 yang berarti tidak ada pengaruh
tindakan kolaboratif dalam memberikan
kadar gula darah dengan penyakit
asuhan keperawatan dalam menangani
penyerta. Namun, penyakit penyerta
pasien DM Tipe 2
berkontribusi sekitar 1,7 %.
Terapi relaksasi SDB dapat
Hasil analisis Ancova perlakuan SDB
membantu menurunkan kadar gula darah
pada penderita DM tipe 2 menunjukkan
pada pasien DM tpe 2. Hasil penelitian ini
pengaruh yang signifikan dalam
memberikan peluang bagi perkembangan
penurunan gula darah dengan Pv=0,024
ilmu keperawatan untuk mengembangkan
dan berkontribusi sebesar 14,5 %.
intervensi keperawatan sesuai evidence
based practice. Selain itu, hasil penelitian
Keterbatasan penelitian ini juga dapat memperkuat keilmuan
Keterbatasan penelitian ini adalah keperawatan. Institusi pendidikan
kadar gula darah bersifat fluktuatif dan keperawatan perlu melakukan sosialisasi
banyak dipengaruhi oleh faktor lain, dan aplikasi intervensi keperawatan
peneliti tidak dapat mengendalikan secara mandiri dalam memberikan asuhan
ketat pola makan, aktivitas dan waktu keperawatan oleh peserta didiknya.
yang tepat dalam pengukuran gula Penelitian ini bersifat aplikatif
darah.Peneliti tidak dapat mengontrol sehingga perlu direplikasi dan
dengan ketat aktivitas responden yang dikembangkan untuk meningkatkan
melakukan latihan SDB secara mandiri. pelayanan keperawatan khususnya di
Pengukuran gula darah tidak dilakukan area keperawatan medikal bedah.
pada periode yang lain seperti gula darah Penelitian ini juga telah memberikan
puasa dan gula darah 2 jam setelah informasi baru, sehingga hasil penelitian
makan. ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian
selanjutnya yang sejenis. Terapi relaksasi
Implikasi dan tindak lanjut SDB mungkin dapat diterapkan terhadap
Intervensi keperawatan mandiri kondisi atau penyakit lainnya.
melalui latihan relaksasi slow deep
breathing pada penderita DM tipe 2 dapat Kesimpulan
menurunkan kadar gula darah. Slow deep
breathing merupakan salah satu terapi Distribusi responden berdasarkan
komplementer yang telah dibuktikan karakteristiknya meliputi; rata-rata
manfaatnya melalui penelitian-penelitian responden berumur 55,05 (SD=10,44)
terutama dalam upaya menurunkan atau tahun, sebagian besar berjenis kelamin
mengurangi stres, kecemasan pasien, perempuan (72,5%), IMT rata-rata 24,77
penurunan tekanan darah, meningkatkan dan sebagian besar tidak ada penyakit
fungsi paru dan saturasi oksigen dan penyerta (65%). Tida ada perbedaan yang
penelitian ini membuktikan dapat bermakna kadar sebelum dan setelah
intervensi SDB pada kelompok intervensi,
121 Jurnal Health Quality Vol. 3 No. 2, Mei, Hal.69-140
dan juga tidak ada perbedaan yang kasus lain selain pada kadar gula darah
bermakna rata-rata kadar gula darah pasien DM tipe 2.
sebelum dan setelah intervensi pada
kelompok kontrol. Namun, hasil analisis
Daftar Pustaka
setelah dikontrol dengan variabel perancu
ternyata ada perbedaan yang bermakna 1. Martini, F. (2006). Fundamentals of Anatomy &
mean kadar gula darah sebelum dan Physiology. Seventh Edition, Pearson, Benjamin
sesudah intervensi SDB. Ada perbedaan Cummings.
12. Ritz, T., & Roth, W.T. (2003). Behavioral 17. Larsson, B., & Jane, C. (2004). Relaxation
intervention in asthma, Behavior Modification, Treatment of Adolescent Headache Sufferers :
27 (5), 710-730. Results From a School-Based Replication
Series,
13. Kwekkeboom, L. K., & Gretarsdottir. (2005). http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=5&
Systematic Review of Relaxation Interventions hid=111&sid=76de80e5-5527-4f6d, diakses
for Pain. Journal of Nursing Scholarship. Third tanggal 28 April 2010.
Quarter, 269-277.
18. Darmono (2005), Pengaturan pola hidup
penderita Diabetes untuk mencegah
14. Lane, C.J., & Arciniesgas. (2007). How to
komplikasi kerusakan organ-organ tubuh,
Utilize Relaxation (or Biofeedback) Techique.
Naskah Pengukuhan Guru Besar Undip.
Journal Current Treatment Options in
Neurology, (4), 89-104.
19. Lipoeto, NI, dkk (2007), Hubungan nilai
Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah,
15. Geng, A., & Ikiz, A. (2009). Effect of Deep
Jurnal, Medika, Januari 2007, hal 23-28.
Breathing Exercises on oxygenatipn after
head and neck surgery. Elsevier Mosby.
20. Adnan M (2011), Hubungan indeks massa
tubuh (IMT) dengan kadar gula darah
16. Kiran, U., & Behari, M. (2005). The Effect of
Penderita DM tipe 2 Rawat Jalan di RS
Autogenic Relaxation on Chronic Tension
Tugurejo Semarang, Karya tulis ilmiah.
Headeche and in Modulating Cortisol
Response. Indian J Anaesth, (49), 474-478.