Vous êtes sur la page 1sur 10

A.

ANALISIS MASALAH
1. Pimpinan Puskesmas Rambutan yaitu dr. Andi yang baru bertugas 4 bulan. Dalam 7
hari ini ada 5 orang anak Sekolah Dasar yang di Diagnosa Demam Berdarah Dengue
yang dirujuk ke Rumah Sakit dan beberapa orang yang diobservasi demam berdarah
dengue.
a. Bagaimana siklus hidup dari vektor DBD?
a. Telur

Telur nyamuk Aedes aegypti. memiliki dinding bergaris-garis dan


membentuk bangunan seperti kasa. Telur berwarna hitam dan diletakkan satu
persatu pada dinding perindukan. Panjang telur 1 mm dengan bentuk bulat oval
atau memanjang, apabila dillihat dengan mikroskop bentuk seperti cerutu. Telur
o o
dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu - 2 C sampai 42 C dalam keadaan
kering. Telur ini akan menetas jika kelembaban terlalu rendah dalam waktu 4 atau
5 hari . Gambar telur nyamuk Aedes aegypti. dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar Telur Nyamuk Aedes aegypti.

b. Larva
Perkembangan larva tergantung pada suhu, kepadatan populasi, dan
o
ketersediaan makanan. Larva berkembang pada suhu 28 C sekitar 10 hari, pada
o
suhu air antara 30 - 40 C larva akan berkembang menjadi pupa dalam waktu 5 - 7
hari. Larva lebih menyukai air bersih, akan tetapi tetap dapat hidup dalam air
yang keruh baik bersifat asam atau basa .
Larva beristirahat di air membentuk sudut dengan permukaan dan
menggantung hampir tegak lurus. Larva akan berenang menuju dasar tempat atau
wadah apabila tersentuh dengan gerakan jungkir balik. Larva mengambil oksigen di
udara dengan berenang menuju permukaan dan menempelkan siphonnya diatas
permukaan air. Larva Aedes aegypti. memiliki empat tahapan perkembangan yang
disebut instar meliputi : instar I, II, III dan IV, dimana setiap pergantian instar
ditandai dengan pergantian kulit yang disebut ekdisis. Larva instar IV mempunyai
ciri siphon pendek, sangat gelap dan kontras dengan warna tubuhnya. Gerakan
larva instar IV lebih lincah dan sensitif terhadap rangsangan cahaya. Dalam
o
keadaan normal (cukup makan dan suhu air 25 27 C) perkembangan larva instar
ini sekitar 6-8 hari . Gambar larva Aedes aegypti. dapat dilihat pada
Gambar dibawah ini

Gambar Larva nyamuk A. aegypti


c. Pupa
Pupa Aedes aegypti. berbentuk bengkok dengan kepala besar sehingga
menyerupai tanda koma, memiliki siphon pada thorak untuk bernafas . Pupa
nyamuk Aedes aegypti. bersifat aquatik dan tidak seperti kebanyakan pupa
serangga lain yaitu sangat aktif dan seringkali disebut akrobat (tumbler). Pupa
Aedes aegypti. tidak makan tetapi masih memerlukan oksigen untuk bernafas
melalui sepasang struktur seperti terompet yang kecil pada thorak . Pupa pada
tahap akhir akan membungkus tubuh larva dan mengalami metamorfosis menjadi
nyamuk Aedes aegypti. dewasa .
Gambar Pupa Nyamuk Aedes aegypti.

d. Imago (nyamuk dewasa)


Pupa membutuhkan waktu 1 3 hari sampai beberapa minggu untuk
menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari pada
nyamuk betina. Nyamuk betina setelah dewasa membutuhkan darah untuk dapat
mengalami kopulasi.
Dalam meneruskan keturunannya, nyamuk Aedes aegypti. betina hanya
kawin satu kali semumur hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi 24 28 hari dari
saat nyamuk dewasa. Siklus secara nyamuk Aedes aegypti dalam dilihat pada
gambar dibawah ini
2. Dr. Andi mengadakan pertemuan dengan seluruh staf Puskesmas untuk melihat jadwal
kegiatan Promosi Kesehatan dan kesehatan lingkungan di wilayah Puskesmas dan PHBS
di Sekolah Dasar tsb. Dari hasil pertemuan dengan staf Puskesmas adalah dalam 3 bulan
ini kegiatan promosi kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan tidak
dilaksanakan, sampah menumpuk karena pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir
terhambat sehingga banyak sampah yang masuk selokan sehingga menghambat saluran
air dan hasil pemantauan banyak jentik-jentik nyamuk di rumah-rumah penduduk.
a. Bagaimana jadwal yang baik dalam melakukan promosi kesehatan, Kesling dan
PHBS di sekolah?
b. Bagaimana langkah-langkah dari promosi kesehatan di Sekolah Dasar?,
1) Pemberdayaan
- Memberikan informasi manfaat dari PHBS
- Memberikan informasi umum tentang DBD secara terus menerus
- Memberikan informasi secara terus menerus tentang bahaya penyakit DBD
- Melakukan penyuluhan tentang bagaimana cara mencegah & mengatasi DBD
2) Bina Suasana
- Menjalin hubungan dengan tokoh masyarakat dan pemerintahan di wilayah
tersebut untuk melakukan PHBS dengan baik
- Menjalin hubungan dengan tokoh masyarakat dan pemerintahan di wilayah
tersebut untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit DBD
- Membuat pamflet/poster tentang manfaat melakukan PHBS
- Membuat pamflet/poster untuk pencegahan DBD
3) Advokasi
- Melakukan kerja sama dengan pemerintahan setempat agar membuat peraturan
tentang pembuangan sampah

Ketiganya dilandasi oleh semangat kemitraan.


Masyarakat

Advokasi - Prilaku
- Mencegah dan
- Mengatasi
masalah
kesehatan
kemitraan Pemberdayaan

Bina suasana

c. Apa saja penyakit yang mungkin timbul akibat pembuangan sampah yang tidak
benar? Demam berdarah, diare, penyakit infeksi lainnya akibat kuman

3. Setelah melihat permasalahan yang ada, dr. Andi berkoordinasi dengan Pak Camat. Pak
Camat sebagai penanggung jawab wilayah segera mengadakan pertemuan dengan Kepala
Desa, Pak RT, kepala sekolah, Tokoh agama, kader kesehatan Dokter kecil, untuk
mengadakan Surevi Mawas Diri dan dilanjutkan dengan Musyawarah Masyarakat Desa
dan diharapkan menurunkan penyakit Demam berdarah Dengue di Kecamatan Rambutan.
a. Bagaimana cara dan tujuan melakukan musyawarah masyarakat desa?
Cara Pelaksanaan Survei Mawas Diri (SMD)

1. Petugas Puskesmas, Bidan di desa dan kader/kelompok warga yang ditugaskan


untuk melaksanakan SMD dengan kegiatan meliputi :
1.1 Pengenalan instrumen (daftar pertanyaan) yang akan dipergunakan dalam
pengumpulan data dan informasi masalah kesehatan.
1.2 Penentuan sasaran baik jumlah KK ataupun lokasinya
1.3 Penentuan cara memperoleh informasi masalah kesehatan dengan cara
wawancara yang menggunakan daftar pertanyaan.
2. Pelaksana SMD
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjuk melaksanakan
SMD dengan bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di desa mengumpulkan
informasi masalah kesehatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
3. Pengolahan Data
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjuk mengolah
data SMD dengan bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di desa, sehingga
dapat diperoleh perumusan masalah kesehatan untuk selanjutnya merumuskan
prioritas masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku di desa/kelurahan yang
bersangkutan.

Cara melaksanakan Survei Mawas Diri (SMD)


Pengamatan langsung dengan cara :
1. Observasi partisipatif : Melakukan koordinasi dengan pengurus RW siaga
tentang rencana survei mawas diri terkait dengan tujuan, metode dan strategi
pelaksanaannya.
2. Berjalan bersama masyarakat mengkaji lapangan ( Transection walk) :
Wawancara dengan kunjungan rumah , Bersama kader dasar wisma melakukan
pendataan dari rumah ke rumah dengan metode tanya jawab, pengisian formulir,
observasi dan pemeriksaan fisik rumah dan anggotanya.
3. Wawancara mendalam ( DKT/FGD) secara kelompok.

b. Bagaimana cara melakukan advokasi?

Adovkasi harus dilakukan dengan rencana yang matang dan sistematis agar
tujuan adokasi itu sendiri dapat menarik perhatian masyarakat atau media massa
yang diharapkan perhatian itu akan berubah menjadi sebuah dukungan. Adapun 8
langkah dasar Advokasi adalah:

1. Tentukan isu strategis dari sebuah masalah


Advokasi harus memiliki fokus yang jelas. Akan sangat sulit jika Advokasi memiliki
fokus masalah yang tidak memiliki skala prioritas. Contoh, untuk masalah
kesejahteraan petani para serikat tani di suatu desa menuntut pemerintah untuk
menurunkan harga pupuk. Karena dengan tingginya harga pupuk, para petani hanya
mampu membeli sedikit pupuk yang berakibat pada buruknya kesuburan padi.

2. Pengumpulan Data
Data adalah elemen yang sangat penting karena data diyakini adalah sebuah fakta
yang nyata. Data yang diperolah pun harus menunjukan komparasi atau
perbandingan angka dari tahun ke tahun. Contoh, serikat tani menunjukan data
bahwa dalam 5 tahun terakhir harga pupuk selalu naik setiap tahunnya. Tunjukan
juga angka konsumsi pupuk petani dalam 5 tahun terakhir.

3. Buatlah sekutu dengan organisasi yang memiliki kepentingan yang sama


Sekutu atau aliansi adalah elemen advokasi yang mampu menamah sumber daya
massa dari advokasi. Tidak bisa dipungkiri,massa yang banyak akan membuat media
tertarik untuk meliput. Massa yang banyak setidaknya juga akan membuat gentar
lawan.

4. Lemparkan isu dan kampanye massa


Melemparkan isu bisa dilakukan dengan beberapa cara. Aksi pencerdasan , membuat
press confrence di media massa dan menyebarkan selebaran yang berisi tuntutan
advokasi , adalah beberapa cara yang bisa digunakan untuk melempar isu ke
masyarakat.

5. Lobi dan pendekatan dengan pengambil keputusan


Setelah power massa sudah sagat masiv dalam penyebaran isu, maka sudah saatnya
bangun komunikasi dengan pengambill keputusan di pemerintahan/perusahaan.
Komunikasi yang bersifat politis ini diharapkan dapat merubah sistem/kebijakan
yang pada akhir dapat menuntaskan tujuan advokasi itu sendiri.

6. Kontak Media massa


Selalu jaga komunikasi yang baik dengan media massa. Karena media massa adalah
kunci utama bagi advokasi untuk dapat diinformasikan secara mengakar kepada
masyarakat.

7. Demonstrasi
Demo adalah jalan terakhir dari sebuah advokasi yang tidak juga dapat merubah
kebijakan. Seperti yang dikatakan diatas, dengan kekuatan massa yang banyak media
tidak akan segan segan untuk meliput dan sang pengambil keputusan secara tidak
langsung akan sedikit gentar. Ini hukum alam.
8. Lakukan Evaluasi
Advokasi tidak selalu berhasil merubah suatu kebijakan. Jika gagal dalam advokasi
lakukan evaluasi untuk menentukan langkah apa lagi yang akan diambil untuk
merubah kebijakan. Jika advokasi berhasil , tetap lakukan evalusasi. Karena
sesungguhnya evaluasi tidak hanya bertujuan untuk membahas kekalahan, tapi juga
untuk menjaga suhu kemenangan.

B. LEARNING ISSUE
ADVOKASI

1. Pengertian Advokasi

Menurut Foss & Foss et al. (1980); Toulmin (1981), advokasi adalah upaya persuasif yang
mencakup kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, dan rekomendasi tindak
lanjutmengenai sesuatu ( Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo, 2005). Advokasi adalah usaha
mempengaruhi kebijakan publik melalui berbagai macam bentuk komunikasi persuasif (Johns
Hopkins School for Public Health). WHO (1989) seperti dikutip UNFPA dan BKKBN (2002),
mengungkapkan bahwa, Advocacy is a combination on individual and social action design to
gain political commitment, policy support, social acceptance and systems support for particular
healrh goal or programme.

Dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang
dirancang untuk memperoleh komitmen politis, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan
sistem yang mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu.

Advokasi kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen atau
dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung pengembangan lingkungan dan
perilaku sehat (DEPKES, 2007).

2. Tujuan Advokasi
Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), tujuan advokasi adalah sebagai berikut:

Tujuan Umum

Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan, tenaga,
dana, sarana, kemudahan, keikutsertaan dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk lainnya sesuai
keadaan dan usaha.

Tujuan Khusus

1. Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran.

2. Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan.

3. Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk membantu dan menerima
perubahan.

4. Adanya tindakan/perbuatan/kegiatan nyata (yang diperlukan).

5. Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan)

3. Sasaran dan Pelaku dalam Advokasi

Sasaran advokai kesehatan adalag berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan dukungan
terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di
pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, mitra di kalangan pengusaha/swasta, badan penyandang
dana, media masa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan. Semuanya bukan hanya
berpotensi mendukung, tetapi juga mentang atau berlawanan atau merugikan kesehatan.

Pelaku Advokasi adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan memandang perlu
adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi dapat berasal dari kalangan
pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, LSM, dan tokoh berpengaruh.
Diharapkan mereka memahamipermaalahan kesehatan, mempunyai kemampuan advokasi
khusunya melakukan pendekatan persuaif, dapat dipercaya, dan sedapat mungkin dihormati atau
setidaknya tidak tercela khusunya di depan kelompok saaran.
4. Pendekatan dan Langkah dalam Advokasi

Kata kunci dalam proses atau kegiatan advokasi ini adalah pendekatan persuasif, secara dewasa,
dan bijak, sesuai keadaan, yang memungkinkan tukar pikiran secara baik (free choice). Menurut
UNFPA dan BKKBN (2002), terdapat lima pendekatan utama dalam advokasi, yaitu melibatkan
para pemimpin, bekerja sengan media massa, membangun kemitraan, memobilisasi massa, dan
membangun kapasitas. Strategi advokasi dilakukan melalui pembentukan koalisi, pengembangan
jaringan kerja, pembangunan institusi, pembuatan forum, dan kerjasama bilateral.

1. Langkah-langkah Pokok dalam Advokasi (Menurut Depkes, 2007)

1. Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasi.

2. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran

3. Siapkan dan kemas bahan informasi.

4. Rencanakan teknik atau cara kegiatan operasional.

5. Laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan tindak lanjut.

Sumber Buku:

1. D.J Maulana, Heri. 2007. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

2. 2. DEPKES 2007

Vous aimerez peut-être aussi