Vous êtes sur la page 1sur 6

Cakupan Pelayanan Kesehatan yang Masih Rendah

A. Pernyataan
Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun
masyarakat (Depkes RI, 2009). Salah satu cara untuk menjangkau
pelayanan kesehatan secara menyeluruh adalah dengan tersedianya tempat
pelayanan kesehatan di setiap daerah secara merata yaitu puskesmas.
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja (Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/II/2004). Puskesmas
memiliki standar pelayanan minimal yang digunakan sebagai suatu standar
dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggara
kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada
masyarakat. Adapun tujuan dari standar pelayanan minimal bagi puskesmas
adalah
Pedoman bagi Puskesmas dalam penyelenggaraan layanan kepada
masyarakat.
Terjaminnya hak masyarakat dalam menerima suatu layanan.
Dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan alokasi anggaran yang
dibutuhkan.
Alat akuntabilitas Puskesmas dalam penyelenggaraan layanannya.
Mendorong terwujudnya checks and balances.
Terciptanya transparansi dan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan puskesmas.
Jenis Layanan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan antara
lain (Permenkes 43 tahun 2016) :
Pelayanan kesehatan ibu hamil
Pelayanan kesehatan ibu bersalin
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
Pelayanan kesehatan balita
Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
Pelayanan kesehatan pada usia produktif
Pelayanan kesehatan pada usia lanjut
Pelayanan kesehatan penderita hipertensi
Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus
Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat
Pelayanan kesehatan orang dengan TB
Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV

B. Pertanyaan
1. Apa Cakupan Pelayanan Kesehatan yang masih rendah di Indonesia?
2 Apa saja yang menjadi penyebab permasalahan cakupan pelayanan
kesehatan tersebut tidak pernah mencapai target rencana strategi yang
ditetapkan oleh pemerintah?
2. Bagaimana cara mengatasi permasalahan cakupan pelayanan kesehatan
ibu hamil K1 dan K4 yang masih rendah?

C. Penanganan
1. Salah satu cakupan pelayanan kesehatan yang sampai saat ini masih
rendah di Indonesia adalah pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan
antenatal sekurang-kurangnya empat kali selama masa kehamilan,
dengan distribusi waktu minimal satu kali pada trimester pertama (usia
kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan
12-24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24
minggu sampai persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan
untuk menjamin perlindungan
terhadap ibu hamil dan atau janin
berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan, dan penanganan dini
komplikasi kehamilan.
Pada gambar disamping terlihat
bahwa cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4 mengalami
kenaikan, namun pelayanan ini selalu saja berada dibawah dari yang
ditargetkan oleh pemerintah yaitu sebesar 90%.
Di Sulawesi tenggara sendiri
juga dapat dilihat bahwa cakupan
pelayanan kesehatan ibu hamil K1
dan K4 mengalami penurunan pada
tahun 2015 dan selama tahun 2010-
2015 pelayanan ini tidak pernah mencapai target renstra yaitu sebesar
90 %. (Kemenkes RI, 2015)

2. Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab permasalahan pelayanan


ibu hamil K1 dan K4 rendah, di antaranya pilihan masyarakat terhadap
dukun bersalin yang masih cukup tinggi, fasilitas kesehatan yang relatif
sulit dijangakau, tenaga bidan maupun dokter yang terbatas, kondisi
geografis yang sulit dengan sarana transportasi yang kurang memadai,
advokasi terhadap pemerintah setempat yang belum optimal, atau sering
ditemukan tenaga kesehatan (bidan desa) tidak berada di tempat pada
saat dibutuhkan sehingga masyarakat beralih ke dukun serta kurangnya
evaluasi dari tenaga kesehatan tentang pendidikan ibu terhadap
pentingnya kunjungan K1 dan K4 pada saat kehamilan (Dinkes Kendari,
2015)

3. Berdasarkan sasaran strategis kementerian kesehatan untuk tahun 2015


adalah meningkatnya kesehatan asyarakat, dengan sasaran yang akan
dicapai adalah meningkatnya persentase persalinan di fasilitas kesehatan
sebesar 85%. Untuk itu pemerintah saat ini memiliki strategi dalam
menangani permasalah pelayanan kesehatan persalinan berupa
Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja,
dan Lanjut Usia yang Berkualitas, Meningkatkan Akses Pelayanan
Kesehatan Dasar yang Berkualitas, Meningkatkan Akses Pelayanan
Kesehatan Rujukan yang Berkualitas, Meningkatkan Ketersediaan,
Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan, Meningkatkan
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Menguatkan
Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi dan
Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan
(Kemenkes, 2015).
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menangani permaslahan
pelayanan kesehatan persalinan yang masih rendah berupa
a) Pelatihan dukun bersalin tradisional. Salah satu penyebab tingginya
kematian maternal dan neonatal adalah karena ketrampilan tenaga
penolong persalinan yang masih terbatas. Di daerah pedesaan, dukun
bersalin tradisional masih memegang peranan penting sebagai
penolong persalinan utama. Faktor budaya dan pendekatan social
menjadi penyebab hal tersebut. Dalam menjalankan fungsinya tersebut,
dukun bersalin tradisional juga didampingi oleh bidan, perawat atau
dokter yang bertugas di wilayah tersebut.
b) Jaminan Persalinan (Jampersal). Jaminan persalinan ini
memungkinkan. Semua ibu untuk mendapatkan layanan kesehatan dari
tenaga kesehatan selama kehamilan (ANC) dan persalinan secara
gratis. Dengan adanya Jampersal, diharapkan tidak ada lagi ibu hamil
dan melahirkan yang tidak mendapatkan akses layanan kesehatan.
(Sarminah, 2010)
c) Perlu ditetapkan lebih banyak fasilitas kesehatan yang memberikan
pelayanan PONEK dan sistem rujukan harus diperkuat untuk
mempromosikan penggunaan fasilitas-fasilitas ini secara tepat.
d) Langkah menuju peningkatan kualitas memerlukan sumber daya
tambahan untuk mengembangkan dan memotivasi petugas kesehatan.
Kinerja petugas kesehatan sangat ditentukan baik oleh keterampilan
maupun motivasi. Untuk mengembangkan keterampilan, tidak hanya
diperlukan pelatihan yang lebih banyak, tetapi juga pengawasan
fasilitatif manajemen kasus, dan bagi para profesional, penilaian
sebaya, pengawasan berkala, dan peristiwa penting atau audit
kematian.
e) Sistem informasi yang kuat merupakan salah satu komponen
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sistem informasi kesehatan di
seluruh Indonesia tidak menunjukkan kinerja yang baik seperti yang
mereka lakukan sebelum desentralisasi..
f) Di tingkat nasional, standar pelayanan minimal (SPM) yang ada perlu
dikaji ulang dan dirumuskan kembali. Banyak kabupaten miskin
menganggap bahwa standar yang ada sekarang ini tidak dapat dicapai.
Standar tersebut harus mengakomodir kesenjangan yang luas dan
dasar-dasar yang berbeda di Indonesia, misalnya, dengan merumuskan
perkembangan terkait dengan kenaikan prosentase bukan tingkat yang
tetap. Hal ini akan memungkinkan kabupaten-kabupaten untuk
mengembangkan rencana aksi yang lebih realistis. Penetapan standar
tertentu harus mempertimbangkan realitas geografis, kepadatan
penduduk dan ketersediaan sumber daya manusia. Pemerintah harus
mendukung kabupaten atau kota yang tidak memiliki infrastruktur untuk
mencapai standar pelayanan minimal.
g) Untuk mewujudkan manfaat desentralisasi secara penuh, tim
kesehatan kabupaten memerlukan dukungan dari pemerintah pusat
dan provinsi dalam perencanaan dan implementasi berbasis bukti.
Desentralisasi meningkatkan potensi pemerintah daerah untuk
merencanakan, menyusun anggaran dan melaksanakan program-
program yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Akan tetapi, hal
ini akan tercapai hanya jika kapasitas daerah memadai. Pemerintah
provinsi memerlukan sumber daya untuk membantu rencana kabupaten
dan melaksanakan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas dan
cakupan.
h) Program-program kesehatan preventif perlu dipromosikan dan
dipercepat. Ini akan memerlukan promosi serangkaian pelayanan mulai
dari masa remaja dan pra-kehamilan dan berlanjut sampai kehamilan,
persalinan dan masa kanak-kanak. Intervensi harus meliputi intervensi
nyata dan hemat biaya seperti manajemen kasus berbasis masyarakat
tentang penyakit umum anak, promosi dan penyuluhan pemberian ASI,
pemberian suplementasi asam folat pada tahap prakehamilan, terapi
antelmintik ibu, suplementasi zat gizi mikro bagi ibu dan bayi, dan
penggunaan kelambu nyamuk bagi ibu dan bayi. (Unicef Indonesia,
2012)

Daftar Pustaka
Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 ttg Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta
Depkes RI .2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Depkes RI .2016. Permenkes No 34 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Jakarta
Dinkes Kota Kendari. 2015. Laporan Profil Puskesmas 2014. Kendari
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;
2015.
Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.
Sarminah, 2010. Faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care di
provinsi papua tahun 2010. Skripsi. Depok, Universitas Indonesia; 27-28
Unicef Indonesia. Ringkasan kajian kesehatan ibu & anak. Indonesia; 2012

Vous aimerez peut-être aussi