Vous êtes sur la page 1sur 23

MAKALAH KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN II

DI SUSUN OLEH
Siti Anisah 2013030

STIKes MITRA BUNDA PERDADA BATAM


PRODI S1 KEPERAWATAN
T/A 2016 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang maha esa karena berkat rahmatnya kami dapat

menyelesaikan makalah dengan judul Cidera Kepala. Pada kesempatan ini pula penyusun

menyampaikan terimaksih sebesar besarnya kepada ibu dosen yang mengajar kami.

Penyusun menyadari dalam penulisan ini masih banyak terdapat kekurangan, maka segala

keritik dan saran dari pembaca sangatkami harapkan, demi kesempurnaan makalah ini . akhir

kata penyusun mengucapkan

terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Batam, 15April 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I KONSEP BALUT DAN BIDAI SERTA SOP 4

2.1. Definisi pembalutan 4


2.1.1. Definisi pembidaian 7
2.1.2. Tujuan pembidaian 7
2.1.3. Prinsip pembidaian 7
2.1.4. Syarat syarat pembidaian 7
2.1.5. SOP pembalutan dan pembidaian
BAB II KONSEP GCS
2.1.6. Pengertian GCS 10
BAB III KONSEP PENGHENTIAN PERDARAHAN
2.1.7. Pengertian perdarahan 12
2.1.8. Jenis perdarahan......................................................... 12
2.1.9. Pengkajian................................................................. 14
BAB IV KONSEP PERHITUNGAN BALANCE CAIRAN
2.1.8. menghitung balance cairan 17

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 22

DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 23

3
BAB I

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

A. PEMBALUTAN
Pengertian
Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak
bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

Tujuan
Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya
2. Mencegah terjadinya pembengkakan
3. Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser
4. Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran

alat dan bahan


1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
2. Dasi adalah mitella yang berlipat lipat sehingga berbentuk seperti dasi
3. Pita adalah pembalut gulung
4. Plester adalah pembalut berperekat
5. Pembalut yang spesifik
6. Kassa steril

1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga


a. Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan
berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50 100 cm.
b. Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang terbentuk bulat atau untuk
menggantung bagian anggota badan yang cedera
c. Pembalut ini bisa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan,
pinggul, telapak kaki dan untuk menggantung tangan

d. Cara membalut dengan mitela :


Salah satu sisi mitella dilipat 3 4 cm sebanyak 1 3 kali
Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang akan dibalut, lalu
ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan
Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan b, atau
diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung pada
tempat dan kepentingannya

e. Gambar cara membalut dengan mitela :


Luka pada atap tengkorak
Luka pada dada
Lengan yang cedera
Telapak kaki

4
2. Dasi adalah mitella yang berlipat lipat sehingga berbentuk seperti dasi
a. Pembalut ini adalah mitella yang dilipat lipat dari salah satu sisi segitiga
agar beberapa lapis dan berbentuk seperti pita dengan kedua ujung ujungnya lancip
dan lebarnya antara 5 10 cm
b. Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian
kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis dan kaki terkilir

c. Cara membalut dengan dasi :


Pembalut mitella dilipat lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita dengan
masing masing ujung lancip
Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara sebelum diikat arahnya
saling menarik
Kedua ujungnya diikatkan secukupnya

d. Gambar cara membalut dengan dasi :


Luka pada mata
Luka pada dagu
Luka pada ketiak
Luka pada siku

3. Pita adalah pembalut gulung


a. Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan elastis.
Yang paling sering adalah dari kassa, hal ini karena kassa mudah menyerap air, darah
dan tidak mudah bergeser (kendor)
b. Macam macam pembalut dan penggunaanya :
Lebar 2,5 cm : biasa untuk jari jari
Lebar 5 cm : biasa untuk leher dan pergelangan tangan
Lebar 7,5 cm :biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
Lebar 10 cm : biasa untuk paha dan sendi panggul
Lebar > 10 15 cm : biasa untuk dada, perut dan punggung

c. Cara membalut dengan pita :


Berdasar besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka dipilih pembalutan pita
ukuran lebar yang sesuai
Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan
dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut kemudian
dari distal ke proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling menyilang dan
tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya
Kemudian ujung yang dalam tadi (b) diikat dengan ujung yang lain secukupnya

d. Gambar cara membalut dengan pita :


Pada kepala
Pada lengan
Pada tumit
Pada telapak tangan

4. Plester adalah pembalut berperekat


a. Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir,
untuk merekatkan pada kelainan patah tulang

5
b. Khusus untuk penutup luka, biasa dilengkapi dengan obat anti septik
c. Cara membalut luka dengan plester
Jika ada luka terbuka : luka diberi obat antiseptik, tutup luka dengan kassa, baru
lekatkan pembalut plester
Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir) : balutan plester dibuat
strapping dengan membebat berlapis lapis dari distal ke proksimal dan untuk
membatasi gerakkan tertentu perlu kita yang masing masing ujungnya difiksasi
dengan plester

5. Pembalut yang spesifik


a. Snelverband adalah pembalut pita yang sudah ditambah dengan kassa penutup luka
dan steril, baru dibuka pada saat akan dipergunakan, sering dipakai pada luka luka
lebar yang terdapat pada badan
b. Sufratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh kuman.
Biasa dipergunakan pada luka luka kecil

6. Kassa steril
a. Adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil
yang sudah diberi obat obatan (antibiotik, antiplagestik)
b. Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut

prosedur pembalutan
1. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini :
a. Bagian dari tubuh yang mana ?
b. Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
c. Bagaimana luas luka tersebut ?
d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak ?
2. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan ! dapat salah satu atau kombinasi
3. Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan
pembalut yang mengandung desinfektan atau dislokasi perlu direposisi
4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :
a. Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
b. Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
c. Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita
d. Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan berlapis, lapis yang
paling bawah letaknya disebelah distal
e. Tidak mudah kendor atau lepas

6
B.PEMBIDAIAN

pengertian
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang
patah tidak bergerak (immobilisasi)

TUJUAN PEMBIDAIAN
1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mempercepat penyembuhan

macam macam Bidai


1. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat
dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam
keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di
lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

2. Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan
oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha

3. Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.

4. Gendongan/Belat dan bebat


Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga)
dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan
daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan

PRINSIP PEMBIDAIAN
1. Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan mengalami cidera (
korban yang dipindahkan)
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan

SYARAT SYARAT PEMBIDAIAN


1. Siapkan alat alat selengkapnya

7
2. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur
dulu pada anggota badan korban yang tidak sakit
3. Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan
5. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang
patah
6. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai
7. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas

Standart Operating Procedure


pembalutan dan pembidaian

SOP BALUTAN

Nama :
Nim :
Nilai
Aspek yang diniali
0 1 2
1. Memperisapkan alat dan bahan yang
diperlukan
2. Memberi salam, menyapa dengan sopan
3. Melakukan anamnesis seperlunya
4. Memeriksa ada tidaknya kegawatan
medis pada pasien
5. Memeriksa bagian tubuh yang akan
dibalut/cedera : inspeksi, palpasi,
gerakan
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur
7. Mempersiapkan posisi dan menenangkan
pasien
8. Rawat luka/hentikan perdarahan dengan
deb jika ada
9. Memilih jenis pembalutan yang tepat
10. Cara pembalutan dilakukan dengan benar
(posisi dan arah balutan)
11. Evaluasi hasil yang dicapai ( hasil
pembalutan : mudah lepas,mengganggu
peredaran darah,mengganggu gerakan
lain.
12. Edukasi pasien.
Jumlah

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
Penguji,
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna

8
2 : Dilakukan dengan sempurna

Nilai batas lulus 75 %


................................
Nilai = jumlah x 100 %

24

SOP BIDAI

Nama :
Nim :
Aspek yang diniali Nilai
0 1 2
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang
diperlukan
2. Berikan salam, menyapa dengan sopan
3. Melakukan anamnesis seperlunya
4. Memeriksa ada tidaknya kegawatan
medis pada pasien
5. Memerikasa bagian tubuh yang akan
dibidai/cedera: inspeksi,palpasi,gerakan
6. Menjelaskan tujuan, prosedur dan lama
tindakan
7. Memilih dan mempersiapkan bidai yang
sudah dibalut dengan pembalut
8. Melakukan pembidaian melewati dua
sendi
9. Hasil pembidaian : ikatan harus cukup
jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan
bawah tempat yang patah, tidak kendor
dan tidak keras
10. Evaluasi hasil yang dicapai ( subjektif
maupun objektif)
11. Edukasi pasien
Jumlah

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
Penguji,
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna

Nilai batas lulus 75 %


................................

9
Nilai = jumlah x 100 %

24

BAB II
KONSEP GCS
Pengertian

A. Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadarankesadaran dibedakan menjadi :

a. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat


menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
e. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.
f. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya.

Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk


perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena
berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang
kepala.Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau
sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan
dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).Jadi sangat
penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran ini
bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.

B. Penyebab Penurunan Kesadaran

Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran


dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran
darah (seperti pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma
ketoasidosis) ; pada keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis, alkalosis;
pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia; peningkatan tekanan
intrakranial (karena perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi

C. Mengukur Tingkat Kesadaran

10
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin
adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan
derajat cidera kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan hasil
pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami
cidera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran.Metoda lain adalah
menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik (alert), berespon
dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak
sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri
(unresponsive).Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan
hasil yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa
kesadarannya apakah baik (alertness), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur
(drowsiness), dan tidak ada respon (unresponsiveness).

D. Definisi GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.Respon pasien yang perlu diperhatikan
mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan
dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 6 tergantung responnya.

Pembukaan mata Respon suara Respon motorik


terbaik
Spontan 4 Waspada dan orientasi baik Mematuhi perintah 6
Terhadap suara 3 5 Menunjukan tempat
Terhadap nyeri 3 Bingung 4 nyeri 5
Tidak ada pembukaan 1 Tidak sesuai 3 Fleksi terhadap nyeri
Bicara kacau 2 4
Tidak ada respon suara 1 Fleksi abnormal
terhadap nyeri 3
Ekstensi terhgadap
nyeri 2
Tidak ada respon
terhadap nyeri 1

11
BAB III

PROSEDUR DAN TEHNIK PENGHENTIAN PERDARAHAN

A. Pengertian

Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah. Jumlahnya dapat bermacam-
macam, mulai dengan sedikit sampai yang dapat menyebabkan kematian. Hanya henti nafas
(respiratory arrest) mempunyai prioritas penanggulangan lebih dulu dari pada perdarahan
yang masif. Luka robekan pada pembuluh darah besar di leher, tangan dan paha dapat
menyebabkan kematian dalam satu (1) sampai (3)tiga menit. Sedangkan perdarahan dari aorta
atau vena cava dapat menyebabkan kematian dalam tiga puluh (30) detik.
Kehilangan darah bisa disebabkan perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan
internal lebih sulit diidentifikasi. Jika pembuluh darah terluka maka akan segera terjadi
kontriksi dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. Platelet mulai
menempel pada tepi yang kasar sampai terbentuk sumbatan. Bekuan mulai terbentuk dalam
waktu 1-2 menit. Dalam waktu 3-6 menit, bekuan sudah mengisi pembuluh darah dan
menghambat aliran darah.

B.Jenis Perdarahan

Berdasarkan sumber perdarahan dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Perdarahan nadi (perdarahan arteri)


Pada perdarahan arterial ini darah tampak keluar menyemprot / memancar, dan
berwarna merah segar
b. Perdarahan pembuluh balik (perdarahan vena)
Pada perdarahan venous, darah keluar mengalir dan berwarna kehitaman agak gelap
c. Perdarahan pembuluh rambut (perdarahan kapiler)
Perdarahan kapiler, darah keluar merembes (perdarahan sedikit) dan berwarna merah
segar.

Berdasarkan letak keluarnya darah dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Perdarahan luar (terbuka)

Yaitu apabila kulit juga cedera sehingga darah bisa keluar dari tubuh dan terlihat
diluar tubuh.

12
Perawatan untuk perdarahan luar

a. Tekanan langsung
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat, sisem
peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil
yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu parah)
b. Elevasi
Teknik ini dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (tentunya setelah dibalut)
sehingga lebih tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di atas balutan
yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan pertama.
c. Tekan pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini bertujuan unuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang
luka. Pada tubuh manusia terdapat sembilan titik nadi, yaitu temporal arteri (di
kening), facial arteri (di belakang rahang), common carotid arteri (di pangkal leher,
dekat tulang selangkang), brachial arteri (di lipatan siku), radial arteri (di pergelangan
tangan), femoral arteri (di lipatan paha), popliteal arteri (di lipatan lutut), posterior
arteri (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis arteri (di punggung kaki)
d. Immobilisasi
Immobilisasi bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka.
Dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah kebagian yang luka tersebut
menurun.
e. Tourniquet
Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan perdarahan ditangan atau kaki saja,
merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada kemungkinan amputasi.
Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah tidak bisa
mengalir. Dahi korban yang mendapat tourniquet harus diberi tanda silang sebagai
penanda dan korban harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan
lebih lanjut. Jika korban tidak segera mendapat penanganan, bagian yang luka bisa
membusuk.

2. Perdarahan dalam (tertutup)

Yaitu jika kulit tidak rusak sehingga darah tidak bisa mengalir langsung keluar
tubuh.Tanda-tanda perdarahan dalam:

13
a. Batuk darah berwarna merah muda

b. Muntak darah berwarna gelap

c. Terdapat lemak

d. Bagian abdomen terasa lunak

Perawatan untuk perdarahan dalam:

1. Jaga jalan napas agar tetap terbuka

2. Berikan oksigen sesuai perawatan

3. Pertahankan suhu tubuh penderita

4. Atasi syok

C. Pengkajian

untuk Perdarahan Eksternal, jika berlebihan akan terlihat jelas pada pakaian. Jika

seseorang menggunakan pakaian yang tebal perdarahan mungkin tidak terlihat.

Pemeriksaan harus cepat-cepat memeriksa tubuh pasien dengan membuka pakaian terlebih

dahulu, yakinkan bagian-bagian yang terbawah sudah diperiksa. Pakaian yang berlumuran

darah dapat digunting sehingga daerah yang terluka dapat diperiksa. Kulit kepala

mengandung banyak pembuluh darah, lacerasi kecil pun dapat menyebabkan perdarahan

yang hebat.Perdarahan Internal sukar diidentifikasi. Perdarahan didalam rongga

(pneumothorak) bisa menghambat pernafasan dan akan mengakibatkan nyeri dada.

Perdarahan pada rongga perut akan menyebabkan kekakuan pada otot abdomen dan nyeri

abdomen. Hemoptysis dan hematemisis menunjukkan adanya perdarahan di paru-paru

atau perdarahan saluran pencernaan. Shock dapat terjadi pada perdarahan internal dan

eksternal yang hebat. Korban dikaji terhadap nadi yang sangat cepat tetapi lemah,

14
pernafasan lambat dan dangkal, kulit dingin, cemas gelisah dan haus. Pupil sama, dapat

berdilatasi dan responnya terhadap cahaya sangat lambat.

B.Tindakan Mengatasi Perdarahan

Secara umum tindakan untuk mengatasi perdarahan adalah dengan :

a. Persiapan

1. Mempersiapkan peralatan

2. Cuci tangan

3. Gunakan handscoon, penutup mulut dan hidung

b. Cara kerja

1. Menekan dengan jari tangan

2. Penekanan dengan kain bersih/sapu tangan pada luka

3. Balut tekan

4. Torniket- hanya dalam keadaan tertentu

5. Menekan dengan jari tangan Pembuluh darah yang terdekat dengan permukaan kulit
ditekan dengan jari. Dengan menekan pembuluh darah anatara jari dan tulang, maka
pembuluh darah akan berhenti. Pada satu sisi manusia terdapat 6 titik pembuluh darah
yang dapat ditekan dengan jari : Arteri temporalis Superficialis, Arteri Subclavia, Arteri
Femoralis, Arteri Femoralis, Arteri Fasialis, Arteri Carotis Kommunis, Arteri
Brachialis.

6. Penekanan dengan kain bersih/sapu tangan pada luka

Sapu tangan yang sudah disterilkan dan belum dipakai lipatan bagian dalam
dianggap bersih
Letakkan bagian yang bersih tersebut langsung diatas luka dan tekanlah
Perdarahan dapat berhenti dan pencemaran oleh kuman-kuman dapat dihindarkan

15
7. Balut tekan

8. Torniket

Metode lain yang dapat digunakan untuk tindakan perdarahan adalah kita harus
menentukan apakah perdarahan ini sirurgis, atau non sirurgis. Perdarahan dapat berupa
perdarahan non sirurgis maupun sirurgis, seperti luka laserasi, amputasi, patah tulang,
perdarahan gastro intestinal atau ruptur limpa-hati dan lain-lain.

Dan jika sirurgis maka tindakan lanjut adalah :

a. Menghentikan perdarahan dengan :

Menekan pada salah satu titik dari enam titik pada satu sisi badan

Penekanan langsung pada luka (dengan kain steril-bersih)

Balut tekan

Torniket, hanya pada amputasi atau sebagai life saving

b. Mengganti darah yang hilang

Pengganti yang terbaik adalah yang cocok golongannya. Kalau tak ada maka
untuk sementara dapat dipakai :

Plasma

Plasma nate

Fresh frozen plasma (mengandung semua factor pembekuan, kecuali


trombosit)

Ringer laktat

NaCl

16
BAB IV

MENGHITUNG BALANCE CAIRAN

A.Rumus Balance Cairan

Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan
pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin.Output / Cairan
keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung dalam ukuran di
urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus menampung urinenya sendiri, biasanya
ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.IWL (insensible
water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah
keringat, uap hawa nafa.

RUMUS IWL

IWL = (15 x BB )

24 jam

Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37C (suhu normal)

IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam

24 jam

*kalo dlm 24 jam -> 37,5 x 24 = 900cc/24 jam

*Rumus IWL Kenaikan Suhu

[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal

24 jam

Cth: Tn.A BB 60kg, suhu= 39C, CM= 200cc

IWL = [(10%x200)x(39C-37C)] + 37,5cc

24 jam

= (202) + 37,5cc

24

= 1,7 + 37,5 = 39cc/jam

*CM : Cairan Masuk

17
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya
Berat Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake
cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995)
Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.

Penghitungan balance cairan untuk dewasa


Input cairan: Air (makan+Minum) = cc
Cairan Infus = cc
Therapi injeksi = cc
Air Metabolisme = cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)

Output cairan: Urine = cc


Feses = ..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = ..cc
IWL = ..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)

Contoh Kasus:

Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat


appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign TD:
110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 C: masih dipuasakan, saat ini terpasang
NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici
operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5%
drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine
1700 cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg
didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y

Input Cairan:Infus = 2000 cc

Tranfusi WB = 300 cc

Obat injeksi = 100 cc

AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +

2700 cc

Output cairan: Drainage = 100 cc

NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
-
2900 cc

18
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan output cairan
2700 cc 2900 cc
200 cc.

Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan
rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi 36,8 .C), nilai 36,8 C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 C, berapakah Balance cairannya?

berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 C 36,8 .C)


= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +

3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc 3240 cc = -
540 cc

Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air
Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT.
Otsuka Indonesia yaitu:

Usia Balita (1 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari

Usia 5 7 tahun : 8 8,5 cc/kgBB/hari

Usia 7 11 tahun : 6 7 cc/kgBB/hari

Usia 12 14 tahun : 5 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 usia anak dalam tahun) x
cc/kgBB/hari

Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc 1 cc/kgBB/hari

CONTOH :

An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut
ibunya: rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi
malam berdarah Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah,
kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 C; petechie di kedua tungkai kaki,
Makan /24 jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc,
mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000.
Hitunglah balance cairan anak ini!

19
Input cairan: Minum : 1000 cc

Infus : 1000 cc

AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)

2112 cc

Out put cairan: Muntah : 100 cc

Urin : 1000 cc

IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg

1478 cc

Balance cairan = Intake cairan Output Cairam

2112 cc 1478 cc

+ 634 cc

Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 C !

yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus:

IWL + 200 ( Suhu Tinggi 36,8 C) 36,8 C adalah konstanta.

IWL An X = 378 + 200 (39,8 C 36,8 C)

378 + 200 (3)

378 + 600

978 cc

Maka output cairan An X = Muntah : 100 cc

Urin : 1000 cc

IWL : 978 cc +

2078 cc

20
Jadi Balance cairannya = 2112 cc 2078 cc+ 34 cc.

Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
a.Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada
luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan
intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g.Pengobatgan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.

21
masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

Gangguan Keseimbangan Cairan dan eletrolit tubuh

1. Dehidrasi

2. Syok hipovolemik

Gangguan Keseimbangan Elektrolit

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

. Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar
tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang
patah tidak bergerak (immobilisasi)
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah. Jumlahnya dapat
bermacam-macam, mulai dengan sedikit sampai yang dapat menyebabkan kematian.
Hanya henti nafas (respiratory arrest) mempunyai prioritas penanggulangan lebih dulu
dari pada perdarahan yang masif. Luka robekan pada pembuluh darah besar di leher,
tangan dan paha dapat menyebabkan kematian dalam satu (1) sampai (3)tiga menit.
Sedangkan perdarahan dari aorta atau vena cava dapat menyebabkan kematian dalam
tiga puluh (30) detik

Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam
makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip,
albumin.Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter
maka hitung dalam ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus
menampung urinenya sendiri, biasanya ditampung di botol air mineral dengan ukuran
1,5 liter, kemudian feses.IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya
tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa.

5.2. Saran

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat makalah serta


menambah pengetahuan tentang cidera kepala.bagi perawat selain kecepatan,
ketepatan dalam melakukan tindakan sangatlah penting.untuk itu dalam
melakukan itndakan hendak nya teliti dan cermat.dalam menilai pasien dari segi
tempat untuk melakukan tindakan

22
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Perry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar


Azis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM

DepartemenKesehatan RI. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat.Jakarta.Departemen


Kesehatan. 20032.

Stone,Keith. Current Diagnosisi & Treatment: Emergency Medicine. 6th Ed. Lange.20083.

Schwartz. Principle of Surgery. Mc Graw Hill. Eight edition. 20054.

Http://Www.Scribd.Com/Doc/188314275/Pembidaian.Scribd Tgl17/01/2016 Jam 23:07


Minggu

Weinstock, doris (2010). Rujukan cepat di ruang ICU/ CCU.Jakarta:EGC

Sekian postingan saya tentang Pengertian GCS (GLASGOW COMA SCALE)


dan Cara Menilai Kesadaran, terimakasih, semoga bermanfaat.

Hamidi. 2011. Pertolongan Pertama. UPI. URL:


file.upi.edu/Direktori/pertolongan_pertama.pdf

Petra & Aryeh. 2012. Basic of Blood Management. New York: Wiley publisher

Solekhudin. 2011. Seri P3K: Perdarahan Berat. Jakarta: Intisari Smart & Inspirasing

Thohir. 2010. Standard Prosedur Operasional (SPO) Menghentikan Perdarahan. Sidoarjo,


Jawa

Timur: Rumah Sakit Siti Khodijah

masriahyahoed.files.wordpress.com/2010/08/materi-kdpk.docx

http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/asumsi-dasar-maslow-tentang-motivasi

http://jokoateng-jokoateng.blogspot.com/2009/05/kebutuhan-mekanika-tubuh-dan-
ambulasi.html

23

Vous aimerez peut-être aussi