Vous êtes sur la page 1sur 23

TINJAUAN TEORITIS

A. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Usia Lanjut

Tugas perkembangan keluarga usia lanjut merupakan bagian penting dalam konsep

keluarga usia lanjut. Perawat keluarga juga perlu memahami setiap tahap

perkembangannya yaitu menerima penurunan kemampuan dan keterbatasan,

menyesuaikan dengan masa pensiun, mengatur pola hidup yang terorganisir,

menerima kehilangan dan kematian dengan tentram. (Mubarak, 2006)

a. Tugas-tugas perkembangan keluarga usia lanjut

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting

dalam mendukung kesejahteraan lansia mis, pemindahan tempat lansia.

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

Ketika lansia memasuki pensiun, pendapatan menurun secara tajam dan

semakin tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara

tabungan/pendapatan berkurang.

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga.

Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang

berlangsung dari pasangan.

Contoh : mitos tentang aseksualitas

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

Tugas perkembangan ini secara umum tugas yang paling traumatis. Lansia

menyadari bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi

kesadaran akan kematian tidak ada. Hal ini akan berdampak pada reorganisasi

fungsi keluarga secara total.


5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

Ada kecenderungan lansia untuk menjauhkan diri dari hub sosial, namun

keluarga menjadi fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial.

B. Peran Perawat pada Lansia

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan

sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari

perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara,

1995)

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam

praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi

kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan

secara profesional sesuai dengan kode etik profesional.

Dalam prakteknya keperawatan meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut :

1. Sebagai Care Giver/Pemberi Asuhan Langsung

Memberikan asuhan keperawatan kepada lansia yang meliputi intervensi/tindakan

keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis

sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.

2. Sebagai Pendidik Klien Lansia

Sebagai pendidik, perawat membantu lansia meningkatkan kesehatannya melalui

pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medis

yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap

hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan


pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kadar

kesehatan, dan lain sebagainya.

3. Sebagai Motivator

Sebagai motivator, perawat memberikan motivasi kepada lansia.

4. Sebagai Advokasi

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan

tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela

kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya

kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional

maupun profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak

sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap

upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai

advokat, perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan

masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

5. Sebagai Konselor

Memberikan konseling/bimbingan kepada lansia, keluarga dan masyarakat tentang

masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga

dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu,

pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku

hidup ke arah perilaku hidup sehat.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia

Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia menurut Depkes, dimaksudkan

untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan

kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan
keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk

asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas

sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan

langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah

atau panti.

Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut

usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:

1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan

tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu:

kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga:

kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai,

misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.

2. Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal

yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia

pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh

oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah

agar tidak terjadi dekubitus (lecet).

D. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

1. Pendekatan fisik

Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-

kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada

organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan,

dan penyakit yang yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya.


Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua

bagian yaitu:

a) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu

bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-

hari masih mampu melakukan sendiri.

b) Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan

fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui

dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang

berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan

kesehatannya.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya

peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang

mendapat perhatian.

Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan, dapat

mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari

luar. Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan

mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan

rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan,

cara memakan obat, dan cara pindahdari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.

Hal ini penting meskipun tidak selalu keluhan-keluhan yang dikemukakan atau

gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang pada klien lanjut

usia dihadapkan pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan

darurat dan intensif, misalnya gangguan serebrovaskuler mendadak, trauma,

intoksikasi dan kejang-kejang, untuk itu perlu pengamatan secermat mungkin.


Adapun komponen pendekatan fisik yang lebuh mendasar adalah

memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan

lancar, makan, minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu

berjalan, tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi

tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian,

mempertahankan suhu badan melindungi kulit dan kecelakaan.Toleransi

terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu

kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada

beberapa bantal, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan.

Seorang perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usia agar mau dan

menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering

dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini

adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi palsu.

Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi

dan suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada

penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka sesuai dengan diet

yang dianjurkan.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya

peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang

mendapat perhatian. Oleh karena itu, kebersihan badan, tempat tidur,

kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapat perhatian

perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.

Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan

kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara
berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, dsb. Perawat

perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan

insomnia, harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan

mereka tentang cara pemecahannya. Perawat harus mendekatkan diri dengan

klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa

keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah

dimminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dsb. Sentuhan (misalnya

genggaman tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.

2. Pendekatan psikis

Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan

edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter ,

interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia

yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki

kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang

cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia

merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip Tripple, yaitu sabar,

simpatik dan service.

Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih

sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan..

Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh,

membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi

yang dimilikinya.
Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam

memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan

sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.

Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama

dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-

gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi,

berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan ,

perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu

siang, dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang

membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa

melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan

dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.

Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap

kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan lahan dan bertahap,

perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi

sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu

diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.

3. Pendekatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya

perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul

bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi

pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang

yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain


Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia

untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi,

nonton film, atau hiburan lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress

memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga

menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan.

Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini

dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban

bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi

baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan

dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.

4. Pendekatan spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam

hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit

atau mendeteksikematian.

Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang

menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering

kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam

factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit

dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya.

Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi

yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup

ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga

perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di
tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa

bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.

Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan

seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran

seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia.

Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya

terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien

lanjut usia melalui agama mereka.

E. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia

Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari hari secara mandiri dengan:

1) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah

lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.

2) Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup

klien lanjut usia (life support)

3) Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan

baik kronis maupun akut.

4) Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan

diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu

5) Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita

suatu penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa

perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).


F. Fokus Keperawatan Lanjut Usia

Keperawatan lanjut usia berfokus pada :

a. Peningkatan kesehatan (helth promotion)

b. Pencegahan penyakit (preventif)

c. Mengoptimalkan fungsi mental

d. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

E. Diagnosa Keperawatan

a. Aspek fisik atau biologis

Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu

dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor

biologi.

NOC I : Status nutrisi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien diharapkan

mampu:

1. Asupan nutrisi tidak bermasalah

2. Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah

3. Energy tdak bermasalah

4. Berat badan ideal

NIC I : Manajemen ketidakteraturan makan (eating disorder management)

1. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk memuat perencanaan perawatan

jika sesuai.

2. Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badann, jika berat

badan pasien tdak sesuia dengan usia dan bentuk tubuh.


3. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari supaya

mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai target.

4. Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien

5. Kembangkan hubungan suportif dengna pasien

6. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan

kenaikan atau pemeliharaan berat badan

7. Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan dan

untuk menimimalkan berat badan.

8. Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang mendukung

peningkatan berat badan.

Dx. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun

lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai

dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224 jam pasien diharapkan

dapat memperbaiki pola tidurnya dengan criteria :

1. Mengatur jumlah jam tidurnya

2. Tidur secara rutin

3. Miningkatkan pola tidur

4. Meningkatkan kualitas tidur

5. Tidak ada gangguan tidur

NIC : Peningkatan Tidur

1. Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien

2. Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya


3. Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress fisik

4. Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress sebelum jam tidurnya

Dx. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular

yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan

pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 324 jam diharapkan

pasien mampu :

1. Kontinensia Urin

2. Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).

3. Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.

4. Mengosongkan bladde dengan lengkap.

5. Mampu memprediksi pengeluaran urin.

NIC : Perawatan Inkontinensia Urin

1. Monitor eliminasi urin

2. Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.

3. Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.

4. Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500 cc/hari.


Dx. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan

memori sekunder

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 224 jam pasien diharapkan

dapat meningkatkan daya ingat dengan criteria :

1. Mengingat dengan segera informasi yang tepat

2. Mengingat inormasi yang baru saja disampaikan

3. Mengingat informasi yang sudah lalu

NIC : Latihan Daya Ingat

1. Diskusi dengan pasien dan keluarga beberapa masalah ingatan.

2. Rangsang ingatan dengan mengulang pemikiran pasien kemarin dengan cepat.

3. Mengenangkan tentang pengalaman di masalalu dengan pasien

Dx. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang

ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.

TUJUAN

NOC : Fungsi Seksual

1. Mengekspresikan kenyamanan

2. Mengekspresikan kepercayaan diri

NIC : Konseling Seksual

1. Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ

seksual seiring dengan bertambahnya usia.

2. Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.


Dx. Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan neuromusculary

yang ditandai dengan :

1. Perubahan gaya berjalan

2. Gerak lambat

3. Gerak menyebabkan tremor

4. Usaha yang kuat untuk perubahan gerak

NOC : Level Mobilitas ( Mobility Level )

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :

1. Memposisikan penampilan tubuh

2. Ambulasi : berjalan

3. Menggerakan otot

4. Menyambung gerakan/mengkolaborasikan gerakan

NIC : Latihan dengan Terapi Gerakan ( Exercise Therapy Ambulation )

1. Kosultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang sesuai

dengan kebutuhan

2. Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang aman

3. Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah

goyah/tidak kokoh)

Dx. Kelelahan b.d kondisi fisik kurang yang ditandai dengan:

1. Peningkatan kebutuhan istirahat

2. Lelah

3. Penampilan menurun
NOC

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat:

1. Memonitor usaha bernapas dalam respon aktivitas

2. Melaporkan aktivitas harian

3. Memonitor ECG dalam batas normal

4. Memonitor warna kulit

NIC Energy Management

1. Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat

2. Tentukan keterbatasan fisik pasien

3. Tentukan penyebab kelelahan

4. Bantu pasien untuk jadwal istirahat

Dx. Risiko kerusakan integritas kulit

NOC : Kontrol Risiko ( risk control )

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :

1. Kontrol perubahan status kesehatan

2. Gunakan support system pribadi untuk mengontrol risiko

3. Mengenal perubahan status kesehatan

4. Monitor factor risiko yang berasal dari lingkungan

NIC : penjagaan terhadap kulit ( skin surveillance )

1. Monitor area kulit yang terlihat kemerahan dan adanya kerusakan

2. Monitor kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan

3. Monitor warna kulit

4. Monitor suhu kulit


5. Periksa pakaian, jika pakaian terlihat terlalu ketat

Dx. Kerusakan Memori b.d gangguan neurologis

Yang ditandai dengan :

1. Tidak mampu mengingat informasi factual

2. Tidak mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi atau masa lampau

3. Lupa dalam melaporkan atau menunjukkan pengalaman

4. Tidak mampu belajar atau menyimpan keterampilan atau informasi baru

NOC : Orientasi Kognitif

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien

dapat:

1. Mengenal diri sendiri

2. Mengenal orang atau hal penting

3. Mengenal tempatnya sekarang

4. Mengenal hari, bulan, dan tahun dengan benar

NIC : Pelatihan Memori ( Memory Training )

1. Stimulasi memory dengan mengulangi pembicaraan secara jelas di akhir

pertemuan dengan pasien.

2. Mengenang pengalaman masa lalu dengan pasien.

3. Menyediakan gambar untuk mengenal ingatannya kembali

4. Monitor perilaku pasien selama terapi


b. Aspek psikososial

Dx. Coping tidak efektif b.d percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping,

dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan.

NOC I : koping (coping)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara konsisten

diharapkan mampu:

1. Mengidentifikasi pola koping efektif

2. Mengedentifikasi pola koping yang tidak efektif

3. Melaporkan penurunan stress

4. Memverbalkan control perasaan

5. Memodifikasi gaya hidup yang dibutuhkan

6. Beradaptasi dengan perubahan perkembangan

7. Menggunakan dukungan social yang tersedia

8. Melaporkan peningkatan kenyamanan psikologis

NIC I : coping enhancement

1. Dorong aktifitas social dan komunitas

2. Dorong pasien untuk mengembangkan hubungan

3. Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan ketertarikan

yang sama

4. Dukung pasein untuk menguunakan mekanisme pertahanan yang sesuai.

5. Kenalkan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang pengalaman

yang sama.
Dx. Isolasi social b.d perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan sejahtera,

perubahan status mental.

NOC I : Lingkungan keluarga : internal ( family environment: interna)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara konsisten

diharapkan mampu:

1. Berpatisipasi dalam aktifitas bersama

2. Berpatisipasi dala tradisi keluarga

3. Menerima kujungan dari teman dan anggota keluarga besar

4. Memberikan dukungan satu sama lain

5. Mengekspresikan perasaan dan masalah kepada yang lain.

6. Mendorong anggota keluarga untuk tidak ketergantungan

7. Berpatisipasi dalam rekreasi dan acara aktifitas komunitas

8. Memecahkan masalah

NIC I : Keterlibatan keluarga (Family involvement)

1. Mengidentifikasikan kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam perawatan

pasien.

2. Menentukan sumber fisik, psikososial dan pendidikan pemberi pelayanan

kesehatan yang utama.

3. Mengidentifkasi deficit perawatan diri pasien

4. Menentukan tinggat ketergantungan pasien terhadap keluarganya yang sesuai

dengan umur atau penyakitnya.


Dx. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,

perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.

NOC :

Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama 224 jam pasien

diharapkan akan bisa memperbaiki konsep diri dengan criteria :

1. Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak

mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian alkohol dan

obat-obatan; penggunaan tenaga yang berlebihan)

2. Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksinya

terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan

3. Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan akibat

pnyakitnya

4. Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual

NIC : Peningkatan harga diri

1. Kuatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien mengndalikan situasi

2. Menguatkan tenaga pribadi dalam mengenal dirinya

3. Bantu pasien untuk memeriksa kembali persepsi negative tentang dirinya

Dx. Cemas b.d perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi , fungsi

peran, lingkungan, status ekonomi, yang ditandai dengan:

1. Ekspresi yang mendalam dalam perubahan hidup

2. Mudah tersinggung

3. Gangguan tidur
NOC Anxiety Control

1. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien

dapat:

2. Memonitor intensitas cemas

3. Melaporkan tidur yang adekuat

4. Mengontrol respon cemas

5. Merencanakan strategi koping dalamsituasi stress

NIC Anxiety Reduction

1. Bantu pasien untuk menidentifikasi situasi percepatan cemas

2. Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan mengurangi ketakutan

3. Identifikasi ketika perubahan level cemas

4. Instuksikan pasien dalam teknik relaksasi

Dx. Resiko Kesendirian

NOC Family Coping

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat:

1. Mendemontrasikan fleksibelitas peran

2. Mengatur masalah

3. Menggunakan strategi penguranagn stress

4. Menghadapi masalah

NIC Family Support

1. Bantu pekembangan harapan yang realistis

2. Identifikasi alami dukungan spiritual bagi keluarga

3. Berikan kepercayaan dalam hubungan dengan keluarga

4. Dengarkan untuk berhubungan dengan keluarga, perasan dan pertanyaan


Dx. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik

(ketidakseimbangan mobilitas) serta psikologis yang disebabkan penyakit atau terapi

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24jam pasien diharapkan

meningkatkan citra tubuhnya dengan criteria :

1. Merasa puas dengan penampilan tubuhnya

2. Merasa puas dengan fungsi anggota badannya

3. Mendiskripsikan bagian tubuh tambahan

NIC : Peningkatan Citra Tubuh

1. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan karena penyakit atau pembedahan

2. Memutuskan apakah perubahan fisik yang baru saja diterima dapat masuk dalam

citra tubuh pasien

3. Memudahkan hubungan dengan individu lain yang mempunyai penyakit yang

sama

4. Aspek spiritual

Dx : Distress spiritual b.d peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang lain,

cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang sosiokultural.

NOC I : pengaharapan (hope)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara luas

diharapkan mampu:

1. Mengekspresikan orientasi masa depan yang positif

2. Mengekspresikan arti kehidupan

3. Mengekspresikan rasa optimis

4. Mengekspresikan perasaan untuk mengontrol diri sendiri

5. Mengekspresikan kepercayaan
6. Mengekspresikan rasa percaya pada diri sendiri dan orang lain

NIC I : penanaman harapan (hope instillation)

1. Pengkaji pasian atau keluarga untuk mengidentifikasi area pengharapan dalam

hidup

2. Melibatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri

3. Mengajarkan keluarga tentang aspek positif pengharapan

4. Memberikan kesempatan pasien atau keluarga terlibat dalam support group.

5. Mengembangkan mekanisme paran koping pasien

Vous aimerez peut-être aussi