Vous êtes sur la page 1sur 55

ASUHAN KEPERAWATAN Tn.

I DENGAN
GASTRO ENTERITIS AKUT (GEA)

DI SUSUN
OLEH :

ENDAH HARIYANI, Amd.Kep

DINAS KESEHATAN BARITO UTARA


UPT PUSKESMAS LANJAS

LAPORAN PENDAHULUAN
1
GASTRO ENTERITIS AKUT (GEA)

Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat
(Mansjoer, Arif., et all. 1999).
Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang air besar.
Kekerapan yang masih di anggap normal adalah sekitar 1-3 kali dan banyaknya 200-
250 gram sehari. Beberapa kasus klien mengalami peningkatan kekerapan dan
kenceran buang air besar walaupun jumlahnya kurang dari 250 mg dalam kuraun
waktu sehari (Soeparman 1990).
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari.
Gastroentiritis adalah peradangan pada mukosa lambung dan usus dengan gejala:
panas, muntah, diare, dan kram pada perut.
Etiologi / Faktor pencetus timbulnya diare

Penyebab utama :

Bakteri, parasit maupun virus (E. Coli, V. Cholerae Ogawa, Aeromonas sp.).
Virus : Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
Bakteri: Staphylococcus aureus, Salmonella, Shigella, dll.
Parasit : Entamoeba Histolitica, Balantidium Coli, dll.

Penyebab lain ; toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung
lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
1. a. Pengurangan atau penghambatan ion-ion.
b. Perangsangan dan sekresi aktif ion-ion pada usus (Secretory diarrhea)
2. Terdapatnya zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan tekanan osmotik
yang tinggi pada usus(obat pencahar/ laksansia)
3. Perubahan pergerakan dinding usus.
Faktor resiko terjadinya Gastroenteritis
1. Jumlah penduduk yang padat/ramai.
2. Makanan yang terkontaminasi /makanan dengan temperatur yang tidak
cukup tinggi sehingga tidak dapat membunuh organisme penyebab
Gastroenteritis.
3. Sanitasi lingkungan yang jelek.

2
Pathofisiologi Adanya cairan yang sulit di
serap atau dengan tekanan
- Hormon.
osmotik koloid yang tinggi.
- Toksin.

- Merangsang sekresi aktif. Menarik dan menahan cairan


- Menghambat penyerapan ion- serta garam di dalam usus.
ion.

Manifestasi klinis:
- Peningkatan sekresi cairan ke
- Diare.
dalam usus.

Manifestasi klinis:
- Diare.
Peningkatan atau penurunan
peristaltik usus

Bertambahnya perkembang
biakan bakteri dalam usus

Meningkatkan pergerakan
usus

Kontak antara permukaan usus halus


dengan makanan berkurang

Makanan cepat di kirim ke


kolon.

Kolon akan mengosongkan


isinya

Pengosongan kolon secara prematur


akan mempersingkat waktu kontak
dengan makanan

Volume dan keenceran tinja


akan bertambah.
(Soeparman 1990)

3
Virus/bakteri masuk saluran pencernaan bersama makanan yang terkontaminasi
sehingga menimbulkan respon dengan gejala Gastroenteritis melalui cara :
1. Organisme melepaskan toksin (enterotoksin) pada usus halus maka terjadilah
peradangan yang ditandai diare (Shigela dan E. Coli).
2. Organisme masuk ke intestinal sehingga menimbulkan distruksi nekrosis
ulcerasi diare terus-menerus (Shigella dan Compylobacter).
3. Organisme yang masuk saluran pencernaan merusak mukosa/epitelium villi
saluran pencernaan hancur malabsorbsi dan hancurnya villi ini menyebabkan
motilitas gastro-intestinal meningkat sehingga cairan dan elektrolit (dalam
lumen usus) meningkat.

Virus V. Cholera

menembus dinding usus tidak menembus dinding usus

kerusakan sel enterotoksin

infeksi local ATP cAMP

diare diare skretorik

sel darah (-) sel darah (-)
Shigella Salmonella

menembus dinding usus menembus dinding usus

kerusakan jaringan kerusakan jaringan dinding usus

berlipat ganda dalam epitel berlipat ganda dalam lamina prepria

infeksi local dan sistematik infeksi local dan sistemik

leukosait (+++) leukosit (++)
eritrosit (++++) monosit (++)
eritrosit (++)

4
Gejala klinik
1. Diare
Penderita merasakan sekit perut, Rasa kembung, Mual, muntah, diare,
Kadang-kadang demam/peningkatan suhu tubuh dan nyeri abdomen.
Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik
secara menetap atau berulang panderita akan mengalami penurunan berat
badan.
BAB ada darah/mucus (5x/> sehari) mungkin oleh Shigella.

5
BAB bau dan bercampur darah Compylobacter.
BAB kadang-kadang bercampur darah dan mucus E. Coli.

2. Kehilangan cairan >> :


Elastisitas kulit menurun
Mukosa mulut kering
Hipotensi, dll.

6
3. Pemeriksaan auskultasi : peningkatan peristaltic usus

4. Palpasi teraba lunak pada abdominal, nyeri abdomen.

Pendekatan diagnosis dari aspek tinja


1. Volume tinja yang banyak diare berasal dari kelainan usus halus dan
permulaan usus besar.

7
2. Tinja yang sedikit dan berlendir (dengan peningkatan kemendadakan serta
kekerapan buang air besar) kelainan berasal dari kolon desenden, sigmoid
dan rektum.
3. Tinja yang berlendir dan bercampur dengan darah peradangan usus besar.
4. Tinja yang berbau busuk menunjukan adanya pembusukan asamamino
yang tidak diserap.

8
9
Konsep Pengkajian
a. Biodata
Nama
Umur
Sering terjadi pada terutama usia 6 bulan sampai 2 tahun (WHO, 1995).

10
Jenis kelamin
Agama
Pekerjaan
Dll

b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Dimulai dengan keluhan mual, muntah dan diare/ BAB cair > 5
x sehari dengan volume yang banyak, Kadang demam/suhu badan meningkat,

11
nyeri perut/kolik pada perut bagian bawah yang berkurang dengan pergerakan
usus, Peningkatan bising usus (khususnya di kuadran kanan bawah), Obstruksi
intestinal, Peningkatan pengeluaran tinja, Adanya lendir atau pus di dalam tinja,
Tinja yang lembek atau cair, Flatus, Anoreksia, Penurunan berat badan, Malaise.
2. Riwayat kesehatan yang berhubungan dengan faktor pendukung terjadinya diare,
serta bio- psiko- sosio- spiritual. Terdapat beberapa keluhan, permulaan
mendadak disertai dengan muntah dan diare. Faeces dengan volume yang

12
banyak, konsistensi cair, muntah ringan atau sering dan anak gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat dan nafsu makan menurun.
3. Riwayat Penyakit sekarang : Kaitkan dengan kemungkinan penyebab diare,
waktu mulai diare, keluhan/perasaan lainnya, serta tindakan yang telah dilakukan
dengan respon yang dirasakan.
4. Riwayat Sebelum sakit : keadaan serupa yang pernah dialami, keadaan yang
berkaitan dengan kondisi sekarang.

13
c. Tanda-tanda vital
1. Suhu badan; kadang-kadang demam
2. Denyut nadi: meningkat
3. Pernapasan; meningkat
4. Tekanan darah; menurun

d. Pemeriksaan Fisik dan ADL

14
1. Kaji tanda-tanda dehidrasi : mata cowong, turgor kulit, mukosa mulut, warna
muka, penurunan BB, keadaan umum.
2. Frekuensi BAB, konsistensi feses, vomitus, muntah, kram abdomen, jumlah urin.
3. Perubahan aktivitas sehari-hari dan kemampuan beraktivitas.

Bila terjadi kekurangan cairan didapatkan :


Haus
Lidah kering

15
Tulang pipi menonjol
Turgor kulit menurun
Suara menjadi serak

Bila terjadi gangguan biokimia :


Asidosis metabolik
Napas cepat/dalam (kusmaul)

16
Bila banyak kekurangan kalium :
Aritmia jantung

Bila syok hipovolumik berat :


Nadi cepat lebih 120 x/menit
Tekanan darah menurun sampai dari tak terukur.
Pasien gelisah.
Muka pucat

17
Ujung-ujung ektremitas dingin
Sianosis

Bila perfusi ginjal menurun :


Anuria
Nekrosis tubular akut.

c. Pola aktivitas sehari-hari


18
Nutrisi
Makan menurun karena adanya mual dan muntah yang disebabkan lambung yang
meradang.

Istirahat tidur
Mengalami gangguan karena adanya muntah dan diare serta dapat juga
disebabkan demam.
Kebersihan

19
Personal hygiene mengalami gangguan karena seringnya mencret dan kurangnya
menjaga personal hygiene sehingga terjadi gangguan integritas kulit. Hal ini
disebabkan karena faeces yang mengandung alkali dan berisi enzim dimana
memudahkan terjadi iritasi ketika dengan kulit berwarna kemerahan, lecet disekitar
anus.

Eliminasi

20
Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan frekuensi,
dimana konsistensi lunak sampai cair, volume tinja dapat sedikit atau banyak.
Dan pada buang air kecil mengalami penurunan frekuensi dari biasanya.

e. Keadaan Psikososial
1. Persepsi pasien terhadap kesehatannya.
2. Pengetahuan tentang sakit yang diderita.
3. Tingkat kecemasan pasien.

21
f. Keadaan Spiritual
Pengaruh sakitnya terhadap keyakinan kepada Tuhan.

g. Pemeriksaan Penunjang
1. Feses :

Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya
mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika
22
diare berhubungan dnegan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita
Salmonella, E. Coli, Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang
berlebihan dalam tinja menunjukkan kemungkinan adanya keradangan kolon.
PH tinja yang rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa
tinja rendah / PH kurang dari 5,5 maka penyebab diare bersifat tidak menular.

2. Pemeriksaan Darah

23
Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi pada
penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan avitaminosis D,
peningkatan serum albumin, fosfatase alkali dan masa protrombin pada klien
dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah serum albumin pada klien penyakit chron.

3. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, BUN (Blood Ureum Nitrogen),
kreatinin dan berat jenis plasma/ Bj urin. Penurunan PH darah disebabkan karena

24
terjadi penurunan bikarbonas sehingga frekuensi nafas agak cepat. Elektrolit
terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.

Radiologis
- Barrium Foloow through penyakit chron.
- Barrium enema skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable.

25
Kolonoskopi
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.

Penatalaksanaan
DIARE


Tanpa dehidrasi dehidrasi ringan dehidrasi sedang dehidrasi berat
26

CRT * oralit/CRT * oralt 100 ml/
(Cairan rumah tangga)50ml/kg BB/3 jam kg BB/3 jam
* ASI + makanan

Pulang dengan nasihat Sembuh gagal Rawat
* rehidrasi parentral

27
pulang dengan RL/D5 70ml/kg BB/3
nasihat jam

masih dehidrasi
oralit 40 ml/kg
BB/jam

Seterusnya :
28
Oralit 10 ml/kg BB
setiap BAB

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.

a. Jenis cairan

29
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan
RL, bila tak tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na
bikarbonat 7,5 % 50 ml.

b. Jumlah cairan

30
Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan. Kehilangan
cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara :

Metoda Pierce :
Derajat Dehidrasi Kebutuhan cairan ( X kg BB)
Ringan 5%

31
Sedang 8%
Berat 10 %
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan

Dapat dipilih oral atau IV.

d. Jadwal pemberian cairan

Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan diberikan pada 2 jam


pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk

32
memperhitungkan kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap
pada akhir jam ke-3.

e. Terapi simtomatik
Antibiotik diberikan secara klinis :
o Tetrasiklin untuk cholera
o Kloramphenikol untuk Shigella
o Neomycin untuk Campylobacter
Anti diare
33
Absorben

Obat yang digunakan : anti diare, antidotum, antipiretik,


antibiotik, oralit, dll.

Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas


pertimbangan yang rasional.

Sifat antimotilitas dan sekresi usus.

Sifat antiemetik.
34
f. Vitamin meneral, tergantung kebutuhannya.

Vitamin B12, asam folat, vit. K, vit. A.

Preparat besi , zinc, dll.

g. Terapi definitif

Pemberian edukatif sebagailangkah pencegahan. Hiegene


perseorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat
berarti, selain terapi farmakologi.
35
h. Pengaturan diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat. Di
anjurkan untuk menghindari susu.

36
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul antara lain :

1. Resiko tinggi terhadap defisit volume cairan yang berhubungan dengan


kehilangan sekunder terhadap muntah dan diare. (Carpenito, Lynda Juall. 1999).

2. Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare


dan muntah sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik. (Carpenito,
Lynda Juall. 1999).

3. Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang


berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, dan
tanda serta gejala komplikasi. (Carpenito, Lynda Juall. 1999).

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi. (Doenges, Marilynn E. 1999).

5. Diare berhubungan dengan Inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus. (Doenges,


Marilynn E. 1999).

6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan banyak melalui rute normal (diare berat, muntah). (Doenges,
Marilynn E. 1999).

7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan


absorpsi nutrien. (Doenges, Marilynn E. 1999).

8. Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap status kesehatan. (Doenges,


Marilynn E. 1999).

9. Nyeri (akut) berhubungan dengan Hiperperistaltik, diare lama, iritasi


kulit/jaringan,ekskoriasi fisura perirektal; fistula. (Doenges, Marilynn E. 1999).

10. Koping individu tak efektif berhubungan dengan proses penyakit yang tak
terduga. (Doenges, Marilynn E. 1999).

11. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran


feces secara terus menerus.

37
Perencanaan

1. Resiko tinggi terhadap defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
sekunder terhadap muntah dan diare.

Tujuan :

Kebutuhan volume cairan adekuat.

Kriteria hasil : Individu akan

1. Meningkatkan masukan cairan minimal 3000 ml (sesuai dengan hasil


pemeriksaan BJ Plasma).

2. Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stress atau


panas.

3. Mempertahankan Berat Jenis Plasma dalam batas normal (1,010 & 1,025).

4. Memperhatikan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi.

Intervensi general :

1. Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian ( misal 1000 ml


selama pagi hari, 1000 ml selama sore hari, 1000 ml selama malam hari).

Rasional : Deteksi dini memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk


memperbaiki defisit.

2. Jelaskan tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan


metoda-metoda untuk mencapai tujuan masukan cairan.

Rasional : Informasi yang jelas akan meningkatkan kerjasama klien untuk terapi.

3. Pantau masukan, pastikan sedikitnya 1500 ml cairan per oral setiap 24 jam.

Rasional : Catatan masukan membantu mendeteksi tanda dini ketidak


seimbangan cairan.

4. Pantau haluaran, pastikan sedikitnya 1000 - 1500 ml/24 jam. Pantau terhadap
penurunan berat jenis urine.

Rasional : Catatan haluaran membantu mendeteksi tanda dini ketidak


seimbangan cairan.

5. Timbang BB setip hari dengan jenis baju yang sama, pada waktu yang sama.
Kehilangan berat badan 2 - 4 % menunjukkan dehidrasi ringan. Kehilangan berat
badan 5 - 9 % menunjukkan dehidrasi sedang.

Rasional : Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilanagan


cairan.

6. Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah,


diare, demam, drain.

38
Rasional : Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya sudah tidak
mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan yang tak kasap mata. Dehidrasi
dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus, membuat haluaran tak adekuat
untuk membersihkan sisa metabolisme dengan baik dan mengarah pada
peningkatan BUN dan kadar elektrolit.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan kadar elektrolit darah, nitrogen ure
darah, urine dan serum, osmolalitas, kreatinin, hematokrit dan hemoglobin.

Rasional : Propulsi feses yang cepat melalui usus mengurangi absorpsi elektrolit.
Muntah-muntah juga menyebabkan kehilangan elektrolit.

8. Kolaborasi dengan pemberian cairan secara intravena.

Rasional : Memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk memperbaiki


defisit.

2. Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare dan


muntah sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.

Tujuan : Klien merasa nyaman.

Kriteria hasil : Klien akan :

1. Melaporkan penurunan kram abdomen.

2. Menyebutkan makanan yang harus dihindari.

Intervensi :

1. Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan


penghangat di atas abdomen.

Rasional : Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi kram.

2. Singkirkan pemadangan yang tidak menyenangkan dan bau yang tidak sedap dari
lingkungan klien.

Rasional : Pemandangan yang tidak menyenangkan atau bau tak sedap


merangsang pusat muntah.

3. Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan jernih (misal; teh encer, air
jahe, agar-agar, air) 30 sampai 60 ml tiap 1/2 sampai 1 jam.

Rasional : Cairan dalam jumlah yang kecil cairan tidak akan mendesak area
gastrik dan dengan demikian tidak memperberat gejala.

4. Instruksikan klien untuk menghindari hal ini :

a. Cairan yang panas dan dingin.

b. Maknan yang mengandung lemak dan serat (misal ; susu, buah).

39
c. Kafein.

Rasional : cairan yang dingin merangsang kram ; cairan panas merangsang


peristaltik ; Lemak juga meningkatkan peristaltik dan kafein meningkatkan
motilitas usus.

5. Lindungi area perianal dari iritasi.

Rasional : Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat mengiritasi kulit


perianal.

3. Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang


berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet dan tanda
serta gejala komplikasi.

Tujuan : Pengetahuan klien tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda-tanda serta
gejala komplikasi adekuat.

Kriteria hasil :

1. Klien dapat menjelaskan kembali kepada perawat setelah penjelasan dari


perawat.

Intervensi :

1. Jelaskan pembatasan diet :

a. Makanan tinggi serat (sayur & buah segar).

b. Makanan tinggi lemak (susu, makanan goreng).

c. Air yang sangat panas atau dingin.

Rasional : Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.

2. Jelaskan pentingnya mempertahankan kesimbangan antara masukan cairan oral


dan haluaran cairan.

Rasional : Muntah dan diare dapat dengan cepat menyebabkan dehidrasi.

3. Jelaskan manfaat istirahat dan dorong untuk istirahat adekuat.

Rasional : Inaktivitas menurunkan peristaltik dan memungkinkan salurang GI


untuk istirahat.

4. Instruksikan untuk mencuci tangan :

a. Desinfeksi area permukaan dengan desinfektan yang mengandung tinggi


alkohol.

b. Rendam peralatan makan dan termometer dalam larutan alkohol atau


gunakan alat pencuci piring untuk peralatan makan.

c. Tidak mengijinkan menggunkan bersama alat-alat dengan orang sakit.

40
Rasional : Penyebaran virus dapat dikontrol dengan desinfeksi area permukaan
area (kamar tidur) dan peralatan makan. Desinfeksi dengan kandungan alkohol
rendah tak efektif melawan beberapa virus.

5. Ajarkan klien dan keluarga untuk melaporkan gejala ini :

a. Urine coklat gelap menetap selama lebih dari 12 jam.

b. Feses berdarah.
Rasional : Deteksi dini dan pelaporan tanda dehidrasi memungkinkan intervensi
segera untuk mencegah ketidakseimbangan cairan atau elektrolit serius.

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan :
pasien mengetahui kebutuhan perawatan di rumah & prosedur yang harus dilakukan
jika diare berulang.

Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.
2. Ajarkan pasien dan keluarga tentang :
o Tanda-tanda dehidrasi & hal-hal penting yang diperhatikan segera saat
dehidrasi.
o Menyeimbangkan cairan yang diminum dan yang keluar.
o Menjaga kebersihan daerah anal.
3. Cuci tangan yang benar sebelum & setelah makan.

Rasional :
1. Tingkat pengetahuan pasien & keluarg merupakan indicator untuk mengetahui
sejauh mana klien memahami tentang penyakitnya.
2. Untuk meningkatkan kemandirian pasien terutama setelah pulang ke rumah.
5. Diare berhubungan dengan Inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus.
Tujuan: Pasien menunjukan adanya pola eliminasi yang berangsur normal dalam
frekwensi dan konsistensi tinja.

Intervensi :
1. Kaji kebiasaan pasien dalam melakukan bab (frekwensi dan konsistensi).
2. Perhatikan dan catat karakteristik, faktor presipitasi dari diare.
3. Siapkan bedpan atau kamar kecil yang selalu siap di gunakan.
4. Bersihkan bedpan secepatnya dan gunakan pewangi untuk mengurangi bau.
5. Kurangi makan / minuman yang menjadi faktor pencetus diare (jika di ketahui).
6. Kolaborasi dalam pemberian antispamodic, antidiare, dan antikolinergik untuk
menurunkan peristaltik usus.

41
7. Kolaborasi dalam pemberian anti inflamasi dan steroid.

6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


banyak melalui rute normal (diare berat, muntah).

Tujuan: Selama dalam perawatan tidak terjadi defisit cairan.

Intervensi :
1. Kolaborasi dalam pemeriksaan status cairan dengan (pemeriksaan BJ Plasma).
2. Pertahankan pemberian cairan oral yang adekuat.
3. Hitung dengan tepat selisih antara jumlah cairan yang masuk dan yang keluar.
4. Kolaborasi dalam pemberian cairan perpar enteral jika di perlukan.
5. Observasi tanda-tanda terjadinya defisit cairan (membran mukosa, turgor kulit,
produksi urin, peningkatan temperatur, kelemahan, peningkatan BUN.

7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan


absorpsi nutrien.
Tujuan : selama dalam perawatan pasien tidak mengalami penurunan berat.

Intervensi :
1. Kaji kebutuhan nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan individual pasien
(berdasarkan usia dan berat badan).
2. Jika diare berkurang berikan peningkatan jenis makanan secara bertahap (lembut
dan berkalori tinggi kasar kemudian biasa).
3. Sajikan makanan dan minuman dalam keadaan hangat.
4. Anjurkan pada pasien untuk mengurangi beberapa jenis makan yang dapat
menimbulkan diare (makanan yang berlemak, pedas, susu)
5. Kolaborasi dalam pemberian Zat besi jika terjadi anemia dan anti emetik jika
pasien mengalami mual.

8. Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap status kesehatan.


Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.

Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3. Gunakan komunikasi terapeutik.
4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk
ikut serta dalam tindakan keperawatan.

42
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain
selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. Untuk menentukan tingkat
kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi
yang cepat dan tepat.
Rasional :
1 Dapat meringankan beban pikiran pasien.
2 Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.
3 Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam
melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
4 Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang
dirasakan pasien.
5 Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
6 Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas
pasien.

9. Nyeri (akut) berhubungan dengan Hiperperistaltik.


Tujuan: Rasa nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi :
1. Kaji dan catat adanya distensi abdomen, karaktristik nyeri dan lokasinya.
2. Anjurkan pada pasien untuk rileks serta ajarkan tehnk relaksasi serta beberapa
cara untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Kolaborasi dalam pemberian analgesik dan anti kolinergik.
4. Observasi keluhan serta TTV.

10. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran feces
secara terus menerus
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit selama dalam perawatan.

Intervensi :
1. Kaji keadaan kulit pasien terutama pada bagian bokong dan sekitarnya yang
mudah lecet akibat feces yang bersifat asam.
2. Bersihkan sekitar lokasi bokong secara adekuat.
3. Anjurkan pada pasien untuk mengganti sering ganti posisi pada saat istirahat
terlentang.
4. Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
5. Jaga daerah sekitar bokong agar tetap kering dan tidak lembab.
6. Observasi keadaan kulit sekitar bokong.

43
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed.
2. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Penerbit buku


Kedokteran EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI :


Media Aescullapius.

Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK


Universitas Airlangga.

Price, Sylvia Anderson. (1985). Pathofisiologi Konsep klinik Proses-Proses


Penyakit, Jakarta: EGC.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

44
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN TN. I DENGAN
GASTRO ENTERITIS AKUT (GEA)

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur : 50 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Status Marietal : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Bahasa yang digunakan : Banjar
Alamat : Jl.Panti Ajar
Keluhan Utama : Mencret > 4 x dan Muntah > 2 x

2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


1) Riwayat Sebelum Sakit
Sehari sebelumnya tanggal 22-11-2016 klien mengeluh mules dan mencret-
mencret > 4 kali dan malamnya mengeluh muntah-muntah > 2 kali kemudian
keesokan harinya tanggal 23-11-2016 dibawa ke Puskesmas Lanjas. Tingkat
kesadaran Composmentis.

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Tingkat kesadaran Composmentis, keadaan umum baik, masih mengeluh mules
dan mencret, lendir (-), darah(-).

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti
yang diderita klien saat ini.

4) Keadaan Kesehatan Lingkungan


Keluarga klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup
bersih.

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1) Keadaan Umum : baik

45
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,9 0C
Nadi : 120 X/menit. lemah dan teratur
Tekanan darah : 120/80 mmHg.
Respirasi : 24 x/menit
3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 24 x/menit. Trachea tidak ada
kelainan. Terdapat retraksi dada, napas dalam. Bentuk dada simestris.
(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 120 X/menit lemah dan teratur, tekanan darah 120/80 mmHg, Suhu
36,9 0C. Palpitasi tidak ada, clubbing fingger tidak ada. Suara jantung
normal. Edema : tidak ada.
(3) Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran : Composmentis.
GCS : Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Berorientasi (5)
Motorik : Mematuhi perintah sederhana (6)
Kepala dan wajah : tidak ada kelainan.
Mata : sklera putih, Conjungtiva dan membran mukosa
merah muda, pupil isokor.
Leher : tak ada kelaianan.
(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Pasien mengatakan sebelum ke Puskesmas Lanjas tadi ada BAK sekali.
(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik meningkat,
tidak kembung, diare (+).
(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai bebas (tidak terbatas)
Ekstrimitas : Tidak ada kelainan
Tulang Belakang : Tidak ada kelainan.
Warna kulit : Kuning kecoklatan.
Akral : Dingin.
Turgor : Baik.
Kulit & membran mukosa : kering
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.
TERAPI :

1. Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab


2. Antasid 500 mg 3 x 1 tab
3. Cotrimoksazole240mg3x1tab

46
ANALISA DAN SINTESA DATA
KEMUNGKINAN
NO D A T A MASALAH
ETIOLOGI
1. S: kehilangan sekunder terhadap Resiko tinggi terhadap defisit
Sehari sebelum ke puskesmas muntah dan diare volume cairan
klien mengeluh mules dan
mencret-mencret > 4 kali dan
malamnya mengeluh muntah-
muntah > 2 kali
Saat ini masih mengeluh
mules dan mencret
O:
Suhu : 36,9 0C, Nadi : 120
X/menit. lemah dan teratur,
keadaan umum baik, Turgor :
baik, Sejak datang di
puskesmas lanjas sampai
pengkajian dilaksanakan
belum ada BAK,Akral :
Dingin, Peristaltik
meningkat.
2. S: kram abdomen, diare dan Perubahan ketidaknyamanan
Sehari sebelum ke puskesmas muntah sekunder terhadap
lanjas klien mengeluh mules dilatasi vaskuler dan
dan mencret-mencret > 4 kali hiperperistaltik
dan malamnya mengeluh
muntah-muntah > 2 kali
sampai sekarang. masih
mengeluh mules dan mencret
O:
Peristaltik meningkat
3. S: kurangnya informasi Kurang pengetahuan tentang
O: kondisi,prognosis dan
Klien mengatakan kurang kebutuhan pengobatan
mengetahui tentang proses
penyakit dan diet yang harus
dilakukan.
4. S :klien mengeluh tidak gangguan absorpsi nutrien Perubahan nutrisi kurang dari
napsu makan kebutuhan tubuh

O:
Peristaltik meningkat.
5. S: Ancaman terhadap status Ansietas / Cemas
O: kesehatan
Peningkatan ketegangan,
distres dan ketakutan.
Perhatian pada diri sendiri
6. S: Terjadinya infeksi Resiko terjadi peningkatan
O: suhu (hipertermia)
Suhu : 36,9 0C

47
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
sekunder terhadap muntah dan diare
2. Perubahan ketidaknyamanan berhubungan dengan kram abdomen, diare dan
muntah sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorpsi nutrien.
5. Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap status kesehatan.
6. Resiko terjadi peningkatan suhu (hipertermia) berhubungan dengan terjadinya
infeksi.

48
RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA IMPLEMENTASI
NO TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap Tujuan : 1. Pantau tanda dan gejala 1. TD, suhu nadi dan 1. TD:120/80 mmhg
defisit volume cairan Volume cairan dan dehidrasi :. pernapasan sebagi indicator Suhu : 36,9C
berhubungan dengan elektrolit seimbang. o Kulit & membran mukosa kegagalan sirkulasi. Nadi : 120
kehilangan sekunder Kriteria hasil : kering. 2. Catatan masukan membantu x/menit
terhadap muntah dan Tidak ada tanda-tanda o Haus. mendeteksi tanda dini Respirasi:24
diare. dehidrasi: o Jumlah urine sedikit. ketidak seimbangan cairan. x/menit
1. Vital sign normal. o Suara parau. 3. Penimbangan berat badan BB:62 kg
2. Turgor kulit normal. 2. Pantau masukan, pastikan harian yang tepat dapat 2. Menganjurkan
3. Mukosa mulut basah sedikitnya 1500 ml cairan per mendeteksi kehilangan pasien
normal. oral setiap 24 jam. cairan. memperbanyak
4. Suara tidak parau. 3. Timbang BB klien. 4. Propulsi feses yang cepat minum,sedikit
4. Pertimbangkan kehilangan melalui usus mengurangi sedikit tapi
cairan tambahan yang absorpsi elektrolit. Muntah- sering.
berhubungan dengan muntah muntah juga menyebabkan 3. Menjelaskan
dan diare. kehilangan elektrolit. pentingnya
5. Rencanakan tujuan masukan 5. Deteksi dini memungkinkan masukan cairan
cairan untuk setiap pergantian ( terapi penggantian cairan bagi tubuh.
misal 1000 ml selama pagi segera untuk memperbaiki
hari, 1000 ml selama sore hari, defisit.
1000 ml selama malam hari). 6. Informasi yang jelas akan
6. Jelaskan tentang alasan-alasan meningkatkan kerjasama
untuk mempertahankan hidrasi klien untuk terapi.
yang adekuat dan metoda-
metoda untuk mencapai tujuan
masukan cairan.

49
50
2. Perubahan Tujuan : 1. Anjurkan Pasien mengatur 1. Dimaksudkan untuk 1. Menganjurkan pasien
ketidaknyamanan Klien merasa nyaman posisi terlentang dan pasang meningkatkan relaksasi otot GI tidur posisi telentang dan
berhubungan dengan Kriteria hasil : bantal penghangat di atas & mengurangi kram. memasang bantal
kram abdomen, diare 1. Kram abdomen. 2. Cairan dalam jumlah kecil penghangat diatas
dan muntah sekunder berkurang/hilang. 2. Anjurkan pasien minum air mengurangi rangsangan abdomen.
terhadap dilatasi 2. Diare putih hangat sedikit tapi mendadak pada lambung. 2. Menganjurkan pasien
vaskuler dan berkurang/hilang. sering. 3. Makanan yang mengandung makan makanan lunak
hiperperistaltik 3. Muntah 3. Instruksikan kepada pasien lemak atau tinggi serat dapat seperti bubur dan tidak
berkurang/hilang. untuk menghindari hal berikut meningkatkan peristaltik dan memakan makanan
o Makanan yang minuman dingin dapat pedas dan terlalu
mengandung lemak atau merangsang kram, sedangkan berbumbu.
tinggi serat (misal ; susu, minuman panas dapat 3. Menganjurkan pasien
buah). merangsang peristaltik dan makan sedikit tapi
o Minum dingin /panas. kafein dapat meningkatkan sering.
o Kafein (kopi). motilitas usus.

3. Kurang pengetahuan Tujuan : 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Tingkat pengetahuan pasien & 1. Menjelaskan kepada
tentang kondisi, pasien mengetahui pasien dan keluarga. keluarga merupakan indicator pasien tentang penyebab
prognosis dan kebutuhan kebutuhan perawatan di 2. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengetahui sejauh mana terjadinya diare dan cara
pengobatan rumah & prosedur yang tentang : klien memahami tentang mencegahnya.
berhubungan dengan harus dilakukan jika diare o Tanda-tanda dehidrasi & penyakitnya. 2. Menjelaskan pada pasien
kurangnya informasi. berulang. hal-hal penting yang 2. Untuk meningkatkan dan keluarga tanda-tanda
diperhatikan segera saat kemandirian pasien terutama dehidrasi dan cara
dehidrasi. setelah pulang ke rumah. pencegahannya.
o Menyeimbangkan cairan 3. Menganjurkan pada
yang diminum dan yang pasien untuk menjaga
keluar. kebersihan pada saat
o Menjaga kebersihan buang air.
daerah anal. 4. Menganjurkan pasien
o Cuci tangan yang benar untuk selalu mencuci
51
sebelum & setelah tangan sebelum dan
makan. sesudah makan.
4. Perubahan nutrisi kurang Tujuan : Kebutuhan 1. Memeriksa turgor kulit 1. mengetahui status nutrisi klien. 1. Turgor kulit pasien baik
dari kebutuhan tubuh nutrisi dapat terpenuhi. 2. Mengkaji status nutrisi dan 2. Untuk mengetahui tentang 2. Tidak terjadi dehidrasi.
berhubungan dengan Kriteria hasil : kebiasaan makan. keadaan dan kebutuhan nutrisi 3. Menganjurkan pasien
gangguan absorpsi 1. Turgor baik, intake klien sehingga dapat diberikan minum air sedikit tapi
nutrien. dapat masuk sesuai tindakan dan pengaturan diet sering.
kebutuhan, Berat yang adekuat.
badan dan tinggi 3. Anjurkan kaluarga klien untuk 3. Kepatuhan terhadap diet dapat
badan ideal. mematuhi diet yang telah mencegah komplikasi
2. Klien mematuhi diprogramkan. terjadinya
dietnya. hipoglikemia/hiperglikemia.

5. Ansietas berhubungan Tujuan : rasa cemas 1. Kaji tingkat kecemasan yang 1. Untuk menentukan tingkat 1. Memberikan penjelasan
dengan Ancaman berkurang/hilang. dialami oleh pasien. kecemasan yang dialami pasien tentang penyebab
terhadap status Kriteria Hasil : 2. Beri kesempatan pada pasien sehingga perawat bisa diare,dan cara
kesehatan. 1. Pasien dapat untuk mengungkapkan rasa memberikan intervensi yang menghindari terjadinya
mengidentifikasikan cemasnya. cepat dan tepat. dehidrasi.
sebab kecemasan. 3. Gunakan komunikasi 2. Dapat meringankan beban 2. Menganjurkan pasien
2. Emosi stabil, pasien terapeutik. pikiran pasien. dan keluarga untuk
tenang. 4. Beri informasi yang akurat melakukan kontrol ulang
3. Istirahat cukup. tentang proses penyakit dan 3. Agar terbina rasa saling jika obat habis atau bila
anjurkan pasien untuk ikut percaya antar perawat-pasien ada keluhan lain.
serta dalam tindakan sehingga pasien kooperatif 3. Mernganjurkan pasien
keperawatan. dalam tindakan keperawatan. dan keluarga untuk
4. Informasi yang akurat tentang membawa pasien ke
5. Berikan keyakinan pada penyakitnya dan keikutsertaan Rumah Sakit jika
pasien bahwa perawat, dokter, pasien dalam melakukan kondisi tambah
dan tim kesehatan lain selalu tindakan dapat mengurangi parah/memburuk.
berusaha memberikan beban pikiran pasien. 4. Menganjurkan pasien
pertolongan yang terbaik dan 5. Sikap positif dari timkesehatan untuk istirahat yang
seoptimal mungkin. akan membantu menurunkan cukup.
6. Menganjurkan pasien dan kecemasan yang dirasakan
keluarga untuk melakukan pasien.
52
kontrol ulang setelah obat
habis. 6. Mengetahui perkembangan
7. Menganjurkan pasien dan kondisi pasien.
kelurga untuk mengantar
pasien keRumah Sakit jika
7. Mencegah terjadinya
kondisi memburuk.
komplikasi lebih lanjut.

6. Resiko terjadi Tujuan : 1. Menganjurkan pasien dan Dengan suhu lingkungan hangat, 1. Menganjurkan pasien
peningkatan suhu Suhu tubuh normal keluarga untuk mengukur akan direspon pusat pengatur panas mengukur suhu tubuh.
(hipertermia) suhu tubuh. untuk menurunkan produksi panas 2. Menganjurkan pasien
berhubungan dengan 2. Menganjurkan pasien dan tubuh dan keluarga untuk
terjadinya infeksi keluarga untuk mengompres memberikan kompres
dengan air hangat jika suhu hangat jika suhu
meningkat. meningkat.
3. Berikan terapi obat anti 3. Menganjurkan pasien
infeksi sesuai advis. banyak minum.
4. Berikan antipiretik sesuai 4. Menganjurkan pasien
advis meminum obat sesuai
advis dokter.

Mengetahui Pembuat Laporan


Kepala UPT Puskesmas Lanjas

Dr.SURYA ANDI NS ENDAH HARIYANI, Amd.Kep

53
NIP.19760221 200604 1 011 NIP.19830427 200501 2 009

54
55

Vous aimerez peut-être aussi