Vous êtes sur la page 1sur 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruh seluruh
kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Menurut Stuart (2006), alam perasaan adalah
perpanjangan keadaan emosional yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehifupan
seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh sindroma depresif sebagian atau total dan
ditandai engan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari.

Gangguan alam perasaan depresi dapat disebabkan karena ketidakseimbangan elektrolit yaitu,
natrium dan kalium di dalam neuron (gibbsons, 1960) di kutip dari Townsend, M.C 1995).
Neurotransmitter yang ada di system syaraf pusat dan perifer juga memiliki implikasi pada
psikiatrik. Transmisi monoamin seperti neropinefrin, dopamine dan serotonin berimplikasi pada
etiologi gangguan emosi tertentu seperti gangguan alam perasaan: depresi dan mania. Norepinefrin
dan dopamine mempunyai implikasi menurunkan derajat depresi dan meningkatkan derajat mania
sedangkan serotonin memiliki implikasi menurunkan kadar depresi (Suliswati,2005).

Dari penjelasan di atas penting untuk kita ketahui mengenai terjadinya mania oleh karena
mania memiliki psikopatologi yang tidak jauh berbeda dengan depresi, sehingga berdasarkan
uraian-uraian di atas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep dasar asuhan keperawatan
dengan gangguan alam perasaan (mania) untuk menunjang pembelajaran pada sistem
neurobehavior II yang akan berguna dalam melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan
proses keperawatan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari gangguan alam perasaan ?

2. Etiologi dari gangguan alam perasaan ?

3. Patofisiologi dari gangguan alam perasaan?

4. Manifestasi klinis dari gangguan alam perasaan

5. Penatalksanaan Medis dari gangguan alam perasaan?

6. Pencegahan dari gangguan alam perasaan?

7. Komplikasi dari gangguan alam perasaan ?

8. Asuhan Keperawatan dari gangguan alam perasaan?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti seminar tentang gangguan alam perasaan ini peserta diharapkan mampu untuk
mengetahui, melaksanakan dan memahami gangguan alam perasaan beserta asuhan
keperawatannya

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi gangguan alam perasaan.

b. Mengetahui etiologi gangguan alam perasaan.

c. Mengetahui patofisiologi gangguan alam perasaan.

d. Mengetahui manifestasi klinis gangguan alam perasaan.

e. Mengetahui pemeriksaan diasnotik gangguan alam perasaan

f. Mengetahui penatalaksanaan gangguan alam perasaan.

2
g. Mengetahui komplikasi gangguan alam perasaan..

h. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan alam perasaan.

3
BAB II

PEMBAHASAN TEORI

2.1 Pengertian Mood

Perasaan suasana hati yang mewarnai seluruh kehidupan psikis seseorang dan
mempengaruhi seseorang dalam waktu yang lama. Misalnya seorang yang sedih malas untuk
berkomunikasi, makan, bekerja, dan sebagainya.

a. Menurut Stuart Laraia dalam Psychiatric Nursing (1998: 349);

Keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepribadian individu dan fungsi
kehidupannya. Hal ini berhubungan dengan emosi dan memiliki pengertian yang sama dengan
keaadaan perasaan atau emosi. Seperti aspek-aspek lain dalam kepribadian, emosi atau mood
berperan dalam proses adaptasi.

Ada empat fungsi adaptasi dari emosa yaitu bentuk komunikasi social, merangsang fungsi
fisiologis, kesadaran secara subjektif, dan mekanisme pertahanan psikodinamis.

b. Menurut John W.Santrok dalam Psychology The Science Of Mind And Behavior
(1991:490);

Gangguan alam perasaan adalah kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emosional
seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan (euphoria), dan gerak yang
berlebihan (agitation). Depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam
bentuk lain seoerti mania sebagai gangguan tipe bipolar.

c. Menurut Patricia D.Barry dalam Mental Healt And Mental Illness (998:302);

Gangguan mental efektif (gangguan alam perasaan) meliputi kondisi mental yang menyebabkan
perubahan alam perassaan seseorang (afek) atau keadaan emosional dalam periode waktu yang
panjang. Perubahan keadaan emosional tersebut dapat berupa depresi, kegembiraan atau
kombinasi dari berbagai siklus (tipe).

d. Buskist Gerbing dalam Psychology Boundaries And Frontiers (1990:548);

4
Gangguan mood dapat dirinciksn dengan depresi yang dalam, atau kombinasi dari depresi dan
gembira yang berlebihan. Dengan kata lain individu dengan kelainan mood selain depresi yang
mendalam dapat berupa periode elasi (keceriaan) dan depresi.

e. Menurut Clinton Nelson dalam Mental Healt Nursing Practice (1996);

Gangguan mental yang memperlihatkan perubahan suasana perasaan menonjol dan menetap dan
bersifat patologis. Sebagian besar gangguan alam perasaan berupa depresi dan mania. Alam
perasaan (mood) merujuk pada keadaan emosional internal dari individu, seperti saya merasa
bahagia, saya marah, saya merasa sedih. Affect merujuk pada tampilan luar dari ekspresi emosi
seperti mimic wajah, atau postur tubuh yang menunjukan perasaan sedih atau marah.

2.2 Rentang Respon Emosi

Emotional Reaksi supresi Supresi reaksi Mania atau depresi


responsive kehilangan kehlangan yang
yang wajar memanjang

Rentang respon emosi seseorang yang normal bergerak secara dinamis. Tidak merupakan suatu
titik yang statis dan tetap. Dinamis tersebut dipengaruhi oleh berbagai factor seperti
organobiologis, psikoedukatif, sosiokultural. Pada klien yang mengalami gangguan alam perasaan,
reaksinya cenderung menetap dan memanjang. Tetapi hal tersebut juga sangat tergantung pada
tipe gangguan alam perasaannya. Apakah termasuk tipe manic, depresi, atau kombinasi dari
keduanya. Rentang respon emosi bergerak dari emotional responsive sampai mania/depresi
dengan cirri-ciri sebagai berikut:

a. Responsive

Klien lebih terbuka, menyadari perasaannya, dapat berpartisipasi dengan dunia internal (meahami
harapan dirinya) dan dunia eksternal (memahami harapan orang lain).

b. Reaksi kehilangan yang wajar

5
Klien merasa bersedih, kegiatan sehari-hari klien berhenti (misalnya bekerja, sekolah) pikiran dan
perasaan klien lebih berfokus pada diri sendiri tetapi seuma hal tersebut berlangsung hanya
sementara.

c. Supresi

Merupakan tahap awal diman coping individu termasuk maladatif, klien menyangkal perasaannya
sendiri, klien berusaha menekan atau mengalihkan perhatiannya terhadap lingkungan. Apabila fase
ini berlangsung terus menerus (memanjang) maka hal tersebut dapat mengganggu individu.

d. Depresi

Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak
bersemangat, perasaan tidak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal,
tidak beminat terhadap ADL sampai ad aide bunuh diri.

2.3 Tipe Gangguan Alam Perasaan

Secara garis besar tipe gangguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: mood episode, depressive
disorder, dan biopolar disorders.

a. Mood episode

1) Mayor depressive episode

Untuk diagnosis kelompok ini, terdapat 5 atau lebih gejala-gejala yang ditampilkan selama periode
2 minggu dan menampilkan perubahan fungsi dari fungsi sebelumnya paling sedikit dari gejala
tersebut adalah salah satu dari 2 hal berikut yaitu perasaan depresif dan kehilangan ketertarikan
terhadap kesenangan (pleasure). Tanda secara lengkap adalah sebagai berikut:

a) Perasaan depresif lebih banyak dalam sehari, hamper setiap hari yang diindikasikan
berdasarkan data subjektif atau hasil observasi.

b) Menurunnya secara nyata minat terhadap kasenangan, hampir semua aktivitas dalam sehari
atau hamper setiap hari.

c) Kehilangan berat badan yang berarti meskipun tidak diet.

6
d) Kesulitan tidur (insomnia) atau tidur yang berlebihan (hypersomnia).

e) Terjadi peningkatan aktivitas psikomotor (psychomotor agitation) atau perlambatan motorik


(retardation) hamper setiap hari.

f) Kelelahan atau kehilangan energi hamper setiap hari.

g) Perasaan- perasaan tidak berharga atau berlebihan atau perasaan berdosa yang berlebihan
hampir setiap hari.

h) Berkutangnnya kemampuan untuk berfikir atau konsentrasi, atau perasaan ragu-ragu hampir
ssetiap hari.

i) Terus menerus berfikir tentang kematian, berulangnya ide-ide untuk bunuh diri tanpa
perencanaan untuk palaksanaan bunuh dirinya.

2). Manic Episode

Manic episode ditandai dengan periode gangguan yang nyata dan peningkatan secara menetsp,
meluap-luap atau mood yang mudah terangsang (irritable) selama 1 minggu ( atau beberapa
periode saat di rumah sakit juga penting). Selama periode gangguan, 3 atau lebih gejala-gejala
berikut telah menetap dan telah nampak dalam tingkat yang berarti :

a) Melambungnya harga diri atau Grandoisity.

b) Menurunnya kebutuhan untuk tidur.

c) Lebih banyak bicara dibandingkan biasanya atau ada dorongan yang kuat untuk barbiacara.

d) Ide yang meloncat (fligh of ideas) atau pengalaman subjektif bahwa ia berfikir meloncat.

e) Perhatian yang mudah teralih (distractibility).

f) Peningkatan dalam perilaku yang bertujuan atau agitasi psikomotor.

g) Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang berpotensi untuk
mengakibatkan cedera.

Pada saat episode manic dimulai, penampilan klien menjadi meningkat, tidak rapi, lebih cepat
secara fisik, dalam intelektual, dan emosional. Klien menjadi meningkat dalam aktivitas (restless)

7
dan agresif. Aspek id terlihat berlebihan, dan aspek super ego cenderung dilarang. Klien berfikir
cepat dengan demikan ia menjadi mudah terlatih perhatiannya (distractibility). Hal ini
memyebabkan adanya ide yang meloncat-loncat (fligh of ideas). Mood klien menjadi gembira
yang berlebihan (euphoria) dan berganti menjadi exaltation (gembira berlebihan yang disertai
hiperaktivitas motorik) dan akhirnya mencapai puncaknya menjadi gelisah dan sangat gaduh.
Klien dalam keadaan ini tidur dan makan sangat sedikit, kehilngan berat badan yang sangat cepat
ia dapat memukul apa saja apabila dicegah menjadi marah.

3) Tipe lainnya (other)

Tipe lain dari episode mood meliputi mixed episode dan hypomanic episode. Pada mixed episode,
kriterianya merupakan perpaduan antara manic episode dan mayor depressive episode. Sedangkan
pada hypomanic episode sacara jelas menunjukan meningkatnya mood yang berbeda dari mood
nondepresif yang biasa tetapi tidak dikelompokkan sebagai episode manik.

b. Depressive Disorders

1) Mayor Depressive Disorders

a) Mayor depressive disorders dapat berupa episode berulang atau episode tunggal. Hal ini
dapat juga memiliki gambaran khusus seperti adanya penampilan diam, melamun (catatonic) atau
melakolik atau menyertai kejadian post partum.

b) Klien mengalami mayor depressive berbicara menjadi lambat, berhenti bicara (halting)
cemas dan klien menjadi menyalahkan diri sendiri. Pada tipe episode depresuf gerakan klien
menjadi lambat untuk duduk dikursi, kaku (rocking back), suara mengerang sedih (moaning
dejectedly), dan lebih banyak duduk di lantai atau tempat tidur. Klien secara langsung bersikap
agresi ke dalam dirinya sendiri dan kadang-kadang menyalahkan diri sendiri, perasaan berdosa,
dan bersalah didunianya. Kesengsaraannyasangat mendalam, selanjutnya setelah periode ini klien
dapat mencoba bunuh diri.

2) Dysthymic Disorder

Dalam diagnostic and statistical manual of mental disorders, kondisi kelompok ini dikenal dengan
depresi neurois (neurotic depression ) kondisi ini ditandai dengan mood yang terdepresi dalam
sebagian besar hari. Dua atau lebih gejala depresi berikut dapat ditampilkan : menurunnya napsu

8
makan (poor appetite) kelelahan yang sangat (low energy level or fatigue), susah tidur berlebihan
(insomnia or excessive sleeping), harga diri rendah (low self esteem), kesulitan konsentrasi atau
kesulitan membuat keputusan ( poor concentration or difficulty making decision) dan perasaan
putus harapan (feeling hopelessness).

c. Bipolar Disorders

1) Bipolar Disorders

klien dengan tipe bipolar mendemonstrasikan kekuatan, meluap-luap dan menggambarkan siklus
irama mood. Bentuk yang ditemukan dalam tipe gangguan mental ini adalah kapanpun mengalami
keadaan meluap-luap selama waktu satu mingu atau satu bulan.

2) Cyclothymic Disorders

Individu dengan kelainan ini cenderung untuk mengalami irama mood diantara keriangan dan
depresif.

2.4 Perbedaan Mania dan Depresi

Kedua hal ini merupakan respon emosi yang mal adaptif berat dan dapat dikenal melalui intensitas,
rembetan, terus-menerus dan pengaruhnya pada fungsi sosial dan fisik individu. Istilah depresi
dipakai untuk tanda dan gejala keadaan klinik sesungguhnya.

Gangguan alam perasaan menurut DSM III R. Dibagi dalam dua kategori (dikutip dari Wilson
dan Kneisl,1987,hlm 428) yaitu :

1. Gangguan bipolar :

a) Gangguan bipolar (campuran manik,depresi).

b) Siklotimia.

2. Gangguan depresi

a) Major depresi ( satu episode,berulang).

9
b) Distimia.

2.5 Gejala Gangguan Mood Depresi

Gangguan depresi ditandai perasaan sedih yang berlebihan,murung,tidak bersemangat,merasa


tidak di hargai,merasa kosong dan tidak ada harapan,berpusat pada kegagalan dan menuduh
diri,dan di sertai ide dan pikiran bunuh diri.klien tidak berminat pada pemeliharaan diri dan pada
aktivitas sehari-hari.

Gangguan mania ditandai oleh perasaan hati yang meningkat,meluas dan mudah
tersinggumg klien tidak mengenal lelah,hyperaktif dan pada keadaan yang berat disertai panik
yaitu perilaku yang tidak terkontrol.

Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan ( afektif,mood) yang di
tandai kemurungan,kesedihan,kelesuan,kehilangan gairah hidup,tidak ada semangat dan merasa
tidak berdaya,perasaan bersalah atau berdosa dan tidak berguna dan putus asa.gejala lain yang
sering menyertai gangguan mood adalah:

a) Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun

b) Nafsu makan dan berat badan menurun

c) Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan)di sertai mimpi-mimpi yang tidak

menyenangkan,misal: mimpi orang yang sudah meninggal.

d) Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerakan motorik).

e) Hilang perasaan senang,semangat,minat dan meninggalkan hobby.

f) Kreatifetas dan produktifitas menurun.

g) Ganggua seksual (libido menurun)

h) Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri.

10
Bila seseorang lebih rentan untuk menderita depresi di bandingkan orang lain,biasanya yang
bersangkutan mempunyai corak kepribadian sendiri. (diri kepribadian depresif,)

dengan ciri-ciri:

a) Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan kawatir, irritable, tegang dan
agitatif.

b) Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri mudah mengalah dan lebih senang untuk
berdamai, menghindari konflik atau konfrontasi merasa gagal dalam usaha atau sekolah lamban,
lemah, lesu, atau sering mengeluh sakit ini dan itu.

c) Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat menarik diri lebih suka menyisih sulit ambil
keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu.

d) Suka mencela, mengeritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan mekanisme pertahanan
penyangkalan.

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

ALAM PERASAAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor presdisposisi,perubahan


perilaku,sumber stressor,mekanisme koping,sumber koping dan penilaian stressor.

A. Faktor predisposisi dan presipitasi

1. Faktor predisposisi

Beberapa teori di temukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan.Faktor predisposisi yang
dapat menyebabkan gangguan alam perasaan adalah:

a. Faktor genetik.

Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan mulai garis keturunan.

b. Teori agresi berbalik pada diri sendiri.

Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri.

c. Teori kehilangan.

Menunjukkan adanya perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang di cintai.

d. Teori kepribadian.

12
Mengambarkan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah mempengaruhi
kepercayaan dan penilaian terhadap stressor.

e. Teori kognitif

Mengemukakan bahwa depresi adalah masalah kognitif yang di dominasi oleh penilaian negatif
terhadap diri sendiri,lingkungan dan masa depan.

f. Model ketidak berdayaan yang dipelajari

Mengemukakan bahwa bukan trauma yang menghasilkan depresi,tetapi keyakinan individu akan
ketidakmampuanya mengontrol kehidupanya.

g. Model perilaku

Belajar dari pengalaman belajar di masa lalu,depresi di anggap terjadi karena kurangnya
reinforcement positif selama berinteraksi dengan lingkungan.

h. Model biologi

Menggambarkan perubahan kimiawi di dalam tubuh yang terjadi pada keadaan depresi,termasuk
defisiensi dari katekolamin,tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi cortisol.

i. Masalah dalam bounding and attachment dan genetic

Gangguan ikatan antara ibu dan anak (mother-child bounding) pada usia dini, sangat penting dalam
terjadinya keadaan patologis pada perkembangan kepribadian dikemudian hari. Bila seorang ibu
, menderita depresi maka peran dan fungsinya sebagai ibu akan terganggu , yang
mengakibatkan relasi patologik pada anak .

2. Faktor presipitasi

Ada empat faktor yang menyababkan gangguan alam perasaan :

a. Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan,termasuk kehilangan cinta


seseorang,fungsi tubuh,status atau harga diri.

b. Banyaknya peran dan konflik peran mempengaruhi berkembangnya depresi terutama pada
wanita.

13
c. Kejadian penting dalam kehidupan,sering kali sebagai keadaan yang mempengaruhi episode
depresi dan mempunyai dampak pada individu untuk menyelesaikan masalah.

d. Sumber koping termasuk status sosial ekonomi,keluarga,hubungan interpersonal dan


organisasi kemasyarakatan.

B. Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang di gunakan pada reaksi berduka yang tertunda adalah penyangkalan dan
supresi yang berlebihan untuk menghindari distress hebat yang berhubungan dengan berduka.
Pada depresi menggunakan mekanisme denial, represi, supresi dan disosiasi. Mania merupakan
cerminan dari depresi walaupun perilajunya tidak sama namun dinamika dan mekanisme koping
yang digunakan saling berhubungan.

C. Perilaku.

Pasien mania sering tidak mengeluh gejala-gejala mereka. Beberapa pasien merasa terlalu senang
dan gembira sehingga tidak mengeluh; pasien lainnya angitasi dan tidak senang tetapi
memperhatikan perilaku yang berlebihan. Pada pasien depresi cukup banyak yang mengeluhkan
depresinya, tetapi ada juga yang tidak mengeluh.Perilaku yang berhubungan dengan depresi
(Stuart & Sundeen, 1995 hal. 215)

Afektif Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan


ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus asa, merasa
sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.

Kognitif Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi, hilang


perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak
diri, rasa tidak menentu, pesimis.

Fisik Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan,


konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada,
over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan,
gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.

14
Tingkah laku Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas,
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable,
berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.

D. Sumber koping

Sumber yang dapat menjadi individu yaitu keluarga,sekelompok sosial, status sosial-ekonimi, dan
lingkungan. Kurangnya sistem pendukung tersebut dapat meningkatkan stress personal.

3.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada gangguan alam perasaan dipahami adanya konsep yang saling
berkaitan antar kecemasan,konsep diri dan bermusuhan.

Berikut ini diagnosa keperawatan primer Nanda :

a. Ketidak berdayaan

b. Berduka disfungsional

c. Keputusasaan

d. Resiko tinggi terhadap cedera

e. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

f. Defisit perawatan diri

g. Gangguan pola tidur

h. Resiko mencederai diri

Contoh diagnosa keperawatan lengkap :

15
a. Inefektif koping individu/tidak efektif koping individu berhubungan dengan di dapatkan
pasangan yang menyeleweng,yang di manifestasikan dengan keadaan euphoria,hiperaktif
gangguan mengemukakan pendapat.

b. Disfungsi proses berduka berhubungan dengan kematian pasangan yang dimanifestasikan


dengan kesedihan dan hilangnya perhatian pada kegiatan kejadian sehari-hari.

c. Distress spiritual berhubungan dengan kematian janin dalam kanduangan yang di


manifestasikan dengan menyalahkan diri sendiri,pesimis akan masa depan dan slalu menyalahkan
Allah.SWT

3.3 Perencanaan

Tujuan Umum :

Setelah tindakan perawatan diterapkan, klien dapat berespon emosional yang adaptif
No dan meningkatkan rasa puas serta senang yang dapat diterima oleh lingkungan.

Tujuan Khusus Rasionalisasi Tindakan

1 Klien terlindungi dari Klien dengan gangguan Rawat klien dirumah sakit
dari upaya alam perasaan berat bila ada resiko bunuh diri yang
mencederai diri berada dalam resiko tinggi tinggi
sendiri atau bunuh untuk melakukan bunuh
diri. diri

2 Klien mampu Perubahan lingkungan Secara terus menerus evaluasi


mengembangkan diri dapat melindungi klien, klien terhadap kemungkinan
mengurangi stress dan melakukan bunuh diri

16
memberikan sumber Bantu klien untuk dapat
pengembangan baru beradaptasi dengan lingkungan
barunya.

3 Klien mampu Klien depresi biasanya Lakukan pendekatan yang


membina hubungan enggan terlibat dalam hangat, menerima klien apa
terapeutik dengan hubungan terapeutik. adanya dan bersifat empati
perawat . Diperlukan cara agar klien
Mawas diri dan dapat
dapat menerima dan
mengendalikan perasaan dan
bertahan dalam hubungan
reaksi diri perawat sendiri
terapeutik.
(misalnya rasa marah, frustasi
dan empat)

4 Klien Klien depresi mempunyai Tunjukkan respon emosinal


mampu mengenali kesulitandalammengident dan menerima klien.
dan mengekspresikan ifikasi dan
. Gunakan kemampuan
emosinya mengekspresikan
berkomunikasi.
perasaannya.
Berikan respon empati
dengan berfokus pada perasaan
bukan pada kenyataan yang
terjadi.

Mengaku kesedihan klien dan


berikan harapan

Bantu klien untuk


mengekspresikan perasaannya.

Bantu klien untuk


mengekspresikan perasaan
marahnya dengan tepat

17
Bantu klien untuk menurunkan
tingkat kecemasannya :

1. Sediakan waktu untuk


berdiskusi dan bina hubungan
yang sifatnya supportif.

2. Beri waktu untuk klien


berespon.

3. Beri perawatan individu


sebagai manusia layaknya.

5 Klien mampu Memodifi memodifikasi Diskusikan tentang masalah


memodifikasi pola pola kognitif yang negatif yang dihadapi klien tanpa
kognitif yang negatif akan membantu memintanya untuk
meningkatkan menyimpulkannya.
pengendalian
Identifikasi pemikiran yang
diri, tingkah laku dan
negatif dan Bantu untuk
perubahan harga diri
menurunkannya melalui
interupsi atau substitusi.

Bantu klien untuk


meningkatkan pemikiran yang
positif.

Evaluasi ketepatan persepsi


klien, logika dan kesimpulan
yang dibuat klien.

Identifikasi persepsi klien


yang tidak tepat, penyimpangan
dan pendapatnya yang tidak
rasional

18
Bantu klien untuk dapat
merubah tujuan yang tidak
realistis ketujuan yang realistis.

Kurangi tujuan-tujuan yang


tidak mungkin dicapai.

Kurangi penilaian klien yang


negatif terhadap dirinya.

Bantu klien untuk menyadari


nilai yang dimilikinya atau
perilakunya dan perubahan yang
terjadi.

6 Klien mampu untuk Penampilan prilaku yang Beri tanggung jawab untuk
aktif mencapai tujuan baik akan melakukan terapi tindakan yang
yang realistik mengurangi/menghilangk terorientasi.
an perasaan tak berdaya
Beri dorongan kepada klien
dan putus asa.
untuk melakukan kegiatan
secara teratur atau beri
kebebasan melakukan kegiatan
sehingga energi klien dapat
disalurkan.

Persiapkan program yang


dapat dilakukan dengan baik.

Tetapkan tujuan yang realistis,


relevan dengan kebutuhan klien
dan minatnya serta difokuskan
pada kegiatan yang positif.

19
Fokuskan kegiatan pada
saat ini, bukan kegiatan pada
masa lalu atau masa dating

Beri pujian jika klien


berhasil melakukan kegiatan
atau penampilannya bagus

Pertahankan penampilan atau


kegiatan jika mungkin.

Buat jadwal exercise fisik


dalam rencana keperawatan.

7 Klien mampu untuk Sosialisasi akan Kaji kemampuan klien


melakukan hubungan mengurangi kesempatan untuk bersosialisasi dan
interpersonal untuk menarik diri dan dukungan yang diperlukan serta
akan meningkatkan harga minat klien
diri, melalui pemanfaatan
Diskusikan sumber social
dari dukungan lingkunagn
yang ada dan dapat digunaka.
yang tepat dan menerima.
Tunjukkan kemampuan
bersosialisi yang efektif.

Gunakan role play dalam


melakukan interaksi social.

Beri umpan balik dan


pujian terhadap kemampuan
klien dalam melakukan
hubungan interpersonal yang
efektif.

Beri dorongan kepada klien


untuk meningkatkan hubungan

20
sosialnya dalam lingkungan
yang lebih luas.

Beri dorongan dengan penuh


kekeluargaan terhadap respon
emosional klien yang adaptif.

Beri dukungan dan libatkan


dalam terapi keluarga dan terapi
kelompok jika diperlukan.

8 Klien mampu Perawatan fisik dan terapi Lengkapi pengkajian tentang


meningkatkan somatic diperlukan untuk kesehatan fisiologi klien.
kesehatan fisik dan mengatasi perubahan fisik
Bantu klien untuk memenuhi
kesejahteraannya. yang terjadi karena
kebutuhan perawatan diri
gangguan alam perasaan
terutam kebutuhan nutrisi, dan
kebersihan diri.

Anjurkan klien untuk dapat


melakukan pemenuhan
kebutuhan perawatan diri secara
mandiri jika memungkinkan.

Berikan terapi pengobatan.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari penjelasan di ataas dapat disimpulkan bahwa Alam perasaan adalah keadaan emosional yang
berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang.

Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain itu juga
ditandai oleh kehilangan minat atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi yang di
sebabkan oleh.

Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel tak dapat
berfikir sehat atau kejam pada saat khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar dan pada cinta
pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal ini
langkah per tama depresi jika luka itu direnungkan terus-menerus akan menyebabkan kekesalan
dan keputusasaan.

4.2. Saran

22
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan segala tindakan dalam menangani masalah
keperawatan khususnya dalam menangani kasus gangguan alam perasaan.Sehingga memberikan
nilai positif yaitu sebagai perawat profesional yang memberikan perawatan secara berkualitas

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC
Keliat, B.A. (2005). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Marilynn E. Doenges. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran : EGC.

23

Vous aimerez peut-être aussi