Vous êtes sur la page 1sur 13

Askep Persalinan Normal

Pengertian

Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang
dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.
(Prawirohardjo, 2001).
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. (Prawirohardjo,
2001).
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2001).
Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat
hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :
@. Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi
dalam 2 fase : Fase Laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan Fase aktif (7 jam) serviks membuka
dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama Fase aktif.
@. Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2
jam pada primi dan 1 jam pada multi.
@. Kala III : Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit.
@. Kala IV : Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

Etilogi

Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti/jelas. Terdapat beberapa
teori antara lain : (Rustam Muchtar, 1998).
(1) Penurunan kadar progesteron :
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya Estrogen meninggikan kerentanan otot
rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar Progesteron dan Estrogen di da;lam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteron menurun sehingga timbul his.

(2) Teori oxytocin :


Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.

(3) Keregangan otot-otot :


Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya
bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot
rahim makin rentan.
(4) Pengaruh janin :
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada
anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.

(5) Teori Prostaglandin :


Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan.
Hasil dari percobaab menunjukkan bahwa Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intra vena,
intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di
sokong dengan adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer
pada ibu-ibu hamilsebelum melahirkan atau selama persalinan.

Manifestasi klinis

Ketuban pecah sebelum waktunya


Kehamilan post-matur & postmaturitas
Tidak adanya kemajuan dalam persalinan
Denyut jantung yg abnormal
Kelainan posisi janin
Kembar
Distosia bahu
Prolapsus korda umbilikalis
Emboli cairan ketuban
Perdarahan rahim

PENATALaKASAAN MEDIS

Penanganan Retensio Plasenta


1.     Resusitasi, pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV – line dengan kateter yang
berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid ( sodium klorida isotonic atau
larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan ). Monitor jantung, nadi,
tekanan darah dan saturasi oksigen. Tranfusi darah apabila diperlukan yang
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2.     Drips Oksitosin ( oxytocin drips ) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl
0,9% ( normal saline ) sampai uterus berkontraksi.
3.     Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips
oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4.     Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual
plasenta adalah perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio
plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti
forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir,
tali pusat putus.
5.     Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan
dengan tang ( cunam ) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya
pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di
rumah sakit dengan hati – hati karena dinding rahim relative tipis dibandingkan
dengan kuretase pada abortus.
6.     Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat
uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7.     Pemberian antibiotika apabila ada tanda – tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi
sekunder.

Komplikasi

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di
banyak negara berkembang, yaitu :
1. Perdarahan pasca persalinan
2. Eklampsia
3. Sepsis
4. Keguguran
5. Hipotermia

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian


neonatus, yaitu:
1. Hipotermia
2. Asfiksia

Patofisiologi

Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus terus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah – pembuluh darah yang melebar tadi
tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi tterus menerus. Trauma jalan lahir
seperti epiotomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan
perdarahan karena terbukanya pembuluh darah. Penyakit pada darah ibu misalnya 
afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak adanya atau kurangnya fibrin untuk
membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan
postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock
hemoragik.

Pemeriksaan Diagnostik
 Pemerikaaan darah lengkap
o Hb normal = 11,4 – 15,1 gr/dl
o Golangan darah = A,B,AB & O
o Faktor RH = +/-
o Waktu pembekuan

 Protein Urine

 Urine reduksi

Diagnosa keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan,penggunaan energi berlebihan

2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi rahim & regangan pada jaringan

3. Penurunan cardiak out put berhubungan dengan peningkatan kerja jantung sekunder
penggunaan energi berlebih.

Intervensi
1. Pola napas tidak efektif b.d penggunaan energi berlebihan

Tujuan
Pola napas tidak terganggu/kembali efektif.

Intervensi :
o Observasi TTV selama jalannya persalinan
Rasional : Deteksi dini keadaan klien sehingga dapat dilakukan tindakan secara
tepat & cepat.

o Dampingi klien & berikan dorongan mental selama perslinan


Rasional : Mengurangi kecemasan sehingga klien dapat mengatur pernapasan scr
benar.

o Ajarkan tehnik pernapasan yg benar saat kontraksi


Rasional : Meningkatkan cadangan oksigen & tenaga
o Ajarkan cara mengedan yg benar
Rasional : Agar klien dpt menghemat energi & melahirkan bayinya dng cepat.

2. Nyeri b.d kontraksi rahim & regangan jaringan

Tujuan
Nyeri berkurang/hilang.

Intervensi :
o Observasi skala nyeri dng skala 1 – 10, intensitas & lokasi
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri & ketergantungan klien serta kualitas nyeri

o Ajarkan tehnik relaksasi & menarik napas panjang


Rasional : Meningkatkan relaksasi & rasa nyaman

o Berikan penjelasan ttg penyebab nyeri & kapan hilangnya


Rasional : Meningkatkan pengetahuan sehingga mengurangi kecemasan,klien
menjadi kooperatif

o Ajarkan cara mengedan yg benar jika pembeukaan sudah lengkap


Rasional : Mengurangi kelelahan & mempercepat proses persalinan.

o Anjurkan klien u/ istirahat miring kiri jika tdk sedang kontraksi


Rasional : Mengurangi penekanan vena cava, meminimalkan hipoksia jaringan.

3. Penurunan Cardiak output b.d peningkatan kerja jantung

Tujuan
Cardiak out put dalam batas normal, TD= 120/80 mmHg,Nadi=80 x/mnt

Intervensi
o Observasi TTV
Rasional : Mengetahui perkembangan/perubahan yg terjadi pada klien

o Observasi perubahan sensori


Rasional : Mengetahui ketidak adekuatan perfusi cerebral.

o Observasi penggunaan energi & irama jantung


Rasional : Mengetahui tingkat ketergantungan klien.

Daftar Pustaka

Bagian Obstetri & Ginekologi,FK.Unpad. 1993. Obstetri. Elstar. Bandung.


Carpenito,Lynda Juall. 2001 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. ed.8.EGC. Jakarta
Prawiro Harjo. 1995. Bedah Kebidanan. Bina Pustaka. Jakarta

BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Di bawah ini
dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus.
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar
uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram atau usia
kehamilan kurang dari 28 minggu (Eastman, 1994).
Abortus ada’ah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaita fetus belum
viable by law (Jeffcoat, 1990).
Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentasi belum selesai
(Holmer, 1994).

B. Etiologi
Terlampir di rental Hikari.

C. Patofisiologi
Pada abortus terjadi perdarahan dalam aesidua basalls diikuti oleh terjadinya nekrosis jaringan
sekitarnya, ini menyebabkan hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya terlepas, hal ini akan
menyebabkan uterus berkontraksi yang akhirnya mengeluarkan isi rahim.
Sebelum minggu ke 8 biasanya hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya. Karena villichorialis belum
menanamkan diri dengan erat ke dalam decidua. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi
chorialis menembus decidua lebih dalam, sehingga umumnya placenta tidak dilepaskan secara
sempurna sehingga timbul banyak perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah
janin, disusul dengan pengeluaran placenta secara lengkap yang telah terbentuk. Perdarahan tak banyak
bila placenta terlepas secara lengkap, telur yang lahir dengan abortus mempunyai beberapa bentuk :
ada kalanya berupa telur kosong (bilighted ovum) yang berbentuk kantong amnion berisi air ketuban
tanpa bentuk yang jelas mungkin janin lahir mati atau dilahirkan hidup.
Kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah berkesempatan membeku antara decidua dan
chorion maka terbentuklah mola cruenta. Bila darah beku tersebut sudah seperti daging akan menjadi
mola carnosa. Mola tuberose bentuk yang memperlihatkan benjolan-benjolan yang disebabkan
hematom-hematom antar amnion dan chorion.
Janin yang mati bila masih sangat kecil dapat diabsorbsi dan hilang, bila sudah agak besar maka cairan
amnion diabsorbsi hingga janin tertekan (Foutes Compressus). Kadang-kadang janin menjadi kering,
mengalami murnifikasi hingga menyerupai perkamen (Foetus Papyraceus). Kemungkinan janin yang
tidak cepat dikeluarkan terjadi naserasi : kulit terlupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena berisi cairan dan tubuh janin kemerah-merahan.

D. Klasifikasi
Abortus dibagi atas 2 (dua) golongan :
1. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis. Semata-
mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
2. Abortus provokatus (Induced Abortion)
Adalah abortus yang disengaja baik dengan memakai obat maupun alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis / perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 dokter
ahli).
b. Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak ilegal atau tidak berdasarkan indikasi
medis.
Abortus spontan dibagi atas :
a. Abortus Kompletus (keguguran lengkap)
Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus) sehingga rongga rahim kosong.
b. Abortus Inkompletus (keguguran bersisa)
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua (placenta)
c. Abortus Inciepiens (keguguran sedang berlangsung)
Abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan
tidak dapat dipertahankan lagi.
d. Abortus Iminens (keguguran membakat)
Keguguran membakat dan akan terjadi, dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dengan memberikan
obat hormonal dan antispasmodic serta istirahat.
e. Nissed abortion
Keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan
atau lebih.
f. Abortus habitualis
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 x atau lebih.
g. Abortus Infeksionus dan abortus septic
Adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran
darah atau peritoneum.

E. Manifestasi klinik
Terlampir di rental Hikari.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Ginekologi:
1. Inspeksi vulva
a. Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
b. Adakah disertai bekuan darah
c. Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
d. Adakah tercium bau busuk dari vulva
2. Pemeriksaan dalam spekulum
a. Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
b. Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
c. Apakah tampak jaringan keluar ostium
d. Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Pemeriksaan dalam
a. Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
b. Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
c. Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
d. Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
e. Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
f. Adakah terasa tumor atau tidak
g. Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

Pathways
Terlampir di rental Hikari.

G. Penanganan
1. Abortus Iminens
a. Istirahat baring
Merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah
ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanis.
b. Menerangkan pasien agar tidak gelisah dan khawatir
c. Semua pengeluaran dari vagina, pembalut wanita, kain yang terkena darah harus diperhatikan kepada
dokter atau petugas kesehatan untuk mengetahui apakah ada jaringan yang keluar dari vagina,
d. Membersihkan vulva minimal 2 x sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah infeksi.
e. Memberikan obat penenang biasanya 3 x 30 mg sehari dan preparat hernatinik misalnya : sulfas
farosus 600 – 1000 mg sehari.
f. Test kehamilan dapat dilakukan, bila negatif mungkin janin sudah mati.
g. Jangan melakukan klisma karena dapat merangsang kontraksi uterus. Apabila terjadi obstipasi dapat
diberikan laksan ringan dapat juga berbentuk Supositoria. Dianjurkan untuk menunggu 48 jam setelah
pasien membaik, baru merangsang peristaltic usus.
h. Denyut nadi dan suhu badan diperiksa 2 x sehari bila tidak panas, tiap 4 jam sekali jika pasien panas.
i. Dianjurkan untuk istirahat secara fisik dan mental dengan istirahat baring sampai 2/3 hari setelah
perdarahan berhenti.
j. Pemeriksaan dalam spekulum perlu untuk melihat kemungkinan adanya lesi cerviks.
k. Diet tinggi protein dan tambahan zat besi dan vitamin G.
1. Setelah lepas dari perawatan, pasien harus banyak istirahat, mengurangi kegiatan fisik, jangan dulu
mengangkat beban berat, menghindari kelelahan dan ketegangan jiwa, 2-3 minggu setelah lepas
perawatan jangan melakukan senggama. Bila terjadi perdarahan ulang segera istirahat baring dan lapor
segera ke petugas kesehatan.
2. Abortus Incomplete
a. Bila disertai syok karena perdarahan segera berikan infuse NaCl atau cairan ringer dilanjutkan dengan
transfuse!
b. Setelah syok teratasi lakukan kerokan untuk mengeluarkan sisa konsepsi.
c. Pasca tindakan diberi suntikan ergometrin 6,2 mg Intra muskuler,
d. Bila pasien dalam keadaan anemi beri obat hematinik, sulfas ferroscus dan vitamin C.
e. Diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
3. Abortus kompletus
a. Bila kondisi baik berikan ergometrin 3×1 tablet selama 3-5 hari.
b. Bila pasien anemi berikan hematinik, jika terlalu anemi bisa dipertimbangkan transfuse.
c. Antibiotik untuk cegah infeksi.
d. Dianjurkan makan makanan tinggi protein, vitamin, mineral.
4. Abortus incipiens .
a. Sebelum dokter mendiagnosis sebagai abortus Incipiens, maka harus ditangani sebagai abortus
Iminens, kecuali bila perdarahan banyak suntikan ergometrin 0,5 mg Intra muskuler, dan apapun yang
keluar dari vagina ditunjukkan pada dokter.
b. Apabila perdarahan tidak banyak dapat ditunggu terjadinya abortus spontan, pertolongan dalam
keadaan ini berlangsung dalam 36 jam. Morfin sangat berguna disamping menghilangkan rasa sakit
dapat merelaksasi cerviks sehingga memudahkan ekspulsinya hasil konsepsi.
c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu adalah dengan segera melakukan pengosongan uterus.
d. Pemberian infus oksitosin dapat mempercepat proses abortus. Digunakan pada kehamiian lebih dari
12 minggu karena biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya perforasi pada saat kerokan lebih
besar. Pemberian oksitosin 10 unti dalam 500 ml dekstrose 5 % dimulai 8 tetes / menit dinaikkan sesuai
kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit. Bila janin sudah keluar tetapi placenta masih tertinggal
sebaiknya pengeluaran placenta secara digital.
e. Bila perdarahan banyak dan pasien harus segera mendapatkan pertolongan dapat dilakukan
pengeluaran jaringan secara digital,
f. Bila dengan demikian masih tertinggal, harus dirujuk ke rumah sakit untuk tindakan pengosongan
uteri,
g. Pengosongan kavum uteri dapat dilakukan dengan kuret vakum / cunam abortus,
h. Suntikan ergometrin 0,5 mg Intra muskuler diberikan jika pengosongan uterus sudah selesai dilakukan
untuk mempertahankan kontraksi uterus.
5. Abortus infeksiosus dan abortus septic
a. Bila perdarahan banyak berikan transfusi dan cairan yang cukup.
b. Berikan antibiotik yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji kepekaan obat).
Berikan suntikan penisillin 1 juta tiap 6 jam berikan suntikan streptomycin 500 mg setiap 12 jam atau
antibiotik spectrum luas lainnya.
c. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotik atau lebih cepat bila terjadi perdarahan banyak
lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
d. Infuse dan pemberian antibiotik diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.
e. Pada abortus septic terapi sama saja hanya dosis dan jenis antibiotik ditinggikan dan dipilih jenis yang
tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.
f. Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan dilakukan bila keadaan umum
membaik dan panas reda.

H. Fokus intervensi
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan abortus ;
1. Resiko tinggi terjadi syok berhubungan dengan perdarahan abnormal.
Tujuan : tidak terjadi syok
Kriteria hasil:
a. TTV normal
b. Ekstremitas hangat
Intervensi Keperawatan :
Terlampir di rental Hikari.

2. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uterin


Tujuan : Nyeri hilang / berkurang
Kriteria hasil :
Terlampir di rental Hikari.
Intervensi:
a. Tentukan riwayat nyeri : lokasi, frekuensi, durasi, intensitas dan tindakan penghilang yang digunakan
(PQRST)
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung, aktifitas hiburan, musik, tertawa dll)
c. Evaluasi penghilangan nyeri ;
d. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi

3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prosedur pengobatan dan
penatalaksanaannya.
Tujuan : Cemas hilang / berkurang
Kriteria hasil:
a. Klien mengatakan cemas hilang / berkurang.
b. Klien mengetahui tentang penyakitnya, penyebab, tanda dan gejala, perjalanan penyakit dan tindakan
perawatan yang dilakukan.
Intervensi:
a. Kaji tingkat kecemasan klien
b. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Berikan informasi tentang penyebab, tanda, gejala, perjalanan penyakit dan tindakan pengobatan
yang dilakukan
d. Berikan informasi tentang pengobatan yang dijalani.
e. Berikan informasi yang adekuat tentang keadaan klien
f. Anjurkan keluarga untuk memberikan motivasi pada klien

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan perawatan diri berhubungan adanya jadwal adanya tindakan (tetap
bedrest selama 3 hari setelah perdarahan berhenti).
Tujuan : klien memenuhi perawatan diri secara mandiri
Kriteria hasil:
a. Klien menunjukkan peningkatan kebutuhan perawatan diri
b. ADL tanpa bantuan
Intervensi Keperawatan:
a. Kaji respon individu terhadap aktifltas.
b. Ukur nadi, tekanan darah, pernafasan, perdarahan, kontraksi uterus.
c. Kaji aktifitas maksimal individu dalam memenuhi kebutuhannya.
d. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan sehari-harinya.
e. Tingkatkan aktifitas secara bertahap.

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh Tujuan ; Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
a. Tidak ada tanda – tanda infeksi
b. TTV dalam batas normal
c. Hasil laboratorium dalam batas normal: lekosit
Intervensi:
a. Tekankan pada pentingnya hygiene personal.
b. Pantau TTV
c. Berikan perawatan dengan prinsip aseptic
d. Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi
e. Kolaborasi pemeriksaan : kultur
f. Kolaborasi pemberian antibiotic
g. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : lekosit
BAB III
TINJAUAN KASUS
Terlampir di rental Hikari.

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Doengoes, M. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Bagian Obstetri dan Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. (1998). Obstetri Patologi.
Bandung : Eistar.
Sumapraja, Witjaksono. (2007). Majalah Kesehatan Keluarga “Dokter Kita”. Jakarta : Dian Rakyat.
Mochtar. R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas s.d kurang pengetahuan

INTERVENSI KEPERAWATAN :
1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
a. Kaji kondisi status hemodinamika
R : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
b. Ukur pengeluaran harian
R : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang
pervaginal
c. Berikan sejumlah cairan pengganti harian
R : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
d. Evaluasi status hemodinamika
R : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik

2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi


Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
R : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk
menccegah kondisi klien lebih buruk
b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
R : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
R : Mengistiratkan klilen secara optimal
d. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
R : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
R : Menilai kondisi umum klien

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri


Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
R : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
R : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgetika
R : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun
sistemik dalam spectrum luas/spesifik

4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab


Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
R : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap
disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
R : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
R : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
d. Lakukan perawatan vulva
R :Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
R : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa
nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
f. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan
R : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi
perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko
infeksi pada pasangan.

5. Cemas s.d kurang pengetahuan


Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
R : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
R : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit
c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
R : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna
bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
R : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
e. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
R : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun
support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

Vous aimerez peut-être aussi