Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN

Konsep Medis
1. Pengertian
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang atau sama
dengan 2500 gram ( WHO )
Bayi barat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram ( sampai dengan 2499 gram )
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dibedakan dalam
:
1. BBLR berat badan lahir 1500 2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ), berat lahir < 1500 gram
3. Bayi berat lahir ekstrim rendah ( BBLER ), berta lahir < 1000 gram
Bayi dengan BBLR dibedaka menjadi 2 golongan :
1. Prematuritas murni yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan usia kehamilan
2. Dismaturitas yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk usia kehamilan, ini menunjukkan bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterine.

2. Etiologi

BBLR dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu :


1. Faktor ibu
a. Penyakit ibu
1) Toksemia gravidarum, yaitu pre eklamsi dan eklamsi
2) Perdarahan antepartum

1
3) Trauma pada masa kehamilan yaitu trauma fisik dan psikologis
4) Penyakit akut dengan gejala panas tinggi ( misalnya : tifus
abdominalis, malaria )
5) Penyakit kronis ( misalnya : TBC, penyakit jantung, DM )
6) Tumor ( misalnya : mioma uteri, sistoma )
7) Kelainan bentuk uterus
b. Usia
1) Usia ibu pada waktu hamil < dari 20 tahun atau > 35 tahun
2) Multigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat
c. Kejadian social ekonomi
2. Faktor janin
a. Kehamilan ganda
b. Hidramnion
c. Ketuban pecah dini
d. Cacat bawaan
e. Infeksi ( missal : rubella, sifilis, toksoplasmosis )
f. Insifisisensi plasenta
g. Inkompantibilitas darah ibu dan janin
3. Faktor plasenta
a. Plasenta previa
b. Solusio plasenta
4. Faktor faktor lain

3. Manifestasi Klinik
Berat badan < 2500 gram
Panjang badan < 45 cm
Lingkar dada < 35 cm,lingkar kepala < dari 33 cm
Masa gestasi < 37 minggu
Frekuensi pernafasan bervariasi terutama pada hari hari
pertama,walaupun demikian bila frekuensi nafas terus meningkat atau selalu
diatas 60x/menit harus Waspada terhadap kemunkinan terjadinya penyakit

2
membrane hialin ( syndrome gangguan pernafasan idiopatik ) atau gangguan
pernafasan karena sebab lain.
Kepala relative lebih besar daripada badan.
Kulit tipis transparan,lanugo banyak,lemak subkutan kurang.
Oksifikasi tengkorak sedikit,ubun ubun dan sutura lebar.
Genetalia im matur,desensus testikulorum biasanya belum sempurna.dan
labia minora belum tertutup sempurnaoleh labia mayora
Rambut biasanya tipis,halus dan teranyam,sehingga sulit terlihat satu persatu
Tulang rawan dan daun telinga belum cukup sehingga elastisitas daun
telinga masih kurang
Jaringan mamae belum sempurna,demikian pula putting susu belum
terbentuk dengan baik
Tangis lemah
Pernafasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnue
Otot masih hipotonik,sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai
dalam abduksi,sendi lutut dan sendi kaki fleksi dan kepala menghadap
kesatu jurusan
Tonic neck reflks biasanya lemah,refleks moro (+),refleks mengisap dan
menelan belum
sempurna demikian pula refleks batuk.
Bila lapar biasanya menangis,gelisah,aktifitas bertambah;bila dalam waktu 3
hari tanda kelaparan tidak terdapat kemungkinan besar bayi menderita
infeksi atau perdarahan intracranial.
Seringkali terdapat edema pada anggota gerak ,yang menjadi lebih nyata
sesudah 24 48 jam
Kulit tampak mengkilat dan licin,terdapat piting edema dapat berubah sesuai
perubahan posisi, edema biasanya berhubungan dengan DM dan toksemia
gravidarum

4. Patofisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin


pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia
transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor

3
pusat pernafasan agar lerjadi Primary gasping yang kemudian akan
berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama
kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak
tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai
dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan
frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas
(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita
asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan
bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama
dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3
berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa
glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan
hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan
menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan
terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi
fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya
sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung
dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan
tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru
dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.

4
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada
kehidupan bayi selanjutnya

5. Komplikasi

Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres


respirasi, penyakit membran hialin
Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan
darah
Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
Bronchopulmonary dysplasia, malformasi kongineta

6. Prognosis

Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram adalah
95 %, tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka
kematian yang tinggi. Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal,
enterokolitis nekrotikans, atau infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama
akan mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan
berat sesuai masa gestasi. Pada BBLR , makin imatur dan makin rendah berat
lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan
gangguan neurologik.

7. Pemeriksaan diagnostik

1) Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-


24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).

5
2) Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal
3) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan ).
4) Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
5) Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6) Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
7) Pemeriksaan Analisa gas darah

8. Penatalaksanaan

a. Penanganan bayi

Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator

b. Pelestarian suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam


mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C

Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana
suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang
minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka,
juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu

6
perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram

c. Inkubator

Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.


Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah

d. Pemberian oksigen

` Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi


preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan

e. Pencegahan infeksi

Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang


kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan
gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai
masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk
kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.

7
d. Pemberian makanan

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu


mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada
bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah
secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.

8
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1. Riwayat kehamilan
a. Mulai HPHT umur kehamilan < 37 minggu
b. Ibu menderita : hipertensi( toksemia gravidarum ), kelainan jantung, DM,
penyakit
c. Menular
d. Riwayat obstetric kurang baik
e. Kehamilan multigravida dengan jarak kelahiran < 2 tahun
f. Umur ibu < 20 tahun dan < 35 tahun
g. Nutrisi ibu kurang
h. Pemeriksaan/ pengawasan antenatal tidak teratur
2. Penentuan usia kehamilan
a. Usia kehamilan < 37 minggu , dengan pemeriksaan
b. Kepala relative lebih besar dari pada badan
c. Kulit tipis transparan,lanugo dan verniks caseosa banyak,lemak subkutan
kurang
d. Oksifikasi tengkorak sedikit,ubun ubun dan sututra lebar
e. Tulang rawan dan daun telinga belum matur sehingga kurang elastic
f. Gusi : makroglosia
g. Jaringan mamae belum sempurna,demikian pula putting susu belum
terbentuk dengan baik
h. Posisi masih posisi fetal ( dekubitus lateral )
i. Lipatanbawah kaki lebih sedikit.
j. Pergerakan kurang dan masih lemah ( tonus otot kurang )

9
k. Bayi laki-laki klitoris desensus testikulorum
l. Bayi perempuan belum tertutup labia mayora.
3. Pemeriksaan fisik
a. Antropometri: Berat badan < 2500 gr,panjang badan < 45 cm,lingkar dada
< 30
cm,lingkar kepala < 33 cm.
4. Neurosensori Pemeriksaan Refleks
a. Tubuh panjang,kurus,lemah dengan perut agak gendur
b. Ukuran kepala besar dengan hubungannya dengan tubuh,sutura mungkin
mudah
c. digerakkan,fontanel mungkin besar atau terbuka lebar.
d. Edema kelopak mata umum terjadi ,mungkin merapat ( tergantung usis
gestasi )
e. Refleks moro : komponen pertama dari refleks morro ekstensi lateral dari
ekstremitas atas dengan membuka tangan tampak pada gestasi minggu ke
28,komponen kedua fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar
yang tampak pada usia gestasi minggu ke 32.
f. Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara 24 37 minggu.
g. Refleks roting terjadi dengan baik pada gestasi 32 minggu,koordinasi
refleks untuk mengisap,menelan dan berfnafas biasanya terbentuk pada
gestasi minggu ke 32
h. Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputer
5. Sistem pernafasan
a. Frekuensi pernafasan bervariasi/ belum teratur terutama pada hari hari
b. pertama,pernafasan diagfragmatik intermiten atau periodic ( 40 60x/m)
c. Sering terjadi apnue
d. Refleks batuk lemah
e. Mengorok ,pernafasan cuping hidung,retraksi suprasternal atausubsternal
atau berbagai derajat sianosis mungkin ada

10
f. Adanya bunyi ampeles pada auskultasi , menandakan Respirasi Distress
Syndrome ( RDS )
6. Sirkulasi
a. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak yang dapat berubah sesuai
perubahan
b. posisi menjadi lebih nyata sesuadah 24 48 jam
c. Kulit tampak mengkilat dan licin
d. Pembuluh darah kulit banyak terlihat
7. Makanan / cairan
a. Refleks menelan masih lemah (kurang )
b. Refleks mengisap masih lemah
c. Kesulitan menyusui
8. Eliminasi
a. Urine Pada bayi 24 jam I < 15 20 cc, 26 hari < 200 cc ( fungsi
pemekatan urine
lemah)
b. Mekonium ( + )

2. Diagnosa Keperawatan

a. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler

b. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh
dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.

c. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).

d. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh


dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).

11
e. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.

f. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan.

g. Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya, perawatan yang
lama dan takut untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS

3. Intervensi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No. Diagnosa
Tujuan Perencanaan Rasional
Keperawatan
1. Tidak efektifnya Pola nafas a. Observasi pola a. Mengidentifikasi
pola nafas b.d efektif .Kriteria Nafas. frekuensi nafas
imaturitas fungsi Hasil : RR 30-60 b. Observasi b. Menilai jenis nafas
paru dn neuro x/mnt Sianosis frekuensi dan yang terjadi
muscular (-) Sesak (-) bunyi nafas c. Sianosis terjadi
Ronchi (-) c. Observasi akibat kekurangan
Whezing (- adanya O2
sianosis. d. Menilai jumlah
d. Monitor oksigen dalam
dengan teliti darah
hasil e. Memberikan O2
pemeriksaan yang cukup untuk
gas darah. otak
e. Tempatkan f. Membantu
kepala pada memenuhi
posisi kebutuhan O2
hiperekstensi. g. Memberikan udara
f. Beri O2 sesuai yang cukup bagi
program dokter klien

12
g. Atur ventilasi
ruangan tempat
perawatan
klien.
.
2 Tidak efektifnya Suhu tubuh
a. Observasi a. Bayi premature
termoregulasi b.d kembali
tanda-tanda biasanya hipotermi
imaturitas control normal.Kriteria
vital.
dan pengatur Hasil : Suhu 36-
b. Memberikan suhu
suhu dan 37 C. Kulit
b. Tempatkan yang cukup pada
berkurangnya hangat. Sianosis
bayi pada bayi
lemak subcutan (-) Ekstremitas
incubator.
didalam tubuh. hangat c. Memberikan suhu
c. Awasi dan atur yang pas untuk
control bayi
temperature
d. Terkadang bayi
dalam
dalam incubator
incubator
mengalami
sesuai
peningkatan suhu
kebutuhan.

e. Bayi hipotermi
d. Monitor tanda-
harus tetap dalam
tanda
incubator
Hipertermi.

f. Pakaian basah
e. Hindari bayi
mempengaruhi
dari pengaruh
proses
yang dapat
termoregulasi
menurunkan

13
suhu tubuh.

f. Ganti pakaian
setiap basah.

3. Resiko infeksi Infeksi tidak


a. Kaji tanda-tanda a. Melihat adanya
b.d defisiensi terjadi.Kriteria
infeksi. infeksi
pertahanan tubuh Hasil : Suhu 36-
(imunologi) 37 C Tidak ada
b. Isolasi bayi b. Menghindari
tanda-tanda
dengan bayi kontaminasi
infeksi. Leukosit
lain. dengan bayi lain
5.000 - 10.000
c. Cuci tangan c. Mencegah infeksi
sebelum dan silang dari
sesudah kontak pengunjung
dengan bayi.
d. Mencegah
d. Gunakan penularan terhadap
masker setiap bayi
kontak dengan
e. Karena imunitas
bayi.
bayi belum matur
e. Cegah kontak
f. Mencegah infeksi
dengan orang
lebih lanjut
yang terinfeksi.

g. Pemberian
f. Pastikan semua
antibiotic
perawatan yang

14
kontak dengan membantu system
bayi dalam pertahanan tubuh
keadaan
bersih/steril.

g. Kolaborasi
pemberian
antibiotic sesuai
program.

4. Resiko gangguan Nutrisi terpenuhi


nutrisi kurang setelahKriteria a. Observasi intake a. Mengidentifikasi
dari kebutuhan hasil : Reflek dan output. jumlah masukan
b.d hisap dan menelan dan haluaran
b. Observasi reflek b. Menilai keaktifan
ketidakmampuan baik Muntah (-)
hisap dan menelan bayi
mencerna nutrisi Kembung (-)
c. Membantu
menelan.
(Imaturitas BAB lancar Berat
memenuhi
saluran cerna) badan meningkat
c. Beri minum kebutuhan cairan
15 gr/hr Turgor
sesuai . bayi
elastis. d. Membantu
d. Pasang NGT memasukan intake
bila bayi
e. Menilai apakah
reflekprogram
bayi mentolerir
menghisap dan
masukan yang
menelan tidak
diberikan
ada.
f. Asi merupakan

15
nutrisi yang sangat
e. Monitor tanda-
penting untuk bayi
tanda intoleransi g. Menilai
terhadap nutrisi peningkatan BB
parenteral. bayi

f. Kaji kesiapan
ibu untuk
menyusu.

g. Timbang BB
setiap hari.

5 Resiko gangguan Gangguan


a. Observasi a. Mengidentifikasi
integritas kulit integritas kulit
vital sign. adanya hipotermi
b.d tipisnya tidak
pada bayi
jaringan kulit, terjadiKriteria
b. Observasi
imobilisasi. hasil : Suhu 36,5-
tekstur dan b. Menilai turgor
37 C Tidak ada
warna kulit. kulit bayi
lecet atau
kemerahan pada c. Lakukan c. Mencegah
kulit. Tanda-tanda tindakan secara kontaminasi ketika
infeksi (-) aseptic dan menyentuh bayi
antiseptic.
d. Mencegah
d. Cuci tangan kontaminasi silang
sebelum dan
e. Memberikan
sesudah kontak
kenyamanan
dengan bayi.

f. Mencegahi iritasi

16
e. Jaga pada kulit bayi
kebersihan kulit
g. Mencegah luka
bayi.
lecet pada kulit
f. Ganti bayi
pakaian setiap
basah.

g. Lakukan
mobilisasi tiap 2
jam.

6. Kecemasan orang Cemas a. Kaji tingkat a. Menilai


tua b.d kurang berkurangKriteria pengetahuan kemampuan orang
pengetahuan hasil :Orang tua orang tua tua bayi
orang tua dan tampak tenang b. Beri penjelasan b. Memberikan
kondisi krisis. Orang tua tidak tentang keadaan pengetahuan
bertanya-tanya bayinya. mengenai kondisi
lagi. c. Libatkan bayi
Orang tua keluarga dalam c. Melatih keluarga
berpartisipasi perawatan dalam perawatan
dalam proses bayinya. si bayi
perawatan. d. Berikan support d. Dukungan yang
dan diberikan dapat
reinforcement membuat orang
atas apa yang tua bayi lebih
dapat dicapai semangat

17
oleh orang tua. e. Memberikan
e. Latih orang tua keterampilan pada
tentang cara- orang tua bayi
cara perawatan
bayi dirumah
sebelum bayi
pulang
7 Koping keluarga Koping keluarga a. Memberikan
a. Memberikan
tidak efektif b/d efektif kesempatan orang
kesempatan pada
kondisi kritis Dengan Kriteria : tua untuk bertanya
ortu
pada bayinya, Ortu b. Membantu
berkonsultasi
perawatan yang kooperatif dg memberikan
dengan dokter
lama dan takut perawatan ketenangan pada
untuk merawat bayinya. orang tua
b. Rujuk ke
bayinya setelah Pengetahu c. Memberikan
ahli psikologi
pulang dari RS an ortu keterampilan
jika perlu
bertambah khusus pada orang
Orang tua c. Berikan tua bayi
dapat merawat pendidikan d. Mengevaluasi
bayi di rumah kesehatan cara keterampilan yang
perawatan bayi telah diberikan
BBLR di rumah selama di rumah
termasuk pijat sakit
bayi, metode
kanguru, cara
memandikan

d. Lakukan
home visit jika

18
bayi pulang dari
RS untuk
menilai
kemampuan
orang tua
merawat bayinya

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym. http://nsyadi.blogspot.com/. Diakses tanggal 22 Juni 2012

19
2. Anonym. 2010. http://nursingbegin.com/askep-bayi-dengan-bblr/. Diakses
tanggal 22 Juni
2012

3. Dharmasraya. 2011. http://ikafitrianinurse.blogspot.com/. Diakses tanggal 22 Juni

2012
4. Doengoes, M. dkk, 2001, Rencana perawatan maternal/bayi, Ed 2, Jakarta; EGC
5. Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1.

Jakarta : EGC.
6. Mega. 2012. http://megaayukusumawardani.blogspot.com/. Diakses tanggal 22

Juni 2012
7. Tambayong, (2000) . Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
8. Yohanes. 2012. http://odasunrisenurse.blogspot.com/. Diakses tanggal 22 Juni

2012

20

Vous aimerez peut-être aussi