Vous êtes sur la page 1sur 20

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK II

HIDROSEFALUS

OLEH

KELOMPOK XI

SINTA DJAFAR :13-071-014-051

ASTUTI ALIM :13-071-014-074

LAMBALA :13-071-014-057

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

2016
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpihan


karunia, hidayah dan bimbingan-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak II
dengan judul Asuhan Keperawatan HIDROSEFALUS.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa dan pembaca dalam penyusunan makalah yang lain. Dan kami menyadari
adanya banyak kekurangan, baik tulisan maupu cara penulisan, untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. defenisi
B. etiologi
C. clasifikasi
D. patofisilogi
E. manifestasi klinis
F. pemeriksaan diagnostik
G. penatalaksanaan
H. komplikasi
I. prognosis

BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN

A.pengkajian

B. diagnosa , intervensi dan rasional keperawatan

BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan

B.saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak. Jumlah cairan bisa
mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal.
Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan
pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan
konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut
setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial. Pasien hidrosefalus
memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada
kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada
gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.

B. Tujuan Penulisan
1. Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan
kreatifitas mahasiswa.
2. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
HIDROSEFALUS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air
dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air")
adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal
atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan
menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi,
dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran
ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis.

Hidrosefalus di bedakan atas dua tipe yaitu :

1. Hidrosefalus Obstruktif
Hidrosefalus Obstruktif merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan penumpukan cairan
pada otak, yaitu cerebro spinal fluid sehingga terjadi pembengkakan akibat adanya gangguan
aliran cairan serebro spinal (CSS) dalam sistim ventrikel atau pada jalan keluar ke ruang
subarakhnoid. Obstruksi disini merupakan istilah yang digunakan untuk membandingkan
hidrosefalus yang disebabkan oleh produksi berlebih dari cairan serebro spinal (CSS)

2. Hidrosefalus Komunikas
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi
CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada
orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah
terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala gejala
peningkatan ICP)
B. Etiologi

1. Kelainan bawaan
Stenosis akuaduktus sylvii
Spina bivida dan cranium bivida
Sindrom dandy walker
Kista araknoid
Anomali pembuluh darah

2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan
subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis.
Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi
beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis
terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar
sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya
lebih tersebar.

3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.
Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat,
maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau
pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang
berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.

4. Pendarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen
terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu
sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).
C. Klasifikasi

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :


a) Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus).
b) Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
c) Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
d) Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.

D. Patofisilogi

Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai
akibat dari tiga mekanisme yaitu: Produksi likuor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran
likuor, Peningkatan tekanan sinus venosa.
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK) sebagai
upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi
ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari : Kompresi sistem serebrovaskuler,
Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler, Perubahan mekanis dari otak.
Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis, Hilangnya jaringan otak. Pembesaran volume
tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor
merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan
gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan
vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan
tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap
tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari
komplians tengkorak.
E. Manifestasi Klinis

1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonates


Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada
masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran
lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam
semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa.
Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat
tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok.

2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak- kanak


Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi
intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia)
dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-
pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari
ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala
lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat
gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu: Fontanel anterior yang sangat tegang, Sutura kranium
tampak atau teraba melebar, Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial
menonjol, Fenomena matahari tenggelam(sunset phenomenon)

F. Femeriksaan diagnostik

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis,
untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :

1) Rontgen foto kepala

Dengan prosedur ini dapat diketahui:

Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura,


tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi
prosessus klionidalis posterior.
Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen
kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2) Transimulasi

Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam
ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu
senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan
terlihat lebih lebar 1-2 cm.

3) Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui
satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-
4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena
hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura
tidak akan terjadi secara menyeluruh.

4) Ventrikulografi

Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu
menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk
langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak
yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan
bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai
risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah
ditinggalkan.

5) Ultrasonografi

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada
penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem
ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.

6) CT Scan kepala

Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel
lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada
anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh
karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.

Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua
sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7) MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik
scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.

G. Penatalaksanaan

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori live saving and live sustaining yang berarti
penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya.
Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

a) Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan


tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang
menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
b) Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat
absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
c) Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:

Drainase ventrikule-peritoneal
Drainase Lombo-Peritoneal
Drainase ventrikulo-Pleural
Drainase ventrikule-Uretrostomi
Drainase ke dalam anterium mastoid
Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui
kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan
pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang
dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak
dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah
diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah
kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang
pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka
rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut
dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat
dari luar.
Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan
jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas / shunting :

A. Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi
lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
B. Internal

1) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :

Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)


Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.

C. Lumbo Peritoneal Shunt

CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka
atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:

a) Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis,
ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
b) Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.
c) Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal
dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di
distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan yang
berkisar antara 5-150 mm, H2O.
d) Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung
melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7).
e) Ventriculo-Peritneal Shunt

Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan


Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak
diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.
Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural,
obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.

H. Komplikasi

Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi
disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan bahan khusus
( jaringan /eksudat ) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan.
Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK
yang lebih sering diikuti dengan status neurologis buruk.

Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi
pada saat pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial, infeksi luka,
Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang serius lainnya adalah
subdural hematoma yang di sebabkan oleh reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan
ukurannya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-
organ abdomen oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.

I. Prognosis

Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau tidaknya anomali
yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang bersama dengan
malformasi lain (hidrosefalus komplikata). Prognosis hidrosefalus infatil mengalami perbaikan
bermakna namun tidak dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi
akan meniggal karena hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40% bayi yang
bertahan memiliki kecerdasan hampir normal. Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis
yang baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek normal,
dan sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna. Prognosis bayi hidrosefalus dengan
meningomilokel lebih buruk.

Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta
kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya
sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya
berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal (Allan
H. Ropper, 2005).

Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus
mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting
sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok
multidisipliner. (Darsono, 2005)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Anamnesa

Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,


pekerjaan, alamat
Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
Riwayat Penyakit dahulu

1) Antrenatal : Perdarahan ketika hamil

2) Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir

3) Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma

1. Riwayat penyakit keluarga


2. Pengkajian persistem

1) B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas

2) B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi

3) B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat,


pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer,
strabismus ( juling ), tidak dapat melihat keatas sunset eyes , kejang

4) B4 ( Bladder ) : Oliguria

5) B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan

6) B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas

1. Observasi tanda tanda vital

1) Peningkatan systole tekanan darah

2) Penurunan nadi / bradikardia

3) Peningkatan frekuensi pernapasan


B. Diagnosa , Intervensi dan Rasional keperawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Potensial komplikasi Tidak terjadi Kesadaran - Observasi - Untuk
peningkatan tekanan peningkatan TIK Komposmetis ketat tanda-tanda mengetahui secara dini
intrakranial Tidak terjadi peningkatan TIK peningkatan TIK
berhubungan dengan nyeri kepala (Nyeri kepala,
akumulasi cairan TTV norma muntah, lethargi, - Penurunan
serebrospinal. tampak rileks, lelah, apatis, keasadaran
tidak meringis perubahan menandakakan adanya
kesakitan personalitas, peningkatan TIK
ketegangan dari
sutura cranial dapat - Untuk
terlihat pada anak mengetahui kondisi
berumur 10 tahun, aliran darah dan aliran
penglihatan ganda, oksigen ke otak
kontruksi
penglihatan perifer - Dengan dilakukan
strabismus, pembedahan, diharapkan
Perubahan pupil) cairan cerebrospinal
berkurang, sehingga TIK
- Pantau terus menurun, tidak terjadi
tingkat kesadaran penekanan pada lobus
anak oksipitalis dan tidak
terjadi pembesaran pada
- Pantau terus kepala
adanya perubahan
TTV - Membantu dalam
mengevaluasi rasa nyeri.
-
Berkolaborasi - Pujian yang
dengan dokter diberikan akan
untuk melakukan meningkatkan
pembedahan, untuk kepercayaan diri anak
mengurangi untuk mengatasi nyeri
peningkatan dan kontinuitas anak
untuk terus berusaha
- Kaji menangani nyerinya
pengalaman nyeri dengan baik.
pada anak, minta
anak menunjukkan
area yang sakit dan
menentukan
peringkat nyeri
dengan skala nyeri
0-5 (0 = tidak
nyeri, 5 = nyeri
sekali)
Rasional :
Membantu dalam
mengevaluasi rasa
nyeri.

- Bantu anak
mengatasi nyeri
seperti dengan
memberikan pujian
kepada anak untuk
ketahanan dan
memperlihatkan
bahwa nyeri telah
ditangani dengan
baik.
2. Gangguan persepsi Tidak terjadi Penurunan visus - - Ketidakmampuan
sensori berhubungan disorientasi pada tidak bertambah Mempertahankan dalam penglihatan tidak
dengan penekanan anak lebih parah visus agar tidak bertambah parah, klien
lobus oksipitalis Anak bisa terjadi penurunan tidak mengalami
karena meningkatnya mengenali visus yang lebih disorientasi tempat,
TIK lingkungan parah Klien merasa nyaman
sekitarnya a. Membantu ADL dan aman
pasien
b. Membantu - Klien tidak
orientasi tempat banyak bergantung pada
c. Berikan tempat orang lain
yang nyaman dan
aman (
pencahayaan
terang, bed plang
dll dipasang agar
tidak cedera )

- Membantu
pasien untuk
mengenali sesuatu
dengan kondisi
penglihatan yang
terganggu
3. Kurang pengetahuan Meningkatkan Kecemasan - Beri - Keluarga dapat
orang tua pengetahuan orang orang tua pada kesempatan orang mengemukakan
berhubungan dengan tua mengenai kondisi tua untuk perasaannya sehinnga
penyakit yang di penyakit yang kesehatan mengekspresikan perasaan orang tua dapat
derita oleh anaknya diderita anaknya anaknya dapat kesedihannya lebih lega
berkurang
Orang tua - Beri - Pengetahuan
mengungkapkan kesempatan orang orang tua bertambah
pemahaman tua untuk bertanya mengenai penyakit yang
tentang mengenai kondisi di derita oleh anaknya
penyakit, anaknya sehinnga kecemasan
pengobatan dan orang tua dapat
perubahan pola - Jelaskan berkurang
hidup yang tentang kondisi
dibutuhkan penderita, - Pengetahuan
prosedur, terapi kelurga bertambah dan
dan prognosanya. dapat mempersiapkan
keluarga dalam merawat
- Ulangi klien post operasi
penjelasan tersebut
bila perlu dengan - Keluarga dapat
contoh bila menerima seluruh
keluarga belum informasi agar tidak
mengerti menimbulkan salah
persepsi
4. Resiko Jalan nafas tetap Anak tidak sesak - Posisikan - Klien merasa
ketidakefektifan pola efektif napas klien posisi nyaman dan tidak merasa
nafas yang Tidak terdapat semifowler sesak napas
berhubungan dengan ronchi
penurunan refleks Tidak retraksi - Pemberian - Suplai oksigen
batuk otot bantu oksigen klien dapat tercukupi
pernapasan sehingga klien tidak
Pernapasan - Observasi mengalami hipoksia
teratur, RR pola dan frekuensi
dalam batas napas - Untuk mengetahui ada
normal tidaknya ketidakefektifan pola
- napas
Auskultasi
suara napas
- Untuk
mengetahui adanya
kelainan suara
Gangguan
5. pertumbuhan Klien tidak Pertumbuhan - - Mempertahankan
dan perkembangan mengalami dan Memberikan diet berat badan agar tetap
berhubungan gangguan perkembangan nutrisi untuk stabil
pembesaran kepala pertumbuhan dan klien tidak pertumbuhan (
perkembangan mengalami asuh ) - Agar
keterlambatan perkembangan klien
dan sesuai - tetap optimal
dengan tahapan Memberikan
usia stimulasi atau - Memenuhi
rangsangan untuk kebutuhan psikologis
perkembangan
kepada anak ( asah
)

-
Memberikan kasih
sayang ( asih )
6. Resiko tinggi infeksi Tidak terdapat TD dalam batas - Pantau - Mengetahui
berhubungan dengan tanda-tanda infeksi normal tanda-tanda penyebab terjadinya in
pemasangan ( 3 x 24 jam ) Tidak terdapat infeksi( letargi, feksi
drain/shunt perdarahan nafsu makan
Tidak terdapat menurun, - Mencegah
kemerahan ketidakstabilan, timbulnya ifeksi
perubahan warna
kulit ) - Asupan nutrisi
dapat membantu
- Lakukan menyembuhkan luka
rawat luka
- Antibiotik dapat
- Pantau mencegah timbulnya
asupan nutrisi infeksi

- Kolaborasi
dalam pemberian
antibiotik
7. Ketidakseimbangan Setelah dilaksakan tidak terjadi penurunan - Pertahankan - Mulut yang tidak
nutrisi kurang dari asuhan berat badan sebesar kebersihan mulut bersih dapat
kebutuhan tubuh yang keperawatan 10% dari berat awal, dengan baik mempengaruhi rasa
berhubungan dengan diharapkan tidak adanya mual- sebelum dan makanan dan
muntah sekunder ketidakseimbangan muntah. sesudah meninbulkan mual
akibat kompresi nutrisi kurang dari mengunyah
serebral dan kebutuhan tubuh makanan. - Makan dalam
iritabilitas. teratasi dengan porsi kecil tetapi sering
- Tawarkan dapat mengurangi beban
makanan porsi saluran pencernaan.
kecil tetapi sering Saluran pencernaan ini
untuk mengurangi dapat mengalami
perasaan tegang gangguan akibat
pada lambung hidrocefalus

- Atur agar - Agar asupan


mendapatkan nutrisi dan kalori klien
nutrien yang adeakuat
berprotein/ kalori
yang disajikan - Menimbang berat
pada saat individu badan saat baru bangun
ingin makan dan setelah berkemih
untuk mengetahui berat
- Timbang badan mula-mula
berat badan pasien sebelum mendapatkan
saat ia bangun dari nutrient
tidur dan setelah
berkemih pertama. - Konsultasi ini
dilakukan agar klien
- mendapatkan nutrisi
Konsultasikan sesuai indikasi dan
dengan ahli gizi kebutuhan kalorinya.
mengenai
kebutuhan kalori
harian yang
realistis dan
adekuat.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler
cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan jaringan serebral selama produksi CSF
berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya
cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan
ruang ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada
bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :

Hidrochepalus komunikan

Hidrochepalus non-komunikan

Hidrochepalus bertekanan normal

Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan kemungkinan hai
ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing rumah sakit.

B. Saran

Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang mengalami
sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik semacan ini perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymuous, 2010. http://ms32.multiply.com/journal/item/23. Diakses tanggal 23 Oktober


2010

Anonymous,2010.http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/hidrosefalus/.Diakses tanggal 23
Oktober 2010

Anonymuous, 2010.http://Asuhan keperawatan pada klien HIDROSEFALUS Blog Penuh


Cinta.htm. Diakses tanggal 23 Oktober 2010

Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victors Principles Of Neurology:
Eight Edition. USA.

Anonymuous 2010. http://hesa-andessa.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-anak-


dengan.html tanggal akses 20 Oktober 2010 pukul 18.00 WIB

Anonymuous ,2010 .http://putrisayangbunda.blog.com/2009/11/30/asuhan-keperawatan-pada-


klien-hidrosefalus-2/.tanggal akses 20 Oktober 2010 pukul 18.15 WIB

Muttaqin, arief. 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Persyarafan hal
396-399.Jakarta, Salemba Medika.

Vous aimerez peut-être aussi