Vous êtes sur la page 1sur 78

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Sesuai dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi. Dalam pengembangan keperawatan dimasa depan yang menjadi prioritas utama
adalah manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat di aplikasikan dalam
tatanan pelayanan nyata yaitu di rumah sakit dan komunitas, sehingga perawat perlu memahami
konsep dan aplikasinya.

Peningkatan pelayanan kesehatan melalui rumah sakit harus selalu berpacu dengan
kesadaran, harapan serta permintaan masyarakat yang semakin meningkat, tumbuh dan
berkembangnya dinamika masyarakat itu sendiri. Masyarakat mengharapkan pelayanan yang
bermutu tanpa menghadapi kesulitan untuk memperolehnya. Keadaan ini sangat berpengaruh
terhadap pelayanan perawatan yang sengan sendirinya memberi jasa pelayanan itu harus selalu
tanggap dan mampu menghadapi serta menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat itu.

Sasaran pembangunan kesehatan di Indonesia di antaranya adalah terselenggaranya


pelayanan kesehatan yang semakin bermutu dan merata. Untuk mencapai sasaran ini, maka
ditetapkanpeningkatan mutu pelayanan rumah sakit sebagai bagian dari tujuan program
pembangunan kesehatan. Mutu pelayanan menunjukkan pada tingkat kesempatan pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap pasien (Serbaguna, 2000)

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu


fenomena yang harus direspon oleh perawat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan
kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan, dan paling dekat dengan penderitaan,
kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami oleh keluarga dan pasien. Hal ini diberikan kepada
pasien tanpa kecuali. Dengan sistem MAKP adalah suatu kesrangka kerja yang mendefinisikan
empat unsur standar yaitu : standar, prose keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem
MAKP dengan menerapkan prinsip SME (sesuai standar, mudah dilaksanakan, efisiensi, dan

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


2

efektif). Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai sebagai sesuatu pengambilankeputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan / keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien
tidak akan dapat terwujud.

Pendekatan yang dinamis dan proaktif dan menjalankan suatu kegiatan diorganisasi.
Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana
dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui
anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang

Manajemen keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama


dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan
tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional dengan memperhatikan setip perubahan yang terjadi di Indonesia.

Pelayanan keperawatan yang di sebut profesional bukan sebagai terampil dalam


melakukan prosedur keperawatan tetapi mencakup keterampilan interpersonal, keterampilan
intelektual dan keterampilan teknikal. Dalam keterampilan intelektual dan interpersonal
komunikasi antara dua orang atau kelompok yang dianggap ada dalam lingkungan keperawatan
profesional misalnya antara perawat sesama perawat, perawat dengan pasien, perawat dengan
dokter, dan perawat denga manajer ( Roger, 2000 )

Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan
tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal.
Namun perlu disadari, tanpa adanya kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat,
serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan professional hanyalah akan
menjadi teori semata. Untuk itu, maka perawat perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan
Metode Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) khususnya di Ruang Anak RSUD
Bangil.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa memahami prinsip
manajemen keperawatan dan model pemberian asuhan keperawatan tim modifikasi.

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


3

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa mampu :
a. Menganalisis lingkungan perawatan, menghitung kebutuhan tenaga keperawatan disuatu
ruangan perawatan.
b. Melaksanakan peran sesuai dengan model MAKP yang telah ditentukan.
c. Melakukan penerapan perencanaan pulang (discharge planning)
d. Melakukan penerapan sentralisasi obat diruangan
e. Menganalisis kejadian dekubitus, flebitis, resiko jatuh, dan medication error
f. Menganalisis tingkat kepuasan pasien

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat
memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP
c. Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP Tim Modifikasi di
ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan
d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan menyusun rencana
strategi.
e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan sistem asuhan
keperawatan professional tim modifikasi di ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan
1.3.2 Bagi Perawat Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan
a. Melalui praktik manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-masalah yang ada di
ruang Anak yang berkaitan dengan pelaksanaan MAKP
b. Melalui praktik manajemen keperawatan perawat ruangan dapat melaksanakan MAKP
Tim Modifikasi dengan optimal
c. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
d. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga
e. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
1.3.3 Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan
b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi
1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan memperoleh bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan
ruangan dengan pelaksanaan MAKP

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Keperawatan


Manajemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan pro aktif dalam menjalani suatu
kegiatan di organisasi sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nur Salam,
2012).

Manajemen keperawatan harus dapat di aplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata yaitu
di Rumah Sakit dan komunitas, sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasi konsep

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


5

manajemen keperawatan perencanaan berupa rencana strategis melalui pendekatan yaitu


pengumpulan data, analisa SWOT dan menyusun langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan
secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan metode asuhan keperawatan, melakukan
pengawasan dan pengadilan serta dokumentasi yang lengkap.

Manajemen pada proses keperawatan mencakup manajemen pada berbagai tahap dalam
keperawatan meliputi :

a. Pengkajian
Tahap ini merupakan awal dari proses keperawatan. Tahap pengkajian memerlukan
kecermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah. Keberhasilan proses keperawatan
berikutnya sangat bergantung pada tahap ini. pengkajian ini meliputi proses pengumpulan
data, memvalidasi dan menginterpretasikan informasi tentang pasien sebagai individu
yang unik.
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah
klien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau di ubah melalui tindakan
keperawatan. Diagnosa merupakan tahap pengambilan keputusan profesional dengan
menganalisa data yang telah di kumpulkan.
Diagnosa keperawatan dapat dibagi menjadi : diagnosa keperawatan aktual, potensial dan
resiko.

c. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatanyang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah dikumpulkan. Perencanaan keperawatan di buat setelah perawat mampu
memformulasikan diagnosa keperawatan. Tujuan perencanaan keperawatan adalah
terpenuhinya kebutuhan klien.
d. Implementasi
Tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan adalah pelaksanaan perencanaan
tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara
optimal. Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan sebagian oleh klien itu sendiri, oleh
perawat secara mandiri atau bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain
e. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan. Evaluasi merupakan pertimbangan sistematis dan standar dari

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


6

tujuan yang dipilih sebelumnya, dibandingkan dengan penerapan praktik yang aktual dan
tingkat asuhan yang diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan hanya dapat
dibuat jika tujuan yang diindentifikasikan sebelumnya cukup realistis dan dapat dicapai
oleh perawat, pasien dan keluarga.

2.1.1 Manajemen Pada Tahap Pengkajian Keperawatan


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses pengkajian adalah
1. Perawat harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan fisiologi,
psikologi, sosial dan kultural.
2. Perawat harus memahami tentang proses keperawatan.
3. Perawat harus memahami tentang diri perawat sendiri, respon fisiologis dan psikologis.
4. Perawat harus bisa menerima pasien apa adanya.
5. Perawat harus berperan sebagai pengamat atau observer, pendengar akif dan mempunyai
pemahaman yang baik tentang informasi apa yang dikumpulkan, dimana dan bagaimana.
6. Perawat harus mengumpulkan data secara sistematis dan menggunakan pedoman yang
mudah dimengerti.
7. Perawat menggunakan teori-teori, seperti hierarki maslow tentang kebutuhan dasar
manusia, teori tentang adaptasi manusia, dan teori De Elizabeth Kubler-Ros tentang
reaksi pengalaman lalu dan sekarang.
8. Waktu yang diperlukan untuk pengkajian harus di prioritaskan sehingga perawat-pasien
dapat berkonsentrasi dalam kegiatan pengumpulan data.
9. Perawat harus bisa memahami teknik komunikasi dan faktor-faktor yang bisa
mempengaruhi proses komunikasi.
10. Perawat harus memahami faktor-faktor dikstraksi baik eksternal maupun internal dari
pasien.
11. Kedekatan dan kepercayaan antara perawat-pasien harus mendapat prioritas.
12. Perawat harus belajarobjective concen, sering kontak dengan pasien yang memang
memerlukan bantuan perawat lebih karena kondisinya
13. Data harus dikumpulkan sesegera mungkin setelah pasien ada.

Beberapa metode pengumpulan data dapat digunakan dengan beberapa cara yaitu :
Wawancara
Observasi
Pemeriksaan fisik (Suardi & Bachtiar, 2012)

2.1.2 Manajemen Pada Tahap Diagnosa Keperawatan

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


7

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan profesional dari perawat yang


menggambarkan kondisi pasiennya. Proses diagnosa mencakup beberapa hal yaitu, data, analisis,
dan merumuskan diagnosa. Diagnosa keperawatan ada yang bersifat actual, potensial, dan
possible. Perawat yang akan merumuskan diagnosa keperawatan harus mempunyai pemahaman
yang dalam tentang fisiologi-patologi, area masalah keperawatan, serta kemampuan berpikir
secara obyektif dan kritis.
Diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan harus dimasukkan dalam daftar masalah
keperawatan klien dan di tanda tangani oleh perawat yang bersangkutan.

2.1.3 Manajemen Pada Tahap Perencanaan Keperawatan


Jika perawat ingin memberikan asuhan keperawatan yang efektif kepada pasien, perawat
harus menggunakan lebih banyak pikiran dalam menyusun perencanaan. Perencanaan akan
menentukan jenis intervensi keperawatan.
Kesehatan merupakan salah satu alasan utama dalam perencanaan terutama di dalam
kebingungan dan disorganisasi aktivitas keperawatan di bangsal dan asuhan keperawatan yang
buruk. Semakin kompleks jenis asuhan pasien perencanaan akan semakin penting. Perencanaan
mencakup pengambilan keputusan dalam rangka memecahkan masalah pasien. Pengambilan
keputusan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan profesi, filosofi personal, kesediaan menerima
tanggung jawab mengambil keputusan dan kesediaan membantu anggota tim lain untuk turut
berkontribusi dalam asuhan keperawatan pasien.

2.1.4 Manajemen Pada Tahap Implementasi Keperawatan


Perawat profesional harus menggunakan semua teknik manajemen, dan salah satunya
adalah supervisi. Selain itu, untuk membantu staf memberikan asuhan keperawatan dengan baik,
perawat harus mampu menggunakan sikap kepemimpinan yang meyakinkan bahwa pasien
benar-benar menerima asuhan yang diperlukan setiap waktu dan dengan cara seperti yang
diinginkan. Rencana asuhan pasien adalah daftar instruksi dokter dan kegiatan rutin, biasanya

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


8

mencakup pengobatan, obat-obatan, serta instruksi keperawatan. Sedangkan untuk interaksi


keperawatan biasanya disebut rencana asuhan keperawatan.

2.1.5 Manajemen Pada Tahap Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tahap akhir dalam rangkaian pemecahan masalah yang merupakan bagian
dari tanggung jawab setiap perawat profesional. Beberapa konsep dasar untuk membantu dalam
mengevaluasi pencapaian asuhan keperawatan adalah :
a. Selalu berpikir kritis dalam proses evaluasi
b. Criteria evaluasi harus dikembangkan untuk meyakinkan validitas, sehingga evaluasi
menjadi objektif
c. Standar asuhan keperawatan harus didefinisikan dengan jelas dan digunaka secara
konsisten
d. Partisipasi pasien dan keluarga dalam evaluasi sangat diperlukan, agar evaluasi menjadi
lebih tepat
Evaluasi asuhan keperawatan sangat menentukan gambaran dan kualitas asuhan
keperawatan. Untuk hal ini seharusnya diterapakan:
1. Penggunaan metode evaluasi yang tepat, yaitu mempelajari rencana asuhan keperawatan,
mengobservasi perilaku pasien sebagai respon terhadap asuhan keperawatan,
mempelajari catatan berorientasi masalah serta pencatatan keperawatan.
2. Audit keperawatan secara periodic
3. Pengumpulan umpan balik dari pasien tentang asuhan keperawatan yang diberikan.

2.2 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


2.2.1 Definisi MAKP
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &Woods, 1996).
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian
asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di ruamah sakit adalah keperawatan tim
dan keperawatan primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka
perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan dalam pemilihan metode pemberian
asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


9

a. Sesuai dengan visi dan misi institusi


b. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuahan keperawatan
c. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
e. Kepuasan kinerja perawat
2.2.2 Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998) ada 4 metode pemberian
asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan dimasa depan
dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:

a. Model Asuhan Keperawatan Profesional Fungsional


Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan
kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan,
perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada
(Nursalam, 2007).
Penanggung jawab model fungsional adalah perawat yang bertugas pada tindakan tertentu,
misalnya dalam pemasangan infus, pemberian obat, dll.
1. Kelebihan dari metode fungsional yaitu :
Menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan
Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan pasien diserahkan
kepada perawat junior dan atau yang belum berpengalaman.
2. Kekurangan dari metode fungsional yaitu :
Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
Pelayanan keperawatan terpisah-pisah tidak menerapkan proses keperawatan
Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja

b. Metode Asuhan Keperawatan Profesional Medular


Metode keperawatan medular adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer dan
metode tim. Metode ini memilik kesamaan dengan metode primer dan metode tim (Gillies,
1994). Metode ini sama dengan metode keperawatan tim karena baik perawat profesional
maupun non profesional bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan di bawah

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


10

kepemimpinan seorang perawat profesional disamping itu dikatakan memiliki kesamaan dengan
metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas
sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan
waktu follow up care. Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode
keperawatan medular, satu tim yang terdiri dari dua hingga tiga perawat memiliki tanggung
jawab penuh pada sekelompok pasien sekitar 8-12 orang (Magargau, 1987). Hal ini tentu saja
dengan suatu persyaratan peralatan yang dibutuhkan perawatan cukup memadai.
Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini
dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada pada
perawat profesional. Perawat profesional juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan
melatih non profesional. Apabila perawat profesional sebagai ketua tim tidak masuk tugas dan
tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat profesional lainnya. Peran perawat kepala ruang
diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota
untuk bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta mivator.

c. Model Asuhan Keperawatan Profesional Kasus


Medel manajemen kasus berdasarkan pendekatan holistik dari keperawatan, dimana perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan observasi pada pasien tertentu dan ratio pasien : perawat
adalah 1 : 1. Setiap pasien di tugaskan kepada semua perawat yang melayani semua
kebutuhannnya pada saat di dinas. Pasien akan di rawat oleh perawat yang berbeda oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode manajemen penugasan kasus biasanya ditetapkan satu
pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat private untuk perawatan khusus
seperti isolasi, intensif care. Penanggung jawab manajemen model kasus adalah manajer
keperawatan (Nursalam, 2002). Dalam 1 unit diperlukan 2 manajer kasus yang bekerja
mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dan
memfasilitas asuhan sekelompok pasien. Idealnya satu orang manajer kasus mempunyai 10-15
kasus pasien dimana perkembangan pasien akan diikuti terus oleh manajar kasus dari masuk
sampai pulang. Bila diperlukan mengikuti perkembangan pasien dirawat jalan.
Elemen penting dalam manajemen kasus meliputi:
1) Kerjasama dan dukungan dari semua anggota pelayanan dan anggota kunci dalam
organisasi (administrator, dokter dan perawat).

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


11

2) Kualifikasi perawat manajer kasus.


3) Praktek kerjasama tim.
4) Kualitas system manajemen yang diterapkan.
5) Menggunakan prinsip perbaikan mutu yang terus menerus.
6) Menggunakan Critical pathway (hasil) atau asuhan MAPS (Multidisciplinary Action
Plans) yaitu kombinasi Clinical Path dengan Care Plans.
7) Promosi praktek keperawatan professional.
1. Kelebihan :
Perawat lebih memahami kasus per kasus
Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
2. kelemahan :
Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

d. Model Asuhan keperawatan Profesional Primer


Model primer berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi keperawatan.
Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan dari hasil pengkajian,
kondisi pasien untuk mengkoordinir asuhan keperawatan, dimana ratio perawat : pasien adalah
1:4.
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit.
Menurut Gillies (1986) perawat menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian
asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer
terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komperhensif serta dapat dipertanggung jawabkan,
setiap perawat primer biasanya mempunyai 4-6 klien dan bertangggung jawab selama 24 jam
selama klien dirawat di rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat
rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas kelanjutan
asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Model primer mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
1. Kelebihan :
Bersifat kontinuitas dan komprehensif

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


12

Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan


memungkinkan pengembangan diri
Keuntungan terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit misalnya pasien merasa di
manusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu
2. Kelemahan
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kemampuan self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat
menguasai keperawat klinik dan mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

e. Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim


Metode tim berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan. 6 7 perawat profesional dan
perawat associate bekerja sebagai satu tim, di supervisi oleh tim lain. Metode ini menggunakan
tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap kelompok pasien, perawat ruangan dibagi menjadi 2 3 tim / group yang terdiri dari
tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu group kecil yang saling membantu
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:
1) Ketua tim sebagi perawat profesional harus mampu menggunakan teknik kepemimpinan.
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinitas rencana keperawatan terjamin.
3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung
oleh kepala ruang.
Metode ini digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan
dan kemampuannya. Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh
kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab anggota tim. Tujuan metode penugasan
keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang berpusat pada pasien. Ketua tim
melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien , dan anggota tim
bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan yang telah di buat. Oleh karena kegiatan
dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan
bersama dengan anggota tim (konfrensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi
dalam pemberian asuhan keperawatan.
1. Kelebihan
Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


13

2. Kelemahan
Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk

2.2.3 Fungsi Manajerial


1. Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah petugas atau perawat yang diberikan tanggung jawab dan
wewenang dalam memimpin pelaksanaan pelayanan keperawatan serta tata laksana
personalia pada suatu ruangan atau bangsal rumah sakit.
Tanggung jawab kepala ruangan :
a. Perencanaan
Menunjukkan ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing - masing
Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien, gawat, transisi, dan persiapan
pulang bersama ketua tim
Mengidentifikasi strategi pelaksanaan keperawatan
Mengikuti visite dokter, untuk mengetahui kondisi, patofiologi, tindakan medis
yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan :
Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan
Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
Membantu membimbing peserta didik keperawatan
Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit

b. Pengorganisasian
Merumuskan metode penugasan yang digunakan
Merumuskan tujuan metode penugasan
Membuat rincian ketua tim, anggota tim secara jelas
Membuat tentang kendali kepala ruangan dan membawahi 2 ketua tim dan ketua
tim membawahi 2 - 3 perawat
Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari
Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak ada ditempat kepada ketua tim

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


14

Memberi wewenang pada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien


Identifikasi masalah dan cara penanganan
Pengarahan
Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas degan baik
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
Menginformasikan hal hal yang di anggap penting dan berhubungan dengan
askep pasien
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
Pengawasan
Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien
Melalui supervisi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang sudah disusun oleh ketua tim
Audit keperawatan
2. Ketua Tim
Ketua tim merupakan perawat yang memiliki tanggung jawab dalam perencanaan,
kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim dibawah
tanggung jawabnya (Nursalam, 2003).
Tanggung ketua tim :
Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan klien sejak masuk
sampai pulang
Mengorientasikan klien yang baru dan keluarganya
Mengkaji kondisi kesehatan klien dan keluarganya
Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan
Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota tim
Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan tindakan keperawatan
Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan
Melaksanakan tindakan keperawatan tertentu
Mengembangkan perencanaan pulang
Memonitor pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan oleh anggota
tim
Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim kesehatan lainnya untuk
membahas perkembangan kondisi pasien

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


15

Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
memberikan bimbingan melalui konfrensi
Mengevaluasi pemeberian asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai serta
pendokumentasiannya
3. Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana merupakan tenaga keperawatan yang diberi wewenang untuk
melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan di ruang rawat.
Tanggung perawat pelaksana
Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan ketua tim.
Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.
Membantu ketua tim melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan dan
membuat rencana keperawatan.
Membantu ketua tim mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
Membantu/bersama ketua tim mengorientasikan pasien baru.
Mengganti tugas pembantu keperawatan bila perlu
Dalam keperawatan tim perawat profesional dapat mempraktikkan kemampuan
kepemimpinannya secara maksimal. Kepemimpinan perawat ini menjadi kunci keberhasilan
praktik keperawatan dan menjamin asuhan keperawatan bermutu bagi pasien

2.3 Pengelolaan Obat (Sentralisasi Obat)


2.3.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan di mana seluruh obat yang akan diberikan kepada
pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat ( Nursalam, 2007).
Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan salah satu
peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam satu pola sistematik, sehingga penggunaan obat
benar-benar dapat terkontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian secara meterial amupun naon
material dapat di minimalisir.
2.3.2 Tujuan sentralisasi Obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindarkan
pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi (Nursalam, 2011)
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasikan :
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


16

2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang lebih murah
dengan mutu yang terjamin memiliki efetifitas dan keamanan yang sama.
3. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat hanya untuk mencoba.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya dan yang akan membuang
atau lupa untuk minum.
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa sesudah
batas kadarluasa.
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif.
8. Meletakan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu sehingga
dipakai berlebihan atau dicuri (Nursalam, 2011).

2.3.3 Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat


Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat. Tehnik-tehnik
pengelolaan sentralisasi obat sebagai berikut :
1. Penanggungjawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat
didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.
3. Penerimaan obat.
a. Keluarga menyerahkan resep dan persyaratan yang diperlukan kepada depo farmasi
b. Perawat menerima obat dari depo farmasi setiap hari untuk dosis sehari (ODD) dalam
kemasan satu kali pemberian (UDD)
c. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat dan jumlah (sediaan) dalam
format pemberian obat dan menerima tanda tangan petugas farmasi
d. Obat yang telah diterima dari farmasi selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak
obat
e. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan informasi bilaman obat tersebut akan
habis (Nursalam, 2011)
4. Pembagian Obat.
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat dengan
terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi dokter
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah
obat dan efek samping. Usahakan tempat/wadah obat kembali ke perawat setelah obat
dikonsumsi. Pantau efek samping pada pasien.

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


17

d. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang atau petugas
yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat-obatan yang
hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga dan kemudian dimintakan resep
(jika masih perlu dilajutkan) kepada dokter penanggungjawab pasien (Nursalam,
2007).
5. Penambahan obat baru
a. Bilamana terdapat penamabahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan alur
pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan
sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat (Nursalam, 2007).
6. Obat khusus.
a. Obat yang dikategorikan khusus apabila sedian memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup
besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu/sewaktu saja.
b. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga : nama obat, kegunaan obat,
waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian, dan wadah obat
sebaiknyadiserahkan atau ditunjukan kepada keluarga setelah pemberian obat
( Nursalam, 2007).
Seorang manejer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai obat dengan cara-cara
berikut ini:
Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan penggunaan dan
efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua staf;
Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan gantungkan di
dinding;
Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obat;
Beritahukan kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat;
Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis obat setia minggu
pada waktu pertemuan staf;
Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di perpustakaan ( Mc
Mahon, 2010).

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


18

2.3.4 Diagram alur pelaksanaan sentralisasi obat (Nursalam, 2011)


Dokter Resep

PP

Pendekatan Surat persetujuan


perawat SO

FARMASI /
APOTIK

Pengaturan dan pengelolaan


oleh petugas
Lembar serah terima,
buku serah terima obat
Penerimaan,
pendistribusian

Keterangan
Pasien/ keluarga
Garis komando

Obat habis

Gambar 2.1 Diagram Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


19

2.3.5 Menyimpan persedian obat


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan persediaan obat, antara lain
sebagai berikut:
1. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulis etiket dan
alamat pasien. Penyimpanan stok (persedian) yang teratur dengan baik merupakan bagian
penting dari manajemen obat. Obat yang diterima dicatat dalam buku besar persedian
atau dalam kartu persedian.
2. Lemari obat .
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta lemari
pendingin.Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk penggunaan oral (untuk
diminum) dan obat luar.
Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang sistematis
karena obat sebagai salah satu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit tidak dapat diadakan
tanpa sistematika perencanaan tertentu. Obat harus ada dalam persedian setiap rumah sakit
sebagai bahan utama dalam rangka mencapai misi utamanya sebagai health provider. Manajemen
farmasi rumah sakit adalah seluruh upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi
sebagai salah satu penujang untuk tercapainya tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah
sakit. Upaya dan kegiatan ini meliputi: penetapan standar obat, perencanaan pengadaan obat,
penyimpanan, pendistribusian/ saran/ informasi tentang obat, monitoring efek samping obat.
Faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan yang cepat, ramah disertai jaminan
tersedianya obat dengan kualitas yang baik. Obat yang baik akan memberi manfaat kepada
pengguna dan juga bermanfaat dalam pengendalian biaya rumah sakit. Persedian obat, baik dari
segi jenis maupun volume, harus selalu mencukupi kebutuhan tanpa ada efek sampingseperti
kadaluarsa dan rusak. Tujuan sistem manajemen obat adalah penggunaan obat yang tepat untuk
pasien yang memerlukan pengobatan. Obat-obatan yang dikeluarkan dari tempat penyimpanan
yang terkunci atau dalam lemari penyimpanan, oleh orang yyang bertugas menangani persediaan
obat kepada bagian yang menggunakan obat itu. Obat digunakan secara teratur dan dalam jumlah
yang diketahui: hal ini memungkinkan pemantauan (observasi) dan pengawasan penggunaan
obat. Kegiatan yang dilakukan dalam mengawasi pengeluaran obat akan memungkinkan perawat
mengetahui kapan pemesanan ulang, mencocokan pemakaian obat dengan pengobatan pasien,
segera sadar akan ketidakcocokan dalam pemberian obat, memeriksa perubahan pemakaian obat
(Mc Mahon, 2010).

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


20

2.4 Perencanaan pulang (discharge planinng)


2.4.1 Pengertian
Discharge planning merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang
ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan. (Raden dan Tafft,
2010). Discharge panning merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian,
persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan
pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang
merupakan perencanaan yang dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup
untuk menyiapkan pasien melakukan keperawatan mandiri dirumah. Perencanaan pulang
didapatkan dari proses interaksi ketika keperawatan profesional, pasien dan keluarga
berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh
pasien. Saat perencanaan harus dipusatkan pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik
rehabilitatik, serta keperawatan rutin yang sebenarnya (Nursalam, 2014)

2.4.2 Tujuan Discharge Planning


1. Menyiapkan klien dan keluarga klien secara fisik, psikologis dan sosial.
2. Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga saat perawatan di rumah.
3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada klien.
4. Membantu rujukan pada klien pada sistem pelayanan yang lain.
5. Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
mempertahankan status kesehatan klien.
6. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat

2.4.3 Manfaat Discharge Planning


Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut (Nursalam, 2002,
2007, 2011)
1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat pelajaran selama di rumah sakit
sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di rumah
2. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas keperawatan
pasien
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan
mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan rumah.

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


21

2.4.4 Prinsip Discharge Planning


1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan dari
pasien perlu dikaji dan di evaluasi
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang
mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang
timbul di rumah dapat segera di antisipasi
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan
pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada. Tindakan
atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari
tenaga yang tersedia atau fasilitas yang tersedia dimasyarakat.
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap pasien
masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.

2.4.5 Jenis Charge Planning


1. Conditional discharge (pemulangan sementara)
Jika klien pulang dalam keadaan baik dan tidak ada komplikasi, klien pulang untuk
sementara di rumah dan masih dalam proses perawatan dan harus ada pengawasan dari
pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya)
Jika klien sudah selesai masa perawatan dan dinyatakan sembuh dari sakitnya. Jika klien
perlu perawatan kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3. Judocal discharge (pulang paksa)
Jika kondisi klien masih perlu perawatan dan belum memungkinkan untuk pulang, tetapi
klien menginginkan pulang dengan alasan ketidakpuasan terhadap pelayanan atau
karena ekonomi dan sebagainya maka harus dipantau dengan melakukan kerjasama
dengan tim home care RS atau puskesmas terdekat.

2.4.6 Komponen Discharge Planning


1. Jadwal kontrol dan menjelaskan pentingnya melakukan kontrol.
2. Perawatan di rumah. Meliputi :
Pemberian pembelajaran dan pendidikan kesehatan (healt education) mengenai : diet,
mobilisasi, waktu kontrol, tempat control. Pemberian pemberlajaran disesuaikan
dengan tingkat pemahaman pasien dan keluarga, mengenai perawatan selama pasien
dirumah nanti.

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


22

Penjelasan mengenai obat-obatan yang masih diminum, dosis, cara pemberian, dan
waktu yang tepat untuk minum obat.
Obat-obatan yang dihentikan.
Walaupun ada obat-obatan klien sudah tidak diminum lagi, namun tetap dibawa oleh
klien serta ditentukan siapa yang akan menyimpan obat tersebut.
3. Hasil pemeriksaan. Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil pemeriksaan selama
MRS dibawakan ke pasien waktu pulang.
4. Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol dan lain-lain

2.4.7 Alur discharge planning

Dokter dan tim


Ners PP
kesehatan lain
dibantu PA
Penentuan keadaan pasien

1 klinis dan pemeriksaan


penujangg lain

2. tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian administrasi Lain -lain

Program HE
Control dan obat nersan
NutrisiKeperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017
Mahasiswa Manajemen
Aktivitas dan istirahat
Perawatan diri
23

Monitor
( sebagai program service safty)
Oleh keluarga dan petugas

Gambar 2.1 Diagram Alur perencanaan Pulang

2.5 Timbang Terima


2.5.1 Definisi
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan pasien (Nursalam, 2011).

2.5.2 Tujuan Timbang Terima


Tujuan timbang terima :
1. Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus)
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan pada
pasien
3. Menyampaikan hal hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas berikutnya
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas selanjutnya
Timbang terima memiliki dua fungsi utama yaitu :
1. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan perawat
2. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan
tindakan keperawatan

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


24

2.5.3 Langkah langkah timbang terima :


1. Kedua kelompok shif dalam keadaan sudah siap
2. Shif yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu menyiapkan hal hal apa yang
disampaikan
3. Perawat primer menyampaikan kepada penggung jawab shif yang selanjutnya meliputi :
Kondisi atau keadaan pasien secara umum
Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4. Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu buru
5. Perawat primer dan anggota kedua shif dinas bersama-sama langsung melihat keadaan
pasien.

2.5.4 Prosedur pelaksanaan timbang terima


1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung
jawab :
a. Timbang terima dilakukan setiap pergantian shift atau operan
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
Identitas klien dan diagnosa medis

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


25

Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul


Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
Intervensi, kolaborasi dan dependent
Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnta,
misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainny,
persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas penyampaian pada saat
timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawata (Nursalam, 2010)
2.5.5 Alur Timbang Terima ( Nursalam, 2008)

Pasien

Diagnosa medis Diagnosa


masalah keperawatan

Rencana

Tindakan

Yang telah Yang akan


dilakukan dilakukan

Masalah :
Teratasi
belum

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


26

Perkembangan
keadaan pasien

2.6 Dokumentasi Keperawatan


2.6.1 Defenisi
Dokumentasi adalah bukti bahwa tanggung jawab mutu dan etik perawat terhadap pasien
sudah dipenuhi dan bahwa pasien menerima asuhan keperawatan yang bermutu. Dokumentasi
adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Sedangkan proses pendokumentasian merupakan pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa
baik dari objek maupun pemberi jasa yang dianggap berharga dan penting.
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan adalah sebagai salah satu alat ukur untuk
mengetahui, memantau dan menyimpulkan suatu pelayanan asuhan keperawatan yang
diselenggarakan di rumah sakit. Tujuan pencatatan dalam dokumentasi asuhan keperawatan
adalah untuk mengidentifikasi status kesehatan klien atau pasien dalam rangka mencatat
kebutuhan klien merencanakan, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi
tindakan, serta untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika dokumentasi asuhan keperawatan
harus dibuat dengan lengkap, cerdas, jelas, obyektif, ada tanggal dan harus ditandatangani oleh
perawat, karena mempunyai manfaat yang penting bila di lihat dari berbagai aspek komponen
dokumentasi asuhan keperawatan meliputi komponen isi dokumentasi dan komponen dalam
konsep penyusunan dokumentasi. Komponen isi dokumentasi meliputi pengkajian, diagnosa

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


27

keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, evaluasi, tanda tangan


dan nama terang perawat, catatan keperawatan, resume keperawatan, dan catatan pasien pulang
dan meninggal dunia (Nursalam, 2009). Sedangkan komponen model dokumentasi yang
digunakan mencakup 3 aspek yaitu:
1. Keterampilan berkomunikasi yang baik memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada profesi kesehatan lainnya mengenai apa yang sudah, sedang,
dan yang akan dikerjakan perawat.
2. Dokumentasi proses keperawatan mencakup: pengkajian, identifikasi masalah,
perencanaan, intervensi. Perawat kemudian mengevaluasi dan mengobservasi respon
klien terhadap intervensi yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi tersebut
kepada profesi kesehatan lainnya.
3. Perawat memerlukan suatu standart dokumentasi untuk memperkuat pola
pendokumentasian sebagai pedoman praktek pendokumentasian (Nursalam, 2009).

2.6.2 Prinsip-prinsip dokumentasi


Prinsip-prinsip dokumentasi menurut Allen 2010 yaitu :
1. Tersedia format untuk dokumentasi
2. Dokumentasi dilakukan oleh orang yang melakukan tindakan atau mengobservasi
langsung
3. Dokumentasi dibuat segera setelah melakukan tindakan
4. Catatan dibuat kronologis
5. Penulisan singkatan dilakukan secara umum
6. Mencantumkan tanggal, waktu tanda tangan dan inisial penulis
7. Dokumentasi akurat, benar, lengkap, jelas, dapat dibaca dan ditulis dengan tinta
8. Tidak dibenarkan menghapus tulisan pada catatan menggunakan tipe x atau bahan lainnya

2.6.3 Komponen model dokumentasi keperawatan


Kegiatan konsep pendokumentasian yang meliputi, komunikasi keterampilan komunikasi
yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan
lainnyadan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan yang akan dikerjakan oleh perawat.

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


28

1. Dokumentasi proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan


keputusan yang sistematis, problem solving dan riset lebih lanjut. Dokumentasi proses
keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan dan
tindakan.perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap
tindakan yang diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga
kesehatan lainnya
2. Standar dokumentasi perawat memerlukan sesuatu keterampilan untuk memenuhi standar
dokumentasi.

2.6.4 Tujuan utama dokumentasi


Tujuan utama dari pendokumentasian adalah:
1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien,
merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan
2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika
2.7 Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat disamping Pasien dilibatkan untuk membahas
dan melaksanakan Asuhan Keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
perawat primer dan atau konsulen, kepala ruangan, perawat assosiate yang perlu juga melibatkan
seluruh anggota Tim (Nursalam, 2009). Karakteristik ronde keperawatan:
1. Pasien dilibatkan secara langsung
2. Pasien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat asssositive, perawat primer dan konsulen melakukan diskusi bersama
4. konsulen membantu mengembangkan kemampuan perawat assosiative, perawat
primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
Tujuan umum ronde keperawatan menyelesaikan masalah keperawatan yang ada pada
pasien melalui pendekatan berfikir kritis. Tujuan khusus ronde keperawatan:
1. memudahkan cara berfikir kritis dan sistematis
2. meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
3. memudahkan pemikiran tentang keperawatan yang berasal dari masalah pasien
4. meningkatkan kemampuan untuk menentukan diagnosa keperawatan

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


29

5. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan

2.8 Supervisi Keperawatan


Supervisi adalahsalah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan
pengendalian (controlling)
Supervisi adalah segala bantuan dari pemimpin atau penanggung jawab kepada perawat
yang di tunjukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan, bimbingan, dan
kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat.
Ada beberapa Prinsip supervisi yang dilakukan ( Nursalam, 2011 ) antara lain, supervisi
dilakukan sesuai organiasi, supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen,
ketaerampilan hubungan antara manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan, fungsi supervisi di uraikan dengan jelas terorganisasi dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan peruraian tugas dan standart.
Sasaran supervisi dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang di sepkati berdasarka
struktur dan hirarki tugas.sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan.tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan.
Sasaran yang harus di capai dalam pelaksanaan supervisi antara lain : pelaksanaan tugas
keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, sistem dan prosedur yang tidak
menyimpan, pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan atau penyelenggaraan kekuasaan,
Kedudukan dan keuangan manfaat supervisi:
1. Supervisi dapat meningkatkan efektivitas kerja
2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


30

BAB III
PENGUMPULAN DATA

Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan pengkajian pada proses manajemen
keperawatan yang meliputi pengumpulan , analisa SWOT dan identifikasi masalah.
3.1 Visi, Misi dan Motto RSUD Bangil Pasuruan
3.1.1. Visi-Misi-Motto
a. Visi RSUD Bangil
Rumah sakit yang Profesional dan Berorientasi Kepada Pelanggan dengan
mengutamakan mutu dan keselamatan.
b. Misi RSUD Bangil
1. Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan mengutamakan mutu dan
keselamatan pasien
2. Mengembangkan pelayanan kesehatan, sarana prasarana, serta tenaga yang
terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian
3. Mengelola sumber daya dan keuangan secara efektif, efisien, dan akuntabel
c. Motto RSUD Bangil
Peduli dan berkualitas dalam pelayanan

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


31

3.2 Sumber Daya Manusia (M1-MAN)


3.2.1 Ketenagaan
a. Struktur Organisasi
Ruangan Anak RSUD Bangil Pasuruan dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu, perawat
pelaksana, perawat magang, administror, rumah tangga dan dibantu oleh satu cleaning service.
Adapun struktur organisasinya adalah :

KEPALA INSTALASI R.I

KARU

PENANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB


MUTU SDM SARANA

KATIM 1 KATIM 2

PP PP

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


32

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Ruang Anak

b. Data Ketenagaan di Ruang Anak


Keperawatan
No Nama Lama Kerja Pendidikan Jumlah Status
Kepegawaian

1 KARU >20 Tahun S1 1 PNS

2 KATIM 10- 15 Tahun DIII 2 PNS

4 PP < 10 Tahun DIII 1 PNS

5 PP < 5 Tahun DIII 4 Non PNS

6 PA (Perawat < 5 Tahun DIII 8 Non PNS


Asosiasi)

JUMLAH 16 Orang
Tenaga Non Keperawatan
NO KUALIFIKASI JUMLAH STATUS
KEPEGAWAIAN

1 Dokter Spesialis Anak 3 PNS

2 Adminsitrasi 1 PNS

3 Cleaning Servise (Pagi) 1 Non PNS

JUMLAH 5 Orang

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


33

c. Kebutuhan Tenaga
a). Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat :
Kebutuhan tenaga perawat di ruang Anak dan kebutuhan tenaga perawat klien kelolaan
mahasiswa dari hasil pengkajian tanggal 14 -20 Desember 2016 Jam 10.30 Wib sebagai
berikut;

NO TANGGAL JUMLAH PASIEN JUMLAH

M P T

1 14-12-2016 15 Pasien 13 0 2

2 15-12-2016 14 Pasien 12 0 2

3 16-12-2016 18 Orang 17 0 1

4 17-12-2016 18 Orang 18 0 1

5 19-12-2016 13 orang 11 0 2

6 20-12-2016 16 orang 13 0 3

1) Tanggal 14 Desember 2016


1. Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan pasien perhari yaitu :
a. Perawatan Langsung
Keperawatan Minimal 13 orang pasien x 2 Jam = 26 Jam
Keperawatan Parsial 0 orang pasien x 3 Jam = 0 Jam
Keperawatan Total 2 orang pasien x 6 Jam = 12 Jam

Jumlah 38 Jam

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


34

a. Keperawatan tidak Langsung 15 orang pasien x 1Jam = 15 Jam


b. Penyuluhan kesehatan 15 orang pasien x 0,25 Jam = 3,75 Jam = 4 jam

Total Jam Keseluruhan = 57 Jam

1. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah
57 Jam 15 Pasien = 3,8 Jam = 4 Jam/pasien/hari
2. Menentukan jumlah tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah langsung dengan
menggunakan rumus Gillies diatas sehingga di dapatkan hasil sebagai berikut:

4 Jam/Pasein/Hari x 15 Pasien x 365 Hari =11,21

( 365 Hari- 86) x 7 Jam kerja )

20 % x 33 = 6,6 Orang = 7 orang

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah :

11 orang + 7 oramg = 18 orang

3. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan perhari yaitu :

15 orang x 4 Jam = 8,5 Perawat = 9 orang/hari

7 Jam

4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan per shift yaitu:


a. Shift pagi 47% x 8 perawat = 3,7 Perawat = 4 Perawat
b. Shift sore 36% x 8 perawat = 2,8 Perawat = 3 Perawat
c. Shift malam 17% x 8 perawat = 2,55 Perawat = 3 Perawat

Keterangan :

Tenaga tersedia = 15 Perawat

Kekurangan tenaga = 3 Perawat

2. Tanggal 15 Desember 2016

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


35

1. Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan pasien perhari yaitu :


a. Perawatan Langsung
Keperawatan Minimal 12 orang pasien x 2 Jam = 24 Jam
Keperawatan Parsial 0 orang pasien x 3 Jam = 0 Jam
Keperawatan Total 2 orang pasien x 6 Jam = 12 Jam

Jumlah = 36 Jam

b. Keperawatan tidak Langsung 14 orang pasien x 1Jam = 14 Jam


c. Penyuluhan kesehatan 14 orang pasien x 0,25 Jam = 3,5 Jam

Total Jam Keseluruhan = 53, 5 Jam

2. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah
53,5 Jam 14 Pasien = 3,821 jam = 4 Jam
3. Menentukan jumlah tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah langsung dengan
menggunakan rumus Gillies diatas sehingga di dapatkan hasil sebagai berikut:

4 Jam/Pasein/Hari x 14 Pasien /Hari 365 Hari = 20,440 = 10,466

( 365 Hari- 86) x 7 Jam kerja ) =1953

20 % x 33 = 6,6 Orang = 7 orang

Jadi, jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah :

10 orang + 7 orang = 17 orang/ hari

4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan perhari yaitu :

14 orang x 4 Jam = 8 Perawat

7 Jam
5. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan per shift yaitu:
a. Shift pagi 47% x 8 Perawat = 3, 76Perawat = 4 Perawat
b. Shift sore 36% x 8 Perawat = 2,88 Perawat = 3 Perawat
c. Shift malam 17% x 8 Perawat = 1,36 Perawat = 1 Perawat
Keterangan :
Tenaga tersedia = 15 Perawat
Kekurangan tenaga = 2 Perawat

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


36

3. Tanggal 16 Desember 2016


1. Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan pasien perhari yaitu :
a. Perawatan Langsung
Keperawatan Mandiri 17 orang pasien x 2 Jam = 34 Jam
Keperawatan Parsial 0 orang pasien x 3 Jam = 0 Jam
Keperawatan Total 1 orang pasien x 6 Jam = 6 Jam

Jumlah = 40 Jam

b. Keperawatan tidak Langsung 18 orang pasien x 1Jam = 18 Jam


c. Penyuluhan kesehatan 18 orang pasien x 0,25 Jam = 4,5 Jam

Total Jam Keseluruhan = 62,5 Jam

2. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah
62,5 Jam 18 Pasien = 3,472 = 3 Jam/ Orang
3. Menentukan jumlah tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah langsung dengan
menggunakan rumus Gillies diatas sehingga di dapatkan hasil sebagai berikut:

3 Jam/Pasein/Hari x 18 Pasien /Hari x 365 Hari = 19.710 = 10,092

( 365 Hari- 86) x 7 Jam kerja ) =1.953


20 % x 33 = 6.6 = 7 Orang
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah
10 rang + 7 orang = 17 orang/hari

4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan perhari yaitu :

18 orang x 3 Jam = 7.7 = 8 Perawat

7 Jam

5. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan per shift yaitu:


a. Shift pagi 47% x 8 Perawat = 3,7 = 4 Perawat
b. Shift sore 36% x 8 Perawat = 2,8 = 3 Perawat
c. Shift malam 17% x 8 Perawat = 1,3 = 1 Perawat
Keterangan :
Tenaga tersedia = 15 Perawat
Kekurangan tenaga = 2 Perawat

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


37

4. Tanggal 17 Desember 2016


1. Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan pasien perhari yaitu :
a. Perawatan Langsung
Keperawatan Minimal 17 orang pasien x 2 Jam = 34 Jam
Keperawatan Parsial 0 orang pasien x 3 Jam = 0 Jam
Keperawatan Total 1 orang pasien x 6 Jam = 6 Jam

Jumlah = 40 Jam

b. Keperawatan tidak Langsung 18 orang pasien x 1 Jam = 18 Jam


c. Penyuluhan kesehatan 18 orang pasien x 0,25 Jam = 4,5 Jam

Total Jam Keseluruhan = 62,5 Jam

2. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah
62,5 Jam 18 Pasien = 3,472 Jam/ Orang
3. Menentukan jumlah tenaga keperawatan pada ruangan tersebut madalah langsung dengan
menggunakan rumus Gillies diatas sehingga di dapatkan hasil sebagai berikut:

3 Jam/Pasein/Hari x 18 Paasien /Hari 365 Hari = 19.710 = 10,092

( 365 Hari- 86) x 7 Jam kerja ) =1953

20 % x 33 = 6,6 Orang =7 orang


Jadi, jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah :
10 orang + 7 orang = 17 orang

4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan perhari yaitu :

18 orang x 3 Jam = 7,7 Perawat = 8 perawat

7 Jam

5. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan per shift yaitu:


a. Shift pagi 47% x 8 Perawat = 3,7Perawat = 4 Perawat
b. Shift sore 36% x 8 Perawat = 2,8 Perawat = 3 Perawat
c. Shift malam 17% x 8 Perawat = 1,36 Perawat = 1 Perawat
Keterangan :
Tenaga tersedia = 15 Perawat
Kekurangan tenaga = 2 Perawat

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


38

5) Tanggal 19 Desember 2016


1. Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan pasien perhari yaitu :
a. Perawatan Langsung
Keperawatan Mandiri 11 orang pasien x 2 Jam = 22 Jam
Keperawatan Parsial 0 orang pasien x 3 Jam = 0 Jam
Keperawatan Total 2 orang pasien x 6 Jam = 12 Jam

Jumlah 34 Jam

b. Keperawatan tidak Langsung 13 orang pasien x 1Jam = 13 Jam


c. Penyuluhan kesehatan 13 orang pasien x 0,25 Jam = 3,25 Jam

Total Jam Keseluruhan = 50,25 Jam

2. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah
50,25 Jam 13 Pasien = 3,8 = 4 Jam
3. Menentukan jumlah tenaga keperawatan pada ruangan tersebut madalah langsung dengan
menggunakan rumus Gillies diatas sehingga di dapatkan hasil sebagai berikut:

4 Jam/Pasein/Hari x 13 Pasien /Hari x 365 Hari = 18.980 = 9.7 = 10

( 365 Hari- 86) x 7 Jam kerja ) =1.953

20 % x 33 =6.6 = 7 Orang

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 10 + 7 = 17


orang

4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan perhari yaitu :

13 orang x 4 Jam = 7.42 = 7 Perawat

7 Jam

5. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan per shift yaitu:


a. Shift pagi 47% x 7 perawat = 3.29 = 4 Perawat
b. Shift sore 36% x 7 perawat = 2.52 = 3 Perawat
c. Shift malam 17% x 7 perawat = 1.19 = 1 Perawat

Keterangan :

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


39

Tenaga tersedia = 15 Perawat


Kekurangan tenaga = 2 Perawat

6) Tanggal 20 Desember 2016


1. Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan pasien perhari yaitu :
a. Perawatan Langsung
Keperawatan Minimal 13 orang pasien x 2 Jam = 26 Jam
Keperawatan Parsial 0 orang pasien x 3 Jam = 0 Jam
Keperawatan Total 3 orang pasien x 6 Jam = 18 Jam

Jumlah = 44 Jam

b. Keperawatan tidak Langsung 16 orang pasien x 1 Jam = 16 Jam


c. Penyuluhan kesehatan 16 orang pasien x 0,25 Jam = 4 Jam

Total Jam Keseluruhan = 64 Jam

2. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah
64 Jam 16 Pasien = 4 Jam/ Orang
3. Menentukan jumlah tenaga keperawatan pada ruangan tersebut madalah langsung dengan
menggunakan rumus Gillies diatas sehingga di dapatkan hasil sebagai berikut:

4 Jam/Pasein/Hari x 16 Pasien /Hari 365 Hari = 23.360 = 11, 9 = 12 orang

( 365 Hari- 86) x 7 Jam kerja ) =1953

20 % x 33 = 6,6 Orang =7 orang


Jadi, jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah :
12 orang + 7 orang = 19 orang

4. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan perhari yaitu :

16 orang x 4 Jam = 9,1 Perawat = 9 perawat

7 Jam

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


40

5. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan per shift yaitu:


d. Shift pagi 47% x 9 Perawat = 4,23 Perawat = 4 Perawat
e. Shift sore 36% x 9 Perawat = 3,24 Perawat = 3 Perawat
f. Shift malam 17% x 9 Perawat = 1,53 Perawat = 1 Perawat
Keterangan :
Tenaga tersedia = 15 Perawat
Kekurangan tenaga = 4 Perawat

3.2.2 BOR
Perhitungan BOR
a. BOR pasien di Ruang Anak (14-20 Desember 2016)

NO Tanggal Jumlah BOR Persentase

Bed Bed
(%)
Keseluruhan
Terpakai

14-12-2016 33 15 15/33 100% 45,4%


1
15-12-2016 33 14 14/33 x100% 42,4%
2
16-12-2016 33 18 18/33 x 100% 54,5%
3
17-12-2016 33 18 18/33 x 100% 54.5%
4
19-12-2016 33 13 13/33 100% 39,3%
5
20-12-2016 33 16 16/33 100% 48,4%
6
BOR RATA2 47,42%

3.2.3 Diagnosis Terbanyak


Dari tanggal 01 Oktober 30 November 2016 dari 10 diagnosis yang ditemukan :
N0 Jenis Penyakit Jumlah

1 DHF 55

2 Typoid 54

3 TB Paru 22

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


41

4 BP 18

5 Sepsis 17

6 KDK 16

7 GEA 14

8 KDS 13

9 ISK 12

10 DISPEPSIA 10

3.2.4 Perhitungan Beban Kerja Perawat


Adapun pembagian jam kerja secara normative pada setiap sif pada Ruang Anak sebagai
berikut :
a. Shift pagi dimulai pukul 07.00-14.00 ( 7 jam )
b. Shift sore dimulai pukul 14.00-20.00 ( 6 jam )
c. Shift malam dimulai pukul 20.00- 07.00 ( 11 jam )

3.2.5 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Langsung Pada Shift Pagi


a. Memberikan Obat kepada Pasien
b. Memenuhi kebutuhan Cairan dan Elektrolit, Nutrisi
c. Memenuhi kebutuhan Eliminasi BAB
d. Memenuhi kebutuhan Eliminasi Urine
e. Memenuhi kebutuhan integritas jaringan (Rawat Luka)
f. Memenuhi kebutuhan Oksigen
g. Menyiapkan Specimen Lab
h. Memenuhi kebutuhan rasa Nyaman dan Aman
i. Observasi Pasien
j. Melakukan resusitasi
k. Mengukur TTV
l. Menerima pasien baru
m. Pendidikan kesehatan

3.2.6 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Tidak Langsung Pada Sift Pagi


a. Pendokumentasian catatan Medis
b. Komunikasi dan edukasi dengan Ruangan Lain
c. Timbang terima pasien
d. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan Lingkungan

3.2.7 Pelaksanaan Kegiatan Non Produktif


a. Pergi keperluan pribadi
b. Makan dan minum

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


42

c. Toilet
d. Telepon pribadi
e. Duduk di nurse station

3.2 Sarana dan Prasana (M2-Material)


Proses manajemen keperawatan dan kegiatan pembelajaran manajemen keperawatan
mahasiswa Program Praktek Profesi S1 Keperawatan UNITRI Malang mengambil tempat di
Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan. Pengkajian data awal pada tanggal 14 - 20 Desember 2016.
Adapun data yang didapat sebagai berikut :

3.3.1 Lokasi dan Denah Ruangan


Dalam Ruang Anak Rsud Bangil Pasuruan terdiri dari 3 kelas yang terdiri dari kelas I, kelas II
dan III. Kelas I berjumlah 1 ruang yaitu ruang Masha dimana terdapat 2 bed, kelas II terdiri dari
ruang Micky dimana terdapat 5 bed. Kelas III terdiri dari ruang Upin,Dora dan Bobo, ruang Upin
memiliki 8 bed, Dora memiliki 6 bed dan Bobo memiliki 6 bed. Kelas III ruang Upin dan Bobo
terletak disebelah selatan nursing station, ruang Dora dan Donal terletak di sebelah Timur nurse
station. Ruang Micky berada disebalah selatan nurse station , ruang Masha berada didepan ruang
Micky dan ruang Bona/ Obs berada di sebelah Utara ruang Masha. Ruang Karu berada di sebelah
Utara ruang Micky tepatnya dibelakang nurse station, dan ruang dokter di sebelah ruang Karu.
Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan yang di gunakan dalam kegiatan
pendidikan ners di Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan dengan uraian sebagai berikut :

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


43

Denah Ruang Anak

SKETSA RUANG ANAK

Masha Micky

Bona / R. Ob

Ruang Ruang Bersih

kotor R. Karu

Tindakan
R. perawat
R.
Dokter
Donald

Upin

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


44

Ruang tunggu

Dora
Bobo
Jenitor

T B
Gambar 3.3 Denah Ruang Anak

S
3.3.2 Lingkungan Kerja
Hasil pengkajian pada tanggal 14 - 20 Desember 2016 di dapatkan gambaran kapasitas
tempat tidur di ruang anak rsud bangil pasuruan terdiri dari 34 tempat tidur dengan rincian
sebagai berikut :
1. Gambaran umum jumlah tempat tidur di Ruang Anak:
Masha / kls I : 2 bed
Micky / kls II : 5 bed
Upin / kls III : 8 bed
Bobo / kls III : 6 bed
Dora / kls III : 6 bed
Bona / R. Ob : 3 bed
Donald / Iso : 3 bed
R. Tindakan : 1 bed
2. Gambaran jumlah tempat tidur pasien kelolaan mahasiswa praktek manajemen
keperawatan.
Masha / kls I : 2 bed
Micky / kls II : 5 bed
Upin / kls III : 8 bed
Bobo / kls III : 6 bed
Dora / kls III : 6 bed
Bona / R. Ob : 3 bed
Donald / Iso : 3 bed

3.3.3 Peralatan dan Fasilitas


1. Inventaris Barang
Daftar-Daftaar Inventaris Barang
No Nama barang Baik Rusak Jumlah

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


45

1 Bed pasien 33 - 33

2 Bed tindakan 1 - 1

3 Meja pasien 33 - 33

4 Standart infus bedside 33 - 33

5 Standart infus beroda 8 - 8

6 Kursi bundar sandaran 35 - 35

7 Meja Olympic 2 - 2

8 Lemari linen 2 - 2

9 Lemari alat B/K 2 - 2

10 Lemari besi petugas 5 - 5

11 Troli injeksi 3 - 3

12 Lemari es 2 - 2

13 Dispenser - - -

14 Bantal 33 - 33

15 Guling 2 - 2

16 Kursi roda 2 - 2

17 Kipas dinding 4 - 4

18 Tempat tenun kotor 2 - 2


beroda

19 Tempat sampah injak 5 - 5

20 Tempat sampah - - -

21 Kursi duduk panjang 3 - 3

22 Troli obat emergency 1 - 1

23 Lemari obat pasien 1 - 1

2. Inventaris Alat
Daftar-Daftar Inventaris Alat

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


46

No Nama alat Baik Rusak Jumlah

1 Timbangan injak 1 - 1

2 Timbangan bayi 1 - 1

3 Pengukur tinggi badan - - -


berdiri

4 Pengukur tinggi badan bayi 1 - 1

5 Tensi meter jarum - - -

6 Tensi meter berdiri - 1 1

7 Stetoskop bayi 1 - 1

8 Stetoskop anak 5 - 5

9 Termometer manual - - -

10 Termometer digital - - -

11 Lampu tindakan 1 - 1

12 Lampu baca rontgen 1 - 1

13 Manometer tabung - - -

14 Manometer sentral 33 - 33

15 Tabung oksigen besar - - -

16 Tabung oksigen transport 1 - 1

17 Suction 1 - 1

18 Nebulizer 6 - 6

19 Infus pump 6 - 6

20 Syring pump 5 - 5

21 Ambubag anak 1 - 1

22 Ambubag bayi 3 - 3

23 Senter - 1 1

24 Kabel listrik panjang 4 - 4

25 ECG 1 1 2

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


47

26 Monitor 3 - 3

27 Bengkok 2 - 2

28 Gunting perban 1 - 1

29 Tensi meter lipat / air raksa 1 1 2

30 Stetoskop dewasa 1 - 1

31 Manset 6 - 6

32 Oksimetri kabel 3 - 3

33 Timbangan pampers 1 - 1

34 Humidifier 30 - 30

3. Inventaris Alat Tenun


Laporan Inventaris Alat Tenun di Ruang Anak
No Nama alat Jumlah

1 Laken B/H/W 15

2 Perlak 13

3 Selimut lurik 0

4 Sarung bantal B/H/W 8

5 Sarung guling 7

6 Stik laken -

7 Waslap -

8 Scort kain 17

9 Tutup meja -

10 Handuk 2

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


48

4. Inventaris Alat Pencatatan

Laporan Inventaris Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Anak

No Nama alat Jumlah

1 Kertas Hvs 70 Gr 3 RIM

2 Amplop B/K 5

3 Buku skrip

4 Buku folio 100 5

5 Blanko resep 10

6 Isi steples kecil 4 kotak

7 Spidol besar permanen 4

8 Tip-X 2

9 Spidol white board 2

10 Tinta komp. Warna 3

11 Klip kertas B/K 10

12 Stamp pad 8

13 Penghapus 4

14 Staples besar 1

15 Binber klip 33

16 Pensil 3

17 Spidol bluered 2

18 Stabilo 1

19 Penggaris 3

20 Tissue handuk 16 box

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


49

5. Inventaris Alat Medis


Daftar-Daftar Inventaris Alat Medis di Ruang Anak

No Nama alat Jumlah

1 Ambubag anak 1

2 ECG B/R 1/1

3 Infus pump 6

4 Light case 1

5 Manometer O2 1

6 Manometer sentral 33

7 Syring pump 5

8 Suction pump 1

9 Monitor pasien 3

10 Nebulizer 6

3.3.4 Alur Pengadaan Barang di Ruang Anak

Ruangan mengusulkan pengadaan barang

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


50

Usulan kebagian pengadaan barang

Di ajukan kebagian kepala bagian

Proses pengadaan barang

Barang datang

Didistribusikan

Barang diberikan dibagian


ruangan yang mengusulan

Barang diterima

Gambar 3.4 Alur Pengadaan Barang

B. Fasilitas
1) Fasilitas pasien
Kelas I
Kelas I atau ruang Masha terdapat 2 bed memiliki fasilitas :

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


51

o Bed pasien
o AC
o Sofa
o Kamar mandi dan WC
o Lemari
o Tirai
o Wastafel
o TV
Kelas II
Kelas II atau ruang Micky terdapat 5 bed memiliki fasilitas :
o 111Bed pasien
o AC
o Kursi penunggu
o Kamar mandi dan WC
o Lemari pasien
o Tirai
o TV
o Wastafel
Kelas III
Kelas III terdiri dari ruang Upin, Bobo dan Dora. Di mana ruang Upin memiliki 8 bed,
Bobo memiliki 6 bed dan Dora memiliki 6 bed dan fasilitas :
o Bed pasien
o Lemari
o Kursi penunggu
o Kipas angin
o Kamar mandi dan WC
o Tirai dan wastafel
Ruang Donal / Isolasi
Memiliki 3 bed dan fasilitas :
o Bed pasien
o Lemari pasien
o Kursi penunggu
o Kamar mandi dan WC
o Wastafel
o Kipas angin
Ruang Bona / Obs
Memiliki 3 bed dan fasilitas :
o Bed pasien
o Monitor 3 buah
o AC
o Troli Emergency
o Lemari pasien
o Wastafel

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


52

2) Fasilitas petugas kesehatan


o Kamar mandi perawat/WC
o Nursing station berada di antara kelas II dan kelas III
o TV
o Kipas angin
o Telephone
3) Buku Protop (SPO)
o Protap rekam medis
o Buku catatan atau laporan dan farmasi
- Lembar persetujuan tindakan medis
- Blanko pemeriksaan
- Blanko obat injeksi dan oral
- Lembar konsultasi
- Lembar penolakan tindakan medis
- Blanko rontgen
- Lembar observasi
- Buku dokumentasi medis transfusi darah
- Buku operan dan TTV
- Buku absensi mahasiswa
- Buku absensi perawat
- Blanko CPPT
- Lembar resum medik
- Buku oral parenteral
- Buku register ruang anak
- Buku talasemia, TB, Down Syndrome
- Buku laporan khusus KIB/ Kecelakaan lalu lintas
C. Persediaan obat
a. Persedian obat non emergency pasien
Daftar obat-obatan non emergency yang tersedia di ruang anak
No Nama Obat

1 Antibiotik
- Ceftriaxone
- Ampicilin/vicilin
- Colsacetine
- Cloxacillin
- Cefotaxin
2 Metronidazole

3 Paracetamol

4 Omeprazole sodium

5 Antrain/santagesik

6 Cetorolac

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


53

7 Ondansentron

8 Ranitidine

9 Gentamicin

10 Metoclopramid

11 Citicolin

12 Asam traneksamat

13 Ventolin

14 Pulmicort

15 Combivent

b. Persediaan Obat Emergency Pasien


Daftar obat-obatan dan alat emergency yang tersedia di Ruang Anak
No Nama Obat Desember 2016
Emergency 14 15 16 17 18 19 20

1 EPINEPHRIN INJ 5 5 5 5 5 3 3

2 NOREPINEPHRIN/ 5 5 5 5 5 3 3
LEVOSOL

3 AMINOPHYLIN 5 5 5 5 5 3 3
INJ

4 COMBIVENT 5 5 5 5 5 3 3
NEBULE

5 CA GLUCONAS 5 5 5 5 5 3 3
INJ

6 MEYLON 5 5 5 5 5 3 3

7 KCL 5 5 5 5 5 3 3

8 D40 % 5 5 5 5 5 3 3

9 MGSO4 40% 5 5 5 5 5 3 3

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


54

10 MGSO4 20% 5 5 5 5 5 3 3

11 MINIASPI 5 5 5 5 5 4 4

12 CLOPIDOGREL 5 5 5 5 5 4 4
75MG

13 ISOSORBID 5 5 5 5 5 4 4
DINITRAT 5 MG

14 NIFEDIPIN 10 MG 5 5 5 5 5 4 4

15 LIDOCAIN INJ 5 5 5 5 5 3 3

16 ATROPIN SULFAT 5 5 5 5 5 4 3
INJ

17 FUROSEMIDE INJ 5 5 5 5 5 3 3

18 METOCLOPRAMI 5 5 5 5 5 3 3
D INJ

19 DEXAMETHASON 5 5 5 5 5 3 3
INJ

20 DIAZEPAM INJ 5 5 5 5 5 3 3

21 PHENITOIN INJ 5 5 5 5 5 3 3

22 FARGOXIN/DIGO 5 5 5 5 5 3 3
XIN INJ

23 POLYFLEX 18 5 5 5 5 5 3 3

24 POLYFLEX 20 5 5 5 5 5 3 3

25 POLYFLEX 22 5 5 5 5 5 3 3

26 ABOCATH 24 5 5 5 5 5 3 3

27 POLYFLEX 26 5 5 5 5 5 3 3

28 BLOODSET 5 5 5 5 5 3 3

29 INFUSET ADULT 5 5 5 5 5 3 3

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


55

30 INFUSET MIKRO 5 5 5 5 5 3 3

31 MAYO 50 5 5 5 5 5 3 3

32 MAYO 70 5 5 5 5 5 3 3

33 MAYO 110 5 5 5 5 5 3 3

34 SPUIT 3 CC 5 5 5 5 5 3 3

35 SPUIT 5 CC 5 5 5 5 5 3 3

36 SPUIT 10 CC 5 5 5 5 5 3 3

37 SPUIT 20 CC 5 5 5 5 5 3 3

38 SPUIT 50 CC LT 5 5 5 5 5 3 3

39 NEEDLE 18 5 5 5 5 5 3 3

40 THREE WAY 5 5 5 5 5 3 3

41 MASKER NRBM 5 5 5 5 5 3 3
ADULT

42 MASKER NRBM 5 5 5 5 5 3 3
CHILD

43 SUCTION CATT 8 5 5 5 5 5 3 3

44 SUCTION CATT 12 5 5 5 5 5 3 3

45 SUCTION CATT 16 5 5 5 5 5 3 3

c. Persediaan cairan infus


Daftar cairan infus yang tersedia
No Nama cairan

1 HEST 130

2 Asering

3 Asering 5

4 Nacl 0,9%

5 HES 130 TM

6 KA-EN 1B

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


56

7 KA-EN 3A

8 WIDA D5 NS

9 WIDA D5 NS

10 Nacl 100ml

d. Alur pengadaan obat

Dokter visite

Dokter Menulis Resep

Dicatat perawat dalam lembar obat

Resep Apotek Luar (Resep Luar


Resep Dalam Rumah Sakit
Rumah Sakit)

Farmasi mengambil resep

Keluarga membeli diluar Obt diproses dibagian farmasi

Obat terbeli dibawa dan diserahkan


Obat diserahkan kembali keperawat
ke perawat

Perawat mengecek obat dan


meminta ijin untuk sentralisasi obat

Obat tertentu dibawa keluarga Obat disimpan oleh perawat untuk


(sirup) pengontrolan dalam pemberian
obat
Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017
57

Obat dipergunakan ke pasien

Gambar 3.5 Alur Pengadaan Obat untuk Pasien di Ruang Anak

3.4 Metode Asuhan Keperawatan (M3-Methode)


3.4.1 Visi-Misi
Visi ruang anak
Menjadikan ruang anak sebagai rawat inap yang aman dan nyaman dalam pemberian
asuhan keperawatan yang profesional dan kompherensif.
Misi ruang anak
1. Meningkatkan profesionalisme dan SDM keperawatan anak
2. Memberikan asuhan keperawatan anak yang optimal
3. Melindungi pasien, keluarga dan tenaga medis dari resiko infeksi nosokomial
4. Meningkatkan keamanan dan kenyamanan (patien safety)
Motto
Sabar, Terampil dan Riang

3.4.2 Peneraparan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan menerapkan model asuhan keperawatan MAKP Tim
(KATIM) yang terdiri atas anggota yang berbeda beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap dua kelompok pasien (pria dan wanita)dibagi menjadi 3 shift (tim pagi 7 orang (2 tim)
,tim sore dan malam masing masing 2 orang) dibagi dalam 1 tim saja,untuk shift sore dan malam
ketua tim di delegasikan yang terdiri dari tenaga professional ,tehnikal dan pembantu perawat
dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Di ruang Anak juga terdapat pegawai non
PNS sebanyak 12 orang. Berdasarkan pembagian tim tersebut maka ruang Anak sudah
menjalankan MAKP Tim.
Komposisi pada saat shift terbagi meliputi tenaga senior dan junior pada setiap shift.
Walaupun demikian merupakan pelayanan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


58

keperawatan, komunikasi anggota dapat terjalin dengan baik, kalau terjadi konflik mudah untuk
dipecahkan, dan merupakan kepuasan tersendiri kepada anggota tim dan dalam melayani pasien
perawat bersikap sopan dan ramah. Sementara untuk shift sore dan malam belum dikategorikan
sebagai sistem MAKP tim karena dua kelompok pasien (pria dan wanita) dikelola satu tim saja,
atau masih menggunakan sisitem campuran yaitu sistem tim dan fungsional. Namun adanya
kebijakan rumah sakit terhadap profesionalisasi keperawatan maka MAKP tim perlu
dikembangkan secara optimal untuk mengantisipasi persaingan rumah sakit yang semakin ketat,
tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang
lebih professional, serta semakin tingginya kesadaran masyarakan akan hukum.
Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada perawat yang bertugas di ruang anak
dan berdasarkan hasil pengamatan pada tanggal 14 - 20 Desember 2016 maka didapatkan :
1. Model Asuhan keperawatan Profesional telah diterapkan diruang anak
2. MAKP yang digunakan sudah sesuai dengan visi dan misi ruang anak
3. MAKP yang digunakan tidak membebani kerja perawat.
4. Kegiatan dan pembagian tugas diruang anak sudah di jalankan sesuai tupoksi (tujuan,
pokok dan fungsi)
5. Pembagian tugas di ruang anak sudah jelas
6. Terjadi peningkatan kepercayaan pasien di ruang anak setelah dilakukan MAKP

3.4.3 Ronde Keperawatan


Ronde keperawatan tidak dilakukan di ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan. Perawat
sudah mengerti definisi ronde keperawatan tetapi tidak dilakukan. Berdasarkan hasil kuesioner
dan pengamatan yang dilakukan di ruang anak pada tanggal 14 - 20 Desember 2016 didapatkan :
1. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum pernah di lakukan diruang anak.
2. Sebagian besar perawat di ruang anak sudah memahami tentang ronde keperawatan.
3. Tim pelaksanaan ronde keperawatan di ruang anak belum pernah di bentuk.

3.4.4 Sentralisasi Obat


Berdasarkan hasil kuesioner dan pengamatan pada tanggal 14 - 20 Desember 2016 yang
diberikan kepada perawat di ruang anak di dapatkan :

Sentralisasi obat sudah dilakukan di ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan tetapi belum
optimal, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya sarana dan prasarana untuk pengelolaan
sentralisasi obat (tempat obat yaitu lemari pasien sendiri, format sentralisasi obat) dan Kepala
ruangan mendukung kegiatan sentralisasi obat, serta adanya perawat untuk melakukan

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


59

sentralisasi obat. Depo Farmasi masih tersentral di depo farmasi IRNA. Dalam format
sentralisasi obat belum tersedianya informed consent atau lembar persetujuan klien yang akan
dilakukan sentralisasi obat, pada saat pemberian obat injeksi perawat sudah melakukan cuci
tangan sebelum memberikan obat, tetapi hanya pada satu pasien saja sementara pasien yang
lainnya tidak dilakukan cuci tangan lagi. Pada saat pemberian obat juga perawat jarang
menjelaskan nama obat, fungsi obat dan indikasi kepada pasien atau keluarga pasien. Di Ruang
anak juga sudah tersedia format dokumentasi pemberian obat, tetapi masih jarang dimintai tanda
tangan kepada pasien atau keluarga pasien sehingga pasien tidak mengetahui pengelolaan obat.

Alur pengelolaan obat yang dilakukan di ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan Sebagai
Berikut:
1. Resep dari dokter disalin dalam format sentralisasi obat pasien. Kemudian ditulis nama
obat, waktu pemberian, jumlah obat yang ada diresep.
2. Keluarga menyerahkan resep dan persyaratan yang diperlukan kepada depo farmasi
3. Perawat menerima obat dari depo farmasi setiap hari untuk dosis sehari (ODD) dalam
kemasan satu kali pemberian (UDD)
4. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat dan jumlah (sediaan) dalam format
pemberian obat dan menerima tanda tangan petugas farmasi
5. Setelah obat diterima, obat injeksi dan obat oral disimpan pada loker obat masing-masing
pasien yang berada di ruang tindakan
6. Pada saat pembagian obat injeksi dan obat oral, obat dibagi melalui masing-masing kotak
yang ada di dalam loker pasien dan dicocokkan dengan daftar obat pasien, waktu
pemberian, jenis obat, dan nama pasien.

3.4.5 Supervisi
Berdasarkan hasil kuesioner dan pengamatan pada tanggal 14 - 20 Desember 2016 yang
diberikan kepada perawat di ruang anak di dapatkan :
Ruangan Anak RSUD Bangil Pasuruan merupakan ruangan yang terdiri dari kelas I, II, III
yang memerlukan perhatian di bidang perawatan, supervisi di ruang Anak sudah dilakukan dari
KARU kepada KATIM ke perawat pelaksana, pelaksanaan supervisi dilakukan secara visual,
tetapi pelaksanaan supervisi belum dilakukan secara optimal karena keterbataan waktu.

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


60

3.4.6 Timbang Terima


Berdasarkan hasil kuesioner dan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal 14-20
Desember 2016 yang diberikan kepada perawat didapatkan :
Timbang terima di ruang Anak selama ini sudah dilakukan setiap hari tiga kali yaitu
pergantian shift malam ke shift pagi, shift pagi ke shift sore dan shift sore ke shift malam. Tahap-
tahap dari proses timbang terima sudah dijalankan tetapi belum optimal yaitu :
a. Kurangnya ketepatan waktu sehingga ada perawat yang tidak mengikuti timbang
terima sampai selesai
b. Setiap timbang terima pelaporannya langsung menggunakan buku status pasien
Timbang terima yang dilakukan diruang Anak sudah menjabarkan tentang, data (keluhan
obyektif dan subyektif pasien), masalah keperawatan yang masih dialami pasien, intervensi
keperawatan yang sudah dilakukan, intervensi keperawatan yang belum/akan dilakukan dalam
mengatasi masalah pasien dan tindakan medis yang telah dilakukan dan advice dokter yang telah
dilakukan. Dalam timbang terima di ruang Anak tidak selalu melibatkan semua perawat.

Di ruang Anak juga terdapat mahasiswa program studi S1 keperawatan Universitas


Tribhuana Tunggadewi Malang dan mahasiswa STIKES Kendedes yang melakukan praktek
manajemen berupaya menerapkan suatu proses timbang terima yang sesuai standar dan perawat
diruangan menerima secara terbuka serta bersedia bekerja sama. Dilaksanakannya proses
timbang terima yang baik memungkinkan distribusi informasi mengenai perawatan pasien secara
komprehensif yang akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan dapat
mengakomodasikan adanya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang lebih
profesional. Dan sebagai perwujudan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.

3.4.7 Penerimaan Pasien Baru


Berdasarkan hasil kuisioner dan hasil pengamatan pada tanggal 14 - 20 Desember 2016
yang diberikan kepada perawat di dapatkan :

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


61

Pasien rawat inap ruang Anak dapat masuk melalui IGD atau Poli Anak dengan atau
tanpa rujukan dokter. Penerimaan pasien baru Di Ruang Anak sudah optimal tetapi dalam
pelaksanaannya belum optimal seperti :

a. Jarang di lakukan Orientasi ruangan ke pasien / keluarga

b. Jarang diajarkan cuci tanggan yang benar sesuai 5 moment yang sudah ada sesuai standar
Rumah Sakit.

Perawat sudah menjelaskan secara lengkap tentang 3 P yaitu tentang pengenalan kepada
pasien, tenaga kesehatan, peraturan rumah sakit dan termasuk penyakit, selanjutnya dilakukan
pengkajian oleh perawat ruangan meliputi identitas pasien, keluhan utama, pemeriksaan tanda
tanda vital, pemeriksaan fisik (review of system). Kemudian perawat melaporkan ke dokter
kondisi pasien baru. Dengan adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih professional dan semakin tingginya masyarakat
akan hukum dapat menjadikan bahan untuk meningkatkan mutu kerja perawat dalam proses
penerimaan pasien baru.

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


62

3.2.8 Alur Pasien Masuk Ruang Anak

Pasien

BPJS/Non umum BPJS/PBI


SPM PBI

Poli Anak Tempat Pendaftaran


Pasien Gawat Darurat Tindakan

Kasir IGD Apotik IGD

Instalasi Gawat Darurat


Penunjang
Laboratorium

Pulang Radiologi
Rahabilitasi Medik
DLL
Rawat Inap

(Ruang Anak)

Gambar 3.2 Alur Pasien Masuk Ruang Anak

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


63

3.4.8 Discharge Planning


Berdasarkan hasil kuesioner dan hasil pengamatan pada tanggal 14 - 20 Desember 2016
yang diberikan kepada perawat di dapatkan :

Di ruang Anak Discharge Planning sudah dilakukan dan terdapat format yang memuat
resume pasien pulang yang berisi sama dengan format Discharge Planning tetapi pelaksanaannya
belum optimal seperti :
a. Jarang memberikan healt education untuk pasien pulang
b. Kurang memanfaatkannya media leaflet yang tersedia.
c. Leaflet yang tersedia kurang lengkap dan tidak sesuai dengan penyakit pasien
Discharge Planning dilakukan pada saat pasien pulang dan sudah terdokumentasi dalam
status pasien atau arsip Discharge Planning yang tersimpan di ruangan. Namun dengan adanya
mahasiswa S1 yang praktek menejemen keperawatan, dapat membantu kerjasama yang baik
antara mahasiswa dan perawat sehingga memudahkan pemberian penkes kepada klien dan
keluarga yang sekarang ini sebagian besar keluarga berpendidikan rendah dan belum sadar akan
kesehatan, adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan masyarakat yang optimal,
serta adanya persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat.

3.4.9 Dokumentasi Keperawatan


Berdasarkan hasil kuesioner dan hasil pengamatan pada tanggal 14 - 20 Desember 2016
yang diberikan kepada perawat di dapatkan :

Sistem pendokumentasian asuahan keperawatan di Ruang Anak yang diterapkan sudah


memiliki sistem yang baik. Modal pendokumentasian asuhan keperawatan yang digunakan
adalah model POR (Problem Orientet Record) yaitu model dokumentasi keperawatan yang
memusatkan data menurut masalah klien. Selain itu juga tersedianya sarana dan prasarana untuk
tenaga kesehatan seperti tenaga administrasi dan lembar dokumentasi. Dalam dokumentasi
keperawatan, pengkajian menggunakan model ROS dan diagnosa keperawatan sampai evaluasi
menggunakan SOAP. Sistem pendokumentasian di Ruang Anak sudah mengunakan sistem

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


64

komputerisasi yang dilengkapi SAK dengan sitem print out dan SOP juga tersedia. Akan tetapi
cara mengaplikasikannya lebih sederhana dan lebih mengarah ke data fokus seperti :

1. Pengkajian
pemeriksaan fisik yang dilakukan hanya berfokus pada yang bermasalah saja..
2. Discharge planning
Tidak memberikan healt education untuk pasien pulang
Kurang memanfaatkannya media leaflet yang tersedia.
Leaflet yang tersedia kurang lengkap dan tidak sesuai dengan penyakit pasien.
3. Timbang Terima
Kurangnya ketepatan waktu sehingga ada perawat yang tidak mengikuti timbang
terima sampai selesai
Setiap operan timbang terima langsung menggunakan buku status pasien.
.
3.5 Keuangan (M4-Money)
Pengelolaan RSUD Bangil Pasuruan dikelola oleh pemerintah daerah Bangil.
Pengadaan dana bagi ruangan dan operasional ruangan didapatkan dari RSUD Bangil
Pasuruan yaitu :
- Umum
- BPJS/Non PBI
- SPM
- BPJS/PBI
Daftar pembayaran pasien di ruangan anak pada tanggal 14 -20 Desember 2016
didapatkan :
Tanggal Pembayaran

SPM UMUM BPJS/Non BPJS/PBI


PBI

14 desember 2016 4 1 3 -

15 desember 2016 2 4 7 2

16 desember 2016 3 1 - -

17 desember 2016 3 - - -

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


65

19 desember 2016 3 - 3 -

20 desember 2016 4 2 6 4

Jumlah 19 8 19 6

Selain dari pasien pemasukan rumah sakit di dapatkan dari hubungan kerja sama
antara koperasi, Bank Jatim, Institusi pendidikan.

1.6 Mutu Pelayanan (M5-Mutu)


1.6.1 Kualitas Pelayanan Keperawatan
Pasien yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RSUD Bangil Pasuruan di ruang
Anak sebagian besar berasal dari Bangil. Perawat memberikan pelayanan seoptimal mungkin.
Seperti :
a. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas
permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran
secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.
Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada
Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan
juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint
Commission International (JCI) diantaranya:
1. Identifikasi Pasien Berupa Gelang Pasien
Merupakan suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang mencakup nomor rekam
medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat membedakan antara pasien satu
dengan pasien yang lainnya guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan dan
tindakan atau prosedur kepada pasien. Penggunaan gelang pasien merupakan cara yang
dianggap mampu untuk mengidentifikasi pasien dengan tepat baik secara verbal
maupun secara visual yaitu melihat dan menanyakan nama, tanggal lahir dan nomor

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


66

RM. Identitas tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien. Gelang pasien
juga mencakup 2 warna yaitu: warna biru untuk pasien laki-laki, warna pink untuk
pasien perempuan,.Berdasarkan observasi yang dilakukan di Ruang Anak semua pasien
menggunakan gelang identitas yang terdiri atas nama dan tanggal lahir berdasarkan
kartu identitas atau kartu keluarga serta nomor RM yang diberikan oleh RS.
2. Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial
Sebagai tempat yang memiliki angka penularan infeksi tinggi, rumah sakit selayaknya
memiliki sistem kewaspadaan yang berupa pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI),
baik berupa komite di rumah sakit yang besar maupun sebuah tim di rumah sakit yang
kecil. Kebijakan rumah sakit mesti memihak kepada upaya-upaya dan kontrol terhadap
angka penularan infeksi di lingkungan rumah sakit. Mencuci tangan atau hygiene tangan
sangat sederhana, tidak memakan waktu yang banyak namun bisa membantu mencegah
infeksi yang berbahaya jika dilakukan dengan tepat. Higiene tangan baik dilakukan dalam
5 saat:
Sebelum kontak (menyentuh) dengan pasien, hal ini bisa melindungi pasien dari
kuman berbahaya yang Anda bawa.
Sebelum tindakan aseptik, juga berguna melindungi pasien.
Sesudah terpapar cairan tubuh pasien, untuk melindungi diri Anda dan lingkungan
dari kuman.
Sesudah kontak dengan pasien, juga untuk melindungi diri Anda dan lingkungan
dari kuman.
Sesudah kontak dengan linkungan di sekitar pasien, juga untuk melindungi diri
Anda dan lingkungan dari kuman.
Semua petugas di rumah sakit dan pengunjung pasien harus memahami 5 momen mencuci
tangan ini, sehingga salah satu prinsip pencegahan dan kontrol infeksi dapat berjalan dengan
baik. Mencuci tangan sangat penting, karena selain mengurangi angka penularan infeksi
(Healthcare associated infections HAIs / HCAI), bahkan ke yang berbahaya seperti MRSA;
higiene tangan ini juga dapat memberikan keuntungan lain. Misalnya jika pasien tidak
mendapatkan infeksi tambahan, maka kesembuhan yang diharapkan akan terjadi pada waktu
yang diperkirakan, atau tidak memanjang akibat penyakit lain. Berdasarkan observasi dan
wawancara yang dilakukan di Ruang Anak sebagian keluarga pasien mengatakan mereka masih

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


67

ada yang belum mendapatkan pendidikan kesehatan dari perawat maupun staf ruangan
mengenani cara mencuci tangan 6 langkah, sehingga mereka belum tahu dan belum bisa
mencontohkan cara cuci tangan 6 langkah dengan benar.

3. Angka Kejadian Jatuh


Dari data pada bulan juli-september didapatkan hasil bahwa 100% pasien tidak mengalami
jatuh selama dilakukan perawatan oleh perawat ruangan. Meskipus sebagian pasien mempunyai
resiko jatuh, akan tetapi dari hasil tabulasi menunjukkan tidak ada pasien yang mengalami jatuh.

FORMULA =

14 20 Desember 2016

No Variabel Tanggal Total

14 15 16 17 19 20

1 Resiko Jatuh 15 14 18 18 13 16 94

2 Resiko tinggi Jatuh 1 1 1 1 3 2 9

3 Kejadian Jatuh 0 0 0 0 0 0 0

Dari data pada kamar Bobo, Upin, Dora, Bona, Donald, Masya, Micky, pada tanggal
14 20 Desember 2016 didapatkan bahwa 100% pasien tidak mengalami jatuh selama
dilakukan perawatan oleh perawat ruangan.

4. Kejadian Flebitis

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


68

FORMULA =

14 20 Desember 2016

No Variabel Tanggal Total

14 15 16 17 18 20

1 Jumlah Kejadian
Flebitis

a. Mechanikal 8 9 8 7 7 6 45

b. Bactenal 1 2 1 3 1 2 10

c. Chemikal 6 3 9 8 5 8 39

2 Jumlah Pasien Beresiko 15 14 18 18 13 16 94


Terjadi Flebitis

3 Jumlah Pasien Flebitis 1 3 0 3 1 3 11

Angka kejadian 11x 100%


= 11,7%
flebitis = =
94

Kejadian flebitis dari data yang didapatkan pada kamar Bobo, Upin,
Donal,dora,masya,micky,dan bona tanggal 14 20 Desember 2016 terdapat 11 pasien yang
mengalami kejadian flebitis (11,7%) dari total pasien 94 orang

5. Kesalahan Pengobatan (Medication Error)


Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat obat, tidak tepat cara pemberian,
tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu pemberian dan tidak waspada terhadap

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


69

efek pemberian obat. Angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dalam pemberian obat
tanggal 14 - 20 oktober 2016:
Jml pasien yg terkena KTD dlm pemberian obat x
= 100%
Jml pasien pada hari tersebut

0 x 100%
= = 0%
18

No Variabel Tanggal Total

14 15 16 17 19 20

1 Jumlah pasien yang terkena


kejadian tidak diharapkan
dalam pemberian obat

(6 Tepat)

a. Tidak tepat pasien


b. Tidak tepat obat
c. Tidak tepat waktu
pemberian 0 0 0 0 0 0 0
d. Tidak tepat dosis obat
e. Tidak tepat cara pemberian
f. Tidak tepat dokumentasi

2 Jumlah Pasien pada hari 15 14 18 18 13 16 94


tersebut

Angka Kejadian Nyaris Cidera (KNC) dalam pemberian obat pada tanggal 14 - 20
Desember 2016:
Jml pasien yg terkena KNC dlm pemberian obat x
= 100%
Jml pasien pada hari tersebut

0 x 100%
= = 0%
94

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


70

Angka kejadian KNC = 0

Kejadian kesalahan pengobatan tidak terjadi pada kamar Bobo, Upin, Dora, Bona,
Donald, Masya, Micky pada tanggal 14 17 Desember 2015, pemberian obat dilakukan
secara benar dan sesuai indikasi yang diberikan oleh dokter.

6. Kejadian Dekubitus

14 20 Desember 2016

No Variabel Tanggal Total

14 15 16 17 18 20

1 Jumlah Kejadian 0 0 0 0 0 0 0
Dekubitus

2 Jumlah Pasien Beresiko 0 0 0 0 0 0 0


Terjadi Dekubitus

Angka kejadian dekubitus = 0

Kejadian dekubitus dari data yang didapatkan pada kamar Bobo,Upin,Dora, dan
Mikcy, Donald dan Masya, tanggal 14 20 Desember 2016 tidak terdapat pasien yang
mengalami dekubitus (0%) dari total pasien 18 Pasien.

7. Kepuasan Pasien
FORMULA =

Angka kepuasan =

Sebelum dikelola

No Elemen Indikator Tanggal

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


71

Pre Post

1 Reability (Keandalan) 3

2 Assurance (Jaminan) 2

3 Tangibels (Kenyataan) 0

4 Empaty (Empati) 1

5 Responsibles (Tanggung jawab) 0

Dari data pada kamar Bobo, Upin, Dora, Bona, Donald, Masya, Micky tanggal 14 20
Desember 2015 mengenai kepuasaan pasien dengan kinerja perawat. Pelaksanaan evaluasi
menggunakan kuesioner yang berisi 23 soal berbentuk pertanyaan pilihan yang dibagikan kepada
15 responden secara umum menyatakan bahwa pelayanan perawat di Ruang Anak puas yaitu
sebanyak 11 orang (73,33%) dan sisanya 4 orang (26,67%) menyatakan cukup puas. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien di ruang Anak terhadap kinerja perawat adalah
puas.

8. Pengetahuan
Pengetahuan tentang Perawatan Penyakitnya

FORMULA =

Sebelum dikelola-setelah dikelola

No Variabel Tanggal

14 15 16 17 18 20 Total

1 Jumlah pasien yang kurang 8 0 3 2 0 4 17


pengetahuan

2 Total pasien 15 14 18 18 13 16 94

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


72

Angka Pengetahuan

Formula

17 x 100%
= 18,0 %
94
Dari data pada kamar Bobo, Upin, Dora, Bona, Donald, Masya, Micky tanggal 14 -
20 Deseber 2016 mengenai pengetahuan pasien didapatkan jumlah pasien yang kurang
pengetahuan sebanyak 17 orang

9. Kecemasan
Identifikasi kecemasan pasien
FORMULA =

angka kejadian cemas pada ruang rawat umum =

14 Desember 2016 20 Desember 2016

No Variabel Tanggal

14 15 16 17 18 20 Total

1 Jumlah pasien
2 2 2 2 12
Cemas ringan 2 2
1 1 1 1
Cemas sedang 2 1 7
2 Jumlah pasien yang dirawat 15 14 18 18 13 16 94

Angka kecemasan :

Cemas Ringan :

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


73

12 x 100%
= 12,7 %
94

Cemas sedang

7 x 100%
= 7,4 %
94
Dari data pada kamar Micky, Masya, Bobo, Dora, Upin, Donal, dan Bona tanggal 14
- 20 Desember 2016 mengenai kecemasan pasien didapatkan jumlah pasien yang
mengalami cemas ringan sebanyak 12 orang dan cemas sedang sebanyak 7 orang.

10. ALOS (Average Lenght of Stay)


Berdasarkan data yang di ambil dari buku register di ruang Anak pada bulan Oktober
November 2016 selama 2 bulan, maka
Rumus ALOS : Jumlah hari Rawat X 100%
Ideal hari perawatan
a. ALOS secara umum
Lama rawat inap pasien di ruang Anak kamar Micky, Masya, Bobo, Dora, Upin, Donal,
Bona selama 2 bulan terakhir di bulan Oktober - November 2016 rata rata rawat inap 1-
9 hari dari total pasien 269 orang
b. ALOS secara khusus
Lama rawat inap pasien di ruang Anak kamar Micky, Masya, Bobo, Dora, Upin, Donal,
Bona selama 2 bulan terakhir di bulan Oktober - November 2016 didapatkan 10 diagnosa
terbanyak yaitu: DHF sebanyak 55 orang, Demam Typoid sebanyak 54 orang, TB paru
sebanyak 22 orang, Bronkopneumonia sebanyak 18 orang, sepsis sebanyak 17 orang,
KDK sebanyak 16 orang GEA sebanyak 14 orang, KDS sebanyak 13 orang, ISK
sebanyak 12 orang, Hemofilia sebanyak 10 orang.

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


74

BAB IV

IMPLEMENTASI

4.1 Pengorganisasian
Untuk efektifitas pelaksanaan praktik klinik manajemen keperawatan dalam menetukan
kebijakan-kebijakan internal, maka kelompok menyusun organisasi sebagai berikut :
Ketua : Yohanes Dudu
Sekretaris : Nur Windahsari
Bendahara : Herlinawati
PJ Penerimaan Pasien Baru : Yohanes Dudu
PJ Timbang Terima : Aldiron Rudolf Nenotek
PJ Sentralisasi Obat : Elisabeth Tea
Fitri Hayati
PJ Discharge Planning :Nur Windahsari
Herlinawati
PJ Ronde Keperawatan : Yohanes Sunu

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


75

PJ Supervisi : Anggraini Jaga Ulle


PJ Dokumentasi : Evan
Dedes Supriadi

Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan pengorganisasian dalam


pembagian peran sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan
2. Perawat Primer (Katim)
3. Perawat Associate / pelaksana
Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan model asuhan
keperawatan diruangan.
Kelompok menyusun GANN chart dalam merencanakan kegiatan.

4.2 Strategi Kegiatan


Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah ditetapkan BAB II berdasarkan analisa
SWOT yang dibuat, maka dibuat rencana strategi untuk pelaksanaan sentralisasi obat, discharge
planning, supervisi, dokumentasi, timbang terimapenerimaan pasien baru dan di Ruang Anak
sebagai berikut :
4.2.1 Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan di mana seluruh obat yang akan diberikan kepada
pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2007).
Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan salah
satu peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam satu pola sistematik, sehingga penggunaan
obat benar-benar dapat terkontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian secara material
mupun non material dapat di minimalisir.

4.2.1.1 Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Elisabeth Tea
Fitri Hayati
Karu : Fitri Hayati
Katim : Elisabeth Tea
Yohanes Dudu
Perawat pelaksana : Nur Windahsari

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


76

Evan
Pembimbing Lahan : Mida Rachmawati S.Kep., Ns
Pembimbing Institusi : Yanti Rusdiana., S.Kep., Ns.

4.2.1.2 Masalah
Tidak tersedia informed consent pada sentralisasi obat
Tidak melakukan cuci tangan sebelum memberikan obat injeksi
Tidak menjelaskan nama obat, fungsi obat, dosis obat, efek samping obat,
indikasi obat
Pendokumentasian pemberian obat belum berjalan secara optimal

4.2.1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengoptimalkan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendapatkan persetujuan dari pasien untuk dilakukannya sentralisasi obat
b. Agar mencegah pemindahan kuman kepada pasien ataupun dari pasien kepada
perawat
c. Agar pasien mengerti dan memahami tentang nama obat dan fungsi obat yang
diberikan
d. Agar pasien tahu pengelolaan obat dan proses pemberian obat

4.2.1.4 Target
a. Tersedianya Informed consent pada pasien yang akan dilakukan sentralisasi
obat
b. Perawat selalu melakukan cuci tangan sebelum memberikan obat
c. Pasien mengerti tentang nama obat, fungsi obat, dosis obat, efek samping
obat, indikasi dan kontra indikasi obat
d. Dokumentasi sentralisasi obat sudah diisi dan ditanda tangani oleh semua
pasien yang dilkukan sentralisasi obat
Kriteria evaluasi
1. Struktur
a. Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat.
b. Menyiapkan format sentralisasi obat
2. Proses
a. Melaksanakan sentralisasi obat pasien bersama-sama dengan perawat, dokter dan
bagian farmasi
b. Menyiapkan format sentralisasi obat (informed consent, format pemberian obat
injeksi dan oral, format serah terima obat)
3. Hasil
a. Keluarga menerima dan memahami system sentralisasi obat
b. Perawat mampu mengelola obat pasien
c. Mutu pelayanan kepada pasien terutama dalam pemberian obat meningkat

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


77

d. Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat baik secara hukum maupun secara
moral
e. Pengelolaan obat efektif dan efesien.

4.2.1.5 Program Kerja


a. Rencana Strategi
Menentukan penenggungjawab sentralisasi obat
Menyusun proposal sentralisasi obat
Melaksanakan sentralisasi obat pasien bekerja sama dengan perawat, dokter
dan bagian farmasi
Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi obat
melaksanakan sentralisasi obat pasien bersama dengan perawat, dokter, dan
bagian farmasi

4.3 Discharge Planning


Discharge planning merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari fase-
fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan.
(Raden dan Tafft, 2010).
Discharge panning merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang.
Perencanaan pulang merupakan perencanaan yang dinamis, agar tim kesehatan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan
keperawatan mandiri dirumah. Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi
ketika keperawatan profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan
dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien. Saat perencanaan
harus dipusatkan pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik rehabilitatik, serta
keperawatan rutin yang sebenarnya (Nursalam, 2014)
4.3.1 Pengorganisasian Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Penanggung Jawab : Nur Windahsari
Herlinawati
Kepala Ruangan : Yohanes Dudu
Perawat Primer I (Pagi) : Yohanes Suni
Perawat Associate I (Pagi) : Fitri Hayati
Perawat Associate 2 (Pagi) : Herlinawati
Pembimbing Klinik : Mida Rachmawati S. Kep., Ns
Pembimbing Akademik : Yanti Rusdiana S. Kep., Ns

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017


78

4.3.2 Supervisi
4.3.3 Dokumentasi
4.3.4 Timbang Terima
4.3.5 Penerimaan pasien baru

4.4 Hhh

Mahasiswa Manajemen Keperawatan Profesi Ners UNITRI Malang 2017

Vous aimerez peut-être aussi