Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
REVIEW JURNAL
OLEH :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan
dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
kita sekalian.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tertempel pada lapisan ganda bertindak sebagai reseptor, saluran ion, dan
penghantar jalur-jalur sinyal elektrik dan kimia; banyak dari protein ini
air dan aliran air yang besar dapat membawa serta molekul obat berukuran kecil
hidup dari sekelilingnya yang mati. Setiap sel yang hidup harus selalu
Di tubuh manusia, obat harus menembus sawar (barrier) sel di berbagai jaringan.
Umumnya obat melintasi lapisan sel ini dengan menembusnya, bukan dengan
melewati celah antar sel. Peristiwa ini dikenal dengan transpor lintas membran.
menjadi dua cara, yaitu dengan difusi pasif untuk molekul-molekul yang mampu
melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang
3
Umumnya absorbsi dan distribusi obat terjadi secara difusi pasif. Mula-
mula obat harus berada dalam larutan air pada permukaan membran sel kemudian
molekul obat akan melintasi membran dengan melarut dalam lemak membran.
Pada proses ini obat bergerak dari sisi yang kadarnya lebih tinggi ke sisi lain yang
memiliki kadar lebih rendah. Setelah taraf mantap dicapai, kadar obat bentuk non
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi absorpsi
gastrointestinal ke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi aktif, atau
permukaan vili mukosa yang luas. Jika sebagian dari vili ini berkurang karena
pengangkatan sebagian dari usus halus, maka absorpsi juga berkurang. Obat-obat
yang mempunyai dasar protein, seperti insulin dan hormon pertumbuhan, dirusak
Dengan proses difusi, obat tidak memerlukan energi untuk menembus membran.
5
Gambar 1. Tiga proses utama dalam absorpsi obat melalui membran
gastrointestinal; yaitu absorpsi pasif, absorpsi aktif, dan pinositosis.
gastrointestinal. Obat-obat yang larut dalam air membutuhkan karier, baik berupa
membran jika telah menjadi tidak bermuatan (nonionized, tidak bermuatan positif
atau negatif). Obat-obat asam lemah, seperti aspirin, menjadi kurang bermuatan di
dalam lambung, dan aspirin melewati lambung dengan mudah dan cepat. Asam
hidroklorida merusak beberapa obat, seperti penisilin. Oleh karena itu, penisilin
oral diperlukan dalam dosis besar karena sebagian hilang akibat cairan lambung.
Semua senyawa yang berukuran cukup kecil dan larut dalam air dapat
usus halus dan lain-lain) berukuran kecil yaitu 4-7 dan hanya dapat dilalui
oleh senyawa dengan bobot molekul yang kecil yaitu lebih kecil dari 150
untuk senyawa yang bulat, atau lebih kecil dari 400 jika senyawanya terdiri
kimia sebagian besar molekul seperti polaritas dan ukuran molekul merupakan
difusi.
3. Transpor aktif
yang sangat berbeda dengan difusi pasif. Pada transpor aktif diperlukan
Sistem ini menunjukkan adanya suatu kekhususan untuk setiap molekul atau
suatu kelompok molekul. Oleh sebab itu dapat terjadi persaingan beberapa
berafinitas lebih rendah. Transpor dari satu sisi membran ke sisi membran
yang lain dapat terjadi dengan mekanisme perbedaan konsentrasi. Tranpor ini
4. Difusi terfasilitasi
7
transpor ini perlintasan terjadi akibat gradien konsentrasi dan tanpa
pembebasan energi.
5. Pinositosis
molekul besar dan terutama oleh molekul yang tidak larut. Perlintasan terjadi
Transpor oleh pasangan ion adalah suatu cara perlintasan membran dari
8
B. Difusi Pasif
suatu zat yang dibawa oleh gerakan molekular secara acak dan berhubungan
misalnya suatu membran polimer, merupakan suatu cara yang mudah untuk
tubuh yaitu obat tersebut bergerak dari suatu bagian yang konsentrasinya tinggi ke
konsentrasi yang rendah. Difusi pasif tidak menggunakan suatu karier, tidak ada
titik jenuh dan kurang menunjukkan spesifitas struktural. Sebagian besar obat-
obat masuk kedalam tubuh dengan mekanisme ini. Obat-obat yang larut dalam
sedangkan obat-obat yang larut dalam air menembus membran sel melalui saluran
aqua.
Umumnya absorbsi dan distribusi obat terjadi secara difusi pasif. Mula-
mula obat berada dalam larutan air pada permukaan membran sel, kemudian
molekul obat akan melintasi membran dalam melarut dalam lemak membran.
Pada proses ini obat bergerak dari sisi yang kadarnya lebih tinggi ke sisi lain.
9
Setelah taraf mantap (steady state) dicapai kadar obat bentuk non-ion kedua sisi
yang tidak diperlukan, sel melakukan berbagai jenis aktivitas, dan salah satunya
adalah difusi. Ada dua jenis difusi yang dilakukan, yaitu difusi biasa dan difusi
khusus.
Difusi biasa terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul
ke dalam membran plasma yang terbuat dari fosfolipid. Difusi seperti ini tidak
Difusi khusus terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul
yang hidrofilik atau berpolar dan ion. Difusi seperti ini memerlukan protein
yang turut campur dalam difusi khusus ini biasanya berfungsi untuk spesifik
partikel.
1. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu
difusi.
3. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
10
4. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
viskositas dan ketebalan membran. Di samping itu difusi pasif dipengaruhi oleh
koefisien partisi, yaitu semakin besar koefisien partisi maka semakin cepat difusi
obat.
adalah vitamin B12, elektrolit organik lemah (asam, basa), nonelektrolit organik,
glikosida jantung.
penyususun membran. Karena ini menyangkut difusi murni, maka difusi ini tidak
dapat dihambat oleh senyawa analog dan melalui blokade metabolisme. Dilihat
terutama melalui matriks lipid. Karena itu, kelarutan senyawa yang diabsorpsi
dalam lemak memegang peranan yang menonjol. Pori yang terdapat dalam
membran hanya memiliki arti tertentu untuk absopsi senyawa nonelektrolit yang
sukar larut dalam lemak serta senyawa yang terionisasi sempurna dengan bobot
molekul rendah.
11
sisi membran. Waktu yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan tersebut
/
K=
besar dan difusi transmembran terjadi lebih mudah. Tidak boleh dilupakan bahwa
organisme terdiri dari fase lemak dan air, sehingga bila koefisien partisi sangat
tinggi ataupun sangat rendah maka hal tersebut merupakan hambatan pada proses
12
Kebanyakan zat aktif merupakan basa atau asam organik, maka dalam
keadaan terlarut sebagian molekul berada dalam bentuk terionkan dan sebagian
dalam bentuk tak terionkan. Jika ukuran molekul tidak dapat melalui kanal-kanal
membran, maka polaritas yang kuat dari bentuk terionkan akan menghambat
proses difusi transmembran. Hanya fraksi zat aktif yang tak terionkan dan larut
dalam lemak yang dapat melalui membran dengan cara difusi pasif.
Untuk obat yang zat aktifnya merupakan garam dari asam kuat atau basa
untuk elektrolit lemah berupa garam yang berasal dari asam lemah atau basa
kelarutan bentuk tak terionkan di dalam lemak, jumlah bentuk yang tak terionkan
Interrelasi antara parameter pH, pKa, dan kelarutan dalam lemak juga dikenal
sebagai teori pH-partisi absorpsi obat. Teori ini berdasarkan pada asumsi:
Hasselbach) yaitu:
1. Tetapan disosiasi dari senyawa atau pKa (pH dimana bentuk terion dan bentuk
2. pH cairan dimana teradpat molekul zat aktif; pH dikedua sisi dapat berbeda.
Untuk asam lemah: pH pKa = log 1
13
Untuk basa lemah: pKa - pH = log 1
setiap daerah saluran perncernaan, karena pH saluran cerna beragam antara 1-3,5
untuk lambung, 5-6 untuk duodenum dan 8 pada ileum. Penyerapan efektif
terutama terjadi pada bentuk yang tak terionkan yaitu zat aktif bersifat asam
lemah pada lambung, sedangkan difusi basa lemah di lambung akan berkurang,
namun penyerapannya didalam usus halus menjadi sangat berarti karena bentuk
Terori ini secara nyata diterapkan dalam penyerapan zat aktif lainnya,
yaitu pada penetrasi zat aktif ke dalam tubuh, juga pada fase kinetik selanjutnya.
Demikian pula pada pengobatan dengan obat-obat yang berbahaya, yang dapat
melalui sistem sirkulasi dan mencapai target reseptor yang dipengaruhi oleh aliran
darah dan konsentrasi jumlah darah di reseptor tersebut. Distribusi obat di darah,
organ, dan sel tergantung dosis dan rute pemberian, lipid solubility obat,
kemampuan berikatan dari protein plasma dan jumlah aliran darah ke organ dan
dapat dikeluarkan dari tubuh (ekskresi). Pada dasarnya, tiap obat adalah zat asing
yang tidak diinginkan tubuh, sehingga tubuh berusaha merombak zat tersebut
menjadi metabolit yang bersifat hidrofil agar lebih lancar diekskresikan melalui
14
Biotransformasi berlangsung terutama di hati, saluran pencernaan, plasma dan
mukosa intestinal.
15
REVIEW JURNAL
Pengenalan :
yang tersedia secara komersial, media reseptor hidrolik dan kuantifikasi oleh
kinerja produk dipertahankan dari waktu ke waktu dan dengan adanya perubahan.
parameter fisik dan kimia, termasuk kelarutan dan ukuran partikel bahan aktif dan
sifat reologi dari bentuk sediaan. Sel difusi Franz biasanya digunakan dengan kulit
manusia atau hewan yang dipalsukan. Namun, bila kulit biologis tidak tersedia,
membran sintetis yang digunakan dalam penelitian difusi obat oleh sel Franz
16
Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
f. labu volumetrik
g. pipet
h. gelas the
2. Bahan
a. Etanol
b. metanol
c. glukosa
Penelitian dilakukan dengan sel Franz terdiri dari enam sel vertikal dan
pemandian air yang digunakan untuk menjaga suhu pada suhu 32 1 C. Sekitar
200 sampai 300 mg sampel gel topikal Capsaicin diaplikasikan pada membran
Teflon 0.2m (membran sintetis) dari ruang donor dan benar-benar tersumbat
dengan menutupi bentuk sediaan dengan parafilm. Bilik diisi dengan Etanol: Air
17
(70:30,% v / v) sebagai media reseptor dan diaduk pada 600 rpm dengan
pengaduk magnet. Media reseptor dipilih karena kelarutan berair rendah dari
dan sampel ditarik pada interval 0,5, 1, 2, 4, 6 & 8 jam dari masing-masing sel
Umumnya hal ini mirip dengan kondisi fisiologis kulit, juga penting untuk
memastikan pelepasan obat dapat diukur tanpa bias. Media reseptor yang tepat
seperti penyangga air untuk obat-obatan terlarut dalam air atau media hidro-
alkohol untuk obat-obatan yang larut dalam air atau media lain dengan
pembenaran yang tepat dapat digunakan. Capsaicin tidak larut dalam air dan larut
dalam alkohol. Oleh karena itu kelarutan capsaicin dalam komposisi air dan
alkohol yang berbeda (media hidro-alkohol) dicoba dan menemukan bahwa media
yang mengandung 50% alkohol dalam air cukup baik untuk mencapai kondisi
wastafel. Oleh karena itu, percobaan IVRT dilakukan dengan komposisi etanol
dan air yang berbeda seperti 50:50, 60:40, 70:30 & 80:20% v / v sebagai media
18
aplikasi Dan jangka waktu 8 jam. Kemudian diamati profil pelepasan Capsaicin
dari formulasi gel dengan menggunakan media reseptor yang berbeda. Hubungan
B) pemilihan membran
dilepaskan dari sampel dan tidak boleh mengandung leachables yang dapat
berbeda 0.2m Nylon, 0.2m Teflon dan polysulphone 0.2m dicoba dengan
organ target. Aplikasi dasar formulasi gel Capsaicin pada kulit, kemudian suhu 32
C digunakan selama percobaan. Jumlah sampel gel yang digunakan (200 mg)
19
pada membran dipilih berdasarkan jumlah yang dibutuhkan untuk penyebaran
seragam dan penutupan daerah membran. Umumnya enam sel difusi Franz
Sampling dilakukan dengan auto sampler dan ada penggantian sampel yang
lengkap dengan media reseptor segar. Oleh karena itu, tidak ada batasan untuk
pengumpulan sampel volume kecil pada setiap interval dan penggantian sampel
secara lengkap dengan media reseptor segar menghasilkan kondisi wastafel yang
rendah dari Capsaicin dalam medium reseptor. Pemisahan yang baik dari
Capsaicin dalam matriks gel diketahui dengan menggunakan Grace Alltima C18
(25cm 4.6 mm, 5m) sebagai fase gerak dan campuran 0.1% v/v asam asetat
glasial, metanol, acetonitrile (40:35:25, % v/v) sebagai fase diam. Fase diam
dijalankan pada laju alir 1.0 ml/menit dalam mode isocratic selama 22 menit
berbeda
glycol dalam komposisi gel), F2 (Capsaicin dengan 28% Propylene glycol dalam
20
komposisi gel) and F3 (Capsaicin dengan 30% Propylene glycol dalam komposisi
menunjukan pelepasan yang baik dari Capsaicin dibandingkan dengan F2 dan F3.
formulasi.
KESIMPULAN
sintetik sebagai uji pelepasan in vitro. metode ini merupakan metode yang
mempunyai korelasi linearitas 0.9998. Metode ini digunakan untuk melihat profil
atau sifat dari pelepasan yang berbeda dari sedian topikal gel.
perubahan komposisi dari formulasi. Metode ini menyediakan alat yang berguna
untuk melihat kualitas produk yang dibutuhkan oleh SUPAC-SS. metode ini bisa
digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik untuk memantau batch ke batch
agar produk tersebut seragam dengan memperhatikan perubahan dalam proses dan
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
melewati celah antar sel. Peristiwa ini dikenal dengan transpor lintas membran.
3. Transpor aktif
4. Difusi terfasilitasi
5. Pinositosis
tubuh yaitu obat tersebut bergerak dari suatu bagian yang konsentrasinya tinggi ke
konsentrasi yang rendah. Difusi pasif tidak menggunakan suatu karier, tidak ada
22
1. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu
difusi.
3. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
viskositas dan ketebalan membran. Di samping itu difusi pasif dipengaruhi oleh
koefisien partisi, yaitu semakin besar koefisien partisi maka semakin cepat difusi
obat.
melalui sistem sirkulasi dan mencapai target reseptor yang dipengaruhi oleh aliran
darah dan konsentrasi jumlah darah di reseptor tersebut. Distribusi obat di darah,
organ, dan sel tergantung dosis dan rute pemberian, lipid solubility obat,
kemampuan berikatan dari protein plasma dan jumlah aliran darah ke organ dan
dapat dikeluarkan dari tubuh (ekskresi). Pada dasarnya, tiap obat adalah zat asing
yang tidak diinginkan tubuh, sehingga tubuh berusaha merombak zat tersebut
menjadi metabolit yang bersifat hidrofil agar lebih lancar diekskresikan melalui
23
ginjal, jadi reaksi biotransformasi merupakan peristiwa detoksikasi.
mukosa intestinal.
24
DAFTAR PUSTAKA
2. Goodman dan Gilman. 2011. Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: EGC.
Philadelphia USA.
4. Tanu, Ian. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Jakarta: Bagian
Press.
25