Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesusastraan Indonesia modern lahir pada sekitar tahun 1920. Pada ketika

itulah para pemuda Indonesia untuk pertama kali mulai menyatakan perasaan

dan ide yang pada dasarnya berbeda daripada perasaan dan ide yang terdapat

dalam masyarakat setempat yang tradisional dan mulai berbuat demikian dalam

bentuk-bentuk sastra yang pada pokoknya menyimpan dari bentuk-bentuk sastra

Melayu, Jawa dan sastra lainnya yang lebih tua baik lisan maupun tulisan.

Pernah pula dikemukakan bahwa penuli-penulis dari angkatan sebelum angkatan

1945 (atau lebih tepat tahun 1942) juga masih belum merupakan pencipta

kesusastraan Indonesia yang modern sesungguhnya.

Banyak terdapat alasan untuk menganggap tahun 1942 dan bukan tahun

1945 sebagai tahun pemisah yang penting dan sebagai titik permulaan suatu

zaman baru dalam sejarah Indonesia modern. RI lahir pada 17 Agustus 1945.

Walaupun demikian, peristiwa-peristiwa tahun 1945 merupakan akibat yang

wajar dan tak lain dari peristiwa yang berlaku pada tahun sebelumnya; baik dari

segi politik maupun dari segi semangat terdapat suatu kelanjutan, bukan

pemisah pada tahun 1945 itu. Revolusi Indonesia sesungguhnya bermula pada

tahun 1942. Perubahan radikal yang diakibatkan oleh runtuhnya kolonial

1
Belanda. Bergantinya penaklukan Barat dengan kekuasaan Asia, oleh

kebangkitan rasa yakin dan insaf akan diri-sendiri yang timbul dengan tiba-tiba

dan oleh kesadaran bahwa Negara ini merupakan bagian yang penting.

Dibanding dengan angkatan tahun 1945 yang merupakan perubahan dari

revolusi yang tak nyata kepada revolusi yang nyata, ciri pokok perubahan tahun

1942 dapat digambarkan dengan jelas dan meyakinkan dibidang bahasa dan

kesusastraan. Sampai tahun 1942 bahasa Belanda jelas merupakan bahasa

utama, bukan saja dalam lapangan politik dan pentadbiran, tetapi juga

dilapangan kebudayaan dan kemasyarakatan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana makna kata yang terdapat dalam esai Revolusi dan

Kesusastraan Karya Goenawan Muhamad.

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui makna kata yang terdapat dalam esai Revolusi dan

Kesusastraan Karya Goenawan Muhamad.

2
Jika revolusi adalah pengejawantahan budi-nurani kemanusiaan, seperti dikatakan
Presiden Soekarno, bisakah kita menolak menempatkan diri di dalamnya? Di tahun
1948, di Perancis, Albert Camus berkata: Bukan karena perjuanganlah kita menjadi
seniman, tetapi karena kita seniman maka kita menjadi pejuang-pejuang. Dengan
kata lain ada hubungan yang wajar dan logis antara keduanya. Kita tak perlu
melepaskan kesenian dari diri kita dalam revolusi atau perjuangan itu. Kesenian dan
kesusastraan juga suatu revolusi:secara langsung atau tak langsung ia
memperjuangkan kembali untuk hati nurani yang pada suatu masa dikaburkan, atau
belum ditemukan, oleh suatu sejarah. Maxim Gorky, Multatuli, Jose Rizal. Dalam
kenyataan juga sering terlihat, bagaimana benih dan semangat revolusi terungkap
dengan jelas dalam karya-karya sastra.

Tapi tidakkah dengan begitu kesusastraan akan merupakan propaganda revolusi,


suatu alat? Kesusastraan bukanlah semata-mata alat, meskipun mempunyai aspek itu,
seperti kita mengakui bahwa kesusastraan bukanlah pensil atau pistol. Sebab
kesusastraan mengandung fungsi komunikasi yang langsung. Ia membutuhkan faktor
kemerdekaan, agar sifatnya tetap otentik. Jika kita memang membutuhkan
kesusastraan sekarang dan di sini untuk itu, keretakan antara kesusastraan dan
revolusi tidak harus terjadi.

Keretakan antara kesusastraan dan revolusi terjadi bila salah satu menjadi reaksioner,
menyimpang dari cita-cita semula. Dalam sejarah memang terjadi hal itu, ketika
kekuatan revolusi berpindah kepada kekuatan kekuasaan. Di situ sebenarnya telah
terjadi sektarisme. Di situ sebenarnya telah terjadi penganutan paham, aliran atau
sistim pemikiran secara dogmatis serta tegar, dan telah tumbuh sikap tak terbuka
dalam menghadapi persoalan, dalam mencari kebenaran suatu masalah. Di situ telah
terjadi kecenderungan kuat untuk menolak atau memalsukan kebenaran-kebenaran
yang tidak tercakup oleh pemikiran sendiri. Dengan kata lain: satu proses
kebohongan. Jika revolusi telah berpindah kepada kekuatan kekuasaan semata-mata,

3
maka dasar kemanusiaan yang terdapat dalam tujuannya semula pun digilas dan
dihancurkan.

Bagi kesusastraan itu merupakan suatu kontradiksi. Tak ada suatu kreasi kesusastraan
yang berharga tanpa mempunyai dasar semacam kasih. Tentu saja harus dimaklumi,
bahwa tindakan-tindakan politik, adanya penggunaan kekuasaan dalam revolusi
yang sering bisa mengganggu tidur nyaman dan hati nurani kita merupakan suatu
hal yang tak terelakkan sama sekali. Hanyalah harus dijaga, agar kita tidak kemudian
menjadi kebal dan tebal muka akan kejadian-kejadian demikian. Saya kira justru di
situlah letak kesusastraan dalam revolusi: di satu pihak ia adalah kritik terhadap
kebudayaan yang harus tumbang oleh revolusi, di lain pihak ia adalah kritik terhadap
ekses-ekses revolusi sendiri.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Essai

Menurut H.B Jassin (1990 :22) Esai adalah uraian yang membicarakan

bermacam ragam,tidak tersusun secara teratur tetapi seperti dipetik dari

bermacam jalan pikiran . Dalam esai terlihat keinginan,sikap terhadap soal

yang dibicarakan,kadang-kadang terhadap soal yang dibicarakan.Sementara

menurut Badudu dan Zain (1994 :399) Esai adalah suatu karangan berbentuk

4
prosa yang membahas masalah selayang pandang dari sudut pandangan si

penulis itu sendiri.

2.2 Fungsi Esai

Menurut Kleden (2004 : 467) esai berfungsi sebagai sarana bagi para sastrawan

yang hendak mengemukakan pemikiran yang diskursif dan sekaligus menjadi

medium untuk para ilmuwan yang hendak menjangkau khalayak pembaca secara

lebih luas dari komunitas ilmiah mereka.Berikutnya,fungsi esai diungkapkan

pula oleh Roberts (1966) menurutnya fungsi utama dari sebuah esai yaitu untuk

menyajikan suatu argument persuasive yang dikembangakan secara linear tanpa

rancangan visual da di dalamnya mencerminkan kehadiran penulis esai secara

lebih dominan.

2.3 Pengertian Kata

Menurut Lamuddin Finoza ( 2007 :13) Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari

kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna.Sementara menurut

alwi hasan (1998 :22) Kata adalah bentuk yang dapat di potong-potong menjadi

bahasa yang lebih kecil kemudian yang dapat dipotong lagi menjadi bentuk yang

lebih kecil sampai dipotong lagi tidak mempunyai makna. Menurut suherlan

Odien R (2005 :44) Kata adalah satuan linguistic yang relative bebas karena

telah memiliki makna utuh atau pengertian sendiri.

2.4 Pengertian Makna Kata

5
Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa Makna kata merupakan

kata-kata dan istilah yang membingungkan dan tersebut selalu menyatu pada

tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda,

2001:82) mengemukakan bahwa Makna kata adalah hubungan antara makna

dengan pengertian.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rangkuman Esai Integritas dalam Sastra Karya Radhar Pancha Dahana

INTEGRITAS DALAM SASTRA

Oleh : Radhar Panca Dahana

6
Sebagaimana banyak bidang kehidupan lainnya, kehidupan dalam sastra juga

memiliki romantiknya sendiri. Baik itu romantika yang berlangsung secara internal,

di dalam diri atau lingkungan terbatas sastra itu sendiri. Maupun romantika yang

berhubungan dengan kehidupan eksternal sastra, seperti kehidupan politik, sosial,

ekonomi, hukum, dan bagian kebudayaan lainnya.

Karena relasi dan realitas saling memengaruhi di antara bidang-bidang kehidupan

itulah, romantisme lingkungan sastra juga ditandai oleh pergesekan kepentingan,

permainan emosi, olah taktik-strategi, bahkan juga tipu muslihat. Tak bisa dibantah,

misalnya, di dalam pergaulan sastra juga terjadi usaha akumulasi kekuatan (sosial,

politik, dan ekonomi, misalnya) untuk antara lain menciptakan otoritas bahkan

hegemoni dalam justifiasi atau legitimasi kesastraan sebuah karya.

Permainan dan perbenturan kepentingan ini, dalam istilah teknis, disebut sebagai

"politik sastra". Suatu kegiatan tersendiri, yang kadangkala begitu dominan, bahkan

merasuki, menjadi "racun" bagi kreativitas yang menjadi variabel paling penting

dalam sastra. Sebagai contoh, seorang sastrawan muda, yang masih marjinal dan ber-

"kasta" rendah, yang baru saja masuk dan mengenal percaturan sastra "kelas

menengah dan tinggi", akan dengan cepat tergiur dengan imbalan legitimasi serta

materi (uang) yang ditawarkan oleh satu kelompok kepentingan tertentu.

Walaupun untuk itu ia harus membayarnya dengan loyalitas tinggi, menjadi "yes

men", atau menjadi pengikut "ideologi" sastra bahkan "politik" dari pemegang kuasa

kelompok tersebut. Akibatnya, masyarakat sastra punkemudian terpecah dan

terkotak-kotak menjadi gerombolan-gerombolan sastrawan yang terikat dengan

7
fasilitas, tujuan, kepentingan dan ideologi tertentu. Dampak dari keadaan ini, ada

beberapa yang dapat terlihat dengan mudahnya.

Sebenarnya ada hal positif yang dapat diproduksi dari situasi - yang banyak

dikeluhkan seniman dan sastraan senior - di atas. Separasi yang terjadi dalam dunia

tau lingkungan sastra, sebenarnya bisa berkembang menguntungkan jika ia menjadi

semacam diskursus intelektual. Semacam pergulatan bahkan pertikaian pada tingkat

ide yang menyangkut pemahaman-pemahaman kesusastraan: cara pandang sejarah,

world view, atau kecenderungan teoritis dan ideologis (dalam sastra) tertentu.

Diskursus semacam ini akan memberi sumbangan yang berarti bagi perkembagan

sastra mutakhir kita, yang selama berdekade lebih banyak tenggelam atau dipengaruhi

oleh ide-ide yang didatangkan dari luar. Sehingga raksasa-raksasa akademik sastra

pun masih banyak yang kita ambil dari berhala-berhala asing. Dengan adanya

diskursus di atas, sebuah "penglihatan" sendiri dan tersendiri, terhadap dunia dan

khazanah literer sendiri, dapat diharapkan muncul dan pada akhirnya membantu

sebagian orang (sastrawan) yang sangat membutuhkan apa yang sering disebut

sebagai "identitas kesusastraan Indonesia", misalnya.

Jika separasi berlangsung terus sebagaimana terurai di awal hingga pertengahan

tulisan ini, masyarakat sastra kita bisa dipastikan akan menjadi pucuk daun yang

diayun oleh kekuatan-kekuatan sosial yang ada di luarnya (partai politik atau uang,

misalnya). Namun jika ia berkembang positif sebagaimana disebut di paragraf

sebelum ini, secara sinergis dinamika (yang konfliktual sekalipun) dari "kekuatan-

kekuatan" sastra itu akan membentuk sebuah cerita, filosofi, bahkan weltanschauung

8
tersendiri, dan semua pekerja sastra, tak terkecuali, dapat menautkan atau

mengidentifikasi diri Tanpa harus terlalu tenggelam di kepentingan yang non-

sastrawi.

Integritas dalam sastra menjadi begitu vital dan kritis saat ini, lantaran kelangkaan

hal itu membuat sastra invalid dalam memberikan kontribusi positif bagi

pertumbuhan bangsa ini, dalam kompetensi dunia yang semakin keras dan ketat.

Adanya integritas sastra, yang berdampak pada kemampuan dan kekuatan bahasa

serta dunia simbol kita, tentu saja akan sangat membantu mempertegas dan

konsistensi langkah kemajuan dari setiap elemen negeri ini.

Semua mungkin dimulai dari tingkat pribadi. Integritas personal baik dalam

kalangan sastra itu sendiri maupun di luarnya, harus kita titi dengan kesungguhan,

ketekunan, stamina fisik dan mental yang sumber-sumbernya dapat digali dari

khasanah adat dan tradisi kita yang padat dan kaya. Dan lebih penting dari itu, ia

mesti segera dimulai. Sehingga pertanyaannya pun jadi lebih praktis dan konkrit; oleh

siapa? Siapa lagi jika buka dua kata penunjuk subyek ini: aku dan kau.

3.1 Analisis Makna Kata dalam Esai Integritas dalam Sastra Karya Radhar

Pancha Dahana

3.1.1 Makna Kata Relasi

Menurut George Hillery Jr. relasi adalah cara sekelompok orang yang

tinggal di daerah dan memiliki hubungan untuk berinteraksi dengan satu

9
sama lain.Paul B. Horton & Chaster L. Hunt relasi adalah suatu proses

kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya

& saling berinteraksi. Kata relasi dapat dilihat pada kalimat dalam esai

Integritas dalam Sastra sebagai berikut :

Karena relasi dan realitas saling memengaruhi di antara bidang-bidang


kehidupan itulah, romantisme lingkungan sastra juga ditandai oleh
pergesekan kepentingan, permainan emosi, olah taktik-strategi, bahkan
juga tipu muslihat

Dari beberapa pengertian disana penulis menyimpulkan bahwa relasi

adalah suatu cara dan proses sekelompok manusia untuk saling

berinteraksi dan bekerja sama.Pendapat penulis yakni relasi dapat

mempengaruhi terciptanya keterkaitan bidang-bidang yang lain dalam

lingkunan sastra.

3.1.2 Makna Kata Ideologi

Menurut Karl Marx, ideologi ialah kesadaran palsu. Dikarenakan ideologi

tersebut adalah suatu hasil pemikiran yang diciptakan oleh pemikirnya,

padahal dari kesadaran para pemikir itu pada dasarnya ditentukan oleh

adanya suatu kepentingannya.Jadi ideologi tersebut menurut Karl Marx

adalah pengandalan-pengandalan spekulatif yang berupa suatu agama

moralitas, atau juga keyakinan politik.Sementara M.Sastra Prateja

menurutnya Ideologi ialah sebagai seperangkat gagasan atau juga

10
pemikiran yang berorientasi pada suatu tindakan yang diorganisir dan

menjadi suatu sistem yang teratur. Kata ideologi dapat dilihat pada

kalimat dalam esai Integritas dalam Sastra sebagai berikut :

Walaupun untuk itu ia harus membayarnya dengan loyalitas tinggi,


menjadi "yes men", atau menjadi pengikut "ideologi" sastra bahkan
"politik" dari pemegang kuasa kelompok tersebut.

Dari beberapa pengertian ideologi menurut ahli,penulis menyimpulkan

bahwa ideologi adalah suatu pemikiran yang teratur dan rapi yang

menjadi dasar dalam membuat sebuah aturan dalam mengatur sebuah

masyarakat ataupun komunitas.

3.1.3 Makna Kata Integritas

Menurut Henry Cloud, ketika berbicara mengenai integritas, maka tidak

akan terlepas dari upaya untuk menjadi orang yang utuh dan terpadu di

setiap bagian diri yang berlainan, yang bekerja dengan baik dan

menjalankan fungsinya sesuai dengan apa yang telah dirancang

sebelumnya. Integritas sangat terkait dengan keutuhan dan keefektifan

seseorang sebagai insan manusia. enurut Ippho Santoso, integiras sering

diartikan sebagai menyatunya pikiran, perkataan dan perbuatan untuk

melahirkan reputasi dan kepercayaan. Jika merujuk dari asal katanya,

11
kata integritas memiliki makna berbicara secara utuh dan lengkap serta

sepenuh penuhnya. Kata integritas dapat dilihat pada kalimat dalam

esai Integritas dalam Sastra sebagai berikut :

Integritas dalam sastra menjadi begitu vital dan kritis saat ini, lantaran
kelangkaan hal itu membuat sastra invalid dalam memberikan kontribusi
positif bagi pertumbuhan bangsa ini, dalam kompetensi dunia yang
semakin keras dan ketat.

Menurut penulis setelah melihat beberapa pendapat mengenai kata

integritasmenyimpulkan bahwa integritas adalah sebuah penyatuan

pemikiran yang memiliki makna dan melahirkan sebuah identitas dan

kepercayaan bagi suatu komunitas.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari beberapa kata yang di dapati dalam esai Integritas dalam Sastra karya

Radhar Pancha Dahana diantaranya yakni relasi,ideologi dan integritas. Relasi

adalah suatu cara dan proses sekelompok manusia untuk saling berinteraksi dan

bekerja sama. ideologi adalah suatu pemikiran yang teratur dan rapi yang

menjadi dasar dalam membuat sebuah aturan dalam mengatur sebuah

12
masyarakat ataupun komunitas. Integritas adalah sebuah penyatuan pemikiran

yang memiliki makna dan melahirkan sebuah identitas dan kepercayaan bagi

suatu komunitas.

4.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini, selaku penyusun penulis tentunya mengalami

banyak kekeliruan dan kesalahan-kesalahan baik dalam ejaan, pilihan kata,

sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa yang kurang di pahami.

Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, di karenakan penulis

masih dalam taraf pembelajaran. Demikianlah makalah yang sederhana ini

mudah-mudahan dapat bermanfaat.Amin...

DAFTAR PUSTAKA

Adeani ,Ikin Syamsudin.2017.Memahami Esai Sastra.Bandung : Baticpress.


https://nyanyianbahasa.wordpress.com/2009/09/28/html.
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-integritas-menurut-pandangan-para-ahli/
http://www.gurupendidikan.com/pengertian-ideologi-menurut-para-ahli/

13

Vous aimerez peut-être aussi