Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
AGNES M PELLO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit-penyakit inflamatorik kolon atau penyakitpenyakit radang usus besar
( Inflammatory Bowel Diseases) dapat dibagi dalam dua golongan :
B. Etiologi
Etiologi Penyakit Crohn tidak diketahui. Penelitian memusatkan perhatian pada tiga
kemungkinan penyebabnya, yaitu :
Walaupun tidak ditemukan adanya autoantibodi, enteritis regional diduga merupakan reaksi
hipersensitivitas atau mungkin disebabkan oleh agen infektif yang belum diketahui. Teori-teori ini
dikemukakan karena adanya lesi-lesi granulomatosa yang mirip dengan lesi-lesi yang dtemukan pada
jamur dan tuberkulosis paru. Terdapat beberapa persamaan yang menrik antara enteritis regional dan
kolitis ulseratif. Keduanya adalah penyakit radang, walaupun lesinya berbeda. Kedua penyakit ini
mempunyai manifestasi di luar saluran cerna yaitu uveitis, artritis dan lesi-lesi kulit yang identik.
C. Patofisiologi
Enteritis regional umumnya terjadi pada remaja atau dewasa muda, tetapi dapat terjadi kapan saja
selam hidup. Keadaan ini sering terihat pada populasi 50-80 tahun. Meskipun ini dapat terjadi dimanasaja
disepanjang saluran gastrointestinal, area paling umum yang serin terkena adalah ilium distal dan kolon.
Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan subkutan yang meluas keseluruh lapisan dimding usus
dari mukosa usus, ini disebut juga transmural. Pembentukan fistula, fisura, dan abses terjadi sesuai
luasnya inflamasi kedalaman peritonium, lesi (ulkus) tidak pada kontak terus menerus, granuloma terjadi
pada setengah kasus. Pada kasus lanjut mukosa usus mempunyai penampilan Coblestone. Dengan
berlanjutnya penyakit, dinding usus menebal dan menjadi tibrotit, dan lumen usus menyempit.
sehingga hanya dilewati sedikit aliran barium, menimbulkan tanda senar (string sign) yang terlihat
pada pemeriksaan radiografi. Seluruh dinding usus biasanya terserang. Mukosa sering kali meradangdan
timbul tukak disertai dengan eksudat putih berwarna abu-abu. Daerah yang bertukak inimemiliki
gambaran fisura dan granuloma batu koral.
D. Patogenesis
Ileum terminal terserang pada sekitar 80% kasus enteritis regional. Pada sekitar 35% kasus lesi-
lesi terjadi pada kolon. Esofagus dan lambung lebih jarang terserang. Dalam beberapa hal terjadi lesi
melompat yaitu bagian usus yang sakit dipisahkan oleh daerah-daerah usus normal sepanjang
beberapa inci atau kaki. Lesi diduga mulai pada kelenjar limfe dekat usus halus yang akhirnya menyumbat
aliran saluran limfe. Selubung submukosa usus jelas menebal akibat hiperplasia jaringan limfoid dan
limfedema. Dengan berlanjutnya proses patogenik, segmen usus yang terserang menebal sedemikian
rupa sehingga kaku seperti slang kebun, lumen usus menyempit, sehingga hanya sedikit dilewati barium,
menimbulkan string sign yang terlihat pada radiogram. Seluruh dinding usus terserang. Mukosa
seringkali meradang dan bertukak disertai eksudat yang putih abu-abu.
Bila Penyakit Crohn menyebabkan timbulnya gejala-gejala saluran pencernaan, penderita juga bisa
mengalami :
Jika Penyakit Crohn tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala saluran pencernaan, penderita
masih bisa mengalami :
Pada anak-anak, gejala-gejala saluran pencernaan seperti sakit perut dan diare sering bukan
merupakan gejala utama dan bisa tidak muncul sama sekali.
Gejala utamanya mungkin berupa peradangan sendi, demam, anemia atau pertumbuhan yang
lambat. Pola umum dari Penyakit Crohn, Gejala-gejala Penyakit Crohn pada setiap penderitanya
berbeda, tetapi ada 4 pola yang umum terjadi, yaitu :
F. Komplikasi
Pada kasus yang menahun, timbul striktura yang menyebabkan obstruksi, fistel-fistel antara usus
dan usus kecil atau antara usus dan kandung kemih atau fistel antara usus dan kulit. Di sekitar anus
terdapat fistel-fistel, fisur-fisur dan abses-abses. Perdarahan yang banyak atau perforasi jarang
terjadi. Begitupula jarang terjadi dilatasi akut. Karsinoma kolon dulu diduga tidak begitu sering akan
tetapi sekarang kasus. Karsinoma lebih sering ditemukan pada kolitis Crohn. Kadang-kadang timbul
hiperoxaluria dan batu oxalat. Proses radang dapat menjalar ke ureter yang menyebabkan pyelonefritis
yang berulang, stenosis pada ureter dan hidronefrosis.
Pemeriksaan darah tepi, analisis dan kultur feses dapat ditemukan anemia (defisiensi besi,asam folat
atau vitamin B12), peningkatan jumlah leukosit, trombosit, dan LED yang tinggi. Dapatpula dilakukan
sigmoidoskopi/kolonoskopi. Foto polos abdomen akan menentukan ada tidaknyaobstruksi.
Pemeriksaan barium enema dapat memperlihatkan gambaran khas berupa lesi denganulkus dalam,
striktur, dan lesi terputus, namun pemeriksaan ini telah banyak ditinggalkan denganadanya
kolonoskopi yang lebih baik, juga dapat mendeteksi fistula. Dapat dilakukan tomografi komputer dan
scanning radionukleotida.
Lab Test
Your doctor may request lab tests in order to look for any problems that might be linked to
Crohn's disease. These tests check for signs of infection, inflammation, internal bleeding,
and low levels of substances such as iron, protein, or minerals. Lab tests may include:
G. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kram perut yang terasa nyeri dan diare berulang,
terutama pada penderita yang juga memiliki peradangan pada sendi, mata dan kulit. Tidak ada
pemeriksaan khusus untuk mendeteksi Penyakit Crohn, namun pemeriksaan darah bisa menunjukan
adanya :
1. anemia.
2. peningkatan abnormal dari jumlah sel darah putih.
3. kadar albumin yang rendah
4. tanda-tanda peradangan lainnya.
Barium enema bisa menunjukkan gambaran yang khas untuk Penyakit Crohn pada usus besar.
Jika masih belum pasti, bisa dilakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) dan biopsi
untuk memperkuat diagnosis. CT scan bisa memperlihatkan perubahan di dinding usus dan menemukan
adanya abses, namun tidak digunakan secara rutin sebagai pemeriksaan diagnostik awal.
H. Prognosis
Beberapa penderita sembuh total setelah suatu serangan yang mengenai usus halus. Tetapi
Penyakit Crohn biasanya muncul lagi dengan selang waktu tidak teratur sepanjang hidup penderita.
Kekambuhan ini bisa bersifat ringan atau berat, bisa sebentar atau lama.
Mengapa gejalanya datang dan pergi dan apa yang memicu episode baru atau yang menentukan
keganasannya tidak diketahui. Peradangan cenderung berulang pada daerah usus yang sama, namun bisa
menyebar pada daerah lain setelah daerah yang pernah terkena diangkat melalui pembedahan. Penyakit
Crohn biasanya tidak berakibat fatal. Tetapi beberapa penderita meninggal karena kanker saluran
pencernaan yang timbul pada Penyakit Crohn yang menahun.
I. Pengobatan
Pada dasarnya pengobatan medis-konservatif dengan diit dan obat-obat lebih baik daripada
pembedahan.
Diit :
Makanan sebaiknya lunak, tidak merangsang, rendah lemak dan tinggi serat. Dahulu dianjurkan
rendah serat, akan tetapi kemudian ternyata bahwa tinggi serat lebih baik. Rendah serat hanya diberikan
bila ada steatorea atau ada striktura.
Obat-obat :
Kortikosteroid baik pada penyakit yang aktif. Dosis sama dengan kolitis ulserosa.
Salazopyrin juga baik untuk penyakit yang aktif akan tetapi kurang memuaskan untuk pengobatan
"maintenance".
Azathioprine dapat dicoba pada mereka yang tidak menunjukkan perbaikan atau kambuhlagi dengan
obat-obat lain.
Metronidazole dapat memberikan hasil yang baik bila adasepsis. Laporan-laporan yang terakhir
menyebutkan hasil yang memuaskan pada kasus dengan fistula. Fistula tersebut menutup setelah
pengobatan dengan metronidazole. Dahulu,adanya fistel merupakan indikasi untuk operasi akan
tetapisekarang metronidazole merupakan alternatif yang lebih baik.
Pembedahan :
Indikasi untuk pembedahan adalah :
1. kelainan-kelainan perianal
2. obstruksi.
3. bila ada perdarahan yang banyak.
4. adanya keganasan.
5. bila pengobatan dengan obat-obat dan diit tidak memberikan hasil yang baik.
Pada pembedahan selalu dikerjakan suatu end-to-end anastomosis dan reseksi harus dibatasi
pada bagian yang perlu diangkat saja. Tindakan bypass harus dihindari karena sering menimbulkan residif
dan disertai dengan timbulnya banyak kuman-kuman dan malabsorpsi. Tiap tindakan pembedahan harus
dilindungi oleh kortikosteroid
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT CROHN
A. Pengkajian
1. Pengkajian subjektif
a. Riwayat kesehatan : untuk mengidentifikasi awitan, durasi, dan karakteristik nyeri abdomen; diare,
tenesmus, mual, anoreksia, penurunan BB.
b. Riwayat keluarga
c. Pola diet : Alkohol, kavein, dan nikotin.
d. Pola eliminasi : karakter, frekuensi, dan adanya darah, pus, lemak, atau mukus.
e. Alergi : intoleransi usus atau laktose.
2. Pengkajian obektif
a. Auskultasi abdomen : bising usus dan karakteristiknya.
b. Palpasi abdomen : distensi, nyeri tekan, atau nyeri.
c. Inspeksi kulit : adanya saluran fistula atau gejala dehidrasi.
d. Perdarahan rektal adalah tanda dominan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Tujuan :
2. Intervensi keperwatan
a. Mempertahankan pola eliminasi normal
b. Menghilangkan nyeri
c. Mempertahankan pemasukan cairan
d. Tindakan nutrisional
e. Meningkatkan istirahat
f. Mengurangi ansietas
g. Tindakan koping
h. Mencegah kerusakan kulit
i. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah
j. Memantau dan mengatasi komplikasi potensial
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
Penyakit Crohn dapat terjadi dimanasaja disepanjang saluran gastrointestinal, area paling umum
yang serin terkena adalah ilium distal dan kolon.
Gejala-gejala Penyakit Crohn pada setiap penderitanya berbeda, tetapi ada 4 pola yang umum
terjadi, yaitu :
Komplikasi pada kasus yang menahun, timbul striktura yang menyebabkan obstruksi, fistel-fistel
antara usus dan usus kecil atau antara usus dan kandung kemih atau fistel antara usus dan
kulit. Pengkajian dan diagnosis yang tepat akan mempermudah pengobatan.
Pencegahan primer
Menjaga pola makan agar teratur dan tidak mengandung racun serta food additive yangberbahaya-
Menghindari makanan dingin, dan merokok karena keduanya dapat meningkatkanmotilitas usus.-
B. Pencegahan sekunder
Berhenti merokok-
Lakukan terpai obat- obatan sedatife dan antidiare/ antiperistaltik digunakan untukmengurangi peristaltic
sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi.-
Menangani Inflamasi : Sulfsalazin (Azulfidine) atau Sulfisoxazal (Gantrisin).-
Antibiotic : Digunakan untuk infeksi.-Azulfidin : Membantu dalam mencegah kekambuhan.
C. Pencegahan tersier
lakukan rehabilitasi-
Bila sudah terkena, agar terhindar dari kanker, harus rutin kontrol ke dokter danscreenin g kanker kolon.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. BUKU AJAR Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2.Jakarta : EGC