Vous êtes sur la page 1sur 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses kelahiran adalah proses alami yang seharusnya menjadi

pengalaman yang positif bagi ibu dan keluarga. Tetapi ada kalanya proses

kelahiran tidak dapat dilakukan secara normal atau melalui jalan lahir ibu

karena beberapa hal. Salah satu cara yang semakin umum dilakukan jika

proses persalinan secara normal tidak memungkinkan adalah dengan bedah

caesar (caesarean-section atau C-section) yaitu dengan membuat insisi

pada abdomen ibu untuk mengeluarkan bayi.

WHO memperkirakan angka kejadian bedah caesar berkisar antara

10%-15% dari seluruh kelahiran di negara-negara berkembang. Di Amerika

Serikat, insiden bedah caesar meningkat 46% sejak 1996 hingga mencapai

30,2% pada tahun 2005. Sebuah laporan tahun 2008 menunjukkan bahwa

satu dari tiga bayi yang lahir di Massachussets dilahirkan melalui bedah

caesar. Bedah caesar bukanlah prosedur yang dapat dilakukan tanpa

indikasi medis tertentu (meskipun saat ini sudah umum dilakukan bedah

caesar elektif) dan bukannya tanpa resiko. Berbagai studi menunjukkan

bahwa bedah caesar sedikit banyak mempunyai efek baik bagi ibu maupun

bayi (ns-rohman.blogspot.com/2011/11/askep-caesarean-section-bedah-

ceasar)

Operasi sectio caesarea (SC) adalah metode pelahiran janin

melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus. Lebih dari
85% operasi SC di Amerika Serikat dilakukan karena riwayat seksio, distosia

persalinan, distress janin dan presentasi bokong. Komplikasi yang timbul

tidak diragukan lagi adalah morbiditas ibu yang jauh lebih tinggi bila

dibandingkan dengan kelahiran pervaginam. Penyebab utama dari

komplikasi tersebut adalah terjadinya endomiometritis, perdarahan, infeksi

saluran kemih, infeksi panggul, infeksi luka operasi dan tromboembolisme

(Leveno, 2009). Handerson dalam Muttaqin & Sari (2009) mengatakan

bahwa sectio caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen.

Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan atau telah terjadi distress

pada janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah

malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis

janin dan ibu. SC dapat merupakan prosedur elektif atau darurat.

Festin (2009) mengemukakan bahwa prevalensi SC secara global

meningkat dari tahun ke tahun. Batas atas angka operasi SC yang

direkomendasikan World Health Organization (WHO) di masa lalu adalah

15%. Pada tahun 1994, WHO merevisi angka operasi SC yang bisa diterima

baik di negara maju maupun negara berkembang harus berkisar antara 5-

15%. Angka persalinan dengan operasi SC di Asia Tenggara pada tahun

2005 adalah 27% dengan variasi antar negara 19 - 35%. Indikasi paling

umum adalah riwayat SC sebelumnya (7,0%), disproporsi sefalopelvis

(6,3%), malpresentasi (4,7%), dan distress janin (3,3%).

Cairan amnion mempunyai peranan penting dalam menunjang

proses kehamilan dan persalinan di sepanjang kehamilan

normal.Kompartemen dari cairan amnion menyediakan ruang bagi janin untuk

tumbuh bergerak dan berkembang. Tanpa cairan amnion rahim akan


mengerut dan menekan janin, pada kasuskasus dimana tejadi kebocoran

cairan amnion pada awal trimester pertama janin dapat mengalami kelainan

struktur termasuk distrorsi muka. Selain itu cairan ini juga mempunyai peran

protektif pada janin. Cairan ini mengandung agen-agen anti bakteria dan

bekerja menghambat pertumbuhan bakteri yang memiliki potensi patogen.

Berdasarkan uraian diatas, maka kami tertarik untuk mengangkat

asuhan keperawatanyang berjudul Asuhan keperawatan pada Ny.E.R

dengan sectio caesaria atas indikasi oligohidroamnion di Instalasi Bedah

Sentral RSUP dr. Sardjito.

B. RUMUSAN MASALAH

Bertitik tolak pada latar belakang masalah diatas, maka penulis

merumuskan masalah, bagaimana berjudul Asuhan keperawatan pada

Ny.E.N dengan sectio caesaria atas indikasi oligohidroamnion di Instalasi

Bedah Sentral RSUP dr. Sardjito Yogyakarta.

C. RUANG LINGKUP

1. Lingkup Tempat dan Waktu

Penulis membatasi Asuhan Keperawatan Pasien Pre Operatif, Intra

Operatif dan Post Operatif pada lingkup kerja Instalasi Bedah Sentral

RSUP dr. Sardjito Yogyakarta pada tanggal 17 April 2012.

2. Lingkup Asuhan Keperawatan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini penulis menggunakan

pendekatan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.


D. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran secara nyata tentang pelaksanaan keperawatan

pada Klien dengan sectio caesaria atas indikasi oligohidroamnion di

Instalasi Bedah Sentral RSUP dr. Sardjito

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan

b. Menganalisa data yang diperlukan

c. Merumuskan diagnosa keperawatan

d. Menentukan prioritas masalah dari diagnosa keperawatan

e. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan

f. Menentukan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan

g. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan

h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan sectio

caesaria atas indikasi oligohidroamnion

E. METODE PENULISAN

Penyusunan laporan studi kasus ini menggunakan metode deskriptif

yaitu suatu metode yang menggambarkan kelompok dalam mengamati dan

merawat kasus yang dipilih dalam bentuk laporan penerapan asuhan

keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan secara komprehensif

meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual. Adapun teknik pengumpulan data

yang dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Wawancara

2. Mengumpulkan data melalui komunikasi secara lisan langsung dengan

klien (auto anamnesa) dan komunikasi dengan keluarga klien (allo

anamnesa).

3. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi: Untuk mengetahui keadaan fisik atau psikologi klien dengan

cara melihat.

b. Palpasi : Untuk mengetahui kelainan yang ada dengan cara meraba

atau menekan.

c. Perkusi : Untuk mengetahui apa yang ada dibawah jaringan dengan

cara mengetuk

d. Auskultasi : Untuk mendapatkan data dengan cara menggunakan

stetoskop.

4. Studi Literature

5. Studi Dokumentasi

F. MANFAAT

1. Bagi Penulis

Mendapatkan pengalaman langsung serta sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis dalam memberikan

asuhan keperawatan peri operatif pada pasien dengan section caesarea

2. Bagi Pasien dan Keluarga

Sebagai pedoman agar pasien mampu memahami keadaan penyakit dan

proses penyembuhannya serta meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan peran serta keluarga dalam proses penyembuhan pasien


BAB II

TINJUAUAN TEORI

A. SECTIO CAESAREA

I. PENGERTIAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Sedangkan post

partum adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6

minggu, (Mansjoer, 2001).

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin

lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga

janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut serta dinding rahim agar

anak lahir dengan keadaan utuhdan sehat (harnawatia, 2008.)

II. JENIS SECTIO

Menurut Mochtar Rustam (1998) jenis-jenis Sectio Caesarea adalah :

1. Abdomen (Sectio Caesarea Abdominalis)

2. Sectio Caesarea transperitonealis

3. Sectio Caesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada

korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.

Kelebihan :

a. Mengeluarkan janin dengan cepat

b. Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

c. Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal


Kekurangan :

a. Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada

reperitonealis yang baik

b. Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri

spontan

c. SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen

bawah rahim)

4. Sectio Caesarea ismika atau profunda dengan insisi pada segmen bawah

rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

a. Penjahitan luka lebih mudah

b. Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

c. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan

penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum

d. Perdarahan tidak begitu banyak

e. Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil

Kekurangan :

a. Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah

sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga

mengakibatkan perdarahan banyak

b. Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

c. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis

dengan demikian tidak membuka cavum abdominal


5. Sectio Caesarea ekstra peritonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum

parietalis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian

tidak membuka kavum abdominal.

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai

berikut :

1. Sayatan memanjang ( longitudinal )

2. Sayatan melintang ( Transversal )

3. Sayatan huruf T ( T insicion )

III. INDIKASI

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin

akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan

pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal ama/

kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).

Indikasi sectio caesaria pada Ibu

1. Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan

panggul )

2. Disfungsi uterus

3. Distosia jaringan lunak

4. Plasenta previa

5. His lemah / melemah

6. Rupture uteri mengancam

7. Primi muda atau tua

8. Partus dengan komplikasi

9. Problema plasenta
Indikasi Sectio Caesaria Pada Anak

1. Janin besar

2. Gawat janin

3. Janin dalam posisi sungsang atau melintang

4. Fetal distress

5. Kalainan letak

6. Hydrocephalus

IV. KOMPLIKASI

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :

1. Infeksi puerperal ( Nifas )

2. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

3. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut

sedikit kembung

4. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

5. Perdarahan

6. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

7. Perdarahan pada plasenta bed

8. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

peritonealisasi terlalu tinggi

9. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya


V. PENATALASANAAN

Periksa dan catat tanda tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam

pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian. Pantau perdarahan dan urin

secara ketat. Pemberian tranfusi darah, bila terjadi perdarahan post partum.

Pemberian antibiotika, walaupun pemberian antibiotika sesudah section

sesaria dianjurkan efektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya

pemberiannya dianjurkan. Mobilisasi pada hari pertama setelah operasi

penderita harus turun dari temapat tidur dengan dibantu paling sedikit dua

kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi

dengan bantuan. Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan

hari kelima setelah operasi Mochtar Rustam, 2002).

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan USG (Ultra SonoGrafi)

Untuk menentukan usia kehamilan

2. Test Nitrazin atau test lakmus

Untuk membantu dalam menentukan jumlah cairan ketuban dan usia

kehamilan, kelainan janin

3. Test LEA (Leucosyt Ester Ase)

Untuk menentukan ada tidaknya infeksi

4. Laboratorium darah

Untuk mengetahui jumlah lekosit jika meningkat curiga infeksi.

5. Pemeriksaan pembekuan (termasuk waktu perdarahan, PT, PTT, dan

fibrinogen)

6. Pemeriksaan silang darah dan enzim hati


7. Urinalisa yaitu protein, total protein serum dan albumen biasanya normal

atau menurun.

B. OLIGOHIDROAMNION

I. Pengertian

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari

normal yaitu kurang dari liter atau 500 cc. Biasanya sering terjadi pada

umur kehamilan trimester II dan trimester III, kalau terjadi lebih awal

prognosa janin lebih jelek.

II. Etiologi

1. Sebab pasti belum diketahui dengan jelas.

2. Primer -> karena pertumbuhan amnion yang kurang baik dan kelainan

kongenital

3. Sekunder -> ketuban pecah dini

III. Gambaran klinis

1. Perut ibu kelihatan kurang membuncit

2. Ibu merasa nyeri diperut pada tiap pergerakan anak

3. Persalinan lebih lama dari biasanya

4. Sewaktu his akan terasa sakit sekali

5. Bila ketuban pecah air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang

keluar
C. ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGERTIAN

Keperawatan perioperatif istilah yang digunakan untuk menggambarkan

keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman

pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan

yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu pra operasi, intra

operasi, dan pasca operasi. Masing-masing fase dimulai pada waktu

tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa

yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup

rentang perilaku dan dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan

oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar

praktik keperawatan. Di samping itu, kegiatan perawat perioperatif juga

memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yangb berkompeten dalam

perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapi sebagai suatu

bentuk pelayanan prima

II. PRE OPERATIF

Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan

perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima

pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk

dilakukan tindakan pembedahan.

Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi

persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi

(khusus pasien).
Persiapan Psikologi

Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya

tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena :

1. Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.

2. Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.

Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah

dan dapat mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang

dapat diberikan kepada pasien pra bedah.

Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :

1. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).

2. Hal-hal yang rutin sebelum operasi.

3. Alat-alat khusus yang diperlukan

4. Pengiriman ke ruang bedah.

5. Ruang pemulihan.

6. Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :

a. Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.

b. Perlu kebebasan saluran nafas.

c. Antisipasi pengobatan.

d. Bernafas dalam dan latihan batuk

e. Latihan kaki

f. Mobilitas

g. Membantu kenyamanan
Persiapan Fisiologi

1. Diet

8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam

sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada

operasi dengan anaesthesi umum.Pada pasien dengan anaesthesi

lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya

yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara

lain :

a. Aspirasi pada saat pembedahan

b. Mengotori meja operasi.

c. Mengganggu jalannya operasi.

2. Persiapan perut

Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah

saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan

pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan

pagi hari menjelang operasi.

Maksud dari pemberian lavement antara lain :

a. Mencegah cidera kolon

b. Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan

dioperasi.

c. Mencegah konstipasi.

d. Mencegah infeksi.

3. Persiapan kulit

Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran

dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis


dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah

kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-

kurangnya 10-20 cm2.

4. Hasil pemeriksaan

Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.

5. Persetujuan operasi / informed consent

Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa

didapat dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua

dan keluarga terdekat.

Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk

melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau

keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak

dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.

Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima

dengan perawat OK)

Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu

dilakukan hal tersebut di bawah ini :

a. Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).

b. Cek gelang identitas / identifikasi pasien.

c. Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.

d. Lepas perhiasan

e. Bersihkan cat kuku.

f. Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.

g. Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.


h. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan

pendengaran.

i. Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko

terhadap tromboplebitis.

j. Kandung kencing harus sudah kosong.

k. Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;

Catatan tentang persiapan kulit.

Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).

Pemberian premedikasi.

Pengobatan rutin.

Data antropometri (BB, TB)

Informed Consent

Pemeriksan laboratorium.

Pengkajian Keperawatan Pra Bedah

1) Data subyektif

a. Pengetahuan dan pengalaman terdahulu.

b. Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah

c. Status Fisiologi

2) Data objektif

a. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang

perasaan (cemas), kemampuan berbahasa Inggris.

b. Tingkat interaksi dengan orang lain.

c. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas

yang sibuk (cemas).


d. Tinggi dan berat badan.

e. Gejala vital.

f. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.

g. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.

h. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.

i. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada,

kemampuan bernafas dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar

untuk perbandingan pada pasca bedah).

j. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer

sebelum bedah vaskuler atau tubuh.

k. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau

bergerak di tempat duduk, koordinasi waktu berjalan.

3) Masalah keperawatan yang lazim muncul

a. Takut

b. Cemas

c. Resiko infeksi

d. Resiko injury

e. Kurang pengetahuan

III. INTRA OPERATIF

Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.

1. Persiapan Psikologis Pasien

2. Pengaturan Posisi

Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan

keadaan psikologis pasien.


Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien

adalah :

a. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.

b. Umur dan ukuran tubuh pasien.

c. Tipe anaesthesia yang digunakan.

d. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan

(arthritis).

Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :

a. Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.

b. Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah

dan kakinya ditutup dengan duk.

c. Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik

yang biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi

untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan.

d. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk

meyakinkan terjadinya pertukaran udara.

e. Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena

tekanan dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang

merupakan faktor predisposisi terjadinya thrombus.

f. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi

karena hal ini dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan

terjadinya kerusakan otot.

g. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.

h. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di

lengan.
i. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas

bawah secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak

mengalami dislokasi.

3. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.

4. Penutupan Daerah Steril

5. Mempertahankan Surgical Asepsis

6. Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh

7. Monitor dari Malignant Hyperthermia

8. Penutupan luka pembedahan

9. Perawatan Drainase

10. Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.

Pengkajian

1. Sebelum dilakukan operasi

a. Pengkajian psikososial

Perasaan takut / cemas

Keadaan emosi pasien

b. Pengkajian fisik

Tanda vital : TN, N, R, Suhu.

Sistem integumentum ; pucat, sianosis, adakah penyakit kulit di

area badan

Sistem Kardiovaskuler ; Apakah ada gangguan pada sisitem

cardio?, validasi apakah pasien menderita penyakit jantung?,

kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi, kebiasaan


merokok, kebiasaan minum alkohol, oedema, irama dan

frekwensi jantung, pucat.

Sistem pernafasan ; apakah pasien bernafas teratur?, batuk

secara tiba-tiba di kamar operasi

Sistem gastrointestinal ; apakah pasien diare?

Sistem reproduksi ; apakah pasien wanita mengalami

menstruasi?

Sistem saraf ; kesadaran

Validasi persiapan fisik pasien ;

- Apakah pasien puasa ?

- Lavement ?

- Kapter ?

- Perhiasan ?

- Make up ?

- Scheren / cukur bulu pubis ?

- Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?

- Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?

2. Selama pelaksanaan operasi

Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang

diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada

pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian

psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a. Pengkajian mental

Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga

maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang

dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak

cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.

b. Pengkajian fisik

Tanda-tanda vital

Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka

perawat harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut

kepada ahli bedah.

Tranfusi

Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir

habis segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran

transfusi.

Infus

Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis

harus segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya

aliran infuse.

Pengeluaran urine

Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg

BB/jam.
Masalah keperawatan yang lazim muncul

Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama

pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut :

1. Cemas

2. Resiko perlukaan/injury

3. Resiko penurunan volume cairan tubuh

4. Resiko infeksi

5. Kerusakan integritas kulit

IV. PASCA OPERATIF

1. Pengkajian awal

a. Status respirasi

Kebersihan jalan nafas

Kedalaman pernafasan

Kecepatan dan sifat pernafasan

Bunyi nafas

b. Status sirkulatori

Nadi

Tekanan darah

Suhu

Warna kulit

c. Status neurologis ; tingkat kesadaran

d. Balutan

Keadaan drain

Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage


e. Kenyamanan

Terdapat nyeri

Mual

Muntah

f. Keselamatan

Diperlukan penghalang samping tempat tidur

Kabel panggil yang mudah dijangkau

Alat pemantau dapat dipasang dan mudah dijangkau

g. Perawatan

Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.

Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat

penampung, sifat dan jumlah drainage.

h. Nyeri

Waktu

Tempat

Frekwensi

Kualitas

Faktor yang memperberat dan memperingan

2. Data subjektif

Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan

setelah ditempatkan ditempat tidur dengan posisi tubuh yang

menunjang. Pertanyaan-pertanyaan yang langsung misalnya

:Bagaimana perasaan anda?, dapat memperlihatkan data mula dan

nyeri tanpa memfokuskan pada daerah yang spesifik, dimana tidak ada
keluhan. Penginderaan rasa nyeri sering kali meningkat pada waktu ini

akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat penting untuk

mengetahui lokasi, bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa

nyeri, dan bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan.

Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar

kemungkinan terjadi mual bila perut mengalami manipulasi yang

ekstensif pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat narkotika

yang cukup banyak.

3. Data objektif

a. Sistem Respiratori

b. Status sirkulatori

c. Tingkat Kesadaran

d. Balutan

e. Posisi tubuh

f. Status Urinari / eksresi.

4. Pengkajian Psikososial

Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping

dari prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya

hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut

nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.


5. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan,

riwayat medis, dan manifestasi klinik post operasi.

Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :

a. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah

lengkap.

b. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko

dehidrasi dan insufisisensi ginjal.

6. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

a. Diagnosa Umum

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari

anaesthesi.

2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.

3) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.

4) Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek

anaesthesi, obat-obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu

lama.

b. Diagnosa Tambahan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

peningkatan produksi sekret.

2) Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah

pelvis, dan kurang gerak.

3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami

informasi.
4) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

prosedur pembedahan.

5) Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika,

ketidaseimbangan elektrolit.

6) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan anoreksia, lemah, nyeri, mual.


BAB III

TINJAUAN KASUS

No. RM : 01.57.96.51
Tanggal MRS : 15-04-2012
Tanggal pengkajian : 17-04-2012
Jam pengkajian : 12.00 WIB

Identitas pasien

Nama : Ny. E.N

Umur : 29 tahun

Pendidikan : S2

Pekerjaan : PNS

Agama : Islam

Alamat : Perum KCVRI no.33 Kencuran RT 09 / RW 36

Sukoharjo, Ngaglik-Sleman, Yogyakarta

Diagnosa medis : SC elektif dengan ijndikasi oligohidroamnion

Sumber informasi : Pasien, keluarga, status pasien, tim medis dan

Pemeriksaan fisik

Identitas Penanggung jawab

Nama suami : Tn. S

Hubungan dengan pasien : suami


Data / masalah

I. Data Subjektif :

Cemas, klien mengatakan tidak mengerti akan proses pembedahan.

II. Data Objektif

A. Kesadaran : compos menthis

B. Tinggi badan : 160 cm BB : 70 kg

C. Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 110/60 mmhg

Respirasi : 20x/menit

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,5

D. Kemampuan penglihatan : visus normal

E. Puasa : jam 24.00 WIB

F. Kulit

Warna : sawo matang

Tidak ada lesi di kulit

G. Mulut

Gigi palsu : tidak ada

Kondisi gigi : tidak ada caries

H. Alergi : tidak ada

I. Perhiasan / barang berharga : tidak ada

J. Kondisi khusus : tidak ada

K. Lain-lain : tidak ada


III. Data penunjang

A. Laboratorium : 15 april 2012

Hematologi Hasil Nilai Normal

HGB 14,1% 11-17 gr%


WBC 9,6 rb/mmk 4-11 rb/mmk
RBC 4,89 L : 4,5-5.5 jt/mm P : 4-5 jt/mm
HCT 41,1 L : 40-48 P : 37-47
PLT 307.000 150.000-450.000 mm
Na 138 135-148 mEg/l
K 3,8 3,5-5,3 mEg/l
Cl 101 98-107 mEg/l
PTT 10,3 9,7-13,1 detik
APTT 24,3 25,5-42,1 detik
GDS 99 mg/dl 80-120 mg/dl
HbSAg - -

Hasil Pemeriksaan USG (tanggal 13 april 2012) :


Letak janin presentasi kepala

B. Rontgen Foto : Tidak ada

C. EKG : tidak ada


IV. Diagnosa dan rencana keperawatan

Jam Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan

1. Cemas berhungan Pasien tidak cemas o Jelaskan tindakan


dengan tindakan setelah dilakukan pembedahan yang
pembedahan. tindakan akan dilakukan
keperawatan o Jelaskan tentang
dengan kriteri : kamar operasi
- Pasien o Orientasikan
menyatakan siap dengan tim bedah
di operasi o Kolaborasi
- Pasien kooperatif pemberian obat
penenang

2. Resiko gangguan Cairan dan elektrolit o Kontrol perdarahan


keseimbangan cairan seimbang dengan o Kolaborasi untuk
dan elektrolit kriteria : pemberian cairan
- Masukan cairan dan elektrolit
sama dengan o Monitor tekanan
keluaran cairan darah
- Tekanan darah o Monitor keluaran
normal cairan & elektrolit

3. Resiko infeksi Tidak terjadi infeksi o Pakai pakaian


berhubungan dengan dengan kriteria : khusus kamar
efek samping - Alat dan medan operasi
pembedahan o Gunakan teknik
operasi tetap steril
aseptik
- Tidak ada tanda-
o Batasi pengunjung
tanda infeksi
kamar operasi
- Luka sembuh
o Kolaborasi
pemberian
antibiotika

4. Risiko cedera Pasien aman o Pastikan pasien


berhubungan dengan selama dan setelah dengan tindakan
efek anestesi dan pembedahan pembedahan
pembedahan dengan kriteria : o Jaga posisi imobile
- Tidak ada kassa pasien
dan instrumen o Monitor
tertinggal di tubuh penggunaan
pasien kassa,jarum dan
- Tidak ada jarum instrumen
tertinggal o Pasang pengaman
- Pasien tidak jatuh tempat tidur
5. Kurang pengetahuan Pasien mengetahui o Sediakan
berhubungan dengan informasi informasi pada
keterbatasan kognitif kesehatannya pasien tentang
dengan kriteria : kondisi, dengan
- Pasien dan cara yang tepat
keluarga
o Gambarkan proses
menyatakan
penyakit, dengan
pemahaman
cara yang tepat
tentang penyakit,
o Motivasi dan beri
kondisi, prognosis
reinforcement positif
dan program
pada pasien
pengobatan
- Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya

6. Nyeri berhubungan Nyeri teratasi o Latih napas dalam


dengan efek insisi dengan kriteria : o Kolaborasi untuk
bedah pemberian analgetik
- Pasien tenang
o Anjurkan pasien
- Nadi normal
untuk distraksi
- Pasien
menyatakan tidak
nyeri

V. Tindakan keperawatan

Pre Operasi

1. Pasien dipuasakan mulai jam 23.00 WIB

2. Pasien diterima diruang terima jam 10.20 WIB

3. Periksa kelengkapan status, hasil USG, hasil pemeriksaan laboratorium,

persetujuan operasi dan anestesi


4. Pasien dimasukkan ke dalam ruang induksi untuk premedikasi jam

10.30 WIB

5. Pasien terpasang infus dengan cairan infuse RL 20 tetes/menit pada

lengan kiri

6. Pasien dipindahkan ke dalam ruang operasi (meja opersai) jam 10.40

WIB

7. Pasien diperiksa lagi oleh operator untuk memastikan tindakan

pembedahan

8. Pasien dilakukan tindakan general anestesi oleh tim anestesi jam 10.45

WIB

9. Tanda-tanda Vital : TD = 110/70 mmHg, S = 36,8 C, N = 84 x/menit,

R = 20 x/menit

Intra Operasi

a. Persiapan Perawat

1) Scrubbing nurse

Mempersiapkan instrument, bahan dan melakukan kegiatan yang

bersifat steril dalam membantu operator melaksanakan prosedur

operasi. Bertugas sebagai perawat instrument.

2) Circulating nurse

Mempersiapkan alat dan bahan serta melakukan kegiatan non steril

b. Persiapan Alat dan Ruang

1) Alat Non Steril

a) Meja operasi

b) Meja mayo dan meja linen


c) Tempat sampah medis dan non medis

d) Waskom berisi larutan saflon

e) Meja anestesi

f) Tempat sampah tajam

g) Tempat linen kotor

h) Tiang infus

i) Lampu operasi

j) Gunting plester

k) Tabung suction

l) Mesin electro couter

m) Basic set : Biggas

n) Bengkok 2 buah

2) Bahan tenun steril

a) Jas operasi

b) Doek berlubang besar

c) Alas meja

d) Slop + karet

e) Doek steril

3) Alat steril

a) Naldvouder : 2 buah

b) Suction lengkap dengan selang suction

c) Klem arteri : 10 buah

d) Big hak

e) Bengkok

f) Duk besar : 2 buah


g) Skapel no 3 : 1 buah

h) Kocher : 4 buah

i) Gunting jaringan : 1 buah

j) Gunting benang : 1 buah

k) Pinset anatomis : 2 buah

l) Pinset chirugies : 2 buah

m) Jas operasi : 4 buah

n) Klem uterus : 6 buah

4) Barang Medis Habis pakai

a) Hanscoen sesuai ukuran : 5 pasang

b) Betadin 10 % : 100 ml

c) Alkohol 70% : 100 ml

d) NaCl 0,9 % : 1 flabot

e) Benang catgut chromic no.2, no.1, no.0

f) Benang catgut plain no.2/0, no.0

g) Benang vicryl taper no.2/0, no.0

h) Benang vicryl cutting no.3/0

i) Kassa steril : 5 bungkus

j) Mess no 20 : 1 buah

k) Steril streep : 1 buah

l) Folley kateter

m) Urine bag

n) Spuit 10 cc dan 3 cc : @ 1 buah

o) Hypafix/plester
5) Ruangan

a) Ruangan dalam keadaan bersih, steril dan siap pakai

b) AC berfungsi dengan baik

c. Persiapan Pasien

1) Pasien dilakukan general anestesi jam 10.30 WIB

2) Pasien ditidurkan dengan posisi supinasi

3) Memasang alat groun pada tungkai kiri

4) Pasien dipasang bed side monitor (TD = 110/70 mmHg, S = 36,8 C, N

= 84 x/menit, R = 20 x/menit, saturasi O2 = 90 %)

5) Operator, asisten dan perawat instrument mencuci tangan secara steril

lalu mengenakan jas operasi dan sarung tangan steril (handscoen

steril)

d. Prosedur Operasi

1) Desinfeksi kom,betadin, alkohol, klem dan kassa

2) Drapping duk besar 2, duk lobang 1 dan duk klem 4

3) Masing-masing sudut diklem dengan duk klem

4) Memasang duk lobang besar

5) Memasang electro couter

6) Memasang slang suction

7) Fiksasi kabel elctro couter dan selang suction dengan duk klem ke duk

lobang besar

8) Perawat sirkuler menyambungkan kabel electro couter ke mesin couter

dan selang suction ke tabung suction yang sebelumnya alat-alat

tersebut sudah tersambung dengan sumber energinya (listrik dan

vakum suction)
9) Perawat instrument memastikan couter dan suction dapat digunakan

dengan baik

10) Memasang mess pada scapel

11) Menempatkan instrument sesuai urutan kebutuhan saat operasi

12) Operator menanyakan kedokter anestesi bahwa pasien benar-benar

sudah tidur siap untuk dimulai pembedahan

13) Memimpin doa

14) Insisi area operasi, arah insisi vertical, scapel mess, klem arteri, kassa

steril, pinset sirugis besar

15) Insisi uterus dengan arah horizontal

16) Periksa kembali adanya perdarahan atau tidak

17) Mengambil bayi dan plasenta, gunting plasenta 5 cm dari pangkal

plasenta kemudian klem kedua potongan plasenta

18) Lakukan suction pada hidung dan mulut bayi

19) Menempatkan plasenta pada bengkok

20) Memasang klem uterus di area insisi, uterus diklem

21) Desinfeksi area uterus bagian dalam dengan kassa betadin

22) Heacting uterus dengan menggunakan naldvouder, jarum jahit, benang

polysorb

23) Heacting lapisan uterus dengan benang plain (2/0) menggunakan

naldvouder, jarum

24) Desinfeksi lapisan uterus dengan kassa steril, betadin, dan klem uterus

25) Heacting peritoneum kocher dengan menggunakan nalvouder, jarum

plain 2/0, gunting, klem arteri, kassa steril


26) Heacting otot dengan menggunakan naldvouder, jarum plain 2/0,

gunting, klem arteri, kassa steril

27) Heacting fasia yang telah dijepit kocher dengan menggunakan

naldvouder, benang vicryl no.0, gunting, klem arteri, kassa steril

28) Heacting subcutis dengan menggunakan nailpuder, jarum plain 2/0,

gunting, klem arteri, kassa steril

29) Heacting kulit dengan menggunakan nalvouder, vicryl 3/0, gunting,

klem arteri, kassa steril

30) Desinfeksi area jahitan dengan betadin dan kassa steril

31) Tutup area operasi dengan steril streep, kassa steril kering, kassa

betadin dan plester menggunakan hypafix

32) Pasang gurita dan pembalut (pampers)

33) Pindahkan ke ruang RR

34) Alat-alat non steril dibersihkan, dirapikan, dan dikembalikan pada

tempatnya

35) Pengelolaan ABMHP sesuai kebutuhan pasien dan dilaporkan

kembali pada petugas farmasi

36) Alat instrument yang telah dipakai didekontaminasikan dengan cairan

saflon dan dikembalikan ke tempatnya.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah penulis membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny.E.N

dengan section caesaria atas indikasi oligohidroamnion di Instalasi Bedah

Sentral RSUP dr. Sardjito. Maka dalam bab ini penulis mencoba untuk

menyimpulkan beberapa hal yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

1. Kesimpulan

Tindakan operasi section caesaria dapat di lakukan bila terjadi

indikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi.

a. Pengkajian

Data-data yang di dapat pada saat pengkajian kasus berbeda dengan

data data pengkajian yang sesuai dengan teori karena keterbatasan

waktu.

b. Diagnosa Keperawatan

Menurut teori diagnosa yang muncul dengan post partum section

caesaria ada 5 diagnosa keperawatan yaitu :

1) Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan

2) Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

3) Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d luka post operasi

4) Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, luka post operasi.


Sedangkan dengan kasus yang muncul ada diagnosa yaitu

1) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (proses

pembedahan)

2) Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

berhubungan dengan perdarahan

3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

4) Resiko cedera b eenganrhubungand status anestesi

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

6) Nyeri berhubungan dengan efek insisi bedah

c. Perencanaan

Pada tahap perencanaan kelompok menggunakan sumber literatur

meyesuaikan dengan kondisi klien dan sarana prasarana yang ada

diruangan untuk menunjang tindakan keperawatan.

d. Implementasi

Pelaksanaan keperawatan dapat dilaksanakan didukung oleh adanya

kerja sama klien, keluarga, perawat ruangan, dan tim kesehatan yang

ada di rumah sakit.

e. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah melakukan asuhan dalam proses

pengobatan dengan menggunakan pendekatan subjektif, objektif,

analisa dan planning (SOAP). Kemudian hasil evaluasi

didokumentasikan didalam catatan keperawatan.


B. SARAN

1. Saran untuk keperawatan

a. Hendaknya perawat melakukan kunjungan rumah minimal 1 kali

kunjungan agar perawat mengetahui apakah klien mengalami

komplikasi infeksi atau tidak

b. Hendaknya perawat instalasi bedah sentral benar-benar menggunakan

tehnik aseptic untuk mencegah terjadinya infeksi yang

berlanjut/nosokomial

c. Hendaknya pihak rumah sakit melakukan penyuluhan klien yang di

rawat di rumah sakit

d. Proses persalinan seharusnya menjadi pengalaman yang positif

terutama bagi ibu. Oleh karena itu, perawat dituntut untuk selalu

memperbaiki keilmuannya terkait dengan perawatan pasien dengan

prosedur bedah caesar. Dengan demikian, rencana asuhan

keperawatan yang tepat dan terpadu dapat diaplikasikan perawat pada

pasien.

2. Saran untuk mahasiswa

a. Diharapkan mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada

klien section caesaria dengan proses keperawatan yang di ajarkan di

kampus.

b. Dalam memberikan penyuluhan(Health education), hendaknya penyaji

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh klien

dan menghindari istilah medis, lihat kesiapan dan respon klien dalam

menerima penjelasan materi, gunakan alat yang lengkap pada saat

demonstrasi untuk lebih dipaham.


Daftar Pustaka

Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri.


Jakarta : EGC.

Carpenito L. J, 2001. Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC

Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC

http://abrorshodiq.wordpress.com/2009/04/05/askep-perioperatif/(diunduh
tanggal 15 april 2012)

http://ns-rohman.blogspot.com/2011/11/askep-caesarean-section-bedah-
ceasar.html (diunduh tanggal 15 april 2012)

Majid, A 2011. Keperawatan Perioperatif. Gosyen Publishing, Yogyakarta.

Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sacharin Rosa M. (2002). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny


R.F. Jakarta : EGC.

Sarwono Prawiroharjo,(2001). Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II, Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

Tucker, Susan Martin, (2002). Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4,


Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Vous aimerez peut-être aussi