Vous êtes sur la page 1sur 27

MAKALAH IMUNOSEROLOGI

PETANDA TUMOR

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9

1. FEBIA DAMAYANTI
2. FIRDA JULFIANI
3. MELI AGUSTIN
4. SELLA BANYU SARI

PROGRAM STUDI D3 AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANTEN

TAHUN AJARAN 2016-2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah.SWT karena atas rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Sholawat teriring salam semoga selalu tercurahkan
kepada junjungan kita yakni nabi besar Muhammad.SAW yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan menuju zaman yang terang benderang kaya dengan ilmu pengetahuan.

Makalah ini berisi mengenai Petanda Tumor mulai dari pengertian tumor, parameter-parameter
petanda tumor, serta cara untuk mendeteksi petanda tumor tersebut.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca makalah ini.
Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam
pengerjaan makalah ini baik secara materil maupun non-materil.

Tangerang, Januari 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali.
Diperkirakan setiap tahun 12 juta orang diseluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta
diantaranya meninggal dunia. Ironisnya kejadian ini terjadi lebih cepat di negara miskin dan
berkembang. Di Indonesia kejadian kanker mencapai 4.3%. berdasarkan data demografi, wanita
lebih banyak menderita kanker yaitu sebanyak 5,7% sedangkan laki-laki hanya sekitar 2,9%, hal
ini sejalan dengan tingginya angka pasien kanker pada ibu rumah tangga yaitu sekitar 8,2%.
Berdasarkan tingkatan usia didapatkan semakin tinggi usia seseorang maka semakin beresiko
untuk mengalami kanker, terbukti dengan kejadian kanker pada usia lebih dari 75 tahun berkisar
antara 9,4%.
Seperti yang sudah kita ketahui kanker berkembang dari suatu tumor , berdasarkan data-data
dan kajian-kajian di atas maka dirasa perlu tindakan untuk menghambat angka terjadinya kanker
yang membesar. Petanda tumor dapat menjadi salah satu diagnosis laboratorium yang dapat
dilakukan untuk mengetahui perkembangan-perkembangan sel tumor atau kelainan dalam
jaringan. Petanda tumor yang dapat diperiksa antara lain :
1. AFP:HCC
2. Ca 225:ovarium Ca2 Endometrial
3. Ca 15-3 breast Ca
4. Ca 19-9 : gas stric of pranceatica
5. Cyfira 21-1 : paru/lung Ca(SCC)
6. PAP(Prostatic Acid Phospatase)
7. ACP(Acid Phospatase)
8. Ca 72-4 : lambung atau gastric Ca
9. Calotonin: Medulary thyroid Ca
10. HCG: tropoblastic,CHORIO-Ca
11. CEA : kolorectal breast/Mng HCC
12. NSE : Small ca of lung
13. SCC : Serviks ca
14. CEA, NSE, SCC
15. HE4
16. PSA : ca prostat
17. Free PSA
18. -2 microglobulin
19. Thyroog globulin: papilary thyroid ca
20. NMP22 : bulu-buli ca
21. Ca 125
Berdasarkan parameter-parameter petanda tumor tersebut kami akan membahas petanda-
petanda tumor tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tumor ?
2. Apa saja parameter-parameter petanda tumor?
3. Bagaimana cara untuk mendeteksi petanda tumor tersebut?
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian tumor
2. untuk mengetahui parameter-parameter petanda tumor
3. untuk mengetahui cara untuk mendeteksi petanda tumor tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Petanda Tumor
Penanda tumor adalah senyawa yang ditemukan di atas jumlah normal di dalam darah, urin, atau
cairan tubuh lainnya bila terdapat kanker tertentu di dalam tubuh. Sebagian besar penanda tumor
merupakan protein, namun beberapa jenis penanda tumor yang terbaru dapat berupa gen atau
senyawa lain. Ada banyak sekali penanda tumor yang saat ini digunakan oleh dokter untuk
menunjang diagnosis atau pemantauan pasien penderita kanker. Sebagian penanda tumor hanya
spesifik ditemukan pada satu jenis kanker tertentu, namun sebagian lainnya dapat ditemukan
pada beberapa jenis tumor
Umumnya, pemeriksaan penanda tumor harus dilakukan berdasarkan rekomendasi dokter dan
hasilnya dianalisa bersama dengan riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium lainnya. Hal ini dikarenakan, pemeriksaan penanda tumor memiliki keterbatasan-
keterbatasan tertentu sehingga tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya penentu diagnosis
kanker pada pasien.
2.2 Pemanfaatan
Pemeriksaan penanda tumor dilakukan umumnya dimanfaatkan sebagai berikut: Pemantauan
terapi atau pengobatan penderita kanker. Konsentrasi atau kadar penanda tumor di dalam tubuh
akan diukur sebelum dan sesudah pemberian terapi / pengobatan. Bila kadar penanda tumor
menurun setelah terapi / pengobatan, maka kemungkinan terapi sudah efektif mengatasi kanker
pasien. Namun, bila kadar penanda tumor tetap sama, maka perlu dilakukan penyesuaikan kadar
obat / terapi yang dibutuhkan pasien.
Penunjang diagnosis. Pada orang yang memiliki gejala kanker, pemeriksaan penanda tumor
dapat digunakan sebagai salah satu penunjang untuk mengenali sumber kanker dan membedakan
gejala kanker dengan gejala penyakit lainnya.
Memantau kekambuhan. Jika penanda tumor meningkat sebelum terapi, menurun sesudah terapi,
dan mulai naik kembali setelahnya, maka kemungkinan besar, kanker pasien kembali terjadi.
Bila sesudah operasi, kadar penanda tumor masing tinggi di dalam tubuh, maka ada
kemungkinan, sebagian kanker masih tersisa di dalam tubuh.
Contoh Penanda Tumor

Jaringan yang di
Penanda Tumor Penyakit tumor terkait
analisis

Kanker hati dan tumor sel


Alpha fetoprotein (AFP) Darah
germinal

Multiple myeloma, leukemia


Darah, urin, cairan
Beta-2-microglobulin (B2M) limfositik kronis, dan beberapa
serebrospinal
limfoma lain

Beta-human chorionic gonadotropin


Darah, urin Koriokarsinoma dan kanker testis
(Beta-hCG)

CA15-3 Darah Kanker payudara

CA27-29 Darah Kanker payudara

Kanker pankreas, kanker kandung


CA19-9 Darah empedu, kanker saluran empedu,
dan kanker lambung

Calcitonin Darah Karsinoma tiroid meduler

Kanker kolorektal, kanker


Carcinoembryonic antigen (CEA) Darah
payudara

Chromogranin A (CgA) Darah Tumor neuroendokrin

Kromosom 3, 7, 17, dan 9p21 Urin Kanker kandung kemih

Estrogen receptor (ER)/progesterone


Tumor Kanker payudara
receptor (PR)

HE4 Darah Kanker ovarium

Kanker payudara, kanker lambung,


HER2/neu Darah
kanker esofagus

Laktat dehidrogenase Darah Tumor sel germinal


Neuroblastoma dan kanker paru-
Neuron-specific enolase (NSE) Darah
paru non sel kecil[2]

Nuclear matrix protein 22 Urin Kanker kandung kemih

Antigen spesifik prostat (PSA) Darah Kanker prostat

Tiroglobulin Darah Kanker Tiroid

Urokinase plasminogen activator


(uPA) dan plasminogen activator Tumor
inhibitor (PAI-1)
2.3 Parameter-Parameter Petanda Tumor
2.3.1 AFP (Alpha Fetoprotein)
Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang akan
menjadi sel hati pada janin. Ternyata protein ini dapat dijumpai pada 70 95% pasien dengan
kanker hati primer dan juga dapat dijumpai pada kanker testis. Pada seminoma yang lanjut,
peningkatan AFP biasanya disertai dengan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Kadar AFP
tidak ada hubungan dengan besarnya tumor, pertumbuhan tumor, dan derajat keganasan. Kadar
AFP sangat tinggi (>1000 IU/mL) pada kasus dengan keganasan hati primer, sedangkan pada
metastasis tumor ganas ke hati (keganasan hati sekunder) kadar AFP kurang dari 350 400
IU/mL. Pemeriksaan AFP ini selain diperiksa di dalam serum, dapat juga diperiksakan pada
cairan ketuban untuk mengetahui adanya spinabifida, ancephalia, atresia oesophagus atau
kehamilan ganda.
AFP paa kehamilan protein ini mulai terbentuk di plasma saat janin (fetus) berusia empat minggu
dan dihasilkan paling banyak pada usia kandungan mencapai 12-16 minggu. Setelah melahirkan,
AFP umumnya tidak terdeteksi di dalam darah. Untuk membantu memperkirakan adanya
kelainan pada janin, seperti sindrom down (kelainan genetik), sindrom turner, dan spina bifida,
pemeriksaan AFP biasanya dilakukan terhadap wanita dengan usia kandungan 16-22 minggu.
Jumlah AFP di dalam darah juga dapat meningkat bila pasien sedang mengandung bayi kembar.
Umumnya, pemeriksaan AFP juga harus dilengkapi dengan pemeriksaan
hormon estriol dan HCG, serta pemeriksaan USG (ultrasonografi).
AFP pada kanker, pada penderita kanker testis, kanker pankreas, kanker hati, kanker ovarium,
dan kanker saluran empedu, kadar AFP dalam tubuh pasien meningkat. Pemeriksaan AFP tidak
boleh dilakukan pada populasi umum, tetapi sebaiknya hanya dilakukan bila ada gejala untuk
pmeriksaan lain menunjang ke arah kanker tertentu. Sebagai petanda tumor, AFP bukan lah
protein yang spesifik terhadap keganasan penyakit tertentu dan nilainya dapat berbeda apabila
diukur dengan metedo yang berbeda antar laboratoriu. Oleh karena itu diperlukan
pendamapingan dokter dalam menerjemahkan hasil AFP pasien.
Cara pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan CMIA (Chemiluminesecent Microparticle
Immunoassay) dengan menggunakan sampel uji berupa serum atau plasma dengan antikoaagulan
sodium heparin, litium heparin atau EDTA. Sampel uji berupa serum atau plasma tersebut
bertahan tujuh hari pada sushu 2-80C atau bisa lebih dari 7 hari apabila dibekukan pada suhu -
200C atau lebih rendah. Sebelum pemeriksaan tidak ada persiapan khusus untuk pasien.

Ha-hal yang dapat mempeengaruhi hasil tes antara lain:


1. Perokok.
2. Gestational Diabetes.
3. Jika pernah melakukan tes medis yang menggunakan radioaktif dalam 2 minggu
sebelumnya.
2.3.2 Carcinoembryonic antigen (CEA)
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin
yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa. Pemeriksaan CEA ini
bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus besar, khususnya ardenocarcinoma.
Pemeriksaan CEA merupakan uji laboratorium yang tidak spesifik karena hanya 70% kasus
didapatkan peningkatan CEA pada kanker usus besar dan pankreas. Peningkatan kadar CEA
dilaporkan pula pada keganasan oesophagus, lambung, usus halus, dubur, kanker payudara,
kanker serviks, sirosis hati, pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit inflamasi dan
trauma pasca operasi. Yang penting diketahui pula bahwa kadar CEA dapat meningkat pada
perokok.
Petunjuk ASCO tidak menganjurkan CEA untuk pemeriksaan penapisan, diagnosis, penentuan
stadium, atau surveilans rutin pada pasien dengan kanker payudara setelah terapi awal, juga tidak
untuk memantau respon penyakit metastasis terhadap pengobatan. Namun, peningkatan kadar
CEA dapat digunakan untuk mendeteksi rekurensi apabila tidak ada parameter penyakit yang
lain(Sacher, 2004).
Pemeriksaan CEA

Deskripsi : Carcinoembryonic Antigen (CEA) merupakan penanda berbagai jenis


kanker yang dikombinasikan dengan penanda tumor lainnya.

Manfaat : (1) Bersama dengan penanda tumor lain untuk mendeteksi karsinoma
Pemeriksaan saluran cerna (CA 19-9), kanker payudara (CA 15-3), kanker ovarium
(CA 125), kanker paru (NSE), kanker pankreas, kanker usus halus, dan
kanker lambung; (2) Prognosis dan follow up kanker kolorektal; (3)
Pemeriksaan pasca operasi dan pemantauan prognosis kanker.

Persyaratan & : 0,5 (0,25) mL Serum


Jenis Sampel

Stabilitas : 2-8 C : 48 jam, <= -20 C : > 48 jam


Sampel

Prosedur : -Ambil 10 mL darah vena dan masukkan ke dalam tabung tertutup merah
atau jingga muda. Hindari hemolisis
-Heparin sebaiknya tidak diberikan selama 2 hari sebelum pemeriksaan
karena mempengaruhi hasil
-Tidak perlu pembatasan makan dan cairan

Nilai Rujukan : Dewasa: tidak merokok: <2,5 ng/ml; Merokok: <3,5 ng/ml
Gangguan inflamasi akut: 10 ng/dl; Neoplasma: 12 ng/dl

Catatan : Kriteria penolakan sampel : Hemolisis : Mutlak; Beku ulang : Mutlak.


Sampel tidak boleh mengandung fibrin, sel darah merah atau partikel
lain.
2.3.3 Cancer antigen 72-4
Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4 adalah mucine-like, tumor associated
glycoprotein TAG 72 di dalam serum. Antibodi ini meningkat pada keadaan jinak seperti
pankreatitis, sirosis hati, penyakit paru, kelainan ginekologi, kelainan ovarium, kelainan
payudara dan saluran cerna. Pada keadaan tersebut spesifisitas sebesar 98%. Peningkatan Ca 72-
4 mempunyai arti diagnostik yang tinggi untuk kelainan jinak pada organ tersebut. Pada
keganasan lambung, ovarium dan kanker usus besar mempunyai arti diagnostik yang tinggi. Pada
kanker lambung, uji diagnostik Ca 72-4 mempunyai nilai sensitifitas 28 80% ; pada kanker
ovarium, sensitifitas 47 80% ; sedangkan pada kanker usus besar, sensitifitasnya 20 41%.
Pemeriksaan petanda tumor ini dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis, bila diperlukan
harus digunakan lebih dari satu petanda tumor. Selain itu pemeriksaan Ca 72-4 juga dipakai pada
pasca operasi dan pada waktu relaps.
2.3.4 Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9)
Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk membantu
menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar. Kadar
Ca 19-9 meningkat pada 70 75% kanker pankreas dan 60 65% kanker hepatobiliar. Pada
peningkatan ringan, kadar Ca 19-9 dapat dijumpai pada radang seperti pankreatitis, sirosis hati,
radang.
Pankreas adalah organ dalam perut yang terletak secara horisontal di belakang bagian bawah
lambung. Di dalam pankreas, sel eksokrin pankreas menghasilkan cairan pencernaan, sedangkan
sel endokrin pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon , yang mengatur tingkat gula
darah dalam tubuh.
Di Amerika Serikat, kanker pankreas merupakan penyebab kematian akibat kanker ke-4 paling
umum. Aktor, Patrick Swayze dan baru-baru ini, pendiri Apple, Steve Jobs, keduanya meninggal
akibat kanker pankreas. Di Singapura, terjadi peningkatan kanker pankreas selama 40 tahun
belakangan ini. Dari tahun 2003 hingga 2007, terdapat sekitar 1000 kasus dengan diagnosa
kanker pankreas. Walaupun kanker pankreas tidak termasuk di dalam urutan 10 besar kanker
yang paling umum di Singapura, kanker tersebut menjadi penyebab ke-6 dan ke-7 kematian
akibat kanker untuk pria dan wanita di Singapura.
Yang menjadi penyebab kanker pankreas masih belum jelas. Namun orang-orang dengan faktor
resiko tertentu memiliki kemungkinan besar untuk terkena kanker pankreas. Faktor-faktor resiko
tersebut meliputi:
Merokok: Merokok tembakau adalah faktor resiko utama untuk kanker pankreas.
Diabetes: Mereka dengan diabetes memiliki kemungkinan besar untuk terkena kanker
pankreas.
Faktor genetik: memiliki anggota keluarga terdekat dengan riwayat kanker pankreas,
meningkatkan resiko terkena kanker.
Pancreatitis (radang/infeksi pada pankreas):Peradangan/infeksi pada pankreas untuk
waktu yang cukup lama dapat meningkatkan resiko terkena kanker pankreas.
Obesitas: Mereka yang memiliki kelebihan berat badan memiliki kemungkinan sedikit
lebih banyak daripada orang lain untuk terkena kanker pankreas.
Cara mendeteksi kanker pankreas, apabila ada dugaan terkena kanker pankreas, scan CT pada
bagian perut perlu dilakukan. Scan MRI juga mungkin dilakukan untuk membantu dokter
melihat pankreas dalam bentuk visual, sehingga dapat membantu memutuskan prosedur
pengobatan. Juga pemeriksaan pendukung : CEA, Bilirubin, Fungsi Liver.
Prosedur ERCP (endoscopic retrograde cholangio pancreatography) biasanya dilakukan apabila
kanker pankreas sudah terdiagnosa positif. Prosedur ini menggunakan kamera fiberoptik untuk
melihat ke dalam lambung dan usus kecil di mana terdapat saluran yang mengarah kepada
pankreas. Cairan X-Ray disuntikkan ke dalam saluran pankreas sehingga organ tersebut dapat
diambil gambarnya, sehingga keabnormalan saluran pankreas dapat diidentifikasi. Selama
prosedur ECRP, sebagian jaringan akan diangkat untuk keperluan biopsi.
Metode lain yang tersedia adalah endoscopic ultrasound (EUS) yang menggunakan alat
ultrasound untuk mengambil gambar pankreas dari dalam perut. Alat ultrasound dimasukkan
melalui selang serat optik melalui kerongkongan ke dalam perut untuk memperoleh gambar
pankreas. Prosedur ini juga memungkinkan untuk mengambil sample jaringan sel untuk
keperluan biopsi. Suatu biopsi adalah satu-satunya cara yang pasti untuk dokter untuk
mengetahui apakah kanker hadir. Pada suatu biopsi, dokter mengangkat beberapa jaringan-
jaringan dari pankreas. Mereka diperiksa dibawah sebuah mikroskop oleh seorang ahli patologi,
yang memeriksa untuk sel-sel kanker. Satu cara untuk mengangkat jaringan adalah dengan suatu
jarum yang panjang yang dimasukkan melalui kulit kedalam pankreas. Ini disebut suatu biopsi
jarum. Dokter-dokter menggunakan x-rays atau ultrasound untuk membimbing penempatan
jarum. Tipe biopsi lain adalah suatu biopsi sikat. Ini dilakukan sewaktu ERCP. Dokter
memasukkan suatu sikat yang sangat kecil melalui endoscope kedalam saluran empedu untuk
menyeka sel-sel untuk diperiksa dibawah sebuah mikroskop.
Adakalanya suatu operasi yang disebut suatu laparotomy mungkin diperlukan. Selama operasi
ini, dokter dapat memperhatikan organ-organ dalam perut dan dapat mengangkat jaringan.
Laparotomy membantu dokter menentukan keadaan atau luasnya penyakit. Mengetahui keadaan
membantu dokter merencanakan perawatan. Contoh-contoh jaringan yang diperoleh dengan
suatu macam biopsi mungkin tidak memberikan suatu diagnosis yang jelas, dan biopsi mungkin
perlu diulang menggunakan suatu metode yang berbeda.
2.3.5 Cancer 12-5 (Ca-12-5)
Cancer antigen 125 (Ca 125 dipakai untuk indikator kanker ovarium epitel non-
mucinous. Kadar Ca 12-5 meningkat pada kanker ovarium dan dipakai untuk mengikuti hasil
pengobatan 3 minggu pasca kemotrapi. Diagnosa
Pemeriksaan fisik: Dokter memeriksa tanda-tanda umum dari kesehatan. Dokter Anda
mungkin menekan perut Anda untuk memeriksa tumor atau penumpukan abnormal cairan
(asites). Sebuah sampel cairan dapat diambil untuk mencari sel-sel kanker ovarium.
Pemeriksaan panggul: Dokter Anda merasa ovarium dan organ terdekat untuk benjolan
atau perubahan lain dalam bentuk atau ukuran. Tes Pap ini merupakan bagian dari
pemeriksaan panggul normal, tetapi tidak digunakan untuk mengumpulkan sel-sel
ovarium. Tes Pap dapat mendeteksi kanker serviks. Tes Pap tidak digunakan untuk
mendiagnosa kanker ovarium.
Tes darah: Dokter Anda mungkin agar tes darah. Lab mungkin memeriksa tingkat zat,
termasuk CA-125. CA-125 adalah zat yang ditemukan pada permukaan sel kanker
ovarium dan pada beberapa jaringan normal. Tingkat CA-125 yang tinggi bisa menjadi
tanda kanker atau kondisi lain. CA-125 tes tidak digunakan sendiri untuk mendiagnosa
kanker ovarium. Tes ini disetujui oleh Administrasi Makanan dan Obat untuk
pemantauan respon wanita untuk pengobatan kanker ovarium dan untuk mendeteksi
kembali setelah pengobatan.
Ultrasound: Perangkat USG menggunakan gelombang suara yang orang tidak dapat
mendengar. Perangkat bertujuan gelombang suara pada organ-organ di dalam panggul.
Gelombang memantul dari organ. Sebuah komputer menciptakan gambar dari gema.
Gambar dapat menunjukkan tumor ovarium. Untuk tampilan yang lebih baik dari indung
telur, perangkat mungkin akan dimasukkan ke dalam vagina (USG transvaginal).
Biopsi: Biopsi adalah pengangkatan dari jaringan atau cairan untuk mencari sel-sel
kanker.
Pembedahan biasanya diperlukan untuk mendiagnosis kanker ovarium. CA-125, kanker
antigen-125, adalah protein yang ditemukan pada tingkat sel-sel kanker ovarium yang
paling tinggi dibandingkan dengan sel normal. CA-125 diproduksi pada permukaan sel
dan dilepaskan dalam aliran darah. CA 125 adalah penanda tumor untuk kanker ovarium
dan kadangkala juga kanker rahim, karena CA 125 akan diproduksi oleh sel kanker dari
ovarium (indung telur) dan rahim, dan masuk ke dalam darah, sehingga bisa terdeteksi
dari pemeriksaan laboratorium.
Sensitifitas dan spesifisitas dari tes CA-125 terhadap Kanker ovarium (indung telur)
memiliki keterbatasan.
Untuk spesifisitas, peningkatan CA-125 selain pada kanker ovarium, juga dapat
ditemukan pada jenis kanker lainnya, seperti kanker endometrium, saluran indung telur,
paru, payudara, dan pencernaan. CA-125 dapat juga meninggi pada keadaan
endometriosis, menstruasi, dan hamil, atau penyakit peradangan di sekitar organ
produksi.
Untuk sensitifitas, juga ada keterbatasan, karena sekitar 20% kasus kanker ovarium tidak
terjadi peningkatan CA-125 dan hanya 50% dari kasus kanker ovarium tahap awal
mengalami peningkatan CA-125.
Namun tes CA-125 ini dapat dipakai untuk memprediksi adanya suatu kelainan yang
dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Jadi bila tes CA-125 mengalami peningkatan,
sebaiknya dicari tahu apa penyebabnya. Nilai normal CA-125 : 0 35 U / mL.

2.3.6 Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3)


Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) dipakai untuk mengidentifikasi kanker payudara dan monitoring
hasil pengobatan. Pemeriksaan petanda tumor ini akan lebih sensitif bila digunakan bersama
CEA. Kadar Ca 15-3 meningkat pada keganasan payudara, ovarium, paru, pankreas dan prostat.
Petanda tumor CA 15-3 mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah pada tahap awal
penyakit dan akan meningkat sejalan dengan semakin lanjutnya perjalanan penyakit. Berbagai
penelitian menunjukkan peningkatan kadar CA 15-3 pada kanker payudara stadium I hanya
sekitar 10% pasien, stadium II sekitar 20% pasien, stadium III sekitar 40% pasien, dan 75%
pasien pada stadium IV. Pemeriksaan kadar CA 15-3 serial selama masa pemantauan pasca
terapi memberikan informasi prognostik yang lebih baik. Peningkatan CA 15-3 juga ditemukan
pada pasien sirosis, hepatitis, kelainan Autoimun dan kelainan kelenjar ovarium.
Pada kanker payudara, peranan serum marker belum banyak dibuktikan. Serum marker yang
paling banyak dipakai adalah Ca 15-3 dan Carcinoembryonic Antigen (CEA), sementara marker
lain yang belum begitu banyak dipakai antara lain BR 29.29 (Ca 27.29), Tissue Polypeptide
Antigen (TPA), Tissue Polypeptide Specific Antigen (TPS) dan Her-2. Tujuan review ini adalah
untuk mengevaluasi kegunaan klinis serum tumor marker pada kanker payudara, yaitu dalam
diagnosis dini, prognosis, respon terhadap terapi, pengawasan setelah pengobatan primer, dan
monitor respon pada penyakit tahap lanjut. Review terutama akan difokuskan pada Ca 15-3
karena Ca 15-3 merupakan yang paling luas dipakai pada kanker payudara. Fungsi pemeriksaan
CA 15-3 :
1. Membantu Diagnosis Dini
Di antara semua serum marker yang ada, tidak ada satupun yang memiliki sensitivitas
dan spesifisitas yang cukup baik untuk diagnosis dini kanker payudara. Ca 15-3 misalnya
meningkat pada 10 pasien kanker payudara stadium I, 20 % pasien stadium II, 40 %
pasien stadium III, dan 75 % pasien stadium IV. Selain sensitivitasnya yang kurang baik,
Ca 15-3 juga kurang spesifik, dan dapat ditemukan pada orang normal (~5%), pada
beberapa penyakit non-keganasan seperti penyakit hati, dan pada adenocarcinoma lain.
Oleh sebab itu, diagnosis dini kanker payudara masih akan banyak bergantung pada
mammography dan histopathology.
2. Menentukan Prognosis
Kebanyakan faktor prognosis yang telah ada (mis. ukuran tumor, status lymph node, dll)
memerlukan jaringan tumor dengan operasi atau biopsi. Oleh sebab itu, diperlukan suatu
marker prognosis dalam darah. Beberapa serum marker yang telah dipelajari antara lain
Ca 15-3, serum Her-2, dan CEA. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa kadar Ca 15-3
pada awal penyakit yang tinggi (dengan cut off berkisar antara 25-40 KiloUnit/L) dapat
memprediksikan outcome yang buruk. Kadar Ca 15-3 selama follow up juga dapat
memberikan informasi prognosis.
Tampellini, et al. melaporkan bahwa pasien dengan Ca 15-3 < 30 KU/L pada saat
kekambuhan pertama, akan memiliki masa bertahan hidup lebih panjang daripada pasien
dengan kadar yang lebih tinggi. Penemuan-penemuan ini menyatakan bahwa Ca 15-3
merupakan faktor prognosis yang baik.
Selain Ca 15-3, Her-2 dan CEA juga dapat dijadikan faktor prognosis. Konsentrasi Her-2
yang tinggi dapat memprediksi outcome yang buruk (seperti: waktu pengembangan
penyakit yang lebih cepat, masa bebas penyakit yang lebih pendek dan kesembuhan
keseluruhan yang rendah). Walaupun belum banyak dipelajari, kadar CEA pre/post
operasi juga dikaitkan dengan prognosis kanker payudara yang buruk.
3. Prediksi Respon terhadap Terapi
Seperti faktor-faktor prognosis, marker-marker prediksi keberhasilan terapi yang telah
ada juga memerlukan jaringan tumor untuk dianalisis. Beberapa penemuan awal
menunjukkan bahwa serum Her-2 yang tinggi dapat dikaitkan dengan respon yang buruk
terhadap terapi endokrin dan kemoterapi berbasis cyclophosphamide-methotrexate-5-
fluorourocil, tapi dapat memprediksi hasil yang baik dengan terapi kombinasi
trastuzumab (herceptin) dan kemoterapi.
Ca 15-3 dan marker terkait MUC-1 lainnya juga dapat dijadikan faktor prediksi respon
terapi. Overekspresi MUC-1 (antigen yang dideteksi oleh assay Ca 15-3 dan BR29.79)
pada tikus menunjukkan resistensi terhadap cis-platinum. Studi lebih lanjut masih harus
dilakukan untuk menentukan apakah kadar marker terkait MUC-1 dapat memprediksi
respon/resistensi pada pasien yang menjalani terapi berbasis platinum.
4. Pengawasan setelah Pengobatan Primer
Pengawasan pasien setelah pengobatan primer dengan pemeriksaan klinis, radiologi, dan
tes biokimia sekarang umum dilakukan, berdasarkan asumsi bahwa deteksi awal
kekambuhan atau metastasis panyakit akan meningkatkan kesempatan untuk sembuh.
Meskipun sebenarnya, data-data yang ada saat ini tidak menunjukkan bahwa follow up
intensif menggunakan tes biokimia standar dan radiologi setelah pengobatan primer dapat
bermanfaat. Sebaliknya, keberhasilan follow up akan sangat bergantung pada sensitivitas
dan spesifisitas tes diagnosis yang digunakan.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat apakah penggunaan Ca 15-3 sebagai
dasar memulai pengobatan awal setelah pembedahan dapat meningkatkan kesembuhan
atau kualitas hidup pasien. Studi oleh Jager dilakukan pada pasien dengan kadar Ca 15-3
atau CEA yang meningkat, tapi tanpa adanya bukti metastasis penyakit. Sebagian pasien
(n=21) diberikan pengobatan medroxyprogesterone acetate, sementara sebagian lain (n =
26) tidak. Untuk pasien yang tidak diobati, interval waktu hingga metastasis terdeteksi
adalah 4 bulan, sementara untuk kelompok pasien yang diobati, interval waktu mencapai
> 36 bulan.
Dua studi lain juga menunjukkan bahwa pengobatan awal yang hanya didasarkan pada
peningkatan nilai marker (Ca 15-3, CEA, atau mammary cancer antigen), meskipun pada
pasien asimtomatis, dapat memberikan outcome yang lebih baik, daripada jika
pengobatan didasarkan pada radiologi atau yang lain.
Ketiga studi, walaupun menunjukkan hasil yang bagus, hanya dilakukan pada pasien
yang relatif sedikit, sehingga tidak cukup kuat untuk melakukan suatu perubahan dalam
praktek klinis, misalnya untuk merekomendasikan pasien asimtomatis dengan tumor
marker meningkat untuk memulai suatu terapi baru.
5. Monitor Respon terhadap Terapi pada Pasien Tahap Lanjut
Kriteria yang telah dipakai untuk mengukur respon terhadap terapi pada kanker payudara
tahap lanjut adalah International Union against Cancer Criteria (UICC) yang mencakup
pemeriksaan fisik, pengukuran luka, radiologi dan isotope scanning. Beberapa studi telah
dilakukan untuk mempelajari penggunaan serum marker dalam hal ini. Penggunaan
serum marker memiliki beberapa keuntungan termasuk sensitivitas yang lebih baik,
pengukuran yang lebih objektif dan kenyamanan bagi pasien.
Dari 11 studi yang dilakukan, didapatkan bahwa 66 % dari pasien membaik setelah
kemoterapi, menunjukkan penurunan konsentrasi marker, 73 % dari pasien dengan
penyakit yang stabil tidak menunjukkan perubahan konsentrasi marker yang signifikan,
dan 80 % dari pasien dengan penyakit yang bertambah parah menunjukkan peningkatan
konsentrasi marker. Dalam sebagian besar studi-studi ini, yang dimaksud perubahan
konsentrasi adalah perubahan kadar Ca 15-3 > 25 %.
Hasil penelitian CEA menunjukkan hasil serupa. 82 % dari pasien memiliki konsentrasi
CEA yang menurun dan respon penyakit, sedangkan 74 % memiliki konsentrasi yang
tinggi dan penyakit yang memburuk.
Walaupun data-data yang telah ada menunjukkan korelasi yang baik antara tumor marker
dengan respon terapi pada penyakit tahap lanjut, ASCO (American Society of Clinincal
Oncology) tidak menganjurkan penggunaan rutin Ca 15-3 atau CEA dalam hal ini. ASCO
hanya menyarankan pengunaan keduanya pada kondisi khusus, dimana evaluasi klinis
sulit dilakukan, dan baik Ca 15-3 maupun CEA tidak dapat berdiri sendiri dalam
menentukan respon terapi pada keadaan apapun.
Selain Ca 15-3 dan CEA, serum Her-2 juga dapat digunakan untuk memonitor respon
pada terapi, terutama pada berbasis trastuzumab. Dalam suatu studi dengan 99 pasien
tahap lanjut yang diberi terapi berbasis trastuzumab, didapatkan bahwa korelasi antara
status klinis dengan serum Her-2 adalah 0.793, sementara dengan Ca 15-3 adalah 0.627.
Jika kedua marker dikombinasi, didapatkan korelasinya dengan status klinis adalah 0.83.
2.3.7 Prostat Spesific Antigen (PSA)
Prostat Spesific Antigen (PSA) dipakai untuk diagnosis kanker prostat. Dahulu kala pemeriksaan
kanker prostat dilakukan pemeriksaan aktifitas prostatic acid phosphatase (PAP), diikuti dengan
pemeriksaan colok dubur. Tetapi aktifitas PAP yang tinggi disertai dengan pembesaran kelenjar
prostat selalu sudah terjadi metastasis. Untuk pemeriksaan dini kanker prostat dipakai
pemeriksaan PSA. Kadar PSA dapat meningkat pada hipertrofi prostat jinak dan lebih tinggi lagi
pada kanker prostat. Kadar PSA meningkat setelah colok dubur atau bedah prostat. Pemeriksaan
PSA disarankan untuk pemeriksaan rutin pada pria usia lebih dari 40 tahun. Total PSA (tPSA)
terdiri dari PSA bebas dan PSA kompleks. Kadar PSA total dipakai untuk mendapatkan persen
(%) PSA bebas.
Prostat adalah kelenjar seks pada pria, terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi saluran
kencing. PSA adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat yang berfungsi untuk
mengencerkan cairan ejakulasi sehingga memudahkan pergerakan sperma. Pada keadaan normal,
hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah tetapi bila terjadi peradangan atau
kerusakan jaringan prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat. Jadi peningkatan kadar PSA
bukan hanya disebabkan oleh kanker prostat tetapi dapat juga disebabkan oleh BPH.
Dalam darah, PSA ditemukan dalam keadaan bebas (free-PSA) dan sebagian besar diikat oleh
protein (disebut c-PSA atau complexed-PSA). Pada BPH (pembesaran prostate yang jinak )
konsentrasi free PSA lebih dominan sedangkan pada kanker prostat peningkatan c-PSA yang
lebih dominan.
Kanker prostat adalah penyakit kanker yang menyerang kelenjar prostat, dimana sel-sel kelenjar
prostat tumbuh secara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan
sekitarnya. Pada pria berusia lanjut > 60 tahun hasil PSA bisa membuat rancu apakah
pembesaran prostate jinak/ BPH yang sering terjadi pada pria berusia lanjut atau keganasan
.Untuk membedakan apakah peningkatan kadar PSA disebabkan oleh BPH atau kanker prostat
maka dianjurkan pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total atau rasio c-PSA/PSA total terutama
bagi mereka yang kadar PSA totalnya antara 2.6-10 ng/ml.
Penyebab kanker prostat belum diketahui secara pasti, namun penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat, yaitu :
Usia
Risiko kanker prostat akan meningkat setelah usia 50 tahun.
Ras/Etnis
Orang berkulit hitam memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat dibandingkan
orang berkulit putih.
Riwayat Keluarga
Jika Ayah atau saudara laki-laki Anda menderita kanker prostat, maka risiko Anda akan
meningkat lebih dari dua kali lipat. Risiko akan semakin tinggi jika Anda memiliki
kerabat yang terdiagnosa kanker prostat di bawah usia 65 tahun.
Diet
Diet tinggi lemak dan obesitas (kegemukan) akan meningkatkan risiko kanker prostat.
Tes PSA (Prostate-Specific Antigen - Antigen Khusus Prostat). Tes ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya kanker prostat pada prostat . Bila hasil pemeriksaan PSA
sedikit meningkat, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan free-PSA untuk menentukan
nilai rasio free-PSA/PSA total. Manfaat Tes PSA :
a. Untuk skrining (PSA total).
b. Untuk Diagnosis (PSA total dan rasio free-PSA/PSA total atau rasio c-
PSA/PSA total).
c. Untuk pemantauan penyakit dan pemantauan pengobatan serta pemantauan
setelah pengangkatan prostat.
Macam macam tes PSA :
1. Pemeriksaan colok dubur (Digital Rectal Examination/DRE)
Dengan menggunakan sarung tangan, dan jari yang diberi pelumas, dokter
akan memeriksa prostat anda, apakah membesar dan ada benjolan.
Prosedur pemeriksaan colok dubur ini mungkin menimbulkan rasa tidak
enak sedikit, namun ini merupakan pemeriksaan yang cepat dan mudah.
2. Tes PSA (Prostate-Specific Antigen/antigen khusus prostat)
Tes darah ini bertujuan untuk mengukur kadar protein yang dikeluarkan
oleh kelenjar prostat. Bila kadarnya tinggi mengindikasikan kanker
prostat. Namun peningkatan kadar PSA kadang juga dapat disebabkan
oleh pembesaran prostat, infeksi atau peradangan prostat.
Diagnosis kanker prostat dipastikan setelah dilakukan beberapa
pemeriksaan untuk menunjang diagnosis yaitu :
a. Riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik (termasuk DRE)
Pemeriksaan darah yaitu PSA total, dan bila perlu ditambahkan
pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total (atau c-PSA(2)/PSA total)
untuk membedakan kanker prostat dan BPH terutama bagi pasien
dengan hasil PSA total antara 2.6-10 ng/ml
Biopsi yang dipandu dengan TRUS ( Transrectal ultrasonography)
untuk mendapatkan jaringan prostat. Selanjutnya, jaringan diperiksa di
bawah mikroskop untuk mendeteksi ada tidaknya sel kanker.
2.3.8 Neuron Specific Enolase (NSE)
Neuron Specific Enolase (NSE) dipakai untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan penyakit
keganasansmall cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan seminoma. Kadar NSE tidak
mempunyai hubungan dengan adanya metastasis, tapi memiliki korelasi yang baik terhadap
stadium perjalanan penyakit. Peningkatan ringan kadar NSE dapat dijumpai pada penyakit paru
jinak dan penyakit pada otak.
NSE merupakan salah satu dari tiga bentuk enolase, sebuah enzim yang terdapat di lintasan
glikolisis. Walaupun cukup spesifik di neuron, NSE juga dapat ditemukan di kultur sel
neuroendokrin dan bentuk sel kanker terkait.

Deskripsi : Neuron Spesific Enolase merupakan isoenzim glikolitik enolase


yang memiliki tiga sub unit yaitu alfa, beta dan gamma.

Manfaat : (1) Diagnosis dan pemantauan terapi Small Cell Lung Carcinoma
Pemeriksaan (SCLC); (2) Diagnosis dan pemantauan neuroblastoma.

Persyaratan & Jenis : 0.5 (0.3) mL serum


Sampel

Stabilitas Sampel : 15-25 C : 6 jam, 2-8 C : 24 jam, -20 C : 3 bulan

Persiapan Pasien : -

Hari Kerja : Kamis (08.00, 13.00, 15.00)

Metode : ECLIA

Nilai Rujukan : < 16.3 ng/mL

Tempat Rujukan : Prodia Jakarta Kramat

Catatan : Kriteria penolakan sampel : Hemolisis : Mutlak; Lipemik : Tidak


Mutlak; Beku ulang : Mutlak.
Neuron Spesific Enolase subunit terdapat dalam konsentrasi tinggi pada sel neuron, sel
neuroendokrin dan tumor neurogenik. Selain itu,juga terdapat pada jaringan otot polos,
trombosit, sel epitel Henle, sel macula densa ginjal, sel epitel bronkhus dan pneumocyte tipe 2.
Peningkatan kadar NSE dalam serum ditemukan pada 75% kasus SCLC dan 14% kasus NSCLC.
Pemantauan kadar NSE serum secara berkala selama dan setelah pengobatan dapat memberikan
gambaran perkembangan kanker atau kekambuhan.
Konsentrasi NSE di dalam CSF akan meningkat seiring terjadinya stroke iskemik dan sejumlah
cedera otak lain seperti subarachnoid hemorrhage, ICH, dan lain-lain, hingga mulai dapat
dideteksi setelah 4-8 jam setelah terjadinya serangan. Konsentrasi tertinggi setelah terjadi stroke
iskemik memiliki korelasi dengan nilai pada skala stroke NIH.
2.3.9 Squamous cell carcinoma (SCC)
Squamous cell carcinoma (SCC) antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel skuamosa dari
serviks putri. Pemeriksaan SCC bertujuan untuk menilai prognosis, kekambuhan dan monitoring
penyakit. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel squamosa seperti faring, laring, palatum
lidah dan leher.
Antigen Squamous Cell Carsinoma (SCC) pertama kali dilaporkan oleh Kato dan Torigoe pada
tahun 1977 yang merupakan sub fraksi dari tumor antigen TA-4 yang diambil dari 4 tahap
pemurnian antigen tumor ini dari karsinoma sel skuamous pada serviks uteri dengan berat
molekul 48.000 dalton yang berlokasi pada sitoplasma epitel skuamous.
Pada karsinoma serviks antigen SCC digunakan untuk :
a. Diagnosis : dengan nilai batas normal 2 ng/ml, maka sensitivitas diagnosisnya 51%
b. Meramalkan prognosis : Kadar yang tinggi pada saat diagnosis menunjukkan
prognosis yang kurang baik. Pemeriksaan sebelum terapi bermanfaat untuk
menentukan pasien yang berisiko tinggi untuk kambuh sehingga dapat pemantauan /
terapi yang intensif.
Lemier dkk, melaporkan 10 dari 11 pasien mengalami respon komplit/parsial
terhadap kemoterapi mempunyai kadar Antigen SCC yang menurun.
c. Deteksi kekambuhan : sensitivitasnya 83%
d. Keparahan penyakit : Jumlah kasus dengan kadar antigen SCC di atas normal
tergantung stadium. Makin tinggi stadium makin banyak jumlah kasus dengan
antigen SCC yang positif. Pada stadium I : 20,4%, Stadium II : 73,1%, Stadium III :
96% dan Stadium IV : 100% (Penelitian Kato).
Kadar antigen SCC meningkat pada hampir semua karsinoma serviks stadium lanjut.
Akan tetapi sebaliknya petanda tumor tidak bermanfaat untuk mendeteksi penyakit
pra kanker / karsinoma in situ atau karsinoma pra invasif.
2.3.10 Cyfra 21-1
Cyfra 21-1 dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan paru yang jinak seperti
pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma, dan emfisema. Kadarnya juga meningkat
pada kelainan hati dan gagal ginjal. Kadar cyfra 21-1 lebih dari 30 ng/ml didapatkan
pada primary bronchial carcinoma.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penanda tumor adalah senyawa yang ditemukan di atas jumlah normal di dalam darah, urin, atau
cairan tubuh lainnya bila terdapat kanker tertentu di dalam tubuh. Sebagian besar penanda tumor
merupakan protein, namun beberapa jenis penanda tumor yang terbaru dapat berupa gen atau
senyawa lain. .
AFP:HCC, Ca 225:ovarium Ca2 Endometrial, Ca 15-3 breast Ca, Ca 19-9 : gas stric of
pranceatica, Cyfira 21-1 : paru/lung Ca(SCC), PAP(Prostatic Acid Phospatase), ACP(Acid
Phospatase), Ca 72-4 : lambung atau gastric Ca, Calotonin: Medulary thyroid Ca, HCG:
tropoblastic,CHORIO-Ca, CEA : kolorectal breast/Mng HCC, NSE : Small ca of lung, SCC :
Serviks ca, CEA, NSE, SCC, HE4, PSA : ca prostat, Free PSA, -2 microglobulin, Thyroog
globulin: papilary thyroid ca, NMP22 : bulu-buli ca, Ca 125

3.2 Saran
Dengan adanya penanda tumor ini diharapkan kita dapat menjadi pengetahuan untuk kita bahwa
sangat penting untuk mendeteksi penyakit kanker sejak dini agar apabila kita terkena penyakit
tersebut bias di lakukan pengotan yang tepat serta unuk kita yang tidak terkena dapat menjadi
wawasan atau pengetahuan baru bahwa sangat enting untuk menjaga kesehatan kita agar bias
terhindar dari penyakit yang berbahaya ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Analiskesehatansederhana.2016.http://analiskesehatansederhana.blogspot.co.id/2016/01/p
etanda-tumor.html
2. Biomedika. 2012. http://www.biomedika.co.id/services/laboratorium/36/pemeriksaan-
petanda-tumor.html
3.

Vous aimerez peut-être aussi