Vous êtes sur la page 1sur 2

Aku sering sependapat dengan satu oknum walaupun sebenarnya aku tidak suka

terhadap caranya. Aku tidak jarang dibuat kesal oleh pendapat oknum yang lain
meskipun sejujurnya aku menyukai caranya.

Barangkali inilah refleksi yang bisa saya pahami dari sabda Sayidina Ali bin Abi Talib ra.












bahwa kejahatan yang dikemas dengan cara apik dapat mengalahkan kebajikan yang
dikemas dengan cara kemik. Di sinilah strategi menjadi urgen demi menunjang lancarnya
perjalanan sebuah rencana menuju pencapaian sebagaimana mestinya.

Dalam dunia marketing, cara di sini seperti tagline. Pola tagline sanggup
memengaruhi situasi pasar dengan segala arusnya. Wajar kalau ada yang bilang, kemasan
produk lebih penting daripada isinya. Dalam dunia jurnalistik, cara di sini seperti
Headline, menjadi determinator menarik-tidaknya sebuah berita. Headline yang bagus
bisa mengundang perhatian publik untuk membaca, kendatipun kontennya abal-abal.

Maka, dalam konteks komunikasi dan interaksi sosial, apa pun acara dan tujuannya,
hendaklah mencari titik keseimbangan apabila benar-benar ingin berhasil secara
maksimal. Kalau tidak, energi hanya akan terbuang sia-sia, hasilnya nihil. Buat apa
bekerja jika tanpa gaji? Buat apa beribadah jika tanpa pahala, bahkan menambah dosa?

Tujuan dan cara pada hakikatnya merupakan dua serangkai yang permanen. Seseorang
tidak bisa memilah keduanya dengan memilih salah satunya. Tujuan baik saja, tidak
cukup. Cara bagus saja, belum lengkap. Keinginan baru akan mudah tercapai apabila
tujuan dan cara telah bekerja sama dengan sempurna. Kaidah fikih mengatakan:



Tujuan dan cara, status hukumnya sama. Dengan kata lain, tujuan dan cara memiliki
keterikatan yang sangat kuat, sehingga keduanya dianggap satu kesatuan yang utuh. Dua-
duanya menuntut perlakuan yang setara untuk bisa memenuhi keinginan tertentu.

Selama ini, kebanyakan orang bertindak berdasarkan alasan yang baik tetapi timpang.
Kadang tujuannya terpuji, caranya tercela. Kadang caranya tepat, tujuannya bejat. Hal
inilah yang kemudian tanpa disadari menjadi pemicu utama terjadinya kegagalan yang
kerap kali berakhir dengan kegaduhan hingga pertikaian.

Parahnya, ada orang yang jelas-jelas caranya salah, masih saja ngotot mengaku benar.
Begitu juga ada orang yang betul-betul caranya benar, masih saja dipersalahkan. Inilah
fenomena yang sering kita saksikan di pangkuan Ibu Pertiwi. Tugas kita bersama untuk
bukan hanya menyoroti tetapi lebih lanjut mengatasi problem sosial seperti ini.

Kerapuhan masa kini adalah korban kelalaian masa lalu. Jangan sampai masa depan ikut
menjadi korban. Bukankah insan yang ideal adalah yang masa depannya lebih cerah
daripada masa lalunya?!

Vous aimerez peut-être aussi