Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan
kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena
kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit
demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan
untuk mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang
perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri
tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi
yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawat
berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme
koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan
dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur
Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan
yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang
serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien
dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat
memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga
mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena
perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan
pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan
keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
B. Rumusan masalah
1) Apa pengertian kehilangan dan berduka?
2) Apa tanda dan gejala kehilangan?
3) Apa saja faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan?
4) Apa saja tipe kehilangan?
5) Apa saja jenis-jenis kehilangan?
6) Bagaimana konsep ASKEP dan penyelesaian masalah pada kasus kehilangan dan
berduka?
C. Tujuan
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang :
1) Apa pengertian kehilangan dan berduka
2) Apa tanda dan gejala kehilangan
3) Apa saja faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan
4) Apa saja tipe kehilangan
5) Apa saja jenis-jenis kehilangan
6) Bagaimana konsep ASKEP dan penyelesaian masalah pada kasus kehilangan dan
berduka
BAB II
PEMBAHASAN
A.KONSEP TEORI
1. Pengertian Kehilangan dan berduka
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu
tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara
bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak
diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami
oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda.Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
4. Tipe kehilangan
Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,misalnya amputasi
kematian orang yang sangat berarti/di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan
kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
5. Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang
berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian
pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa
dan tidak dapat ditutupi.
3. Fase depresi
Individu berada dalam suasana berkabung,karena kehilangan merupakan keadaan
yang nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri,tidak mau berbicara atau
putus asa dan mungkin sering menangis.
2. Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan
mungkin mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah, bersalah, frustasi
dan depresi.
3. Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah dan
depresi, sudah mulai menghilang dan indivudu sudah mulai bergerak ke
berkembangnya keasadaran
2. Konfrontasi
pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling dalam.
3. Akomodasi
Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan
mulai memasuki kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana klien belajar
hidup dengan kehidupan mereka.
4. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai
lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi
dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi
yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang
mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia
akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon
ini sering dinyatakan dengan kata-kata kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya
akan sering berdoa . Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering
keluar adalah kalau saja yang sakit, bukan anak saya.
Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai
pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak
berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain :
menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.
Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu
berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang.
Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau
orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih
kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan saya betul-betul
kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis atau apa yang dapat saya
lakukan agar cepat sembuh.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai,
maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya
dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi
kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur,
cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik
3) Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai
riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi
oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi
kehilangan.
4) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang
yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi
perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
5) Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa
percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.
b. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan
kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-
sosial antara lain meliputi;
1) Kehilangan kesehatan
2) Kehilangan fungsi seksualitas
3) Kehilangan peran dalam keluarga
4) Kehilangan posisi di masyarakat
5) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6) Kehilangan kewarganegaraan
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara
lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang
digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan.
Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam
keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan
tidak tepat.
d. Respon Spiritual
1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna
e. Respon Fisiologis
1) Sakit kepala, insomnia
2) Gangguan nafsu makan
3) Berat badan turun
4) Tidak bertenaga
5) Palpitasi, gangguan pencernaan
6) Perubahan sistem imune dan endokrin
f. Respon Emosional
1) Merasa sedih, cemas
2) Kebencian
3) Merasa bersalah
4) Perasaan mati rasa
5) Emosi yang berubah-ubah
6) Penderitaan dan kesepian yang berat
7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang
hilang
8) Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
g. Respon Kognitif
1) Gangguan asumsi dan keyakinan
2) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah
pembimbing.
h. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
1) Menangis tidak terkontrol
2) Sangat gelisah; perilaku mencari
3) Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang
telah meninggal.
5) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya
6) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
7) Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
8) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
2. Analisa data
3. Diagnosa keperawatan
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl
Pratice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang
berdasarkan pada pada tipe kehilangan. NANDA 2011 diagnosa
keperawatan yang
berhibungan dengan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah :
a) Duka cita
b) Duka cita terganggu
c) Risiko duka cita terganggu
4. Intervensi
Intervensi untuk klien yang berduka :
a) Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.
b) Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
c) Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat ini.
d) Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
e) Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
f) Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
g) Gunakan komunikasi yang efektif.
b) Fase marah
Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa
melawan dengan kemarahan.
c) Fase tawar menawar
Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.
d) Fase depresi
Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e) Fase penerimaan
Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.
Tinjauan kasus
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah,
sang suami bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain
sangat mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula
sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun
sangat senang dan berusaha semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak
mereka itu.pada suatu hari arzamengalami kecelakaan yang mengakibatkan arza
meninggal. Ibu ningrum mengatakan Hal ini membuat ningrum merasa sangat terpukul
dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar dia mengurung diri dan
memandang foto arza dia menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama arza. Dia sering berkata bahwa tidak percaya arza telah pergi selain
itu dia sering terbangun dan menangis keras memanggil arza. Saat pengkajian ningrum
tampak lemas,wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa dan sedih, klien susah
berkosentrasi ketika perawat bertanya.tampak kantung mata tanda-tanda vital N:
75x/mnt , S: 370C , TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt
Data Fokus
Data subyektif Data obyektif
Ibu klien mengatakan klien merasa sangat Klien tampak lemas
terpukul dia terus menangis, tidak mau wajah tampak kusut,
makan dan keluar kamar Klien tampak putus asa dan sedih,
Ibu klien mengatakan klien sering klien susah berkosentrasi ketika perawat
mengurung diri dan memandang foto arza bertanya.
Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang tampak kantung mata
berbicara dan terkadang sering teriak tanda-tanda vital
memanggil nama arza. N: 75x/mnt
Klien mengatakan bahwa tidak percaya S: 370C
arza telah pergi. TD: 120/80 mmHg
Klien mengatakan sering terbangun dan RR: 24x/mnt
menangis keras memanggil arza
Analisa data
Data Masalah keperawatan
Data subyektif: Duka cita terganggu
Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau
makan dan keluar kamar
Ibu klien mengatakan klien sering
mengurung diri dan memandang foto arza
Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama arza.
Klien mengatakan bahwa tidak percaya
arza telah pergi.
Klien mengatakan sering terbangun dan
menangis keras memanggil arza
Data obyektif
wajah tampak kusut,
Klien tampak putus asa dan sedih,
klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
tanda-tanda vital
N: 75x/mnt
S: 370C
TD: 120/80 mmHg
RR: 24x/mnt
Data Masalah keperawatan
Data subyektif Ketidak efektian koping
Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau
makan dan keluar kamar
Ibu klien mengatakan klien sering
mengurung diri dan memandang foto arza
Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama arza.
Klien mengatakan bahwa tidak percaya
arza telah pergi.
Klien mengatakan sering terbangun dan
menangis keras memanggil arza
Data obyektif
Klien tampak lemas
wajah tampak kusut,.
Klien tampak putus asa dan sedih,
klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
tampak kantung mata
tanda-tanda vital
N: 75x/mnt
S: 370C
TD: 120/80 mmHg
RR: 24x/mnt
Data Masalah keperawatan
Data subyektif: Isolasi sosial
Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau
makan dan keluar kamar
Ibu klien mengatakan klien sering
Data obyektif
wajah tampak kusut,
Klien tampak putus asa dan sedih,
klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
tanda-tanda vital
N: 75x/mnt
S: 370C
TD: 120/80 mmHg
RR: 24x/mnt
Pohon masalah
isolasi sosial
Duka cita terganggu
Intervensi
Tujuan umum:
Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.
Tujuan khusus:
1. Mampu mengungkapkan perasaan berduka
2. Menjelaskan makna kehilangan
3. Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal
4. Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif
5. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
6. Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
7. Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya
8. Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri
9. Klien dapat menerima kehilangan
10. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain
c. Tawar-menawar
Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya
Dengarkan dengan penuh perhatian
Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional
Berikan dukungan spiritual
d. Depresi
Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang
tangan pasien
Hargai perasaan pasien
Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki
e. Penerimaan
Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap
yang sama pada saat yang bersamaan.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah
masa berkabung telah dilalui.
Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah
(menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman
STRATEGI PELAKSANAAN
4.Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Jelaskan proses berduka
c. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
d. Mendengarkan dengan penuh perhatian
e. Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan
f. Teknik komunikasi diam dan sentuhan
g. Perhatikan kebutuhan dasar pasien
c. Strategi pelaksanaan
1. Fase pra interaksi
Perawat melihat data-data pasien meliputi identitas pasien , alamat , pekerjaan ,
pendidikan , agama , suku bangsa ,riwayat kesehatan (RKS,RKD.RKK).Perawat telah
siap melakukan tugas nya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa.
2. Fase orientasi
selamat pagi, bu ningrum. bagaimana perasaan ibu sekarang? Perkenalkan buk Saya
perawat A . jadi buk hari ini saya akan membantu ibu untuk melewati masalah ibu.
Bagaimana ibu apa ibu punya waktu sekitar 10-15 menit. Saya akan menemani ibu
sampai kemakam sampai prosesi pemakaman nya selesai ya bu.
3. Fase kerja
apakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah ibu saya paham dengan perasaan
ibu saat ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi semua itu sudah kehendak
dari yang kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri dan menerima semua
ini, ibu mau minum? Saya ambilkan... ya. Bagaimana dengan makan?coba sedikit ya
bu,agar ibu tidak lemas,apakah ibu mau kemakam? Baiklah akan saya temani ya bu...
4. Fase terminasi
setelah kembali dari makam ,bagaimana perasaan ibu? Ibu masih tampak tampak
sedih .saya akan pulang dulu ya bu. Usahakan ibu makan,minum,dan istirahat
ya.nanti,dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu,dijam yang sama.kita.baiklah
bu,sampai jumpa.
b.strategi pelaksanaan
1. Fase pra interaksi
Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang
terbawa-bawa.
2. Fase orientasi
selamat pagi bu,masih ingat dengan saya? Saya perawat roma.yang kemarin kesini
bu,tampak nya ibu sedang kesal?ibu bisa ceritakan kenapa ibu tampak kesal,saya akan
menemani ibu selama 20 menit ya.kita ngobrol-ngobrol disini aja bu? Dihalaman depan
? Oww..baiklah kalau begitu.
3. Fase kerja
Apa yang membuat ibu kesal?apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa yang telah ibu
lakukan untuk mengatasi kekesalan ibu?baiklah bu.saya mengerti,ada beberapa cara
untuk meredakan kekesalan ibu,yaitu tarik nafas dalam,istigfar,berwudhu ,shalat ,dan
bercakap- cakap dengan anggota keluarga ibu yang lain.
ibu punya hobi olah raga atau hobi yang lain nya? Oya...kalau begitu ibu bisa
melakukan hobi ibu untuk dapat mengatasi kekesalan ibu.
4. Fase terminasi
nah,kalau masih muncul rasa kesal ,coba lakukan cara yang kita bahas tadi ya bu?
mau coba cara yang mana ? mau dijadwalkan ?baiklah,dua hari lagi kita bertemu lagi
ya bu disini?
membahas tentang perasaan ibu lebih lanjut,bagaimana ibu? baiklah kalau begitu saya
mohon pamit dulu ya bu,sampai jumpa.
Berikut ini adalah Naskah Role play sesuai dengan tahapan kesedihan
dan kematian menurut Bawly dan Parks.
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah,
sang suami bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain
sangat mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula
sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun
sangat senang dan berusaha semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak
mereka itu. Ningrum pun tidak boleh bekerja apa pun dirumah, pekerjaan rumah
sementara waktu dikerjakan oleh pembantu mereka. Setelah dua minggu mengambil
cuti Arza pun kembali bekerja, dia bekerja di sebuah perusahaan dan tempat kerja
dengan rumah barunya pun lumayan jauh. Suatu hari di teras rumah..
Arza : sayang abang berangkat kerja dulu ya.. sayang hati-hati dirumah, kalau ada apa-apa
segera telpon abang ya.. istirahat aja jangan capek-capek..
Ningrum : iya abang.. abang juga hati-hati ya.. cepat pulang loh.. (dengan nada manja)
Arza : iya sayang... (sambil mencubit hidung istrinya)..
Ningrum : daa abang...
Setelah itu pun Ningrum masuk kembali ke dalam rumah. Sementara itu Arza
yang sedang diperjalanan terus terbayang wajah sang istri.. ketika Arza samapi di
kantor..
eka : woii... sob.. apa kabar..
za : baik sobb..
eka : gimana honeymoon nya?
za : sukses donk.. tunggu aja pemberitahuan selanjutnya.. (sambil main mata)
eka : hahaha ok2.. selamat bekerja kembali yaa..
za : ok..
Setelah jam kerja usai, Arza bergegas siap-siap dan pulang, yang dipikirkan
sedang apa istrinya dirumah.. karena terlalu gembira dan ingin cepat sampai dirumah,
Arza kurang hati-hati dalam mengendarai mobilnya, dan dia mengalami kecelakaan
tabrakan dengan mobil.. dan oleh warga sekitar Arza dilarikan kerumah sakit terdekat.
Sementara itu dirumah..
Prannnggggg....... gelas yang dipegang Ningrum jatuh dan pecah.
Ningrum : duh ada apa ini, kok perasaan ku gak enak gini, ada apa yaa..
(dengan nada khawatir).
Tidak lama kemudian... kringgggggggg... telpon rumah berbunyi, dan Ningrum
pun bergegas mengangkat telpon itu..
Ningrum : halo.. dengan siapa ini?
RS : selamat malam ibu.. benar ini dengan ibu Ningrum, istri bapak Arza?
Ningrum : ya benar.. ada yang bisa saya bantu?
RS : begini bu Ningrum, suami ibu sekarang lagi dirawat dirumah sakit karena
kecelakaan.
Ningrum : masya allah... (sambil menangis).. di Rumah sakit mana ini??
RS : Rumah sakit Setia Budi.
Ningrum : ya.. ya. Saya akan segera kesana (masih sambil menangis dan gugup)
Kemudian Ningrum menghubungi mamanya..
Ningrum : halo ma...
Mama : halo Ningrum... kamu kenapa? Kenapa menangis?
Ningrum : bang Arza kecelakaan ma, sekarang lagi di rumah sakit Setia Budi..
Mama : masya allahh... Nigrum.. halo.. haloo.. nak... Ningrum kamu tunggu
disitu ya, mama segera kerumah kamu, nanti kita berangkat sama-sama, jangan kamu
pergi sendiri keadaan kamu tidak memungkinkan.. tunggu mama..
Ningrum : iya ma..
Kemudian telpon pun terputus.. sesaat kemudian, mama Ningrum sudah sampai dan
langsung masuk..
Mama : Ningrum.. Ningrum...
Ningrum : ya ma.. (dengan badan yang lemas)
Mama : ayo kita berangkat (sambil menuntun Ningrum yang tampak syok berat)
Ketika tiba dirumah sakit Setia Budi.. Mama Ningrum, dan Ningrum segera
menanyakan kepada petugas disitu diruang mana Arza dirawat.. ketika sampai didepan
kamar Arza, keluar seorang dokter. Kemudian dokter itu memanggil salah seorang
keluarganya untuk ikut keruangan dokter tersebut, dan yang ikut adalah mama
Ningrum. Sementara itu Ningrum menunggu didepan kamar suaminya. Sementara itu
diruangan dokter..
Mama : bagaimana dok keadaan menantu saya?
Dokter : keadaannya kritis bu.. pasien banyak kehilangan darah.. kemungkinan
untuk hidupnya sangat tipis..
Mama : dok tolong selamatkan menantu saya dok, apapun itu caranya.. tolong
dok..
Dokter : pasti bu.. kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk menantu ibu.. ibu
bantu doa saja ya..
Mama : iya dok..
kemudian mama ningrum pun kembali ke tempat ningrum..
Ningrum : ma.. bagaimana keadaan bang Arza ma?
Mama : bang Arza baik-baik aja sayang, (sambil menahan air mata)
Ketika pagi hari mama ningrum terbangun karena ada suara langkah kaki masuk
kekamar Arza, dilihatnya putrinya tertidur di bahunya.. ketika dokter keluar..
Dokter : ibu maaf.. ibu mohon yang sabar ya.. bapak Arza sudah dipanggil yang
diatas.. kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi tetap yang di atas berkehendak
lain..
Mama : inalillahi wa inailaihirojiun... Ningrum... Ningrum bangun nak..
Ningrum : ya ma... ada apa ma.. bang Arza siuman?
Mama : sabar ya nak.. yang tabah..
Seketika Ningrum langsung tak sadarkan diri, dia syok berat mendapati sang
suami yang telah pergi meninggal dunia.. dan ketika Ningrum siuman , dia sudah
mendapati dirinya berada dikamarnya, namun seketika ingat akan suaminya dia
histeris..
Ningrum : bang Arzaaaaaaa..... (menangis histeris sambil berteriak-teriak)..
bang...
Kemudian mama dan papanya Ningrum pun masuk.
Mama : sabar nak... sabar.. tenangkan hatimu..
Ningrum : maa... bang Arza udah pulang kerja kan ma? Dimana dia ma? Mama...
Mama : (sambil menangis).. nak tabahkanlah hatimu.. Arza sudah pergi
meniggalkan kita sayang..
Ningrum : gak mungkin maa.. bang Arza tadi pagi pamitan berangkat kerja kok sama
ningrum...
Kemudian sang mama pun memapah Ningrum keruang tamu yang sudah ramai
oleh tetangga dan sanak keluarga yang bertakjiah. Namun seketika itu juga Ningrum
kembali pingsan. Setelah proses pemakaman selesai keluarga Ningrum dan Arza pun
berunding, bagaimana kalau sebaiknya Ningrum ini diboyong kerumah mamanya saja,
bagaimana pun Ningrum tengah hamil muda dan jiwanya sedang tergoncang. Seluruh
keluarga pun menyetujuinnya. Tiba-tiba Ningrum keluar dan mencari suaminya..
Ningrum : ma.. bang Arza dimana?
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
B. Saran
Saran untukmemperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagaiberikut:
1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat itu.
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan,
harus diprioritaskan sesuai dengan kebutuhanmaslow ataupun kegawatan dari masalah
.
3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun yang
tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.