Vous êtes sur la page 1sur 24

I.

PENDAHULUAN

Telinga merupakan organ sensori yang fungsinya sangat penting dalam


kehidupan sehari-hari. Dengan mendengar, kita dapat memahami informasi yang
diberikan lebaih baik daripada membaca. Telinga selain berfungsi untuk
pendengaran juga berfungsi untuk keseimbangan. Secara anatomis, telinga terbagi
menjadi telinga luuar ( auris externa ), telinga tengah (auris media) dan teling
dalam (auris interna). Telinga luar berperan seperti mikrofon yaitu mengumpulkan
bunyi dan meneruskannya melalui saluran telinga (canalis acusticus internus)
menuju telingan tengah dan telinga dalam. getaran yang sampai ke telinga dalam
selanjutnya akan diubah menjadi rangsang listrik yang selanjutnya akan dikirim
ke pusat pendengaran di otak. Kemudian sistem vestibuli telinga juga memegang
peranan penting dalam mengatur keseimbangan seseorang. Dengan adanya
gangguan pada telinga dapat menyebabkan penurunan fungsi pendengaran.dan
keseimbangan seseorang.3
Gangguan pada telinga dapat dilihat dari gejala dan tanda klinis pada
pasien. Terdapat banyak gejala yang sering dikeluhkan pasien mengenai sistem
pendengaran mereka. Salah satu gejala dan tanda klinis yang paling sering
dikeluhkan adalah keluarnya cairan dari liang telinga. Di dalam dunia medis,
tanda ini dikenal dengan sebutan otore. Cairan yang keluar dapat berupa cairan
yang jernih tidak berbau hingga purulen dan berbau busuk. Kadang dengan
adanya penyebab lain misalnya trauma kepala, cairan yang keluar dapat berupa
darah berwarna merah segar. 5
Otore merupakan suatu gejala penting untuk menentukan diagnosis dari
gangguan telinga. Seorang klinisi sebaiknya memahami dengan baik bagaimana
otore dapat terjadi, etiologi, dan juga penatalaksanaanya.
II. ANATOMI TELINGA

A. Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis
auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti
cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga
terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus
melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago,
kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus
membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang
kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus
adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan
dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika
membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya
sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan
fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas
tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada
membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus,
glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut
serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan
serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat
antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
Gambar 1. Anatomi Telinga Luar

B. Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di
sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah.
Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan
menandai batas lateral telinga. Membran timpani mempunyai diameter
sekitar 1 cm dan berupa selaput tipis yang normalnya berwarna kelabu
mutiara dan translusen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara
merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dan dihubungkan ke
nasofaring dengan tuba eustachii.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus,
inkus, dan stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh persendian,
otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Pada telinga tengah
terdapat dua jendela kecil, yaitu jendela oval dan bulat. Anulus jendela
bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila hal ini terjadi,
cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah. Kondisi
ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii merupakan sebuah saluran yang lebarnya sekitar
1mm dengan panjang sekitar 35 mm, menghubungkan telinga tengah ke
nasofaring. Normalnya, tuba eustachii akan selalu tertutup, namun dalam
kondisi tertentu dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika
melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi
sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam
telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

Gambar 2. Anatomi Telinga Tengah

C. Telinga Dalam
Telinga terletak di dalam bagian tulang temporal. Pada telinga
dalam terdapat organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan
(kanalis semisirkularis), nervus kranial VII (nervus fasialis) dan VIII
(nervus koklea vestibularis). Koklea dan kanalis semisirkularis bersama-
sama menyusun tulang labirin. Ketiga kanalis semilunaris yakni posterior,
superior dan lateral terletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain
dan berfungsi sebagai pengatur keseimbangan. Kanalis semilunaris
distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5
cm dengan 2 lingkaran spiral dan di dalamnya terdapat organ corti.
Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis
semisirkularis, duktus koklearis, dan organan corti. Pada labirin
membranosa terdapat cairan yang dinamakan endolimfe.

Gambar 3. Anatomi Telinga Dalam

III. OTORE

A. Definisi
Telinga berair (otore) adalah keluarnya sekret dari liang telinga. Otore
merupakan masalah telinga yang sering terjadi. Sekret yang keluar dapat
berupa nanah (pus), mukus, cairan serosa ataupun darah.1

Sekret yang keluar dari telinga harus diperhatikan sifat-sifatnya. Sekret


keluar dari satu atau kedua telinga, jernih atau purulen, mengandung darah
atau tidak, berbau atau tidak, pulsatil atau non-pulsatil, disertai rasa nyeri atau
tidak dan sudah berapa lama dapat mengarahkan diagnosis. Gejala penyerta
yang lain juga harus di perhatikan, seperti adanya ganguan pendengaran,
tinitus dan otalgia (nyeri telinga). Sekret yang sedikit biasanya berasal dari
infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya
berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya
kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang
berat atau tumor. Bila cairan jernih, dapat disebabkan oleh berbagai jenis
dermatosis meatus akustikus externa atau harus diwaspadai adanya cairan
likuor serebrospinal. Biasanya sekret non-pulsatil, tetapi bila berada di bawah
2.
tekanan hebat di celah ruang telinga tengah, maka ia akan berpulsasi
Gambaran sekret yang bersifat purulen dapat dilihat pada gambar 1 :

Gambar 4. Sekret purulen

B. Etiologi
Banyak keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya otore. Beberapa
penyebab dasar otore adalah sebagai berikut 2
1. Selama kontak dengan air karena berenang
2. Adanya benda asing dalam saluran telinga yang biasanya didapatkan
pada anak-anak
3. Benturan keras pada kepala pada kasus-kasus cedera kepala
4. Kerusakan jaringan telinga karena perbedaan tekanan
5. Otitis media akut dengan perforasi membran timpani
6. Otitis media kronis dengan perforasi membran timpani dan atau
kolesteatom
7. Dermatitis dari kanal telinga.
Berdasarkan lamanya gejala, otore dapat dibagi menjadi otore akut dan
otore kronis.
1. Otore akut (kurang dari enam minggu)
a. Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani
b. Otitis eksterna
c. Trauma
d. Tympanostomy Tube
2. Otore kronis (lebih dari enam minggu)
a. Otitis media supuratif kronik (penyebab tersering)
b. Kolesteatoma
c. Benda asing di telinga
d. Granuloma
e. Imunodefisiensi
f. Neoplasma

Bagan 1. Penyakit yang dapat menyebabkan otore kronis 5.

C. Mekanisme
Sekret serosa (cair) dapat disebabkan karena otitis eksterna difusa dan
sering menimbulkan krusta pada orifisium liang telinga luar. Selain otitis
eksterna, keluarnya cairan jernih melalui telinga bisa jadi adalah cairan
serebrospinal yang bocor karena adanya fraktur pada tulang tengkorak1.
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara
membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran
telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu
mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke
arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana 2 .
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang.
Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh
bakteri atau jamur. Apabila sudah terjadi infeksi telinga akan semakin lembab
dan sekret akan berbau busuk 2
Sekret yang mukopurulen berasal dari telinga bagian tengah yaitu otitis
media supuratif akut dan otitis media supuratif kronik yang jinak. Warnanya
kuning pucat, lengket dan tidak berbau. Proses infeksi dan inflamasi yang
terjadi pada telinga tengah berkaitan dengan inflamasi yang terjadi pada tuba
eustachius. Keadaan yang paling sering terjadi adalah infeksi saluran atas
yang melibatkan nasofaring. Manifestasi inflamasi dalam hal ini akan
menjalar dari nasofaring hingga mencapai ujung medial tuba Eustachius atau
secara langsung terjadi di tuba Eustachius, sehingga memicu stasis sehingga
mengubah tekanan di dalam telinga tengah. Di sisi lain, stasis juga akan
memicu infeksi bakteri patogenik yang berasal dari nasofaring dan masuk ke
dalam telinga tengah dengan cara refluks, aspirasi, atau insuflasi aktif.
Akibatnya akan terjadi reaksi inflamasi akut yang ditandai dengan
vasodilatasi, eksudasi, invasi leukosit, fagositosis, dan respon imun lokal
yang terjadi di telinga tengah. Eksudasi ini semakin lama akan semakin
banyak produksinya sehingga suatu saat cairan akan mendesak membran
timpani yang akhirnya akan membuat membran timpani perforasi dan pasien
akan mengeluh keluarnya cairan kental yang berwarna kuning atau hijau
dengan bau yang busuk 1
Keluarnya cairan cerebrospinal dari liang telinga umumnya dikarenakan
penyebab sekunder seperti adanya tumor, tindakan operasi, dan infeksi akan
tetapi hal ini dapat terjadi secara-tiba-tiba. Anak-anak dengan kelainan
kongenital seperti anomaly Mondini, patent cochlear aqueduct, patent Hyrtl
fissure, dan patent petromastoid canal dapat mempunyai gejala otore
spontan. Di usia dewasa, kebocoran cairan cerebrospinal lewat liang telinga
secara spontan dapat disebabkan ketika matriks tulang yang mengisi di antara
telinga tengah dan spatium intracranial mengalami kelainan. Granulasi dari
arakhoidea juga dapat menyebabkan defek kraniodural. Granulasi arakhnoid
merupakan herniasi dari jaringan arakhnoid akibat adanya defek pada sinus
dural. Pada masa gestasi minggu ke-36, granulasio arakhnoid yang terbentuk
di membrane vili arakhnoid membesar dan menjadi berlobus-lobus dan
seiring dengan pertambahan usia gestasi terjadi peningkatan tekanan
cerebrospinal. Aliran cerebrospinal mempunyai tekanan yang lebih tinggi
daripada sistem vena, sehingga cairan cerebrospinal mengalir dari spasium
subarachnoid ke dalam sistem venosa intracranial lewat celah diantara sel
endothelial yang menyelimuti granulasi arakhnoid dan pinositosis.
Kebanyakan dari granulasi arakhnoid tersebar di daerah sinus venosus atau
vena matriks tulang. Pada os temporal, granulasi araknoid terbentuk dekat
dengan sinus sigmoid dan hanya terlapisi oleh selimut fibrosa yang tipis.
Ketika tekanan cerebrospinal meningkat di pusat granulasi arakhnoid, maka
terjadi penetrasi ke bagian dura dan bertemu dengan matriks tulang. Hal ini
menyebabkan erosi tulang. Apabila terjadi trauma pada lapisan dural atatu
defek pada os temporal, maka otore cairan cerebrospinal akan terjadi 4

Gambar 5. Kebocoran cairan cerebrospinal dari telinga


Gambar 6. Granulasi arakhnoid

D. Diagnosis Banding
1. Kelainan Telinga Luar
a. Otitis Eksterna Difusa
Otitis eksterna difusa biasanya mengenai kulit liang telinga dua
pertiga dalam. Kulit liang telinga hiperemis dan edem dengan batas
yang tidak jelas serta tidak terdapat furunkel. Kadang-kadang
terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir
(mucin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis
media.
b. Otitis Eksterna Sirkumskripta
Otitis eksterna sirkumskripta aalah infeksi di sepertiga luar liang
telinga yang mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat
terjadi infeksi pada polisebasea, sehingga dapat membentuk
furunkel. Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau
Staphylococcus albus. Gejala klinisnya berupa perdarahan dari
telinga, telinga tersa terbakar, otalgi dengan membrane timpani
normal, nyeri hebat pada telinga luar, otorrhea/draining ear, tragus
pain, penurunan pendengaran, dan telinga terasa tersumbat
c. Otitis Eksterna Maligna
Otitis eksterna maligna adalah infeksi akut difus di liang telinga
luar dan struktur lain di sekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua
dengan penyakit diabetes melitus. Gejala klinisnya berupa rasa gatal
di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh rasa nyeri hebat,
sekret yang banyak, pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri tersebut
akan semakin hebat, kemudian liang telinga tertutup jaringan
granulasi yang cepat tumbuhnya, sehingga menimbulkan paresis atau
paralisis fascial
2. Kelainan Telinga Tengah
a. Otitis Media Supuratif Akut (OMA)
Otitis media (OM) merupakan infeksi atau peradangan sebagian
atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid
dan sel-sel mastoid. Inflamasi ini umumnya terjadi saat infeksi pada
tenggorokan dan sistem respiratori menyebar sampai ke telinga
tengah. Infeksi dapat disebabkan oleh virus atau bakteri, dan dapat
dalam bentuk akut maupun kronik.
OMA (otitis media supuratif akut) merupakan peradangan akut
sebagian atau seluruh periostium telinga tengah. OMA biasanya
diawali dengan terjadinya infeksi akut saluran napas atas (ISPA).
Mukosa saluran pernapasan atas mengalami inflamasi akut berupa
hiperemi dan odem, termasuk juga pada mukosa tuba eustachius
sehingga terjadi penyumbatan ostiumnya yang akan diikuti dengan
gangguan fungsi drainase dan ventilasi tuba eustachius. Kavum
timpani menjadi vakum dan disusul dengan terbentuknya transudat
hydrops ex vacuo. Infliltrasi kuman pathogen ke dalam mukosa
kavum timpani yang berasal dari hidung atau faring menimbulkan
supurasi2.
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi
dan bisa ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini
biasanya unilateral pada orang dewasa, dan mungkin terdapat
otalgia. Nyeri akan hilang secara spontan bila terjadi perforasi
spontan membrana timpani atau setelah dilakukan miringotomi
(insisi membran timpani). Gejala lain yaitu keluarnya cairan/sekret
dari telinga yang biasanya berupa nanah, demam, kehilangan
pendengaran, dan tinitus. Pada pemeriksaan otoskopis, kanalis
auditorius eksternus sering tampak normal, dan tidak terjadi nyeri
bila aurikula digerakan. Membrana timpani tampak merah dan sering
menggelembung.2
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat
dibagi atas 5 stadium :
1) Stadium oklusi tube eustachius
Ditandai dengan adanya gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena
adanya absorbsi udara
2) Stadium hiperemis
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis
3) Stadium supurasi
Tampak edema hebat pada mukosa telinga tengah serta
terbentuknya eksudat yang purulen di cavum timpani
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah
liang telinga luar.
4) Stadium perforasi
Tampak ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir
dari telinga tengah ke liang telinga
5) Stadium resolusi
Membran timpani tampak berangsur normal kembali, sekret
tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.
b. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
OMSK merupakan infeksi kronis di telingan tengah dengan
perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga
tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau
kental, bening atau berupa nanah. Otitis media akut dengan perforasi
membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila
prosesnya sudah lebih dari 8 minggu/2 bulan. Beberapa faktor yang
menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat
diberikan, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah
atau higiene buruk1.
OMSK terbagi atas 2 jenis yaitu OMSK tipe Benigna dan
OMSK tipe Maligna. Sedangkan berdasarkan aktivitas sekret yang
keluar dikenal juga OMSK aktif (sekret yang masih keluar dari
kavim timpani secara aktif) dan OMSK tenang (keadaan kavum
timpani terlihat basah atau kering)1.
1) OMSK Tipe Benigna
Proses peradangan pada OMSK tipe ini terbatas pada
mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi
terletak di sentral. Pada OMSK ini tidak terdapat kolesteatoma.
Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau
busuk, ketika pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada
tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotik lokal
biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat konstan
atau intermitten. Discharge terlihat berasal dari rongga timpani
dan orifisium tuba eustachius yang mukoid dan setelah satu atau
dua kali pengobatan local bau busuk berkurang
2) OMSK Tipe Maligna
OMSK tipe ini disertai adanya kolesteatoma. Perforasi
membran timpani biasanya tipe atik atau marginal. Sekret pada
infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat
bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga
terlihat keping-keping kecil, berwarna putih mengkilat.
c. Otitis Media Serosa Akut
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang non
purulen di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Otitis
media serosa akut, adalah keadaan terbentuknya sekret di dalam
telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan
fungsi tuba.Keadaan akut ini dapat disebabkan antara lain karena
sumbatan tuba, virus, alergi dan idiopatik. Gejala klinisnya berupa
pendengara berkurang, rasa tersumbat pada telinga, suara sendiri
terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit, terasa
ada cairan yang bergerak di dalam telinga ketika mengubah posisi
kepala. Pada otoskopi terlihat membran timpani retraksi. Kadang-
kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam
kavum timpani.
d. Otitis Media Serosa Kronik
Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis
media serosa kronis hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis
media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah
dengan disertai rasa nyeri. Sedangkan pada otitis media serosa
kronik (glue ear), sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri
dengan gejala-gejala pada telinga yang berlanngsung lama.
Sekretnya dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear.
e. Barotrauma (Aerotitis)
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan
tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat
terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk
membuka. Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga
tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa
dan kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga
cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.
3. Mastoiditis
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid
yang terletak pada tulang temporal. Mastoiditis terjadi karena
Streptococcus hemoliticus / pneumococcus. Gejala klinisnya berupa
nyeri otot leher, penurunan daya pengecapan/hypoguesia, abnormalitas
nervus kranialis, pusing, paralise nervus fascialis, kelemahan otot wajah
unilatral, sakit kepala, vertigo, demam, malaise, otalgi dengan membrane
timpani normal, pembengkakan daerah mastoid, kehilangan pendengaran,
mastoid tenderness/ nyreri tekan mastoid, otorrhea/draining ear dan
Postauricular Swelling Edema5
4. Penyebab lain
a. Fraktur Basis Kranii
Fraktur yang terjadi sepanjang dasar tengkorak, biasanya termasuk
tulang petrous dapat ditemukan Battle's sign, cranial neuropati,
trauma, fistula sinus carotid-cavernous, serta otore.
b. Kebocoran cairan serebrospinal: discharge berupa cairan jernih
c. Osteomyelitis: discharge telinga yang berbau busuk (Arif et al, 2016).
E. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan anamnesis yang
cermat, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penujang yang sesuai. Gejala
penyerta serta sifat cairan yang keluar dari telinga sangat penting dalam
mengarahkan diagnosis.
1. Otitis Externa
a. Bakterial otitis eksterna akut (sedikit mukus putih, mungkin kental)
b. Bakterial otitis eksterna kronik (discharge berdarah dengan jaringan)
c. Otitis externa akibat jamur (discharge seperti benang halus, warna:
putih, hitam, abu, biru kehijauan, atau kuning)
2. Otitis Media dengan perforasi membrane timpani
a. Otitis media akut (mukus purulen putih atau kuning, berkaitan dengan
nyeri dalam)
b. Otitis media serous (mukus jernih, berkaitan dengan rhinitis alergika)
c. Otitis media supuratif kronik (mukus purulen yang intermiten, tidak
berkaitan dengan rasa nyeri)
3. Penyebab lainnya
a. Kebocoran cairan serebrospinal: discharge berupa cairan jernih
b. Trauma: mukus berdarah
c. Osteomyelitis: discharge telinga yang berbau busuk

Tabel 1. Diagnosis Banding Otore


Penyebab Temuan Klinis Pendekatan Diagnosis
Discharge Akut
Otitis Media Akut dengan Nyeri hebat disertai discharge purulen Evaluasi klinis
perforasi membran timpani
Otitis Media Kronis Otore pada pasien dengan perforasi Evaluasi klinis
kronism kadang dengan kolesteatoma. Kadang dengan CT scan os
Dapat berubah menjadi discharge temporal resolusi tinggi
kronik
Kebocoran CSF akibat Signifikan, akibat trauma atau operasi CT scan kepala, termasuk
trauma kepala kepala dengan klinis yang jelas. basis crania
Discharge dapat jernih atau darah

Otitis Eksterna (infeksi atau Infeksi : sering terjadi setelah Evaluasi klinis
alergi) berenang, trauma local; nyeri
terlokalisir memberat ketika pinna
ditraksi

Sering dengan riwayat dermatitis


telinga kronik disertai gatal dan
perubahan kulit

Alergi : sering setelah penggunaan


tetes telinga, lebih gatal, eritema,
sedikit nyeri

Alergi dan infeksi : edema canal,


disertai tanda inflamasi, debris,
membrane timpani normal

Post timpanostomy Setelah timpanostomy, mungkin Evaluasi klinis


terjadi setelah terekspos oleh air
Discharge Kronis
Kanker Liang Telinga Discharge disertai darah, nyeri ringan Biopsy
Kadang dengan lesi jelas di kanal CT scan
telinga MRI
Sulit dibedakan dengan otitis eksterna
stadium awal
Kolesteatoma Riwayat perforasi membrane timpani CT
Debris di liang telinga, kamtung pada Kultur
membrane timpani dipenuhi debris Tidak memerlukan MRI
kaseosa kecuali dicurigai adanya
Kadang dengan masa polipoid atau penyebaran ke intracranial
jaringan granulasi
Otitis Media Kronik Purulen Riwayat lama infeksi telinga atau Evaluasi klinis
gangguan telinga lainnya Kultur
Jaringan granulasi pada liang telinga,
membrane timpani kaku dengan
perforasi
Corpus Alineum Biasa pada anak-anak Evaluasi klinis
Drainase dengan bau busuk, purulen
Corpus alineum biasanya terlihat jelas
kecuali terdapat edema
Mastoiditis Sering disertai demam, riwayat otitis Evaluasi klinis
media yang tidak tertangani adekuat Kultur
Eritema, nyeri ketok mastoid CT scan
Otitis Eksterna necrotizing Riwayat defisiensi imunitas atau CT scan atau MRI
diabetes Kultur
Nyeri kronik berat
Edema dan nyeri periaurikular ,
granulasi pada liang telinga
Kadang dengan paralisis nervus
facialis
Granulomatosis dengan Sering dengan gejala respiratorik, Urinalisis
poliangitis ( Wegener rinorea kronis, arthralgia, dan oral Rontgen toraks
granulomatosis) ulcers Antineutrophilic
cytoplasmic antibody
testing
Biopsi

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan otore bergantung pada penyebabnya. Pada beberapa
kasus, kondisi seperti ini tidak membutuhkan penanganan. The American
Academy of Pediatrics and the American Academy of Family Physicians
merekomendasikan pendekatan wait and see 3
Pada otitis eksterna difus, pengobatannya adalah memasukkan tampon
antibiotika kedalam liang telinga, sedangkan otitis eksterna sirkumskripta
terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses
dilakukan aspirasi. Bila dinding furunkel tebal, dilakukan insisi kemudian
drainase. Pada otitis ekterna maligna penatalaksanaannya adalah pemberian
antibiotika dosis tinggi terhadap pseudomonas selama enam minggu. Bila
perlu dialakukan debridement pada jaringan nekrotik di liang telinga dan
cavum timpani, yang terpenting gula darah harus dikontrol 1
Pada otitis media supuratif akut (OMA) pengobatannya tergantung
stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi diberikan obat tetes hidung dan
pemberian antibiotika. Pada stadium hiperemis diberikan antibiotik, obat tetes
hidung, analgetik dan sebaiknya dilakukan miringotomi. Pada stadium
supuratif diberikan antibiotika dan miringotomi. Pada stadium perforasi
diberikan obat cuci telinga dan antibiotik adekuat 2
Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah konservatif dan
medikamentosa. Bila sekret keluar terus menerus diberi obat pencuci telinga,
antibiotika dan kortikosteroid. Bila sekret telah kering dapat dilakukan
miringoplasti atau timpanoplasti. Sedangkan prinsip terapi OMSK tipe
maligna adalah pembedahan yaitu mastoidektomi 2
Pada otitis media serosa akut penatalaksanaannya adalah pemberian
vasokontriktor local, antihistamin, peratsat valsava bila tidak ada tanda-tanda
infeksi di jalan napas atas. Bila lebih dari 2 minggu gejala masih menetap,
maka dilakukan miringotomi dan bila masih belum sembuh maka dilakukan
miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi 2
Pada otitis media serosa kronik penatalaksanaannya adalah mengeluarkan
secret dengan miringotomi dan memasang pipa ventilasi. Pada kasus awal
dapat diberi dekongestan. Bila medikamentosa tidak berhasil baru dilakukan
tindakan operasi. Bila terdapat tanda-tanda infeksi maka dapat diterapi
dengan antibiotika serta obat tetes telinga. Antibiotika yang dianjurkan adalah
golongan penisilin atau ampisilin, bila pasien alergi terhadap golongan
ampisilin dapat diberikan eritomisin 2
Pengobatan barotrauma biasanya cukup dengan cara konservatif saja
yaitu memberikan dekongestan lokal atau dengan menggunakan perasaat
valsava selama tidak terjadi infeksi di jalan napas atas. Apabila cairan atau
cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai beberapa
minggu, maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila perlu
memasang pipa ventilasi 2
Bila infeksi jamur maka penatalaksanaan adalah liang telinga dibersihkan
secara teratur. Dapat diberi larutan asam asetat 2-5 % dalam alcohol yang
diteteskan ke liang telinga, atau salep anti jamur seperti nistatin dan
klotrimazol 2
Pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman maupun bahaya
dapat dilakukan pembedahan dengan berbagai teknik seperti, mastoidektomi
sederhana, mastoidektomi radikal, mastoidektomi radikal dengan komplikasi,
miringoplasti, timpanoplasti, serta pendekatan ganda timpanoplasti 2
Sebagian besar kasus trauma juga dapat sembuh tanpa penanganan
khusus. Bila tidak dapat sembuh secara alami, maka dapat melakukan
tindakan operasi 1
G. Pencegahan
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
otore, yaitu 3:
1. Menghindari terjadinya infeksi telinga
2. Memberi ASI pada bayi sehingga bayi mendapatkan antibodi dari ibu
untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya
3. Menghindari masuknya benda asing ke dalam telinga
4. Bila berada di daerah yang bising, menggunakan pelindung telinga
5. Menjaga telinga tetap kering setelah kontak dengan air (mandi,
berenang)
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif M., Kuspuji T., Rakhmi S., Wahyu I.W., Wiwiwk S.


Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta :
Media Aesculapius. 2016.

2. Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny B., Ratna D.R. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tengggorokan Kepala & Leher.
Edisi keenam. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007.

3. George Krucik, MD. Ear Discharge. 2013 available from :


http://www.EarDischarg.Causes.Treatment.Prevention.htm.,diu
nduh tanggal 17 Juli 2017.

4. Kim SW, Choi JH. 2012. Cerebrospinal fluid otorrhea caused


by arachnoiud granulations. Korean J audiol : 152-155.

5. SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Pedoman


Diagnosis dan Terapi. Edisi ketiga. Surabaya : Rumah Sakit
Umum Dokter Soetomo Surabaya. 2005.
OTORE

< 6 minggu > 6 minggu

Otalgia Otore Penurunan Penurunan Pendengaran Pendengaran agak Pendengaran menuru


Penurunan Pendengaran Pendengaran Otalgia Otore menurun sekali
Otore

Riwayat mengorek-korek Riwayat infeksi saluran Riwayat trauma


telinga napas atas (ISPA) Bengkak Beng
belakang belak
telinga (+) teling
Bentuk sekret

Bentuk sekret
Seperti nanah kental Bekuan darah
Pus Tidak (mukopus)
berlendir, Encer Kental dan Kenta
kadang bau Berbau Berb
PF : perforasi, pulsasi PF : tepi membran
timpani tidak rata Membran
Membran timpani Abses mastoid
PF : membran timpani intak perfor
Otitis Media intak, mukosa oedem (bengkak)
Supuratif Ruptur Membran
Akut (OMA) Timpani
OE OE OE Mastoiditis OM
Sirkumskripta Difus Difus
pecah
Otorea

Jernih Mukos / Darah


Mukopurulen/
Purulen

Trauma Neoplasma
Infeksi telinga
tengah
Otitis eksterna Cairan
serebrospinal

MT hiperemis, edema > 2 bulan; MT perforasi;


CT Scan, mukosa telinga, MT tipe aman : radang
evaluasi bulging, nyeri, suhu , mukosa, perforasi sentral;
cedera kepala sekret pulsatif tipe bahaya : perforasi
marginal, atik, atau sub
total, kolesteatoma +

difus furunkel
OMA

NT tragus, LT Bisul, nyeri hebat,


sempit, KGB nyeri saat buka Terapi sesuai stadium. OMSK
membesar, mulut, gangguan Perforasi ear toilet,
sekret bau pendengaran AB

Tipe aman : ear toilet,


tetes telinga AB + KS,
Bersihkan LT, Ada abses perforasi + > 2bulan
tampon AB di aspirasi, AB lokal, miringoplasti.
LT, AB analgesik
Tipe bahaya :
sistemik
mastoidektomi

Vous aimerez peut-être aussi