Vous êtes sur la page 1sur 8

Ablasio Retina

A. Definisi

Ablasio retina adalah suatu keadaan terlepasnya sel kerucut


dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Antara sel
kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan
struktural dengan koroid atau epitel pigmen, sehingga daerah ini
merupakan titik lemah yang potensial terlepas.

B. Etiologi

Klasifikasi ablasio retina berdasarkan etiologinya, terdiri atas :

1. Ablasio retina regmatogenosa

Penyebab terjadinya ablasio retina regmatogenosa adalah


akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke
belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi
pendorongan retina oleh badan kaca cair yang masuk melalui
robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga
mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen
koroid. Ablasio retina regmatogenosa merupakan ablasio retina
yang paling sering terjadi dengan perbandingan Sekitar 1 dari
10.000 populasi normal.

Ablasio retina akan memberikan gejala terjadinya


gangguan penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai
tabir yang menutup dan terdapatnya riwayat seperti melihat
pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan. Penglihatan
akan turun secara akut pada ablasio retina yang mengenai
makula lutea.

Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang


terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya
dan terlihat adanya robekan retina. Kadang terdapat pigmen di
dalam badan kaca. Pada pupil dapat terlihat adanya defek
aferen pupil akibat ablasio retina. Tekanan bola mata rendah
dan dapat meninggi bila telah terjadi neovaskular glaukoma
pada ablasio yang telah lama.

Gambar 2. ablasio retina regmatogenosa

2. Ablasio retina tarikan atau traksi


Pada ablasio jenis ini lepasnya jaringan retina terjadi
akibat tarikan jaringan fibrosis pada badan kaca. Pada badan
kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan oleh
diabetes mellitus proliferatif, trauma dan perdarahan badan kaca
akibat bedah atau infeksi.

Gambar 3. Ablasio retina traksi

3. Ablasio retina eksudatif


Ablasio retina eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat
tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat retina.
Penyakit degeneratif, kelainan kongenital, tumor pada koroid,
myopia tinggi yang disertai lubang makula (macular hole) pada
pemeriksaan funduskopi, vaskulopati (misalnya hipertensi
maligna, toksemia gravidarum/eklampsia, penyakit kolagen),
inflamasi dan infeksi pada jaringan uvea dapat dikaitkan dengan
ablasio retina jenis ini.

Gambar 4. Ablasio retina eksudatif

C. Patofisiologi

1. Ablasio retina regmatogenesis

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya ablasio


retina regmatogenosa adalah miopi, usia lanjut, dan pada mata
afakia. Pada miopia, ablasio retina jenis ini bisa terjadi akibat
teregangnya dan menipisnya pembuluh darah retina. Perubahan
ini utamanya terjadi di daerah ekuator, yang merupakan tempat
terjadinya 90 persen robekan retina. Terjadinya degenerasi retina
pada mata miopia 10 sampai 15 tahun lebih awal daripada mata
emetropia. Ablasi retina pun delapan kali lebih sering terjadi pada
mata miopia jika dibandingkan dengan mata emetropia atau
hiperopia.

Pada mata afakia, kejadian ablasi retina regmatogenosa


mencapai 4 persen dari semua mata afakia, hal ini berarti
ablasio retina regmatogenosa 100 kali lebih sering dibandingkan
mata fakia.
Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata
miopia satu dasawarsa lebih awal daripada mata normal.
Depolimerisasi menyebabkan penurunan daya ikat air dari asam
hialuron sehingga kerangka badan kaca mengalami disintegrasi.
Akan terjadi pencairan sebagian dan ablasi badan kaca posterior.
Oleh karenanya badan kaca kehilangan konsistensi dan struktur
yang mirip agar-agar sehingga badan kaca tidak menekan retina
pada epitel pigmen lagi. Dengan gerakan mata yang cepat, badan
kaca akan menarik perlekatan vireoretina. Perlekatan badan kaca
yang kuat biasanya terdapat di daerah sekeliling radang atau
daerah sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak
intrakapsular, gerakan badan kaca pada gerakan mata bahkan
akan lebih kuat lagi. Sekali terjadi robekan retina, cairan akan
menyusup di bawah retina sehingga neuroepitel akan terlepas
dari epitel pigmen dan koroid.

2. Ablasio retina traksi

Ablasio retina traksi terjadi jika retina tertarik oleh jaringan


fibrosis pada permukaan retina misalnya seperti pada retinopati
proliferatif pada diabetes mellitus. Ablasio retina akibat traksi
adalah jenis tersering kedua dan terutama disebabkan oleh
retinopati diabetik proliferatif, vitreoretinopati proliferatif, retinopati
pada prematuritas, dan trauma mata.

Berbeda dengan penampakan konveks pada ablasio


regmatogenosa, ablasio retina akibat traksi yang khas memiliki
permukaan yang lebih konkaf dan cenderung lebih lokal,
biasanya tidak meluas ke ora serata. Gaya-gaya traksi yang
secara aktif menarik retina sensorik menjauhi epitel pigmen di
bawahnya disebabkan oleh adanya membran fibroblas dan sel
glia atau sel epitel retina. Pada ablsio retina akibat traksi pada
diabetes, kontraksi korpus vitruem menarik jaringan fibrovaskuler
dan retina di bawahnya ke arah anterior menuju dasar korpus
vitreum. Pada awalnya pelepasan mungkin terbatas di sepanjang
arkade-arkade vaskuler, tetapi dapat terjadi perkembangan
sehingga kelainan meliputi retina midperifer dan makula.

3. Ablasio retina eksudatif

Walaupun jarang terjadi, cairan yang berakumulasi dalam


ruangan subretina akibat proses eksudasi, dapat terjadi selama
toksemia pada kehamilan (ablasio retina eksudatif). Penimbunan
cairan subretina sebagai akibat ekstravasasi cairan dari
pembuluh darah retina dan koroid yang dapat disebabkan oleh
penyakit koroid. Pada ablasio tipe ini penglihatan dapat berkurang
dari ringan sampai berat. Ablasio ini dapat hilang atau menetap
bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.

D. Langkah-langkah Diagnosis

1) Anamnesis

Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah :

a. Floater: penderita merasakan adanya tabir atau bayangan


yang bergerak bersama-sama dengan gerakan mata.
b. Fotopsia: penderita melihat kilatan cahaya.
c. Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh
penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin
lama semakin luas.
d. Riwayat penyakit sebelumnya: Tanyakan adanya riwayat
trauma, riwayat pembedahan sebelumnya (seperti ekstraksi
katarak, pengangkatan corpus alienum intraokuli), riwayat
penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus,
glaukoma dan retinopati diabetik), riwayat keluarga dengan
penyakit mata, serta penyakit sistemik yang berhubungan
dengan ablasio retina, seperti diabetes, tumor, leukemia,
eklamsia dan prematuritas.
2) Pemeriksaan Oftalmologi

a. Pemeriksaan visus: Tajam penglihatan akan sangat


terganggu bila makula lutea ikut terangkat.
b. Pemeriksaan lapangan pandang: dapat terlihat skotoma
relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina.
c. Pemeriksaan funduskopi. Retina yang mengalami ablasio
tampak sebagai membran abu-abu merah muda yang
menutupi gambaran vaskuler koroid dan terlihat adanya
robekan retina berwarna merah.
d. Pemeriksaan tekanan bola mata. Pada ablasio retina tekanan
intraokuli menurun.

3) Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui


adanya penyakit penyerta antara lain diabetes melitus,
kelainan darah, dan penyakit autoimun yang mungkin di
derita.
b. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan bila retina tidak dapat
tervisualisasi oleh karena perubahan kornea, katarak, atau
perdarahan.

Gambar 5. Ablasio retina (USG)12)

E. Penatalaksanaan
Prinsip Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk
melekatkan kembali lapisan neurosensorik ke lapisan epitel pigmen
retina. Penanganannya dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu :

1) Laser fotokoagulasi

Dilakukan laser fotokoagulasi atau krioterapi di sekeliling


retina yang robek dan bertujuan untuk merekat atau menambal
kembali robekan.

2) Retinopeksi pneumatik

Retinopeksi pneumatik merupakan cara yang paling


banyak dilakukan pada ablasio retina regmatogenosa terutama
jika terdapat robekan tunggal pada superior retina. Teknik
pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan
gelembung gas ke dalam vitreus. Gelembung gas ini akan
menutupi robekan retina. Jika robekan dapat ditutupi oleh
gelembung gas, cairan subretinal akan menghilang 1-2 hari.
Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi sebelum
balon disuntikkan. Pasien harus mempertahankan posisi head
precise selama 7-10 hari untuk meyakinkan gelembung terus
menutupi robekan retina.

3) Scleral buckle

Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina


regmatogenosa terutama jika tanpa disertai komplikasi lainnya.
Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan
jumlah robekan retina. Sabuk ini biasanya terbuat dari spons
silikon atau silikon padat. Pertama-tama dilakukan kriopeksi
atau laser untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar
dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera
sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi
penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan
menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan
dalam waktu 1-2 hari.

4) Vitrektomi

Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan


pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau
pendarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan
membuat insisi kecil pada bola mata kemudian memasukkan
instrumen hingga ke cavum melalui pars plana. Setelah itu
pemotongan vitreus dengan pemotong vitreus. Teknik dan
instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab
ablasio.

Referensi:

1. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga : Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia ; 2004. Hal. 9 & 268

2. Haryadie Wahyu R. Ablasio Retina. Available at


http://www.kotakmedis.com/2011/10/ablasio-retina/. Acessed on : januari 15th
2012

Vous aimerez peut-être aussi