Vous êtes sur la page 1sur 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan perkembangan kesehatan yang tercantum dalam sistem
kesehatan nasional adalah, tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal perlu diusahakan
upaya kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Perawatan adalah serangkaian kegiatan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan untuk
mewujudkan semua itu ditetapkan suatu metode yaitu proses keperawatan.
Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi untuk
mempertahankan homeostasis dalam lingkup internal seperti volume cairan,
komposisi elektrolit, asam basa dan sebagian sistem eliminasi produk sisa-
sisa metabolisme (Barbara C Long, 1996 270).
Penyakit ginjal diklasifikasikan secara fisiologis ke dalam 5 macam
katagori :
1. Gagal ginjal akut dimana ginjal seluruhnya atau hampir seluruhnya tidak
bekerja
2. Gagal ginjal kronis disini nefron termasuk lebih progresif lagi sehingga
ginjal tidak dapat menjalankan semua fungsinya.
3. Penyakit ginjal hipertensi, lebih pada pembuluh darah atau glomelurus
menyebabkan penyakit (hipertensi) tetapi tidak menimbulkan
gangguan.
4. Syndrom Neprotik, dimana glomelurus menjadi lebih permiabel dari
pada normal sehingga sebagian besar protein keluar ke dalam urine.
5. Kelaianan tubulus yang spesifik yang menyebabkan reabsorbsi abnormal
atau berkurangnya reabsorpsi zat-zat oleh tubuh (Guyton, Edisi II :
132).

1
Melihat cukup tingginya pavolensi kasus akibat penurunan fungsiginal
maka kami tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah
laporan studi kasus guna melihat secara dekat dengan berinteraksi secara
promotif untuk meningkatkan kwalitas hidup klien maliputi aspek bio,
psiko, sosio dan spiritual.
Dalam laporan studi kasus ini penulis mengambil judul Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan Akibat Gagal Ginjal Kronik.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan laporan adalah :
1. Tujuan Umum
Agar kelompok menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Gagal Ginjal Kronik.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian terhadap Klien Dengan Gangguan
Gagal Ginjal Kronik baik dari segi bio, psiko, sosial dan spiritual.
b. Membuat diagnosa keperawatan pada perolehan data saat
mengkaji.
c. Membuat perencanaan tindakan keperawatan berdasarkan pada
Klien Dengan Gangguan Gagal Ginjal Kronik.
d. Melaksanakan tindakan perawatan yang telah direncanakan
e. Mengevaluasi hasil tidakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.

C. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, masalah,
tujuan penulisan dan sistem penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis yang membahas tentang pengertian gagal
ginjal kronik, etiologi, klasifikasi, manajemen medik,
dampak terhadap sistem tubuh yang lain.
BAB III : Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan : Gagal Kronis yang membahas tentang

2
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
BAB IV : Kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

3
A. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah merupakan suatu keadaan klinis kerusakan
ginjal yang progresif dan irreversibel dari berbagai penyebab (Sylvia A.
Price).
Gagal ginjal kronik adalah penyakit yang tak dapat pulih, ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal progresif, mengarah pada penyakit ginjal
tahap akhir dan kematian : Penyebab paling umum dari ginjal kronis
meliputi glomerulonefritis, pielonefritis, hipoplasia konginetal, penyakit
ginjal polikistik, diabetes, hipertensi, sistemik lupus, sindrom alports dan
amiloidosis.
Jadi gagal ginjal kronik adalah kondisi dimana ginjal mengalami
kerusakan irreversibel, sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme, sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa-sisa metabolisme,
tanda yang paling sering ditemukan adalah peningkatan ureum dan kreatinin
dalam darah.

B. Etiologi
Infeksi
Pielonefritis kronik
Penyakit peradangan
Glomerulonefritis
Penyakit Vaskular hipertensif
Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung
Lupus eritematosis sistemik
Poliarteritis nodosa
Sklerosis sistemik progresif
Gangguan konginital dan heriditer
Penyakit ginjal polikistik

4
Asidosis tubulus ginjal
Penyakit matabolik
Diabetes melitus
Gout
Hiperparatiroidisme
Amiloidosis
Nefropati toksik
Penyalah gunaan analgesik
Nefropati timbal
Nefropati obstruktif
Saluran kemih bagian atas : Kalkuli, neoplasma, fibroses,
retroperitoneal.
Saluran kemih bagian bawah : Hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital. Pada leher kandung kemih dan uretra.

Sebab-sebab Gagal Ginjal Kronik


1. Infeksi saluran kemih, pielonefritis dan nefropati refluks.
Organisme penyebab ISK yang paling sering ditemukan adalah
escherichia coli. Organisme tersebut dapat mencapai kandung kemih
melalui uretra, infeksi dimulai dari cistitis dapat berbatas pada
kandung kemih saja atau dapat pula merambat ke atas melalui ureter
sampai keginjal. Organisme juga dapat sampai di ginjal melalui aliran
darah atau aliran getah bening.
Obstruksi aliran kemih proksimal dapat mengakibatkan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter dapat
mengakibatkan atrofi hebat pada parenkim ginjal, keadaan ini disebut
hidronefrosis. Obstruksi sering disertai refluks vesikoureter dan infeksi
pada ginjal.

Faktor predisposisi dalam perkembangan ISK dan pielonefritis kronik :


Obstruksi kandung kemih

5
Jenis kelamin
Umur
Kehamilan
Refluks vesikoureter
Peralatan kedokteran (terutama kateter)
Kandung kemih neurogenik
Penyalahgunaan analgetik secara kronik
Penyakit ginjal
Penyakit metabolik (diabetes, gout, batu)
2. Glomerulunefritis
Peradangan dimulai dari glomerulus dan bermanifestasi sebagai
proteinuria dan atau hematuria. Meskipun lesi terutama ditemukan di
glomerulus tetapi seluruh nefron pada akhirnya mengalami kerusakan
mengakibatkan gagal ginjal kronik.
Pada glomerulunefritis akut sering ditemukan hematuri, oliguria,
edema dan hipertensi gejala umum yang berkaitan dengan permulaan
penyakit adalah rasa lelah, anorexia, kadang-kadang demam, sakit
kepala, mual dan muntah.
Glomenulunefritis progresif cepat terdapat hematuri, proteinuria
dan azotemia progresif cepat sehingga akan mengakibatkan kematian
dalam jangka 2 tahun. Pembentukan epitel parietal berbentuk sabit
yang tersebar luas serta terserangnya glomerulus secara difus.
Penyakit ini sering disertai perdarahan paru-paru dan hemoptisis.
Pada glomerulunefritis kronik penyakit ini ginjal tampak mengekerut,
kadang-kadang beratnya hanya tinggal 50 gram dan permukaannya
bergranula, disebabkan karna berkurangnya jumlah nefron karena
iskemia dan hilangnya nefron.

3. Nefrosklerosis hipertensi

6
Hipertensi dan gagal ginjal kronik memiliki kaitan yang erat,
hipertensi mungkin merupakan penyakit primer dan menyebabkan
kerusakan pada ginjal, sebaliknya penyakit ginjal kronik dapat
menyebabkan hipertensi atau ikut berperan pada hipertensi melalui
mekanisme retensi natrium dan air. Pengaruh vasopresor menunjukan
adanya perubahan patologis pada pembuluh darah ginjal sebagai akibat
hipertensi. Keadaan ini merupakan salah satu penyebab utama gagal
ginjal kronik.
Pada hipertensi esensial jinak hanya sekitar 1% akan mengalami
keruskaan ginjal berat hingga mengakibatkan kematian oleh iskemia.
Hipertensi maligna perjalanan dari hipertensi esensial jika yang
menyebabkan disfungsi arteiosklerosis yang disebut nefroklerosis
jinak, gangguan ini merupakan akibat langsung iskemia, bergranula
secara histologis, lesi yang esensial adalah sklerosis yang berlubang-
lubang dan arteriol yang paling nyata pada arteriol ureter-penyumbatan
tersebut menyebabkan kerusakan glomerulus dan atrofi tubulus,
sehingga seluruh nefron rusak.
Pada stenosis arteria renalis dapat unilateral atau bilateral. Bila
ukuran arteri berkurang sampai 70% atau lebih, maka terjadilah
iskemia ginjal.
4. Penyakit jaringan penyambung
Pada lupus eritematosis siskemik, bagian yang sering terkena
adalah lumbai glomerulus dan atau mengenai glomerulus, prognosis
buruk pada kasus-kasus dengan perubahan membranosa atau
proliferatif dan sering meninggal akibat gagal ginjal. Pada poliarteritis
nodosa merupakan penyakit radang dan nekrisis yang melibatkan
arteria yang berukuran sedang dan kecil di seluruh tubuh.
5. Gangguan konginetal dan herediter
Asidosis tubulus ginjal dan penyakit ginjal merupakan gangguan
herediter yang terutama mengenai tubulus ginjal. Keduannya dapat
berakhhir dengan gagal ginjal.

7
Pada penyakit gagal ginjal polikistik ditandai dengan kista-kista
neltipel, bilateral yang mengadakan ekspansi dan lambat laun
mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal akibat penekanan
ginjal dapat membesar. Kista-kista ini berbentuk kandung buntu
tertutup dimana filtrat glomerulus mengalir ke dalamnya. Pada asidosis
tubulus ginjal menunjukan gangguan eksresi H+ dari tubulus ginjal
atau kehilangan HCO3 dalam kemih, GFR yang memadai tetap
dipertahankan akibatnya timbul asidosis metabolik.
6. Penyakit metabolik
Penyakit metabolik dapat mengakibatkan gagal ginjal kronik lain
: DM, Gout, diabetes melitus.
Pada penyakit ini sering dikaitkan dengan neuropati diabetika
sebagai penyebab gagal ginjal. Lesi ginjal yang dijumpai adalah
nefrosklerosis akibat lesi pada artenola, pielonefritis dan nekrosis
papila ginjal dan glomeulosklerosis, lesi tersebut bersifat difus atau
nodular pada tipe difus matrik lebih menebal. Pada jenis nodular,
matriks tertimbun dibagian tengah lobulus kapiler sebagai tampak
seperti nodul. Lambat laun lumen kapiler mengalami obliterasi,
retinopati diabetika yang ditandai dengan mikroaneurisma hampir
selalu mendahului glomerulosklerosis diabetika. Proinuria, hipertensi
dan miningkatnya insidens pielonefritis sering kali mendahului gagal
ginjal tahap air.
Gout:
Lesi utama pada gout berupa endapan dan krisialisasi urat dalam cairan
di jaringan tubuh. Sasaran utama adalah sendi-sendi dan ginjal. Pada
gout kronik, endapan kristal urat dalam interstisium ginjal dapat
menyebabkan nefritis, nefrosklerosis dan gagal ginjal. Pada penderita
hiperurisemia yang mengalami gagal ginjal kronik dapat mengganggu
eksresi asam urat yang menyebabkan kerusakan pada ginjal. Gagal
ginjal akut dapat terjadi akibat obstruksi lengkap oleh asam urat pada
tubulus ginjal.

8
Hiperparatiroidisme
Menyebabkan nefrosklerosis yang selanjutnya menyebabkan gagal
ginjal kronik penyebab tersering adalah adenoma kelenjar paratiroid.
Amiloidosis
Pada amiloidosis sekunder ginjal seringkali menyerang sindrom
nefrotik dan kematian akibat gagal ginjal.
7. Penyalahgunaan analgesik
Gagal ginjal kronik yang disebabkan oleh kelebihan pemakaian
analgesik merupakan problem yang sering dijumpai. Bukti terakhir
menunjukan bahwa yang menyebabkan kerusakan ginjal adalah
kombinasi ar aspirin dan fenasetin.
Suatu teoti mengarahkan bahwa aspirin meningkat efek toksik dari
metabolik renaserin pada ginjal melalui dua jalan yaitu :
Aspirin menyebabkan iskemia medula dengan menghambat
produksi prooraglandin lokal, dengan demikian meningkat efek
toksik dari metabolik fenasetin atau memperlambat pengeluaran
metabolik tersebut.
Aspirin mengganggu pirau monofostat heksosa, dengan demikian
menurun kadar glutation yang secara normal menghentikan
aktivasi metabolik fenasetin.

Lesi ginjal yang khas adalah nekrosis papilar dan nefritis


intershiral, ujung-ujung papila terkelupas dan dieksresi dalam kemih,
karena tubulus distal terserang maka kosentrasi dan proses
pengasaman kemih cenderung sangat terganggu dan juga dapat terjadi
kehilangan garam. Gambaran klinis sering ditemuka adalah hematuri,
kolik ginjal, infeksi saluran kemih. Penyakit ini sering berkembang
sebagai penderita mengalami gagal ginjal kronik dan hipertensi.

9
C. Patofisologi
Gangguan fungsi ginjal pada ggal ginjal kronik dilihat dari sudut
pandang tradisional mengatakan bahwa semua unit nefron telah terserang
penyakit, namun dalam stadium yang berbeda-beda, dan bagian spesifik dari
respon yang berkaitan dengan fungsi dapat benar-benar rusak atau berubah
strukturnya misalnya lesi organik pada medula akan merusak susunan
anatonik dari lenkung henle, kemudian dapat dilihat dari pendapat yang ke
ddua bahwa bila nepron terserang penyakit, maka seluruh unitnya akan
hancur, namun sisa nepron yang masih utuh tetap bekerja normal. Uremia
akan timbul bila jumlah nepron sudah berkurang sehingga keseimbangan
cairan tidak dapat dipertahankan lagi. Bila adaptasi penting dilakukan oleh
ginjal sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit ginjal. Terjadi peningkatan filtrasi, beban solist dan reabsorbsi
tubulus dalam setiap respon meskipun GFR menurun. Mekanisme ini cukup
berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan di elektrolit tubuh
hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun akhirnya kalau
sekitar 75% massa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban
solist bagi setiap nefron tinggi sehingga keseimbangan glomerulus tubulus
tidak dapat dipertahankan lagi.

D. Klasifikasi Ginjal Kronik


Gambaran umum perjalanan ggal ginjal kronik dapat diperoleh dengan
melihat hubungan antara kebersihan kreatinin dan kecepatan filtrasi
glomerulus sebagai persentase dari keadaan normal, terhadap kreatinin
serum dan kadar nitrogen urea darah dengan rusaknya massa nefron sebagai
progresif oleh penyakit ginjal dilihat dari tingkat penurunan fungsi ginjal.
Adapun tahap gangguan ginjal dibagi menjadi 3 tahap.
Tahap I : Dimishele Renal Reserve
Pada tahap ini terjadi penurunan fungsi ginjal, tetapi tidak
terjadi penumpukan sisa-sisa metabolik dan ginjal yang
sehat akan melakukan kompenslesi terhadap gangguan
ginjal yang sakit.

10
Tahap II : Renal insisfriciency (Insisfisiensi ginjal)
Pada tahap ini diberi dalam katagori : Ringan bila 40%-
80% fungsi normal, sedang bila 15%-40% fungsi normal
dan berat bila fungsi ginjal normal hanya 2%-20%.
(Bricker dan Kirshen Baum 1984). Pada insifisiensi
ginjal, sisa-sisa metabolik mulai berakumulasi dalam
darah karena jaringan ginjal yang lebih sehat tidak dapat
berkopensasi secara terus menerus terhadap kehilangan
fungsi ginjal karena adanya penyakit tersebut. Tingkat
serum biru, kreatinin, asam urat, dan fosfor mengalami
peningkatan, tergantung pada tingkat penurunan fungsi
ginjal pada tahap ini pelaksanaan medik volume cairan,
konsistensi elektrolit, intake mkanan dan pemberian obat-
obatan sebagian dapat mengkompersasi penurunan fungsi
ginjal dan mengurangi perkembangan yang lebih buruk
lagi pada beberapa pasien.
Tahap III : End Stage Renal Picease (Penyakit Ginjal Tahap lanjut)
Sejumlah besar sisa-sisa nitrogen (BUN, kreatinin)
berakumulasi dalam darah dan ginjal tidak mampu
mempertahankan homeostais. Ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit yang berat terjadi bila tidak segera
dilakukan dialise akan menjadi fatal atau kematian.

E. Dampak Gagal Ginjal Kronik Pada Sistem Tubuh


1. Sistem Pernapasan
Pada gagal ginjal awal kehilangan fungsi nefron menyebabkan
sedikit perubahan PH dalam darah karena nefron meningkat laju
ekskresi asam tertahan H+ dan pembentukan HCO 3 terganggu.
Kehilangan fungsi nefron tahap lanjut, ginjal akan tidak mampu
berkompensasi dalam membatasi ekskresi asam, dan mengkibatkan
asidosis metabolik. Ginjal mengembangkan kemampuan untuk
mengekkuesi kelebihan ion hidrogen. Pada keadaan normal, sel-sel

11
tubulus ginjal mensekresi ion hidrogen ke dalam lumen tubulus untuk
dikeluarkan, tetapi anomia dan bicarbonat untuk mengantikan
ekskuesi. Pada gagal ginjal, kemampuan untuk memproduksi amonia
turun, dan reabsorbsi filtrat bicarbonat tidak terjadi hal ini
mengakibatkan pembentukan ion hidrogen yang mendukung terjadinya
asidosis. Pada keadaan gagal ginjal lanjut dan peningkatan retensi
asam, kopensasi pernafasan merupakan hal penting yang dilakukan
untuk mempertahankan PH darah dan kehidupan. Sistem respirasi
berkopensasi untuk menurunkan PH dengan jalan meningkatkan rate
dan jalannya pernafasan, ini disebut pernafasan kusmaul dan biasanya
hanya terjadi pada klien gagal ginjal yang tidak diobati dan dirawat
dengan baik. Serum bicarbonat digunakan untuk mengukur asidosis
metabolik, dengan tingkat kurang dari 15 mg/dl mengindikasikan
perlunya penatalaksanaan (Lancaster, 1984).
2. Sistem Kardiovaskuler
Gagal ginjal kronik menyebabkan gangguan sistem
kardiovaskuler. Manifestasi pada umumnya diantaranya : Anemia,
hipertensi, CHF dan perikarditis. Anemia adalah kelainan hematologi
utama pad aklien dengan gagal ginjal, anemia ini mempunyai banyak
penyebab yaitu : Penurunan tingkat eritropoetin, penurunan masa
hidup sel-sel darah merah akibat dari isremia, defisiensi lesi dan asam
folat dengan perdarahan gastrointestinal yang diperburuk oleh
kurangnya faktor pembekuan. Hipertensi ditemukan pda sebagian
besar klien dengan gagal ginjal kronik, peningkatan tekanan darah
adalah akibat overload (kelebihan beban) cairan dan sodium dan
kesalahan fungsi sistem renin, angioletensin, aldesteron, retensi air dan
sodium pada penyakitnya ginjal menyebabkan over load sirkulasi yang
terdapat pada peningkatkan tekanan darah. Penyebab kedua hipertensi
adalah malfungsi sistem renin, angiotensin, aldosteron pada ginjal,
ginjal dalam menurun aliran darah ginjal dan memproduksi renin
secara continue sehingga berakibat hipertensi berat yang sulit diobati.

12
Beberapa klien dengan gagal ginjal mempunyai beberapa
masalah disfungsi myokardial. BBK menyebabkan peningkatan beban
kerja jantung karena anemia, hipertensi, dan kelebihan cairan.
Disfungsi ventrikel kiri dan BBK adalah manifestasi umum pada gagal
ginjal tahap lanjut (Leaf dan Contran, 19985). Isvemia itu sendiri
mungkin menyebabkan iskemic cardiomyopathy ginjal karena adanya
hipertensi di serang penyakit anemia koronaria. Perikarditis terjadi
kira-kira 30-50% pada pasien penyakit ginjal (Larcaster 1984).
Implamasi pada perkemihan ini dapat berkembang menjadi
perikadial effisian, cardial tempenode, dan hematurian pada BAK,
kantung perikardium menjadi meradang di iritasi oleh roxin ureum
atau infeksi manifestasi dari penyakit ini diantaranya perikardial
friction rub yang dapat didengar dengan auskultasi, demam ringan,
nyeri dada, dan penurunan tekanan darah.
3. Sistem Pencernaan
Gagal ginjal menyebabkan gangguan eksresi ureum dan
kreatinin. Ureum adalah produk utama metabolisme protein dan
dikeluarkan oleh ginjal. Tingkat BUN normal bervariasi dan secara
langsung berhubungan dengan intake makanan yang mendung protein.
Pada gagal ginjal dini terdapat hiponatremia karena berkurangnya
kemampuan maksimal nefron dalam reabsorbsi natrium sebagai
natrium lepas ke dalam urine. Pada gagal ginjal lanjut kemampuan
ginjal untuk mengekskuensi sodium menurun sehingga terjadi
hipernatremia dapat meningkat dengan sedikit diit makanan yang
mengandung sodium dan mendukung terjadinya ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit yang semakin hebat. Kelebihan kadar ureum dan
kreatinin juga menimbulkan mual dan muntah serta amoniak yang
menimbulkan bau yang tidak enak sehingga timbul anorexia.
4. Sistem Perkemihan
Disfungsi ginjal mengakibatkan keadaan patalogik yang
komplek, termasuk diantaranya GFR pengeluaran produksi urine dan
ekskresi air yang abnormal, ketidakseimbangan elektrolit dan

13
metabolik abnormal. Ginjal mampu mempertahankan laju filtrasi
glumerulus hingga fungsi ginjal 70%-80% hilang. Ginjal ini dijelaskan
oleh hipotesa briker (Briker dan Kirschen Baum, 1984). Homeostatis
dipertahankan oleh hipertrofi nefron-nefron yang bebas penyakit
hingga akhir gagal ginjal. Jika fungsi netron kurang dari 20% fungsi
normal, GRR berubah karena hioertrofi nefron. Hal ini terjadi karena
perkusi nefron hanya dapat mempertahankan eksresi solist dan sisa-
sisa produk dengan jalan menurun reabsorbsi air, akibatnya terjadi
hipostenuria (kehilangan kemampuan memekatkan urine) dan poliuria
(peningkatan out put urine). Hipostenuria dan poliuria adalah tanda
awal gagal ginjal kronik dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan
dehidrasi berat. Perkembangan selanjutnya kemampuan memekatkan
urine menjadi semakin berkurang, yang menyebabkan berkurang
osmolitasnya disebut isostenuria, jika BUN meningkat secara
dramatis, dan klien akan beresiko kelebihan beban cairan seiring
dnegan out put urine yang maik tidak adekuat. Klien dengan gagal
ginjal kronik mungkin menjadi dehidrasi atau mengalami kelebihan
beban cairan, tergantung pada tingkat gagal ginjal.
5. Sistem Muskuloskeletal
Keseimbangan hubungan timbal balik antara kalsium dan fosfor,
yang dipengaruhi oleh vitamin D. vitamin D memasilitasi observasi
kalsium pada usus dan ginjal adalah berespon untuk aktifitasi
vitamin D.
Pada gagal ginjal, terjadilah retensi fosfos mendukung gangguan
metabolisme kalisum, plasma kalsium dan fosfor mempunyai
hubungan timbal balik. Jika kalsium meningkat tingkat fosfor menurun
demikian pula sebaliknya dalam keadaan normal, kelebihan makanan
yang mengandung fosfor diskresi ginjal dalam urine. Hormon
paratiroid mengontrol jumlah fosfor dalam darah plasma fosfor
mningkat, timgkat kalsium menurun. Hal ini menyebabkan
perangsangan PTH kronik, yang menyebabkan hiupertensi kelenjar
paratiroid.

14
Hiperparatiroidisme ini berperan oleh reabsorbsi permukaan
tulang atau demine rilisasi untuk menambah kalsium sebagai
kompensasi dari peningkatan kosentrasi fosfor plasma.
Hipokalsemia dikaitkan karena penurunan fungsi ginjal juga
menyebabkan penurunan produksi vitamin D. Proses patologi yang
disebabkan oleh hipokalsemia dan retensi fosfor disebut rebal
osteodystropy. Pseudokfrator, sklerosis tulang, spnie, reabsorpsi tulang
dan hilangnya lapisan tulang gigi. Metastatik, klasifikasi, mungkin
terjadi pada bagian-bagian tubuh. Jika produksi kosentrasi plasma
kalsium posfat (kosentrasi serum kalsium dan kosentrasi serum-serum
fosfor) lebih dari 70 mg/100l, kristal mungkin terbentuk pada ginjal,
jantung, paru-paru, persendian, mata dan otak (Lancaster, 1984).
6. Sistem Endokrin
Sejalan dengan kemajuan gangguan klien mengalami
penyempitan eksistensi, penurunan mobilitas dan nyeri.
Ketidaknyamanan dari keletihan pada umumnya meningkat, ini
semua mmpengaruhi penurunan libido. Pada klien pria impotensi
kemungkinan terjadi sebagai akibat neurophati, insufiensi vaskuler,
perubahan homonal dan kemungkinan akibat obat anti hipertensi, lebih
dari 50% pria dengan GGK menderita masalah sexual (Zari Flan,
1992). Amenorhoe dapat diakibatkan dari malnutrisi, anemia atau
debilitasi kronis.
7. Sistem Integumen
Peningkatan dan kreatinin menimbulkan toksin uremik pada kulit,
butiran kristal tersebut menyebabkan gatal-gatal pada kulit akhirnya
menimbulkan pruritus.

F. Asuhan Keperawatan Pada Gagal Ginjal Kronik


1. Pengkajian
a. Biodata
Usia
Jenis kelamin

15
Pekerjaan
Alamat
b. Keluhan utama
BAK sedikit (oliguri) sampai anuri akibat penurunan GFR
Oedema akibat perpindahan cairan intravaskuler ke
interstisial
Mual atau muntah akibat peningkatan ureum dan kreatinin
Sesak nafas akibat asidosis
Lemas akibat intake menurun
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada gagal ginjal kronik biasanya keluhan utama munculnya bisa
berbarengan. Akibat toksin uremik bisa menimbulkan gata-gatal,
koma, adanya oedema pulmonal, hipertensi, gagal jantung, dan
pada pencernaan sering terjadi anorexia, mual, muntah dan
cegukan.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan apakah klien sebelumya pernah mengalami penyakit
gangguan sistem perkemihan sperti infeksi, batu. Tanyakan
riwayat penyakit DM, Gout, peningkatan asam urat, penyakit
hipertensi, penyakit kardiovaskular, obat-obatan yang dikomsusi.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan adakah riwayat keluarga yang mengalami gagal ginjal
kronik karna ada gagal ginjal yang dari keturunan seperti
hipoplastik ginjal, penyakit sistik medular, penyakit polikistik
ginjal.
f. Aktifitas sehari-hari
Tanyakan riwayat kebiasaan makan tinggi protein, lemak, begitu
juga dengan minum berapa jumlah minum perhari, jenis
minuman (kopi, alkohol). Pola kebiasaan eliminasi jumlah
perhari, warnanya, apakah nyeri saat BAK. Tanyakan tentang
personal hygiene cara membersihkan habis BAK atau BAB.

16
g. Pemeriksaan fisik
1) Sistem pernafasan
Sesak napas
Dyspnoa
Takipnea
Batuk
Asidosis metabolik
2) Sistem kardiovaskuler
Nyeri dada atau berdebar-debar
Tekanan darah meninggi
Distensi vena jugularis
Nadi meningkat/lemah
Oedema
CRT
HB dan HT menurun
3) Sistem pencernaan
Mual atau muntah, anorexia
Ascites
Nafas bau amoniak
Berat badan menurun
Hemoragi
Pankreatitis
Rasa pait pada mulut
4) Sistem perkemihan
Oliguri sampai anuri
Nyeri saat BAK
Warna urine
Hematuria
Diare, kembang, konstipasi

17
5) Sistem integumen
Kulit gatal-gatal
Demam
Ptechie, ekimosis
Dehidrasi
Kulit kering dan bersisik
Kuku pucat
Memar
6) Sistem muskuloskletal
Kram pada otot
Nyeri pada punggung
Lemas
Kekeroposan pada gigi
Sklerosis tulang pseudokfaktor
7) Sistem endokrin
Amenore
Disfungsi seksual
Infertilitas
Hiperparatiroidisme
Tak toleransi terhadap glukosa
h. Psikosial spiritual
Tingkat kecemasan klien
Rasa takut terhadap keadaan atau kondisi yang semakin
menurun.
Merasa tak berdaya dengan keadaan yang lemah
Menyangkal terhadap penyakit yang dialami
Depresi
Gangguan hubungan dengan orang lain
Berduka
Semangat hidup klien
Pengetahuan tentang penyakit, prosedur diagnostik

18
i. Data penunjang
1) Laboratorium
BUN ikreatinin, biasanya proporsinya baik,
tingkat kreatinin 10 mg/dl mendukung tahap lanjut
HB : Biasanya kurang dari 7-8 gr% sel-sel darah merah
: masa hidupnya menurun karena defisiensi eritropoetin
akibat azotemia (adanya kreatinin dalam darah).
Analisa gas darah, PH : menurun, asidosis
metabolik terjadi (PH kurang dari 7,2) karena ginjal
(pemecahan) protein. HCO3 menurun, PCO2 menurun.
Serum sosdium, mungkin rendah atau
normal (mereflesikan pengenceran hipernatremia).
Potassium meningkat sehubungan dengan
retensi karena seluler shift (asidosis) atau pelepasan
jaringan (sel-sel merah hemolisis).
Magnesium meningkat
Fosfor meningkat
Protein, menurunnya tingkat serum protein
mungkin mereflesikan protein lepas dalam urine,
perpindahan cairan, menurunnya intake atau
menurunnya sintesa protein selayaknya pada
kekurangan asam amino essensial.
2) EKG
Mungkin mereflesikan keseimbangan elektrolit,
asam basa yang abnormal
3) Radiologi
KUB (Abdomen) mengambarkan ukuran ginjal,
ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi (batu).
Retrograde pyelogram, menunjukan
keabnormalan pelvis ginjal di ureter.
Renal arteriogram, memeriksa sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskularitas, massa.

19
Voiding cystouretrogram, menunjukan ukuran
kandung kemih, reflek ke dalam ureter, retensi
Renal ultrasound, menentukan ukuran ginjal, dan
adanya massa kista, obstruksi pada traktus uranarius
bagian atas.
X-ray, kaki, tulang tenggorok, colismna spinalis
dan tangan, untuk mengetahui demererilisasi,
klasifikasi.
4) Urine
Volume, biasanya kurang dari 400 ml/24 jam atau anuria
Warna, gelap endapan coklat menunjukan adanya darah,
hemaglobin, myoglobin, perphyrins
Masa jenis, kurang dari 1, 015 (pada nilai 1,010
mereflesikan kerusakan ginjal berat).
Osmolallitas, kurang dari 350 m osm 1 kg adalah
petunjuk kerusakan tabuler dan urine atau serum rasio
sering 1 : 1.
Kreatinin deavence, mungkin menurun secara jelas
Dodium, lebih besar dari 40mg/liter karena ginjal tidak
mampu mereabsorbsi sodium.
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul
a. Perubahan kardiak out put menurun b/d :
- Pengaruh ketidakseimbangan volume cairan
sirkulasi, beban kerja.
- Perubahan rate irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan
elektrolit, hipoksia).
- Akumulasi toxin (urea), klasifikasi jaringan lunak (deposisi
kalsium postat).

20
Tujuan
Kardiak out put normal
Kriteria
Tekanan darah normal
Nadi perifes kuat
Pengisian kapiler adequat
Intervensi
Auskultrasi bunyi jantung dan paru, evaluasi adanya
oedema perifer atau vesikuler dan keluhan sesak nafas.
Monitor tekanan darah
Monitor adanya nyeri dada, cacat lokasi radiasi dan
kualitasnya
Kaji tingkat aktifitas, respon terhadap aktifitas
Kolaborasi : monitor laboratorium (elektrolit, ureum atau
kreatinin)
Observasi terjadinya perinkardiosentesis
Persiapan pasien untuk dianalisa
Rasional
Bunyi jantung S3/S4, tacikardi jantung tidak teratur,
takipnea, dispnea, crokles, wheezing, dan oedema,
distensi vena jugularis mendukung adanya payah
jantung kongestif.
Hipertensi dapat terjadi karena gangguan sistem renin-
angiotensi-aldosteron.
Hipertensi dan payah jantung kongestif mungicin
menyebabkan mitral insufisiensi (MI) atau miokardial
infark.
b. Kelebihan volume cairan yang elektrolit berhubungan dengan
penurunan kemampuan hinjal untuk mengeluarkan air dan
menahan natrium.
Tujuan
Volume cairan seimbang

21
Kriteria
BB seimbang
Eletrolit dalam batas norma;
Bunyi nafas dan jantung normal
Intake out put seimbang
Intervensi
Timbang BB setiap hari pada waktu,
pakaian dan timbangan yang sama
Monitor peningkatan tekanan darah
Monitor elektrolit darah
Monitor intake out put
Monitor oedema dan distensi vena
jugularis, denyut jantung
Berikan makanan yang banyak
mengandung calsium jika hypocalsium
Rasional
Untuk mengetahui peningkatan atau
penurunan berat badan.
Hipertensi dapat terjadi karena gangguan
sistem renin angiotensin aldosteron.
Untuk mengetahui sedini mungkin
terjadinya asidosis dan toksin uremik.
Untuk mengetahui keseimbangan cairan
Untuk mengontrol adanya peningkatan
atau penurunan cardiac out put dan mengetahui adanya
oedema pada jantung dan paru-paru
Untuk menghindarinya kram otot, kejang,
distritmia dan perubahan status mental
c. Ketidakmampuan pengeluaran sisa-sisa metabolisme
berhubungan dengan penurunan atau keruskan pada ginjal.
Tujuan

22
Pengeluaran sisa-sisa metabolisme
seimbang
Kriteria
Hasil ureum, kreatinin mendekati normal
Toksin uremik tidak terjadi
Produksi urine mendekati normal
Intervensi
Kolaborasi pemeriksaan ureum dan
kreatinin
Observasi tanda-tanda terjadinya toksin
yang disebabkan di uremia.
Observasi intake dan out put
Rasional
Mengetahui peningkatan atau penurunan
hasil ureum dan kreatinin
Mencegah toksin sampai ke otak yang
akan mengakibatkan penurunan kesadaran
Mengetahui keseimbangan intake dan out
put klien
d. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anorexia, mual atau muntah, pembatasan diet dan ulserasi
mulut.
Tujuan
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria
Status nutrisi adequat
BB dalam batas normal
Kadar albumin, protein total, HB, HT dalam batas
normal.
Intervensi
Monitor BB dan kebutuhan nutrisi klien
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet

23
Berikan penjelasan tentang pembatasan diet yang
diberikan.
Pelihara oral higyene
Berikan makanan dalam porsi sedikit dan sering
Berikan lingkungan yang menyenangkan sewaktu
makan
Kolaborasi pemberian anti emerik bila diperlukan
Rasional
Mengetahui beberapa kebutuhan nutrisi yang diperlukan
klien dan mengontrol peningkatan atau penurunan BB.
Pembatasan diet untuk klien gagal ginjal penting untuk
mengurangi beban ginjal terutama protein.
Dengan mengerti pembatasan diet yang dianjurkan klien
akan mematuhi aturan diet yang diberikan.
Bau mulut dapat memberikan rasa tidak enak dan
menurunkan nafsu makan
Porsi kecil dan sering mengurangi rasa enak dan
mengurangi beban kerja ginjal terlalu berat.
Lingkungan yang bersih dan nyaman memberikan rasa
nyaman dan enak untuk makan.
Anti emetik menekan ambang mual.
e. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi,
uremia, kerapuhan kapiler dan edema
Tujuan
Integritas kulit terpelihara
Kriteria
Turgor baik
Kulit hangat, kering dan utuh
Prioritas (-), gatal-gatal (-)
Intervensi
Observasi kemerahan, kerusakan, memar, turgor dan
suhu.

24
Pelihara kelembaban dan kebersihan kulit
Berikan perawatan kulit dengan losion
Hindari menggunakan sabun yang keras atau kasar pada
kulit pasien.
Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk daerah pruritas
Bantu pasien untuk mengubah posisi tiap 2 jam jika
pasien tirah baring
Lepaskan pakaian, perhiasan yang dapat mengakibatkan
sirkulasi terhambat
Berikan pelindung pada tumit dan siku.
Tujuan
Untuk mencegah kerusakan semakin luas dan
mengetahui sedini mungkin terjadinya gangguan
integritas kulit.
Kulit yang bersih mencegah masuknya
mikroorganisme
Mencegah kulit dari kekeringan, melembabkan kulit
Tidak memperlebar daerah kerusakan
Untuk memperlancar sirkulasi darah dan seluruh
tubuh
Pakaian yang ketat menghambat sirkulasi yang
lancar
Tidak terjadi trauma
f. Intoleran aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan tidak
adekuat, anemia, intake tak adekuat dan kesulitan istirahat dan
tidur.
Tujuan
Aktifitas toleransi
Kriteria
Dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Istirahat tidur cukup
Anemia tidak ada

25
Oksigenisasi adekuat
Intake adekuat

Intervensi
Identifikasi faktor yang dapat mendukung pasien untuk
toleransi aktivitas.
Atur jadwal pasien untuk pemberian waktu atau istirahat
antara aktivitas dan waktu tidur yang cukup.
Batasi pengunjung atau lamanya kunjungan jika
dibutuhkan
Pertahankan nutrisi yang adekuat
Anjurkan untuk melakukan aktivitas perawatan diri, bantu
jika dibutuhkan
Beri semangat untuk mencapai kemajuan aktivitas
bertahap yang dapat ditoleransi
Rasional
Aktivitas yang dapat dilakukan oleh pasien
dilakukan sendiri tanpa bantuan
Agar waktu tidur dan istirahat tidak terganggu
Agar waktu istirahatnya tidak terganggu pengunjung
Nutrisi yang adekuat dapat mempertahankan
aktivitas
Pasien termotivasi untuk melakukan aktivitasnya
sesuai dengan kemampuannya
Memberi motivasi dan mengurangi ketergantungan
dalam aktivitas.
g. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan depresi
sistem IMUN, nutrisi tidak adekuat dan perawatan di rumah
sakit.
Tujuan

26
Infeksi tidak terjadi
Kriteria
Tidak adanya tanda-tanda infeksi
Leukosit dalam batas normal
Tidak ada informasi atau pengeluaran cairan yang
menunjukan integritas kulit atau mukosa oral rusak
Intervensi
Observasi tanda-tanda dan gejala infeksi gunakan
teknik cuci tangan yang baik dan ajarkan pada pasien
hal yang sama.
Pertahankan teknik steril pada semua prosedur
infasif dan saat merawat kateter, selang ganti balutan
dan akses dialisa.
Pertahankan integritas kulit dan mukosa dengan
memberikan perawatan kulit yang baik dan hygiene
oral.
Hindari prosedur infasif dan pemasangan kateter
jika mungkin
Pertahankan nutrisi yang adekuat
Anjurkan pasien untuk tidak kontak dengan orang
yang terinfeksi
Pertahankan kebersihan lingkungan
Rasional
Mencegah terjadinya infeksi
Menghindari seminimal mungkin adanya infeksi
dari alat-alat
Luka yang terbuka mempercepat masukanya
mikroorganisme
Pemakaian lat-alat dapat mengakibatkan infeksi
Mempertahankan sistem imun dalam tubuh
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem imun
yang kurang

27
Mencegah terjadinya infeksi nasokomial.
h. Berduka yang berhubungan dengan hilangnya fungsi sistem
organ utama, perubahan gaya hidup dan prognosa yang
mengancam hidup.
Tujuan
Klien tidak tampak berduka
kriteria
pasien dapat mengekspresikan dirinya terhadap
pemberi perawatan atau organ terdekat
koping efektif
dapat menerima rencana pengobatan serta
berpartisipasi dalam perawatan diri.
Intervensi
Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaanya
Dengarkan pasien dengan aktif
Observasi dan tanda emosi yang menunjukan tanda-
tanda berduka
Sabar dan empati terhadap perubahan emosi pasien
dan perkembangan mekanisme kopingnya
Dukung perilaku adaptif yang menandakan progresi
terhadap proses berduka.
Dukung harapan yang realistis
Beri bantuan dari profesi lain untuk menolong
pasien dalam perubahan emosi
Ajarkan dan jelaskan kembali tentang proses
penyakit dan penanganannya
Libatkan keluarga dan orang terdekat dalam proses
belajar tersebut
Rasional
Dengan mengekspresikan perasaannya merupakan
pola koping yang efektif
Perawat dapat merasakan perasaan klien

28
Membimbing klien untuk menerima keadaannya
Dengan perawat dapat memahami keadaan klien,
perawat mengerti perubahan perilaku yang terjadi pada
klien.
Mendukung pasien pada tahap penerimaan
Pasien puas dan mengerti tentang tentang proses
perjalanan penyakitnya.
Memberikan ketenangan pada klien dan lebih
mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
Klien mengerti dan ikut membantu proses
pengobatan yang diberikan
Sebagai motivasi untuk klien.
i. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya
infromasi tentang proses penyakit gagal ginjal, perawatan di
rumah dan intruksi dan evaluasi
Tujuan
Klien memahami tentang gagal ginjal kronis
Kriteria
Klien mengerti perawatan untuk di rumah
Mengerti proses terjadinya gagal ginjal
Klien dapat mengerti dampak yang terjadi
Intervensi
Berikan informasi tentang penyakitnya
Ajarkan jumlah cairan yang harus diminum
Anjurkan untuk mematuhi diet yang dianjurkan
Anjurkan untuk memonitor BB setiap hari
Intruksikan pasien untuk melaporkan penurunan
jumlah urine bila terjadi
Anjurkan untuk personal hygiene yang baik
Anjurkan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan
kemampuan
Berikan informasi tentang obat-obatan yang dipakai

29
Anjurkan untuk kontrol secara terus-menerus
Gunakan lotion yang mengandung ianolin atau
cream untuk kulit

Rasional
Dengan mengetahui penyakitnya klien mengikuti
pengobatan yang dianjurkan
Mengyesuaikan intake cairan dengan kemampuan
ginjal
Diet penting untuk mempertahankan IMUN dan
salah satu cara untuk mengontrol peningkatan ureum
kreatinin.
Mengontrol tingkat oedema pada klien
Penurunan jumlah urine menunjukan kerusakan-
kerusakan ginjal semakin berat
Untuk menghindari masuknya mikroorganisme
dalam tubuh klien
Mencegah terjadinya infeksi dan menciptakan rasa
nyaman.
Aktivitas yang berlebihan dapat mengakibatkan
peningkatan kerja ginjal
Mematuhi pengobatan sendiri
Gagal ginjal kronis yang revesibel
Menjaga kelembaban kulit
j. Resiko tinggi terhadap perubahan pola seksual yang berhubungan
dengan keletihan, penurunan libido, impotensi, amenorea atau
sterilitas.
Tujuan
Klien dapat beradaptasi dengan perubahan pola
seksualnya
Kriteria

30
Klien dapat menjalankan peranannya
Intervensi
Tanyakan pola fungsi seksual klien, anjurkan untuk
berbagi masalah
Jelaskan kemungkinan efek GGK pada fungsi
seksual dan seksualitas
Tegaskan kembali pentingnya diskusi antara
pasangan seksual
Jelaskan bagaimana klien dan pasangan dapat
menggunakan bermain peran untuk mendiskusikan
masalah tentang seks.
Tegaskan kembali pentingnya kedekatan dan
ekspresi dalam bidang seksualitas atau mental bila
dibutuhkan.
Rasional
Pendekatan yang tepat dapat mendorong klien untuk
berbagi perasaan dan masalah
Kerusakan fungsi seksual mempunyai dasar
fisiologis yang dapat menurunkan perasaan ketidak
adequatan dan penurunan harga diri yang sebenarnya
dapat membantu memperbaiki fungsi seksualnya.
Kedua pasangan kemungkinan mempunyai masalah
tentang aktivitas seksual, penekanan perasaan secara
negatif mempengaruhi hubungan.
Bermain peran membantu seseorang meningkatkan
kesadaran dengan menetapkan dirinya pada posisi orang
lain yang memungkinkan, pengungkapan lebih spontan
tentang masalah dan kekhawatiran.
Kenikmatan dan kepuasan sexual tidak terbatas
hanya pada coitus, ekspresi lain dari kasih sayang dapat
membuktikan lebih berarti.

31
Masalah seksual tertentu memerlukan terhadap
berkelanjutan dan pengetahuan lanjut dari spesialis.

32

Vous aimerez peut-être aussi