Vous êtes sur la page 1sur 9

BUKU SAKU

Abortus

Disusun Oleh :

Ani Yuli Yanti Puspitasari, S.Ked (1518012035)


Sheba Denisica, S.Ked (1518012210)

Pembimbing
dr. H. Wahdi Sdj. Sp.OG.

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM JENDRAL AHMAD YANI
METRO
2017
ABORTUS

Abortus adalah acaman atau pengeluaran hasil konsepsi, sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan dan sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.

Menurut terjadinya abortus dibagi menjadi:

a. Abortus spontan adalah pengakhiran kehamilan sebelum hasil konsepsi mampu hidup
diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 22 minggu
atau berat badan janin kurang dari 500 mg.
Menurut gambaran kliniknya dibagi menjadi :

- Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi


perdarahan pervaginaan, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan
- Abortus insipiens adalah adalah abortus yang sedang mengancam dimana
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum uteri
- Abortus inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah kelaur dari
kavum uteri, masih ada yang tertinggal.
- Abortus kompletus adalahs eluruh hasil konsepsi telah kelaur dari kavum
uteri pada kehamilan kurang dari 22 minggu.
- Abortus habitualis adalah keadaan terjadinya abortus tiga kali berturut-
turut atau lebih.
- Missed Abortion adalah abortus dimana embrio atau fetus telah
meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 22 minggu (akan tetapi
hasil; konsepsi seluruhnya masih bertahan dalam kandungan selama 6
minggu atau lebih).
b. Abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus.
Abortus provokatus dibagi menjadi 2 kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis
dan abortus provokatus kriminalis. Disebut Abortus medisinalis bila didasarkan pada
pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu dan pertimbangan ini ditentukan oleh
2 dokter spesialis yaitu spesialis kebidanan dan kandungan dan 1 KKI.

Kriteria diagnosa

a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 22 minggu yang ditandai dengan tes
grave index.
b. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsepsi.
c. Rasa sakit atau kram perut didaerah atas simfisis.
d. Ostium uteri tertutup atau terbuka
e. Besar uterus sesuai atau tidak dengan masa kehamilan

Abortus Abortus Abortus Abortus komplit


Imminens Insipiens Inkomplit
Perdarahan Sedikit- sedang Sedang-banyak Sedikit-banyak Sedikit-tidak ada
pervaginam
Ostium uteri Tertutup Terbuka Terbuka Tertutup
Besar uterus Sesuai usia Kecil sama Kecil dari usia Kecil dari usia
kehamilan dengan usia kehamilan kehamilan
kehamilan
Nyeri perut Ringan, sedikit Mulas, sangat - Nyeri (-),
mulas, kadang nyeri riwayat nyeri
tidak ada hebat (+)
keluhan
Uterus Lunak Lunak Lunak Kenyal
Keluar Jaringan Tidak Tidak Ada (hanya Ada
sedikit) (seluruhnya)
Plano test + + + +(hingga 7-10
hari setelah
kematian)
Terapi Konservatif (bed Lakukan Kuretase Roboransia
rest hingga kuretase dan /hematenik
perdarahan beri uterotonika,
berhenti) antibiotika
spasmolitik

Diagnosa banding

Abortus imminens
Abortus insipiens
Abortus inkompletus
Missed abortion
Kehamilan ektopik terganggu
Mola hidatidosa.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diperlukan pada abortus imminen, abortus habitualis dan missed abortion :

- Pemeriksaan tes kehamilan

Pemeriksaan Doppler atau Ultrasonografi untuk menilai keadaan


kehamilan serta menentukan prognosisnya.
Penilaian faktor koagulasi seperti waktu perdarahan, waktu pembekuan
serta kadar fibrinogen pada missed abortion.

Komplikasi

Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah :


a) Perdarahan/ Anemia
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Untuk mencegah komplikasi kuretase, maka untuk mencegahnya:
pemberian uterotonika dan sondase untuk menentukan besar dan arah kavum uterus,
kuretase secara sistematis dan lege artis.
c) Infeksi

KONSULTASI

Bagian Anestesi untuk mempersiapkan tindakan kuretase


Bagian penyakit dalam guna penilaian fungsi Kardiorespirasi pada penderita golongan
usia risiko tinggi ( 40 tahun).
Bagian Patologi anatomi apabila kita ragu dengan hasil kerokan.

II. PENGELOLAAN
Pengelolaan Abortus Imminens meliputi :
Istirahat ditempat tidur, agar aliran darah ke uterus meningkat dan
rangsang mekanik kurang.
Bila perlu diberi penenang phenobarbital 3 x 30 mg/hari, dan spasmolitika
misalnya papaverin.
Untuk melihat penampilannya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Penderita bisa pulang setelah perdarahan pervaginam berhenti dengan hasil dari
pemeriksaan kehamilan baik, dengan anjuran 2 minggu kemudian ke Poliklinik
Ginekologi.
Pada Abortus insipiens prinsip uterus harus dikosongkan segera guna menghindari
perdarahan yang banyak atau syok karena rasa mules / sakit yang hebat.
Pasang infus, sebaiknya disertai oksitosin drip guna mempercepat
pengeluaran hasil konsepsi.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau
dengan cunam abortus disusul dengan kerokan.
Sebelum dilakukan kuretase diberikan antibiotika profilaksis.
Pasca tindakan diberikan injeksi uterotonika, untuk mempertahankan
kontraksi.
Penderita bisa pulang setelah keadaan memungkinkan dan tanpa komplikasi, dengan
anjuran kontrol 2 minggu kemudian.
Abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, cukup uterotonika atau
kalau perlu antibiotika. Bila anemia cukup diberikan tablet sulfas ferosus dengan
anjuran diet banyak protein, vitamin dan mineral.

Pada kuretase missed abortion perlu diperhatikan bahwa sering plasenta melekat
erat dengan dinding uterus.
Periksa kadar fibrinogen sebelum tindakan kuretase, bila normal jaringan
konsepsi bisa segera dikeluarkan, tapi bila kadarnya rendah (<159 mg%)
perbaiki dulu dengan pemberian fibrinogen kering atau darah segar.
Sebelum tindakan diberikan antibiotik profilaksis.
Dilatasi kanalis servikalis bisa dengan Bougie atau dengan batang
laminaria bergantung besar kecilnya uterus. Tindakan kuretase dimulai
dengan cunam abortus dilanjutkan dengan sendok kuret tajam.
Sesudah tindakan diberi uterotonika.
Penderita bisa pulang setelah keadaan memungkinkan tanpa komplikasi, anjuran
kontrol 2 minggu. Pada Abortus Habitualis terapi tergantung etiologi.

Aspek etikomedikolegal abortus

Pengertian Abortus Provocatus menurut rumusan Pasal 346 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana adalah Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannnya
atau menyuruh orang lain untuk itu, dincam dengan pidana penjara maksimal empat tahun.
Dari pengertian yang dimaksud dalam Pasal 346 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang
selanjutnya diatur dala KUHP tersebut, maka yang diancam pidana adalah: 1) Wanita yang
dengan sengaja menyebabkan kandungannya menjadi gugur atau mati, atau 2) Wanita yang
dengan sengaja menyuruh orang lain menyebabkan kandungannya menjadi gugur atau mati,
3) Orang lain yang disuruh untuk melakukan itu.
Pengguguran kandungan atau pembunuhan janin yang ada di dalam kandungan dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya: dengan obat yang diminum atau dengan
alat yang dimasukkan ke dalam rahim wanita melalui lubang kemaluan wanita. Berdasarkan
ketentuan tersebut di atas, maka dalam Pasal 346 KUHP dapat ditemukan beberapa unsur
antara lain: 1) wanita hamil atau orang yang disuruh untuk lakukan itu, 2) dengan sengaja, 3)
menyebabkan gugur atau matinya kandungan

Seseorang dikatakan telah lakukan kejahatan aborsi, apabila orang tersebut telah memenuhi
unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 346 KUHP tersebut. Meskipun demikian dalam Pasal
347 Ayat (1) KUHP yang menyebutkan Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur
atau matinya kandungan seorang wanita tidak dengan izin wanita tersebut, dipidana dengan
penjara maksimal dua belas tahun. Jadi dari bunyi padal tersebut di atas ditambahkan pelaku
aborsi tidak hanya wanita hamil atau orang yang disuruh lakukan itu, tetapi juga oleh orang
yang tanpa izin wanita hamil tersebut telah melakukan tindak pidana aborsi.

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

Aborsi dalam perundangan medis baru diatur kemudian di dalam UU No.23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, dalam Pasal 15 beserta penjelasannya. Dalam Pasal tersebut dijelaskan
bahwa Tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan medis dalam keadaan darurat untuk
menyelamatkan ibu dan atau janin atas pertimbangan tim ahli medis dan dengan persetujuan
ibu hamil atau keluarganya. Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga medis harus
berdasarkan indikasi medis dan atas persetujuan tim ahli. Indikasi medis artinya suatu
keadaan atau kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu, sebab
tanpa tindakan medis tertentu ibu hamil da atau janinnya terancam bahaya kematian,
sedangkan yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah tenaga yang memiliki keahlian
dan kewenangan yang melakukannya adalah dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.

UU No. 36 Tahun 2009 pasal 75 dan 76 tentang kesehatan reproduksi terkait indikasi kapan
boleh dilakukan aborsi

Pasal 75
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. Indikasi kedarutan medis yang di deteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan
atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan, atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan.
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca
tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:

a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memilki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh menteri

Pasal 194 UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan tiap orang:

Setiap orang yang engan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaiman dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo S. 2013. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi IV. Jakarta: Bina
Pustaka

Republik Indonesia. 1946. Undang-Undang No.1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 23. Kesehatan.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 36. Kesehatan.

Sastrawinata, Sulaeman, Prof. 2008. Obstetri Patologi. Bandung Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran 11-17.

Vous aimerez peut-être aussi