Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Keadaan ini sering ditemukan, biasanya akibat infeksi virus yang sembuh sendiri dan
hanya memerlukan perawatan suportif (self limited disease). Antibiotik tidak perlu
diberikan. Wheezing atau stridor dapat terjadi pada beberapa anak, terutama bayi. Hampir
semua gejala tersebut hilang dalam 14 hari. Bila batuk berlangsung 3 minggu, bisa
disebabkan oleh tuberku- losis, asma, pertusis atau gejala dari infeksi HIV (lihat bab 8,
HIV/AIDS halaman 223).
Diagnosis
Gejala umum:
- Napas cepat
bernapas dan segera kembali, jika terdapat gejala tersebut. Harus kembali jika keadaan
anak makin parah, atau tidak bisa minum atau
menyusu.
Kondisiyangdisertaidenganwheezing
Wheezing adalah suara pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang terdengar di akhir
ekspirasi. Hal ini disebabkan penyempitan saluran respiratorik distal. Untuk
mendengarkan wheezing, bahkan pada kasus ringan, letakkan telinga di dekat mulut anak
dan dengarkan suara napas sewaktu anak tenang, atau menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan wheezing atau crackles/ ronki.
Pada umur dua tahun pertama, wheezing pada umumnya disebabkan oleh infeksi saluran
respiratorik akut akibat virus, seperti bronkiolitis atau batuk dan pilek. Setelah umur dua
tahun, hampir semua wheezing disebabkan oleh asma (Tabel 10 halaman 97). Kadang-
kadang anak dengan pneumonia disertai dengan wheezing. Diagnosis pneumonia harus
selalu dipertimbang- kan terutama pada umur dua tahun pertama.
Anamnesis
Pemeriksaan
wheezing pada saat ekspirasi ekspirasi memanjang hipersonor pada perkusi hiperinflasi
dadacrackles/ronki pada auskultasi.
Respons terhadap bronkodilator kerja cepat
Jika penyebab wheezing tidak jelas, atau jika anak bernapas cepat atau terdapat tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam selain wheezing,
BRONKIOLITIS
beri bronkodilator kerja cepat dan lakukan penilaian setelah 20 menit. Respons terhadap
bronkodilator kerja cepat dapat membantu menentukan diagnosis dan terapi.
Salbutamol nebulisasi
Salbutamol dengan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer Jika kedua cara tidak
tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin) secara subkutan.Lihat halaman 101,
untuk rincian pemakaiannya. Lihat respons setelah 20 menit. Tanda adanya
perbaikan:
DIAGNOSIS GEJALA
- Ekspirasi memanjang
Asma -
- Ekspirasi memanjang
- Ekspirasi memanjang
- Demam
- Crackles/ ronki
- Merintih/grunting
Tatalaksana
Antibiotik
Apabila terdapat napas cepat saja, pasien dapat rawat jalan dan diberikan kotrimoksazol
(4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari, atau amoksisilin (25 mg/ kgBB/kali), 2 kali sehari,
selama 3 hari.Apabila terdapat tanda distres pernapasan tanpa sianosis tetapi anak masih
bisa minum, rawat anak di rumah sakit dan beri ampisilin/amoksisilin
(25-50 mg/ kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam
selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka terapi dilanjutkan di
rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (25 mg/kgBB/kali, dua kali sehari)
untuk 3 hari berikutnya. Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat
keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan
semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka
ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam) sampai keadaan
membaik, dilanjutkan per oral 4 kali sehari sampai total 10 hari.
Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat (pneumonia berat) segera berikan oksigen
dan pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.Sebagai
alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB/kali IM atau IV sekali sehari).
Oksigen
Beri oksigen pada semua anak dengan wheezing dan distres pernapasan berat.Metode
yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen adalah dengan nasal prongs atau
kateter nasal. Bisa juga menggunakan kateter naso- faringeal. Pemberian oksigen terbaik
untuk bayi muda adalah mengguna- kan nasal prongs.
Perawat harus memeriksa sedikitnya tiap 3 jam bahwa kateter atau prongs berada dalam
posisi yang benar dan tidak tersumbat oleh mukus dan semua sambungan terpasang
aman.
Perawatan penunjang
Jika anak demam ( 390 C) yang tampak menyebabkan distres, berikan parasetamol.
Pastikan anak yang dirawat di rumah sakit mendapatkan cairan rumatan harian secara
tepat sesuai umur (lihat Bab 10 Perawatan Penunjang bagian 10.2, halaman 290), tetapi
hindarkan kelebihan cairan/overhidrasi. Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.
Bujuk anak untuk makan sesegera mungkin setelah anak sudah bisa makan.
Pemantauan
Anak yang dirawat di rumah sakit seharusnya diperiksa oleh seorang perawat sedikitnya
setiap 3 jam dan oleh seorang dokter minimal 1x/hari. Pemantauan terapi oksigen seperti
yang tertulis pada halaman 98. Perhatikan khususnya tanda gagal napas, misalnya:
hipoksia yang memberat dan distres perna- pasan mengarah pada keletihan.
Komplikasi
Jika anak gagal memberikan respons terhadap terapi oksigen atau keadaan anak
memburuk secara tiba-tiba, lakukan pemeriksaan foto dada untuk meli- hat kemungkinan
pneumotoraks.
Tension pneumothorax yang diikuti dengan distres pernapasan dan perge- seran jantung,
membutuhkan penanganan segera dengan menempatkan jarum di daerah yang terkena
agar udara bisa keluar (perlu diikuti dengan insersi kateter dada dengan katup di bawah
air untuk menjamin kelangsungan keluarnya udara sampai kebocoran udara menutup
secara spontan dan paru mengembang).
Asma
Asma adalah keadaan inflamasi kronik dengan penyempitan saluran perna- pasan yang
reversibel. Tanda karakteristik berupa episode wheezing berulang, sering disertai batuk
yang menunjukkan respons terhadap obat bronkodilator dan anti-inflamasi. Antibiotik
harus diberikan hanya jika terdapat tanda pneumonia.
Diagnosis
episode batuk dan atau wheezing berulanghiperinflasi dadatarikan dinding dada bagian
bawah ke dalamekspirasi memanjang dengan suara wheezing yang dapat didengar
respons baik terhadap bronkodilator.
Bila diagnosis tidak pasti, beri satu dosis bronkodilator kerja-cepat (lihat adre-nalin dan
salbutamol halaman 101). Anak dengan asma biasanya membaik dengan cepat, terlihat
penurunan frekuensi pernapasan dan tarikan dinding dada dan berkurangnya distres
pernapasan. Pada serangan berat, anak mungkin memerlukan beberapa dosis inhalasi.
Tatalaksana
Anak dengan episode pertama wheezing tanpa distress pernapasan, bisa dirawat di
rumah hanya dengan terapi penunjang. Tidak perlu diberi bronkodilatorAnak dengan
distres pernapasan atau mengalami wheezing berulang, beri salbutamol dengan
nebulisasi atau MDI (metered dose inhaler). Jika salbutamol tidak tersedia, beri suntikan
epinefrin/adrenalin sub- kutan. Periksa kembali anak setelah 20 menit untuk menentukan
terapi selanjutnya:
- Jika distres pernapasan sudah membaik dan tidak ada napas cepat, nasihati ibu untuk
merawat di rumah dengan salbutamol hirup atau bila tidak tersedia, beri salbutamol sirup
per oral atau tablet (lihat halaman 102).
- Jika distres pernapasan menetap, pasien dirawat di rumah sakit dan beri terapi oksigen,
bronkodilator kerja-cepat dan obat lain seperti yang diterangkan di bawah.
Jika anak mengalami sianosis sentral atau tidak bisa minum, rawat dan beri terapi
oksigen, bronkodilator kerja-cepat dan obat lain yang diterang- kan di bawah.Jika anak
dirawat di rumah sakit, beri oksigen, bronkodilator kerja-cepat dan dosis pertama steroid
dengan segera.
Respons positif (distres pernapasan berkurang, udara masuk terdengar lebih baik saat
auskultasi) harus terlihat dalam waktu 20 menit. Bila tidak terjadi, beri bronkodilator
kerja cepat dengan interval 20 menit.Jika tidak ada respons setelah 3 dosis bronkodilator
kerja-cepat, beri aminofilin IV.
Oksigen
Berikan oksigen pada semua anak dengan asma yang terlihat sianosis atau mengalami
kesulitan bernapas yang mengganggu berbicara, makan atau menyusu (serangan sedang-
berat).
Bronkodilator kerja-cepat
Beri anak bronkodilator kerja-cepat dengan salah satu dari tiga cara berikut: nebulisasi
salbutamol, salbutamol dengan MDI dengan alat spacer, atau suntikan
epinefrin/adrenalin subkutan, seperti yang diterangkan di bawah.
Alat nebulisasi harus dapat menghasilkan aliran udara minimal 6-10 L/ menit. Alat yang
direkomendasikan adalah jet-nebulizer (kompresor udara) atau silinder oksigen. Dosis
salbutamol adalah 2.5 mg/kali nebu- lisasi; bisa diberikan setiap 4 jam, kemudian
dikurangi sampai setiap 6-8 jam bila kondisi anak membaik. Bila diperlukan, yaitu pada
kasus yang berat, bisa diberikan setiap jam untuk waktu singkat.
Alat spacer dengan berbagai volume tersedia secara komersial. Penggunaannya mohon
lihat buku Pedoman Nasional Asma Anak. Pada anak dan bayi biasanya lebih baik jika
memakai masker wajah yang menempel pada spacer dibandingkan memakai mouthpiece.
Jika spacer tidak
tersedia, spacer bisa dibuat menggunakan gelas plastik atau botol plastik 1 liter. Dengan
alat ini diperlukan3-4 puff salbutamol dananak harus bernapas dari alat selama 30 detik.
Gunakan alat spacer dan sungkup wajah untuk memberi bronkodilator. Spacer
dapat dibuat secara lokal dari botol plastik minuman ringan.
Jika kedua cara untuk pemberian salbutamol tidak tersedia, beri suntikan epinefrin
(adrenalin) subkutan dosis 0.01 ml/kg dalam larutan 1:1 000 (dosis maksimum: 0.3 ml),
menggunakan semprit 1 ml (untuk teknik injeksi lihat halaman 331). Jika tidak ada
perbaikan setelah 20 menit, ulangi dosis dua kali lagi dengan interval dan dosis yang
sama. Bila gagal, dirawat sebagai serangan berat dan diberikan steroid dan aminofilin.
Bronkodilator Oral
Ketika anak jelas membaik untuk bisa dipulangkan, bila tidak tersedia atau tidak mampu
membeli salbutamol hirup, berikan salbutamol oral (dalam sirup atau tablet). Dosis
salbutamol: 0.05-0.1 mg/kgBB/kali setiap 6-8 jam
Steroid
Jika anak mengalami serangan wheezing akut berat berikan kortikosteroid sistemik
metilprednisolon 0.3 mg/kgBB/kali tiga kali sehari pemberian oral atau deksametason 0.3
mg/kgBB/kali IV/oral tiga kali sehari pemberian selama 3-5 hari.
Aminofilin
Jika anak tidak membaik setelah 3 dosis bronkodilator kerja cepat, beri aminofilin IV
dengan dosis awal (bolus) 6-8 mg/kgBB dalam 20 menit. Bila 8 jam sebelumnya telah
mendapatkan aminofilin, beri dosis setengahnya. Diikuti dosis rumatan 0.5-1
mg/kgBB/jam. Pemberian aminofilin harus hati-hati, sebab margin of safety aminofilin
amat sempit.
Hentikan pemberian aminofilin IV segera bila anak mulai muntah, denyut nadi >180
x/menit, sakit kepala, hipotensi, atau kejang.Jika aminofilin IV tidak tersedia, aminofilin
supositoria bisa menjadi alternatif.
Antibiotik
Antibiotik tidak diberikan secara rutin untuk asma atau anak asma yang bernapas cepat
tanpa disertai demam. Antibiotik diindikasikan bila terdapat tanda infeksi bakteri.
Perawatan penunjang
Pastikan anak menerima cairan rumatan harian sesuai umur (lihat Bagian 10.2 halaman
290). Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral. Dukung pemberian makanan tambahan
pada anak kecil, segera setelah anak bisa makan.
Pemantauan
Anak yang dirawat di rumah sakit seharusnya diperiksa oleh perawat sedikit- nya setiap 3
jam, atau setiap 6 jam setelah anak memperlihatkan perbaikan dan oleh dokter minimal
1x/hari. Catat tanda vital. Jika respons terhadap terapi buruk, rujuk ke rumah sakit yang
lebih lengkap fasilitasnya.
Komplikasi
Jika anak gagal merespons terapi di atas, atau kondisi anak memburuk secara tiba-tiba,
lakukan pemeriksaan foto dada untuk melihat adanya pneu- motoraks/atelektasis. Tangani
seperti yang diterangkan di halaman 99.
Tindak lanjut
Asma adalah kondisi kronis dan berulang. Rencana terapi jangka-panjang harus dibuat
berdasarkan frekuensi dan derajat beratnya gejala. Rujuk ke Pedoman Nasional Asma
Anak
Sebagian besar episode wheezing pada anak umur < 2 tahun berkaitan dengan batuk atau
pilek. Anak ini tidak mempunyai riwayat keluarga dengan atopi (misalnya: hay fever,
eksem, rinitis alergika) dan episode wheezing menjadi lebih jarang sejalan dengan mereka
tumbuh dewasa. Bila timbul wheezing bisa diberikan salbutamol di rumah.