Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selama masa
hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini
dihadapi oleh wanita usia remaja, reproduksi dan klimakterik. Haid yang tidak teratur
pada masa 3-5 tahun setelah menars dan pramenopause (3-5 tahun menjelang
menopause) merupakan keadaan yang lazim dijumpai. Tetapi pada masa reproduksi
(umur 20-40 tahun), haid yang tidak teratur bukan merupakan keadaan yang lazim,
karena selalu dihubungkan dengan keadaan abnormal.
Di Indonesia belum ada angka yang menyebutkan kekerapan perdarahan
uterus disfungsional ini secara menyeluruh. Kebanyakan penulis memperkirakan
kekerapannya sama dengan diluar negeri, yaitu 10% dari kunjungan ginekologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perdarahan uterus?
2. Bagaimana Siklus Menstruasi Normal?
3. Bagaimana patogenesis dari perdarahan uterus?
4. Bagaimana gejala klinik dari perdarahan uterus?
5. Apa faktor penyebab perdarahan uterus?
6. Bagaimana pendiagnosisan dari perdarahan uterus?
7. Bagaimana cara pengobatan perdarahan uterus?
8. Bagaimana prognosis dari penyakit perdarahan uterus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perdarahan uterus.
2. Untuk mengetahui bagaimana Siklus Menstruasi Normal.
3. Untuk mengetahui patogenesis dari perdarahan uterus.
4. Untuk mengetahui gejala klinik dari perdarahan uterus.
5. Untuk mengetahui faktor penyebab perdarahan uterus.
6. Untuk mengetahui pendiagnosisan dari perdarahan uterus.
7. Untuk mengetahui cara pengobatan perdarahan uterus.
8. Untuk mengetahui prognosis dari penyakit perdarahan uterus.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Patogenesis
Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi
(pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain,
misalnya pada wanita premenopause (folikel persisten).
Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi
(anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.
2
a. Pada siklus ovulasi
(1. Korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang kadang
bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga menyebabkan pelepasan
endometrium tidak teratur.
(2.Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia
atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh
gangguan LH releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial
dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya
didapat pada hari siklus yang bersangkutan.
(3.Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus
(4.Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah.
5. Faktor Penyebab
Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional (DUB) belum
diketahui secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim
disfungsional, antara lain :
3
a. Kegemukan (obesitas)
b. Faktor kejiwaan
c. Alat kontrasepsi hormonal
d. Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)
e. Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya:
trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing
Manis (diabetus mellitus), dan lain-lain.
f. Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ reproduksi,
kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain lain.
6. Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam
pemeriksaan pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya
penyakit sistemik, maka penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas
pada pemeriksaan pelvis harus diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika
diperlukan. Perdarahan siklik (reguler) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia,
kenaikan berat badan karena meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau kram
abdomen ) lebih cenderung bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang
terjadi dengan interval tidak teratur setelah mengalami amenore berbulan bulan,
kemungkinan bersifat anovulatori. Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 0,6 C ),
peningkatan kadar progesteron serum ( > 3 ng/ ml ) dan atau perubahan sekretorik
pada endometrium yang terlihat pada biopsi yang dilakukan saat onset perdarahan,
semuannya merupakan bukti ovulasi. Diagnosis DUB setelah eksklusi penyakit
organik traktus genitalia, terkadang menimbulkan kesulitan karena tergantung pada
apa yang dianggap sebagai penyakit organik, dan tergantung pada sejauh mana
penyelidikan dilakukan untuk menyingkirkan penyakit traktus genitalia. Pasien
berusia dibawah 40 tahun memiliki resiko yang sangat rendah mengalami karsinoma
endometrium, jadi pemeriksaan patologi endometrium tidaklah merupakan keharusan.
Pengobatan medis dapat digunakan sebagai pengobatan lini pertama dimana
penyelidikan secara invasif dilakukan hanya jika simptom menetap. Resiko karsinoma
endometerium pada pasien DUB perimenopause adalah sekitar 1 persen. Jadi,
pengambilan sampel endometrium penting dilakukan.
7. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan penunjang:
(1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH,
LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan
perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.
(2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)
histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan
perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon
terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium.
4
Penyakit organik traktus genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase.
Maka penting untuk melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang
sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau berat.
Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif
dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas
endometrium.
(3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam
uji coba terapeutik.
(4. Biopsy endometrium (pada wanita yang sudah menikah)
(5. Ultrasonografi (USG)
(6. Tera radioimunologik (TRI) atau radio imuno assay.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ini ditujukan untuk menilai kemungkinan adanya sebab
lain yang dapat menimbulkan PUD. Perlu dinilai adanya
hipo/hipertiroid dan gangguan hemostasis seperti petekie.
c. Pemeriksaan Ginekologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menyingkirkan adanya kelainan
organik seperti perlukaan genitalia, erosi/radang atau polip serviks,
mioma uteri, dll.Pada wanita usia pubertas biasanya umumnya tidak
diperlukan kerokan.Pada wanita premenopause perlu dilakukan untuk
memastikan ada tidaknyakeganasan.
8. Pengobatan
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan
kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
a. Menghentikan perdarahan.
b. Mengatur menstruasi agar kembali normal
c. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.
9. Menghentikan perdarahan.
Kuret (curettage). Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan
tidak bagi wanita menikah tapi belum sempat berhubungan intim. O b a t
(medikamentosa).
5
c) Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan
Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat
selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak
boleh lebih 4 kali sehari. Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25
mg setiap 4 jam sampai perdarahan berhenti) akan mengontrol secara akut melalui
perbaikan proliferatif endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi,
termasuk peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit.
Terapi estrogen bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya pada kasus
endometerium atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus
DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ). Keberatan terapi ini
ialah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.
6
Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat
anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh
estrogen terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain:
a) Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7 10
hari.
b) Norethisteron: 31 tablet, diminum selama 7-10 hari.
c) Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuscular
(4. OAINS
Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser dan
Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7
hingga 10 hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB
ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama
espisode perdarahan dan berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah
selama menstruasi ( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar
pada DUB ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.
Mengatur menstruasi agar kembali normal
Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk
mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian: Golongan progesteron:
21 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15
menstruasi.
Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.
Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik.
Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb)
0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-
kira perlu sekitar 4 kantong darah.
10. Prognosis
Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit (patofisiologi)
a. Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat
memberikan angka kesembuhan hingga 90 %.
b. Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat
diobati dengan hasil baik.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
(1. Alasan Dirawat
(a. Keluhan utama
(b. Keluhan saat masuk rumah sakit: mengeluh nyeri pada perut disertai
pendarahan aktif pervagina
(c. Keluhan saat pengkajian
(2. Riwayat penyakit
(a. Penyakit yang pernah diderita
Pernah menderita penyakit malaria,batuk,pilek,demam,dan hepatitisA.
(b. Riwayat penyakt keluarga
(c. Riwayat menstruasi
7
Siklus menstruasi panjang,banyak terjadi perdaran
(3. Status perkawinan
(4. Riwayat kontrasepsi
(5. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
(6. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan ini ditujukan untuk menilai kemungkinan adanya sebab
lain yang dapat menimbulkan PUD. Perlu dinilai adanya
hipo/hipertiroid dan gangguan hemostasis seperti petekie.
b. Analisa Data
(1. P : Kekurangan volume cairan
E : Perdarahan banyak dan Intake tidak seimbang dengan output
S : Ps mengeluh haus dan selalu ingin minum
Ps lemas
Proses terjadi :
Pasien yang mengalami pendarahan yang banyak serta intake cairan yang
tidak adekuat sehingga terjadi ketidak seimbangan cairan dalam tubuh
Akibat bila tidak ditanggulangi : Syok hypovolemik
(2. P : Ansietas
E : Siklus perdarahan yang banyak dan panjang
S : Ps mengatakan khawatir dengan keadaan yang dialaminya sekarang.
Ps terlihat tegang dan sering bengong
Proses terjadi :
Pasien belum pernah mendapatkan informasi dan belum pernah mempunyai
pengalaman yang sama sehingga menyebabkan dia menjadi cemas.
Akibat bila tidak ditanggulangi :
Menghambat proses penyembuhan
8
Adanya robekan pada uterus,dimana banyak terdapat saraf perifer yang
terputus dan menimbulkan ransangan nyeri yang akan dihantarkan keotak
sehingga pasien akan merasakan nyeri.
Akibat bila tidak ditanggulangi : Kenyamanan dan Istirahat tidur pasien
tergaggu
(6. P : Intoleransi Aktivitas
E :Nyeri akibat kontraksi uterus
S : Ps mengatakan gerak aktivitasnya terbatas setiap bergerak
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari Ps dibantu perawat/keluarga
Ps dianjurkan u/bedrest.
Tangan kiri Ps terpasang infus RL 28 tts/mnt
Proses terjadi :
Nyeri yang dirasakan pada saat bergerak sangat mempengaruhi aktivitas
dimana yang akan kesulitan untuk beraktivitas secara mandiri sehingga
memerlukan bantuan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kurang Volume cairan b.d perdarahan berlebih
b. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia
c. Peningkatan suhu tubuh b.d proses terjadinya infeksi
d. Nyeri b.d proses peluruhan endometrium
e. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan menyeluruh
f. Resiko infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
g. Ansietas b.d perdarahan saat menstruasi yang banyak
3. Intervensi Keperawatan
9
dengan tepat, terlentang darah yang tersedia untuk
dengan panggul otak, peninggian panggul
ditinggikan atau posisi menghinfari konvresi
semifowler. vena kaya. Posisi
semifowler
memungkinkan janin
bertinadak sebagai
tampon.
4. Membantu menentukan
beratnya kehilangan
4. Catat tanda-tanda darah, meskipun sianosis
vital pengisian kapiler dan perubahan pada
pada dasar kuku, warna tekanan darah dan nadi
membran mukosa atau adalah tanda-tanda lanjut
kulit dan suhu. Ukur dari kehilangan sirkulasi.
tekanan vena sentra bila 5. Membantu menekankan
ada. sifat hemoragi dan
kemungkinan akibat dari
5. Pantau aktivitas peristiwa hemoragi.
uterus, dan adanyta nyeri 6. Dapat meningkatkan
tekan pada abdomen hemoragi
6. Hindari
7. Menentukan luasnysa
pemeriksaan daerah
kehilangan cairan dan
rektal atau vagina
menunjikan perfusi ginjal.
7. Pantau masukan
atau keluaran cairan. 8.Bunyi nafas adventitus
Dapatkan sampel urin menunjukkan
setiap jam, ukur bert ketidaktepatan atau
jenis. kelebihan pergantian.
9.Menetukan jumlah darah
8. Auskultasi bunyi yang hilang dan dapat
nafas memberi informasi
mengenai penyebab harus di
9. Kolaborasi: pertahankan di atas 30 %
dapatkan pemeriksaan untuk mendukung oksigen
darh cepa; HDL jenis dan dan nutrian .
pencocokan silang dan 10.meningkatkan volume
Rh kadar fibrinogen , darah sirkulasi dan
hitung trombossit , APTT, mengatasi gejala-gejala
dan kadar LCC, syok.
10. Berikan larutan
intravena , ekspander,
10
darah lengkap, atau sel-
sel kemasan sesuai
indikasi .
4. Bermanfaat
4. Kolaborasi dalam
dalammenentukan janin
pemberian suplemen
apakah janin dalam
oksigen lakukan sesuai
keadaan asfisksia.
indikasi.
5. Mempertahan volume
5. Ganti kehilangan darah
sirkulasi yang adekuat
atau cairan
untuk transfor oksigen.
6. Membedakan darah
6. Lakukan tes darah untuk
ibu dengan cairan
mengevaluasi serum,
amnion menunjukkan
darah Hb.
implikasi terhadap
pemberian oksigen.
11
d. Pasien mengatakan Beri banyak minum
badanya tidak panas lagi. ( +1200-1600 cc/hari).
e. tidak teraba hangat dan beri kompres hangat di
dahi dan diketiak. 3.Untuk membunuh kuman
dan menurunkan suhu
3. tubuh.
Delegatif pemberian obat
antibiotik dan antipiretik
12
6. Setelah diberikan askep 1. Diskusikan 1.Mencegah infeksi
selama 1 x15 mnt pentingnya mencuci
diharapkan infeksi tidak tangan sebelum bagian
terjadi dengan kriteria hasil: yang telah di operasi
2. Beri HE tentang 2.Meningkatkan
1. Tanda-tanda infeksi penyakitnya pengetahuan dan membantu
tidak terjadi menurunkan kecemasan dan
2. tidak terjadi mencegah terjadinya
perdarahan pada luka. infeksi.
3. Kolaborasi dalam 3.Antibiotik dapat
pemberian antibiotik. mencegah infeksi.
7. Setelah diberikan askep 1. Beri kesempatan pasien .Rasa cemas pasien akan
selama 1 x 15 mnt untuk mengungkapkan sedikit berkurang
diharapkan rasa cemas rasa cemasnya
pasien berkurang dengan
kriteria hasil : 2. Libatkan keluarga dalam 2.Peran keluarga secara
a. Pesien tidak bertanya perawatan pasien aktif dapat mengurangi rasa
tanya tentang cemas klien.
penyakitnya.
b. Pasien paham tentang
penyakitnya. 3. Beri HE tentang 3.Penjelasan yang memadai
c. Pasien tidak gelisah penyakitnya akan mengurangi
dan kahwatir. kecemasan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukn sesuai dengan intervensi.
5. Evaluasi
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional adalah
perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi,
karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon (hipotalamushipofisis-ovarium-
endometrium), tanpa kelainan organ.
Gejalanya adalah Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi.
Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.
Kejadian tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami
menstruasi) atau masa pre-menopause.
Pengobatannya adalah menghentikan perdarahan, mengatur menstruasi agar kembali
normal, transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bobak dkk. 2005 . Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2.
Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Manjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Ed. 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
15
Wiknjosastro, Hanifa dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: 2000.Preeklamsia dan
Eklamsia.seri 2.Jakarta:Panitia S.A.k
http://akperku.blogspot.com/2010/05/perdarahan-uterus-disfungsional-pud.html
16