Vous êtes sur la page 1sur 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selama masa
hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini
dihadapi oleh wanita usia remaja, reproduksi dan klimakterik. Haid yang tidak teratur
pada masa 3-5 tahun setelah menars dan pramenopause (3-5 tahun menjelang
menopause) merupakan keadaan yang lazim dijumpai. Tetapi pada masa reproduksi
(umur 20-40 tahun), haid yang tidak teratur bukan merupakan keadaan yang lazim,
karena selalu dihubungkan dengan keadaan abnormal.
Di Indonesia belum ada angka yang menyebutkan kekerapan perdarahan
uterus disfungsional ini secara menyeluruh. Kebanyakan penulis memperkirakan
kekerapannya sama dengan diluar negeri, yaitu 10% dari kunjungan ginekologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perdarahan uterus?
2. Bagaimana Siklus Menstruasi Normal?
3. Bagaimana patogenesis dari perdarahan uterus?
4. Bagaimana gejala klinik dari perdarahan uterus?
5. Apa faktor penyebab perdarahan uterus?
6. Bagaimana pendiagnosisan dari perdarahan uterus?
7. Bagaimana cara pengobatan perdarahan uterus?
8. Bagaimana prognosis dari penyakit perdarahan uterus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perdarahan uterus.
2. Untuk mengetahui bagaimana Siklus Menstruasi Normal.
3. Untuk mengetahui patogenesis dari perdarahan uterus.
4. Untuk mengetahui gejala klinik dari perdarahan uterus.
5. Untuk mengetahui faktor penyebab perdarahan uterus.
6. Untuk mengetahui pendiagnosisan dari perdarahan uterus.
7. Untuk mengetahui cara pengobatan perdarahan uterus.
8. Untuk mengetahui prognosis dari penyakit perdarahan uterus.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1
1. Pengertian
Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional
adalah perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus
menstruasi, karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon
(hipotalamushipofisis-ovarium-endometrium), tanpa kelainan organ. Perdarahan ini
juga didefinisikan sebagai menstruasi yang banyak dan / atau tidak teratur tanpa
adanya patologi pelvik yang diketahui, kehamilan atau gangguan perdarahan umum.

2. Siklus Menstruasi Normal


Menstruasi normal terjadi akibat turunnya kadar progesteron dari
endometrium yang kaya esterogen. Siklus menstruasi yang menimbulkan ovulasi
disebabkan interaksi kompleks antara berbagai organ. Disfungsi pada tingkat
manapun dapat mengganggu ovulasi dan siklus menstruasi. Siklus menstruasi normal
terjadi setiap 21-35 hari dan berlangsung sekitar 2-7 hari. Pada saat menstruasi,
jumlah darah yang hilang diperkirakan 35-150 ml, biasanya berjumlah banyak hingga
hari kedua dan selanjutnya berkurang sampai menstruasi berakhir.

3. Patogenesis
Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi
(pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain,
misalnya pada wanita premenopause (folikel persisten).
Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi
(anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.

a. Pada siklus ovulasi.


Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun
bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar
hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.

b. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)


Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa
reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen
berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim
(endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga
(kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab
terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak,
perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru
sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim
berkepanjangan.
4. Gejala Klinik
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah
perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Kejadian
tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami
menstruasi) atau masa pre-menopause.

2
a. Pada siklus ovulasi

Karakteristik DUB bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang,


hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan
kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsionalndengan siklus pendek (polimenorea)
atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis perlu dilakukan kerokan
pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur
sehingga siklus haid tidal lagi dikenali maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan
basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari
endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai
etiologi :

(1. Korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang kadang
bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga menyebabkan pelepasan
endometrium tidak teratur.
(2.Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia
atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh
gangguan LH releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial
dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya
didapat pada hari siklus yang bersangkutan.
(3.Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus
(4.Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah.

b. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian


baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan
rahim berkepanjangan. 2Pada tipe ini berhubungan dengan fluktuasi kadar estrogen
dan jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folike ini
mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia dan kemudian diganti oelh folikel-
folikel baru . Endometrium dibawah pengaruh estrogen akan tumbuh terus, dan dari
endometrium yang mula-mula proliperatif dapat terjadi endometrium hiperplastik
kistik. Jika gambaran ini diperoleh pada saat kerokan dapat diambil kesimpulan
bahwa perdarahan bersifat anovulatoar. Biasanya perdarahan disfungsional ini terjadi
pada masa pubertas dan masa pramenopause. Pada masa pubertas terjadi sesudah
menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya
proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan Releasing factor
dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause
proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.

5. Faktor Penyebab
Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional (DUB) belum
diketahui secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim
disfungsional, antara lain :

3
a. Kegemukan (obesitas)
b. Faktor kejiwaan
c. Alat kontrasepsi hormonal
d. Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)
e. Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya:
trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing
Manis (diabetus mellitus), dan lain-lain.
f. Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ reproduksi,
kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain lain.

6. Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam
pemeriksaan pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya
penyakit sistemik, maka penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas
pada pemeriksaan pelvis harus diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika
diperlukan. Perdarahan siklik (reguler) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia,
kenaikan berat badan karena meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau kram
abdomen ) lebih cenderung bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang
terjadi dengan interval tidak teratur setelah mengalami amenore berbulan bulan,
kemungkinan bersifat anovulatori. Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 0,6 C ),
peningkatan kadar progesteron serum ( > 3 ng/ ml ) dan atau perubahan sekretorik
pada endometrium yang terlihat pada biopsi yang dilakukan saat onset perdarahan,
semuannya merupakan bukti ovulasi. Diagnosis DUB setelah eksklusi penyakit
organik traktus genitalia, terkadang menimbulkan kesulitan karena tergantung pada
apa yang dianggap sebagai penyakit organik, dan tergantung pada sejauh mana
penyelidikan dilakukan untuk menyingkirkan penyakit traktus genitalia. Pasien
berusia dibawah 40 tahun memiliki resiko yang sangat rendah mengalami karsinoma
endometrium, jadi pemeriksaan patologi endometrium tidaklah merupakan keharusan.
Pengobatan medis dapat digunakan sebagai pengobatan lini pertama dimana
penyelidikan secara invasif dilakukan hanya jika simptom menetap. Resiko karsinoma
endometerium pada pasien DUB perimenopause adalah sekitar 1 persen. Jadi,
pengambilan sampel endometrium penting dilakukan.

7. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan penunjang:
(1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH,
LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan
perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.
(2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)
histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan
perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon
terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium.

4
Penyakit organik traktus genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase.
Maka penting untuk melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang
sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau berat.
Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif
dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas
endometrium.
(3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam
uji coba terapeutik.
(4. Biopsy endometrium (pada wanita yang sudah menikah)
(5. Ultrasonografi (USG)
(6. Tera radioimunologik (TRI) atau radio imuno assay.

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ini ditujukan untuk menilai kemungkinan adanya sebab
lain yang dapat menimbulkan PUD. Perlu dinilai adanya
hipo/hipertiroid dan gangguan hemostasis seperti petekie.
c. Pemeriksaan Ginekologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menyingkirkan adanya kelainan
organik seperti perlukaan genitalia, erosi/radang atau polip serviks,
mioma uteri, dll.Pada wanita usia pubertas biasanya umumnya tidak
diperlukan kerokan.Pada wanita premenopause perlu dilakukan untuk
memastikan ada tidaknyakeganasan.

8. Pengobatan
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan
kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
a. Menghentikan perdarahan.
b. Mengatur menstruasi agar kembali normal
c. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.

9. Menghentikan perdarahan.

Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:

Kuret (curettage). Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan
tidak bagi wanita menikah tapi belum sempat berhubungan intim. O b a t
(medikamentosa).

(1. Golongan estrogen.


Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat
(nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver
dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil
estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver.
Dosis dan cara pemberian:
a) Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari.
b) Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong)

5
c) Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan
Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat
selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak
boleh lebih 4 kali sehari. Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25
mg setiap 4 jam sampai perdarahan berhenti) akan mengontrol secara akut melalui
perbaikan proliferatif endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi,
termasuk peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit.
Terapi estrogen bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya pada kasus
endometerium atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus
DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ). Keberatan terapi ini
ialah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.

(2. Obat Kombinasi


Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling
efektif. Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang banyak
atau perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah
memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat dihentikan setelah 3 6 bulan dan
dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang
normal. Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan
berkelanjutan diperlukan. Paparan estrogen kronik dapat menimbulkan
endometrium yang berdarah banyak selama penarikan progestin . Speroff
menganjurkan pengobatan dengan menggunakan kombinasi kontrasepsi oral
dengan regimen menurun secara bertahap. Dua hingga empat pil diberikan setiap
hari setiap enam hingga duabelas jam , selama 5 sampai 7 hari untuk mengontrol
perdarahan akut. Formula ini biasanya mengontrol perdarahan akut dalam 24
hingga 48 jam ; penghentian obat akan menimbulkan perdarahan berat. Pada hari
ke 5 perdarahan ini, mulai diberikan kontrasepsi oral siklik dosis rendah dan
diulangi selama 3 siklus agar terjadi regresi teratur endometrium yang
berproliferasi berlebihan. Cara lain, dosis pil kombinasi dapat diturunkan bertahap
( 4 kali sehari, kemudian 3 kali sehari, kemudian 2 kali sehari ) selama 3 hingga 6
hari, dan kemudian dilanjutkan sekali setiap hari. Kombinasi kontrasepsi oral
menginduksi atrofi endometrium, karena paparan estrogen progestin kronik akan
menekan gonadotropin pituitari dan menghambat steroidogenesis endogen.
Kombinasi ini berguna untuk tatalaksana DUB jangka panjang pada pasien tanpa
kontraindikasi dengan manfaat tambahan yaitu mencegah kehamilan. Khususnya
untuk pasien perimenarche, perdarahan berat yang lama dapat mengelupaskan
endometrium basal, sehingga tidak responsif terhadap progestin. Kuretase untuk
mengontrol perdarahan dikontraindikasikan karena tingginya resiko terjadinya
sinekia intrauterin ( sindroma Asherman ) jika endometrium basal dikuret. OC
aman pada wanita hingga usia 40 dan diatasnya yang tidak obes, tidak merokok,
dan tidak hipertensi.

(3. Golongan progesterone

6
Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat
anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh
estrogen terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain:
a) Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7 10
hari.
b) Norethisteron: 31 tablet, diminum selama 7-10 hari.
c) Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuscular

(4. OAINS
Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser dan
Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7
hingga 10 hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB
ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama
espisode perdarahan dan berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah
selama menstruasi ( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar
pada DUB ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.
Mengatur menstruasi agar kembali normal
Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk
mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian: Golongan progesteron:
21 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15
menstruasi.
Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.
Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik.
Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb)
0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-
kira perlu sekitar 4 kantong darah.

10. Prognosis
Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit (patofisiologi)
a. Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat
memberikan angka kesembuhan hingga 90 %.
b. Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat
diobati dengan hasil baik.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
(1. Alasan Dirawat
(a. Keluhan utama
(b. Keluhan saat masuk rumah sakit: mengeluh nyeri pada perut disertai
pendarahan aktif pervagina
(c. Keluhan saat pengkajian
(2. Riwayat penyakit
(a. Penyakit yang pernah diderita
Pernah menderita penyakit malaria,batuk,pilek,demam,dan hepatitisA.
(b. Riwayat penyakt keluarga
(c. Riwayat menstruasi

7
Siklus menstruasi panjang,banyak terjadi perdaran
(3. Status perkawinan
(4. Riwayat kontrasepsi
(5. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
(6. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan ini ditujukan untuk menilai kemungkinan adanya sebab
lain yang dapat menimbulkan PUD. Perlu dinilai adanya
hipo/hipertiroid dan gangguan hemostasis seperti petekie.

b. Analisa Data
(1. P : Kekurangan volume cairan
E : Perdarahan banyak dan Intake tidak seimbang dengan output
S : Ps mengeluh haus dan selalu ingin minum
Ps lemas
Proses terjadi :
Pasien yang mengalami pendarahan yang banyak serta intake cairan yang
tidak adekuat sehingga terjadi ketidak seimbangan cairan dalam tubuh
Akibat bila tidak ditanggulangi : Syok hypovolemik

(2. P : Ansietas
E : Siklus perdarahan yang banyak dan panjang
S : Ps mengatakan khawatir dengan keadaan yang dialaminya sekarang.
Ps terlihat tegang dan sering bengong
Proses terjadi :
Pasien belum pernah mendapatkan informasi dan belum pernah mempunyai
pengalaman yang sama sehingga menyebabkan dia menjadi cemas.
Akibat bila tidak ditanggulangi :
Menghambat proses penyembuhan

(3. P : Resiko infeksi berulang


FR: Perdarahan pervagina,
Peningkatan WBC
Akibat bila tidak ditanggulangi : Terjadi inflamasi
(4. P : Peningkatan suhu tubuh
E : Proses infeksi
S : Ps mengeluh haus dan selalu ingin minum,Ps mengeluh badanya panas.
T = >37,5, mukosa bibir kering.
Proses terjadi : Karena terjadi proses infeksi yang ditandai dengan
peningkatan WBC yang merupakan konpensasi tubuh terhadap infeksi yang
biasanya diikuti dengan peningakatan suhu tubuh
Akibat bila tidak ditanggulangi : Terjadi dehidrasi
(5. P : Gangguan rasa nyaman nyeri
E : vulva lembab
S : Ps mengatakan nyeri pada perutnya dibagian bawah diatas simfisis
Ps tampak meringis
Ps tampak selalu memegang perutnya
Proses terjadi :

8
Adanya robekan pada uterus,dimana banyak terdapat saraf perifer yang
terputus dan menimbulkan ransangan nyeri yang akan dihantarkan keotak
sehingga pasien akan merasakan nyeri.
Akibat bila tidak ditanggulangi : Kenyamanan dan Istirahat tidur pasien
tergaggu
(6. P : Intoleransi Aktivitas
E :Nyeri akibat kontraksi uterus
S : Ps mengatakan gerak aktivitasnya terbatas setiap bergerak
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari Ps dibantu perawat/keluarga
Ps dianjurkan u/bedrest.
Tangan kiri Ps terpasang infus RL 28 tts/mnt
Proses terjadi :
Nyeri yang dirasakan pada saat bergerak sangat mempengaruhi aktivitas
dimana yang akan kesulitan untuk beraktivitas secara mandiri sehingga
memerlukan bantuan orang lain.

Akibat bila tidak ditanggulangi : Mobilisasi dini akan terhambat.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kurang Volume cairan b.d perdarahan berlebih
b. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia
c. Peningkatan suhu tubuh b.d proses terjadinya infeksi
d. Nyeri b.d proses peluruhan endometrium
e. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan menyeluruh
f. Resiko infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
g. Ansietas b.d perdarahan saat menstruasi yang banyak

3. Intervensi Keperawatan

Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional


1 Setelah diberikan askep 1. Evaluasi, laporan 1. Perkirakan kehilangan
selama 3 x24 jam diharapkan serta catat dan sifat darah membantu
pasien tidak mengalami kehilangan darah, serta menbedakan diagnosis.
kekurangan volume cairan lakukan perhitungan Setiap gram peningkatan
dengan kriteria hasil: pembalut, kemudian berat pembalut sama
a. Input dan output timabang pembalut. dengan kehilanagan kira
seimbang 2. Lakukan tirah 1ml darah.
b. Vital sign dalam baring, intrusikan ibu 2. Perdarahan dapat berhanti
batas normal untuk menghindari dengan redruksi aktivitas.
c. Mukosa bibir lembab valsalva manuver dan Peningkatan tekanan
koitus. abdomen atau orgasme
dapat merangsang
perdarahan.
3. Posisikan ibu 3. Menjamin keadekuatan

9
dengan tepat, terlentang darah yang tersedia untuk
dengan panggul otak, peninggian panggul
ditinggikan atau posisi menghinfari konvresi
semifowler. vena kaya. Posisi
semifowler
memungkinkan janin
bertinadak sebagai
tampon.
4. Membantu menentukan
beratnya kehilangan
4. Catat tanda-tanda darah, meskipun sianosis
vital pengisian kapiler dan perubahan pada
pada dasar kuku, warna tekanan darah dan nadi
membran mukosa atau adalah tanda-tanda lanjut
kulit dan suhu. Ukur dari kehilangan sirkulasi.
tekanan vena sentra bila 5. Membantu menekankan
ada. sifat hemoragi dan
kemungkinan akibat dari
5. Pantau aktivitas peristiwa hemoragi.
uterus, dan adanyta nyeri 6. Dapat meningkatkan
tekan pada abdomen hemoragi
6. Hindari
7. Menentukan luasnysa
pemeriksaan daerah
kehilangan cairan dan
rektal atau vagina
menunjikan perfusi ginjal.
7. Pantau masukan
atau keluaran cairan. 8.Bunyi nafas adventitus
Dapatkan sampel urin menunjukkan
setiap jam, ukur bert ketidaktepatan atau
jenis. kelebihan pergantian.
9.Menetukan jumlah darah
8. Auskultasi bunyi yang hilang dan dapat
nafas memberi informasi
mengenai penyebab harus di
9. Kolaborasi: pertahankan di atas 30 %
dapatkan pemeriksaan untuk mendukung oksigen
darh cepa; HDL jenis dan dan nutrian .
pencocokan silang dan 10.meningkatkan volume
Rh kadar fibrinogen , darah sirkulasi dan
hitung trombossit , APTT, mengatasi gejala-gejala
dan kadar LCC, syok.
10. Berikan larutan
intravena , ekspander,

10
darah lengkap, atau sel-
sel kemasan sesuai
indikasi .

2. Setelah dilakukan asuhan 1. Perhatikan 1. Kejadian perdarahan


keperawatan selama statusfisiologis,status potensial merusak
x24jam diharapkan perfusi sirkulasi, dan volume kehamilan dan
jaringan terganggu dengan darah. kemungkinan
KH : menyebabkan
a. Denyut jantung hipovolemia atau
dalam batas normal. hipoksia uteroplasma.
b. Perdarahan 2. Catat kehilangan darah 2. Kehilangan darah
berkurang. karena adanya kontraksi secara berlebihan
uterus menurunkan perfusi
plasenta.
3. Anjurkan tirah baring 3. Menghilangkan tekanan
pada posisi miring. vena cava interior dan
meningkatkan sirkulasi
plasenta dan pertukaran
oksigen.

4. Bermanfaat
4. Kolaborasi dalam
dalammenentukan janin
pemberian suplemen
apakah janin dalam
oksigen lakukan sesuai
keadaan asfisksia.
indikasi.
5. Mempertahan volume
5. Ganti kehilangan darah
sirkulasi yang adekuat
atau cairan
untuk transfor oksigen.
6. Membedakan darah
6. Lakukan tes darah untuk
ibu dengan cairan
mengevaluasi serum,
amnion menunjukkan
darah Hb.
implikasi terhadap
pemberian oksigen.

3. Setelah diberikan askep 1. 1.Dengan mengobservasi


selama 3x 24 jam Obsevasi TTV tiap 4 jam TTV dapat mengetahui
diharapkan peningkatann Keadaan umum pasien
suhu tubuh tidak terjadi
dengan kriteria hasil :
c. Suhu tubuh normal. 2.Dapat menurunkan suhu
(36 -37 C ). 2. tubuh pasien

11
d. Pasien mengatakan Beri banyak minum
badanya tidak panas lagi. ( +1200-1600 cc/hari).
e. tidak teraba hangat dan beri kompres hangat di
dahi dan diketiak. 3.Untuk membunuh kuman
dan menurunkan suhu
3. tubuh.
Delegatif pemberian obat
antibiotik dan antipiretik

4. Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan sifat , lokasi 1.membantu dalam


keperawatan selama (...x...) dan durasi nyeri. Kaji mendiagnosis dan
jam diharapkan nyeri pasien kontraksi uterus menentukan tindakan
berkurng engan kriteria hasil: hemoragi atau nyeri tekan yang akan dilakukan.
abdomen.
a. Sekala nyeri 2 dari 10 2. Kaji stres fisiologis dan 2.ansietas sebagai respon
sekala yang diberikan. sifat emosional terhadap terhadap situasi darurat
b. Pasien tidak meringis kejadian. dapat memperberat
ketidaknyamanan karena
sindrom ketegangan ,
ketakutan , dan nyeri.
3. Beri lingkungan yang 3.dapat membantu dalam
tenang dan aktivitas menurunkan tingkat
untuk menurunkan rasa ansietas dan karenanya
nyeri. Instruksikan klien meridukasi
untuk mengunakan ketidaknyamanan .
metode relaksasi ,
misalnya: nafas dalam,
visualisasi ditraksi dan
jelaskan prosedur.
4. Kolaborasi : berikan 4.meningkatkan
norkotik atau sedatif. kenyamanan ,
mengurangi nyeri.
5. Stelah diberikan askep 1. Anjurkan pasien untuk 1. Melatih pemenuhan
selama 3 x24 jam melakukan mobilisasi dini ADLsendiri mungkin
diharapkan pasien Informasi yang tepat dapat
beraktivitas seperti biasa memotivasi u/ bergerak dan
dengan kriteria hasil : beraktivitas.
2.Beri HE tentang peningnya 2.Menurunkan jumlah
a. Pasien tidak meringis mobilisasi dini setelah baketri dalam tangan
saat bergerak. perdarahan mencegah kontaminasi area
b. pasien dapat operasi
memenuhi kebutuhan
ADLnya

12
6. Setelah diberikan askep 1. Diskusikan 1.Mencegah infeksi
selama 1 x15 mnt pentingnya mencuci
diharapkan infeksi tidak tangan sebelum bagian
terjadi dengan kriteria hasil: yang telah di operasi
2. Beri HE tentang 2.Meningkatkan
1. Tanda-tanda infeksi penyakitnya pengetahuan dan membantu
tidak terjadi menurunkan kecemasan dan
2. tidak terjadi mencegah terjadinya
perdarahan pada luka. infeksi.
3. Kolaborasi dalam 3.Antibiotik dapat
pemberian antibiotik. mencegah infeksi.

7. Setelah diberikan askep 1. Beri kesempatan pasien .Rasa cemas pasien akan
selama 1 x 15 mnt untuk mengungkapkan sedikit berkurang
diharapkan rasa cemas rasa cemasnya
pasien berkurang dengan
kriteria hasil : 2. Libatkan keluarga dalam 2.Peran keluarga secara
a. Pesien tidak bertanya perawatan pasien aktif dapat mengurangi rasa
tanya tentang cemas klien.
penyakitnya.
b. Pasien paham tentang
penyakitnya. 3. Beri HE tentang 3.Penjelasan yang memadai
c. Pasien tidak gelisah penyakitnya akan mengurangi
dan kahwatir. kecemasan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukn sesuai dengan intervensi.

5. Evaluasi

a. Volume cairan klien adekuat.


b. Perfusi jaringan teratasi dan tidak terjadi hipovolemi
c. Suhu tubuh kembali normal (36,50-37,50C)
d. Nyeri berkurang atau hilang dengan rentang skala nyeri (1-3)
e. Intoleransi aktivitas klien terpenuhi
f. Tidak terjadi infeksi
g. Ansietas klien tertangani

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional adalah
perdarahan abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi,
karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon (hipotalamushipofisis-ovarium-
endometrium), tanpa kelainan organ.
Gejalanya adalah Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi.
Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.
Kejadian tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami
menstruasi) atau masa pre-menopause.
Pengobatannya adalah menghentikan perdarahan, mengatur menstruasi agar kembali
normal, transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arif,mansjoer,2001.Kapita Selekta Kedok.edisi 3 jilid 1.Jakarta:Media Aesculapius

Bobak dkk. 2005 . Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2.
Jakarta : EGC

Guyton,artha.C.1990.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.alih bahasa.edisi


3.Jakarta:EGC

Sivia,A Price.2005.Patofisiologi.edisi 6.Jakarta:EGC

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Manjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakartka: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Ed. 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

15
Wiknjosastro, Hanifa dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: 2000.Preeklamsia dan
Eklamsia.seri 2.Jakarta:Panitia S.A.k

http://akperku.blogspot.com/2010/05/perdarahan-uterus-disfungsional-pud.html

16

Vous aimerez peut-être aussi