Vous êtes sur la page 1sur 19

TUGAS KELOMPOK

KEP.A
HIV pada anak

JUSNIATI
RIRIN
ARANI HUSNIATI
MASNIATI

DAFTAR ISI
NIRMAYANTI
M.KASBI
Halaman Sampul ... i

Kata pengantar 1
FAK.KESEHATAN
Daftar isi 2
UIN ALAUDDIN
BAB I Konsep Medis 3
MAKASSAR
A. Defenisi ... 3

B. Etiologi 3

C. Insiden 4

D. Patologi .5

E. Gejala klinik .6

F. Penatalaksanaan 6

G. Prognosis 9

H. Pengobatan 10

I. Pencegahan .11

BAB II KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian 13

B. Diagnose 13

C. Intervensi 13

D. Iplementasi 16

E. Evaluasi 18

BAB III KESIMPULAN 19

DAFTAR PUSTAKA 20

KATA PENGANTAR

Terimakasih yang tak terhingga serta rasa syukur, terucap kepada Allah SWT, sang
maha hati, sang pemilik cinta yang senantiasa memberikan kita hidayah cinta dan nikmatnya
kebersamaan, terima kasih atas berjuta kesempatan untuk selalu menengok keatas, melihat ke
langit dan mensyukuri segala nikmat dan cobaan yang penuh dengan pelajaran yang sangat
berharga. Terima kasih atas pejaman dan ketertundukan dalam doa yang telah membuat
diriku bangga dan bahagia hadir sebagai mahklukmu di dunia ini.Dan dan ucapan shalawat
setinggi tingginya kepada nabiullah Muhammad SAW. Tujuan kami membuat makalah ini
selain sebagai tugas sarat perkuliahan juga sebagai bentuk wujud persembahan kami buat
teman teman yang kami cintai.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah keperawatan anak
yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membantu kami dalam proses penyelesaian
makalah ini dan ucapan terimakasih kami yang amat tinggi kepada orang tua kami, adik-adik
kami senantiasa membantu kami dalam menyelesaika makalah ini dan ucapan terimakasi
kami juga untuk teman-teman kami yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan
makalah kami tepat waktu .

Tiada gading yang tak retak, tida laut yang tak berombak begitu pula dengan makalah
ini masih jauh dari kesempurnanan. Oleh karena itu, kami sangat mengharap2kan kritikan
dan masukan yang membangun dari para pembaca makalah ini.

Makassar, Maret 2009

Penulis

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI
HIV (Human Imunodificiency Virus). Human berarti manusia, imunodificiency
berarti penurunan kekebalan tubuh dan virus adalah organisme yang sangat kecil dan
tidak terlihat dengan mata biasa dan masuk ke dalam tubuh manusia sehingga
menyebebkan manusia sakit. Jadi HIV adalah virus yang masuk kedalam tubuh manusia
melalui cairan tubuh dan merusak system kekebalan misalnya sel-sel darah putih yang
berfungsi menahan serbuan kuman penyakit sehingga mudah terkena infeksi.
Stadium akhir dari infeksi HIV adalah AIDS. AIDS adalah suatu keadaan dimana
penurunan sistem kekebalan tubuh yang didapat menyebabkan menurunnya kekebalan
tubuh terhadap penyakit sehingga terjadi infeksi, beberapa jenis kanker dan kemunduran
sistem saraf. Seseorang yang terinfeksi oleh HIV mungkin tidak menderita AIDS;
sedangkan yang lainnya baru menimbulkan gejala beberapa tahun setelah terinfeksi.
Infeksi HIV yang berakhir menjadi AIDS, telah menjadi penyebab utama kematian pada
anak-anak. Pada tahun 1995 CDC (Centers for Disease Control and Prevention) telah
menerima laporan tentang jumlah anak yang terinfeksi oleh HIV pada saat lahir, yaitu
sebanyak 5500 anak. Infeksi HIV dan AIDS terutama menyerang dewasa muda, anak-
anak atau remaja hanya sekitar 2%.
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya infeksi HIV adalah virus HIV-1 dan virus HIV-2. HIV-1 memiliki
dua tipe utama yaitu : HIV-1 Group M, memiliki sub tipe B (Amerika utara dan Eropa),
India (A, B, C, D, E, F, G, H, I dan J). Kompleksitas mengakibatkan sulit menciptakan
treatmen dan HIV-1 Group O, sulit dideteksi dengan tes antibody HIV, pertama kali
ditemukan di Afrika tengah dan Barat. Untuk HIV-2, jarang terjadi kecuali di Afrika
bagian Barat. HIV dapat ditularkan melalui :
1. Hubungan seksual
2. Melalui darah, yaitu :
a. Transvusi darah yang mengandung HIV
b. Tertusuk jarum yang mengandung HIV
c. Terpapar mukosa yang mengandung HIV
3. Transmisi darah dari ibu ke anak
a. Selama kehamilan
b. Saat persalinan
c. Melalui air susu Ibu (ASI)
Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yang
mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan lahir. Pada ibu
yang terinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina 21%, cairan aspirasi lambung
pada bayi yang dilahirkan. Besarnya paparan pada jalan lahir sangat dipengaruhi dengan
adanya kadar HIV pada cairan vagina ibu, cara persalinan, ulkus serviks atau vagina,
perlukaan dinding vagina, infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, persalinan
prematur, penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan vakum atau forsep,

episiotomi dan rendahnya kadar pada ibu. Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum
persalinan akan meningkatkan resiko transmisi antepartum sampai dua kali lipat
dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4 jam sebelum persalinan.
Transmisi pascapersalinan sering terjadi melalui pemberian ASI (Air susu ibu). ASI
diketahui banyak mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak. Konsentrasi median sel
yang terinfeksi HIV pada ibu yang tenderita HIV adalah 1 per 10 4 sel, partikel virus ini
dapat ditemukan pada componen sel dan non sel ASI. Berbagai factor yang dapat
mempengaruhi resiko tranmisi HIV melalui ASI antara lain mastitis atau luka di puting
dan lesi di mucosa mulut bayi. Penularan HIV melalui ASI diketahui merupakan faktor
penting penularan paska persalinan dan meningkatkan resiko tranmisi dua kali lipat.
Keadaan penyakit ibu juga menjadi pertimbangan karena Ibu yang terinfeksi HIV
mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi dari yang tidak menyusui. WHO, Unicef
dan UNAIDS mengeluarkan rekomendasi untuk menghindari Air Susu Ibu yang terkena
HIV jika alternative susu lainnya tersedia dan aman.
C. INSIDEN

Kasus pertama terjadinya AIDS dilaporkan pada tahun 1981, akan tetapi penyakit ini
mungkin saja telah ada bertahun-tahun sebelum itu tanpa ada catatan. Infeksi HIV yang
menyebabkan terjadinya AIDS telah menjadi penyebab terjangkitnya penyakit dan
terjadinya kematian pada anak-anak, remaja dan orang dewasa usia muda di seluruh
dunia. AIDS berada di urutan ke enam sebagai penyebab kematian untuk rentang usia 15
sampai 24 tahun di Amerika Serikat sejak tahun 1991. Pada beberapa tahun terakhir,
angka penularan AIDS meningkat dengan amat cepat diantara remaja dan orang dewasa
muda. Setengah dari seluruh penularan HIV di Amerika Serikat terjadi pada pada orang-
orang yang berusia dibawah 25 tahun; ribuan remaja terinfeksi HIV untuk pertama kali
setiap tahunnya. Sebagian besar kasus HIV pada orang-orang yang berusia muda
ditularkan melalui hubungan seks tanpa pelindung; sepertiganya disebabkan oleh
penggunaan obat-obatan terlarang secara bergantian menggunakan jarum yang kotor dan
terkontaminasi darah yang terinfeksi HIV.
Pada anak-anak, sebagian besar kasus AIDS dan hampir semua infeksi HIV baru
diakibatkan oleh penularan virus HIV dari ibu ke anaknya pada masa kehamilan,
kelahiran, atau melalui air susu ibu.
D. PATOLOGI

Cara kerja virus HIV dalam tubuh dapat dijelaskan seperti berikut ini :Virus HIV
adalah retrovirus yang mengandung bahan kimia yang disebut transcriptase balik. Virus
ini lebih sering menyerang limfosit T. setelah berada dalam sel T, virus menggunakan
traskriptase balik untuk mengubah RNA-nya mennjadi DNA. DNA virus ini kemudian
bersembunyi di dalam DNA sel inang dan dapat bersifat dorman selama bertahun-tahun.
Sebelum memulai replikasi, membunuh sel T. System imun secara perlahan-lahan
menjadi tidak berfungsi, menyebabkan pasien rentang terhadap infeksi. Ketika HIV
masuk ke dalam darah, virus menginfeksi sel-sel darah yang mempunyai reseptor protein

pada permukaannya. Sel-sel ini sebagian besar limfosit T yang bertugas

menyerang infeksi. ketika HIV menempel pada sel T, virus mengenali dan melekaat

secara spesifik pada reseptor protein yang berada di limfosit T. Membrane virus

melebur dengan membrane sel T memungkinkan RNA virus lepas dan masuk ke dalam
sel inang. Kadang-kadang virus secara keseluruhan terabsorpsi ke dalam sel sebelum
RNA-nya dikeluarkan ke dalam nucleus/inti. Dalam waktu 12 jam RNA virus diubah
menjadi DNA. Setelah jangka waktu yang berfariasi, virus mulai menghasilkan RNA
baru. RNA virus dibawah kedalam sitoplasma sel agar dapat menghasilkan protein virus,
bahan dasar pembentuk virus baru. Banyak komponen virus yang dihasilkan dan partikel
virus dirangkai untuk membentuk banyak duplikat dari virus penginfeksi yang asli. Virus
baru muncul dari sel T menjadi lemah, virus kemudian berlanjut menginfeksi sel T
lainnya dan mengulangi siklusnya. Sel T akan mati segera setelah proses di atas terjadi.
Setelah HIV masuk tubuh, virus menuju ke kelenjar limfe dan berada dalam sel
dendritik selama beberapa hari. Kemudian terjadi sindrom retroviral akut semacam
flu(serupa infeksi mononucleosis), disertai viremia hebat dengan keterlibatan berbagai
kelenjar limfe. Pada tubuh timbul respon imun humoral maupun selular. Sindrom ini
akan hilang sendiri setelah 1-3 minggu. Kadar virus yang tinggi dalam darah dapat
diturunkan oleh sistem imun tubuh. Proses ini berlangsung berminggu-minggu sampai
terjadi keseimbangan antara pembentukan virus baru dan upaya eliminasi oleh respons
imun. Titik keseimbangan disebut set point dan amat penting karena menentukan
perjalanan penyakit selanjutnya. Bila tinggi, perjalanan penyakit menuju acquired
immunodificiency sindrom (sindrom defisiensi imun yang didapat, AIDS) akan
berlangsung lebih cepat.
Serokonversi (perubahan anti bodi negatif menjadi positif ) terjadi 1-3 bulan setelah
infeksi, tetapi pernah juga dilaporkan sampai 8 bulan . kemudian pasien akan memasuki

masa tanpa gejala. Dalam masa ini terjadi penurunan bertahap jumlah (jumlah
normal 800-1.000)yang terjadi setelah replikasi persisten HIV dengan kadar RNA virus

relative konstan. adalah reseptor pada limfosit yang menjadi target sel utama

HIV. Mula-mula penurunan jumlah sekitar 30-60/tahun, tapi pada dua tahun terakhir

penurunana jumlah menjadi cepat, 50-100/tahun, sehingga tanpa pengobatan, rata-rata

masadari infeksi HIV sampai masa AIDS adalah 8-10 tahun, dimana jumlah akan

mencapai di bawah 200


E. GEJALA KLINIK

Sejumlah gejala dan komplikasi bisa timbul karena adanya penurunan sistem
kekebalan. Ada 3 fase gejala HIV yaitu
Fase 1 : Tidak ada gejala. Pada tahap awal HIV, gejalanya tidak kelihatan. Seseorang
dapat saja mengidap AIDS selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya. Tes darah oleh
dokter akan menunjukkan antibodi setelah mereka terbentuk dalam rangka melawan virus
AIDS, tapi perlu waktu tiga bulan sebelum antibodi tersebut terbentuk. Artinya bila Anda
melakukan tes darah segera setelah Anda berhubungan seks, virusnya belum akan
kelihatan sampai tiga bulan yang akan datang.
Fase 2 : Sakit yang tidak terlalu parah. Pada tahap ini, virus berkembang di dalam sel
darah putih dan menghancurkannya. Saat hampir seluruh sel telah dihancurkan, sistem
kekebalan juga ikut hancur dan tubuh akan menjadi lemah. Beberapa gejala yang
mungkin akan kelihatan adalah : penderita mulai merasa lelah, berat badan turun. Mereka
mungkin akan terkena sakit batuk, diare, demam atau berkeringat di malam hari.
Pengidap HIV yang terkena selesma akan lebih terancam jiwanya dibandingkan orang
lain yang tidak mengidap HIV.
Fase 3: Sakit parah. Pada saat ini, virus AIDS telah hampir menghancurkan sistem
kekebalan tubuh. Tubuh akan mengalami kesulitan untuk melawan bakteri. Selain itu,
penderita juga dapat terkena sejenis kanker yang disebut Sarkoma Kaposi. AIDS tidak
membunuh penderitanya, tapi infeksi penyakit lainnya dan kankerlah yang
melakukannya.
Infeksi sebelum, selama atau segera setelah lahir, tidak langsung menampakkan
gejala. Pada 10-20% kasus, gejala baru timbul pada saat anak berumur 1-2 tahun;
sedangkan pada 80-90% kasus, gejalanya baru timbul beberapa tahun kemudian. Sekitar
50% anak-anak yang terinfeksi HIV, terdiagnosis menderita AIDS pada usia 3 tahun.
Gejala awal yang biasa ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV yaitu :
1. Pertumbuhan yang jelek, penurunan berat badan, demam yang berlangsung lama
atau berulang, diare yang menetap atau berulang, pembengkakan kelenjar getah
bening, pembesaran hati dan limpa (Hepatospplenomegali), pembengkakan dan
peradangan kelenjar liur di pipi.
2. Infeksi jamur yang menetap atau berulang (thrush) di mulut atau daerah yang
tertutup popok.
3. Infeksi bakteri berulang (misalnya infeksi telinga tengah, pneumonia dan
meningitis)
4. Infeksi oportunistik virus, jamur dan parasit.
Pada anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, bisa terjadi infeksi oportunistik berikut;
Pneumonia pneumokistik, pneumonia interstisial limfoid (pneumonia yang
menjadi kronis dan kadang ditandai dengan batuk serta sesak nafas), Infeksi
bakteri, Meningitis, Infeksi jamur, Esofagitis (peradangan kerongkongan),
Kandidiasis (infeksi jamur), Infeksi virus, Herpes, Herpes zoster, Infeksi parasit.
5. Keterlambatan atau kemunduran perkembangan sistem saraf
Pada anak-anak jarang terjadi keganasan. Dua masalah utama yang sering ditemukan
pada anak-anak yang terinfeksi HIV atau menderita AIDS adalah wasting syndrome
(ketidakmampuan untuk mempertahankan berat badan akibat berkurangnya nafsu makan
sebagai respon terhadap infeksi HIV) dan ensefalopati HIV atau demensia AIDS (infeksi
otak yang dapat menyebabkan pembengkakan atau penciutan otak).
PENATALAKSANAAN TERAPI MEDIK
Upaya penanganan medis meliputi beberapa cara pendekatan yang mencakup
penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV serta malignansi, penghentian
replikasi virus HIV lewat preparat antivirus, dan penguatan serta pemulihan system imun
melalui pengunaan preparat imunomodulator. Perawatan surportif merupakan tindakan
yang penting karena efek infeksi HIV sanggat menurunkan keadaan umum pasien
contohnya malnutrisi dan perubahan status mental.
Dibawah ini dikemukan beberapa prinsip penatalaksanaan yang penting terhadap
pasien HIV/AIDS.

Tes dan viral load, tidak dapat dilaksanakan di sebagian besar wilayah di Indonesia,

namun tidak akan menjadi kendala dalam melakukan tatalaksana klinis yang baik, karena
dapat dilakukan berdasarkan gejala klinis dan jumlah limposit total.
1. Evaluasi awal pasien infeksi HIV
Setiap pasien yang terinfeksi HIV dilakukan :
a. Pemeriksaan klinis secara lengkap dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
tes HIV melalui VCT.
b. Semua faktor risiko digali dan dikaji secara seksama.
c. Konseling dilaksanakan sesuai dengan prosedur.
d. Beberapa pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiologi dsb, dapat
dilakukan di rumah sakit yang mempunyai sarana sebagai evaluasi dasar setelah tes
HIV positif. Adapun contoh pemeriksaan dasar adalah Gambaran darah tepi
lengkap, urinalisis, pemeriksaan feses lengkap, profil tes fungsi hati
(SGOT,SGPT,LDH, alkali fosfatase, bilirubin, Profil Fungsi Ginjal (Ureum,
Kreatinin), dan pemeriksaan yang diperlukan sesuai dengan keadaan klinis pasien.
Pemeriksaan klinis pasien HIV/AIDS pada prinsipnya sama dengan pasien non
HIV/AIDS. Perhatian harus diarahkan kepada gejala dan kelainan yang sering pada awal
penyakit dan dicermati secara sempurna, seperti dermatitis seboroik, eksim, klinitis
angularis, onkomikosis, sinusitis, uretritis, Juga perlu diingat bahwa tuberkolosis,

sarkoma Kaposi dan Limfoma cepat berkembang walau masih > 200 atau limfosit

total > 200


2. Pemantauan Progresivitas Penyakit
Sekali HIV menginfeksi, maka seseorang akan tetap mengandung HIV dalam
tubuhnya. Pernyataan ini masih tetap dibenarkan oleh para ilmuan penyakit infeksi.
Hal ini didasarkan pada sifat HIV yang unik, yaitu reflikatif, sitopatik dan hidup
intra sel dalam waktu lama tanpa dikenal oleh sel penjamu limfosit. Akibat sifat
sitopatik ini sel penjamu akan mengalami lisis yang selanjutnya merusak sistem
imunitas. Berdasarkan hal tersebut kegiatan penanggulangan dan pemantaun selama
perjalanan penyakit sangat penting dengan tujuan :
* menentukan Prognosis
* Menentukan kemajuan pengobatan
* Pedoman untuk pemberian pemberian terapi ARV
kegiatan :
a. Memantau secara klinis
Pemeriksaan klinis dilaksanakan setiap saat sesuai kebutuhan.
pemeriksaan diarahkan kepada :
* Gejala Infeksi Oportunistik.
* Kepatuhan Minum Obat
* Efek samping atau toksik ARV
* Status Gizi
* Keadaan mental emosional

b. Monitor jumlah dilaporkan bentuk jumlah total atau persentase. Jumlah

> 500/ml atau persentase lebih besar atau sama 29 % dari limfosit total

dianggap belum ada kerusakan berat. <200 (<14%) telah mempunyai

resiko yang jelas terhadap infeksi oportunistik. Kebanyakan pasien telah jatuh
kedalam stadium AIDS yang jelas.
c. Memantau viral load
Pemantauan viral load tidak dianjurkan sebagai kegiatan rutin, hanya sebagai
pemeriksaan tambahan atau dalam penelitian. Pemantauan viral load berguna
untuk mengetahui kemajuan terapi antiretroviral.

F. PROGNOSIS
Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa orang
yang terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain seseorang
yang terinfeksi bisa tidak menampakkan gejala selama lebih dari 10 tahun. Tanpa
pengobatan, infeksi HIV mempunyai resiko 1-2 % untuk menjdi AIDS pada beberapa
tahun pertama. Resiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya. Resiko terkena
AIDS dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai 50%. Sebelum diketemukan
obat-obat terbaru, pada akhirnya semua kasus akan menjadi AIDS. Pengobatan AIDS
telah berhasil menurunkan angka infeksi oportunistik dan meningkatkan angka harapan
hidup penderita. Kombinasi beberapa jenis obat berhasil menurunkan jumlah virus dalam
darah sampai tidak dapat terdeteksi. Tapi belum ada penderita yang terbukti sembuh.
Teknik penghitungan jumlah virus HIV (plasma RNA) dalam darah seperti
polymerase chain reaction (PCR) dan branched deoxyribonucleid acid (bDNA) test
membantu dokter untuk memonitor efek pengobatan dan membantu penilaian prognosis
penderita. Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari beberapa ratus sampai lebih
dari sejuta virus RNA/mL plasma.
Pada awal penemuan virus HIV, penderita segera mengalami penurunan kualitas
hidupnya setelah dirawat di rumah sakit. Hampir semua penderita akan meninggal dalam
2 tahun setelah terjangkit AIDS. Dengan perkembangan obat-obat anti virus terbaru dan
metode-metode pengobatan dan pencegahan infeksi oportunistik yang terus diperbarui,
penderita bisa mempertahankan kemampuan fisik dan mentalnya sampai bertahun-tahun
setelah terkena AIDS. Sehingga pada saat ini bisa dikatakan bahwa AIDS sudah bisa
ditangani walaupun belum bisa disembuhkan.
G. PENGOBATAN
Obat-obatan yang digunakan untuk merawat pasien dengan HIV/AIDS
menggunakan setidaknya tiga strategi dibawah ini, yaitu:
1. Mengganggu reproduksi materi genetik dari virus HIV (obat-obatan ini
diklasifikasikan sebagai nucleoside atau nucleotide anti-retrovirals)
2. Menggangu produksi enzim yang dibutuhkan oleh virus HIV untuk memasuki sel-
sel tertentu dalam tubuh (ini disebut protease inhibitors)
3. Mengganggu kemampuan virus HIV untuk membungkus materi genetiknya dengan
viral code yaitu, kode genetik yang dibutuhkan HIV untuk dapat mereproduksi
dirinya (ini disebut non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors [NNRTIs] )
Karena obat-obatan ini bekerja dengan cara yang berbeda-beda, para dokter biasanya
meresepkan racikan kombinasi dari obat-obatan ini yang harus diminum setiap hari.
Terapi ini dikenal sebagai terapi HAART (HAART singkatan dari highly active
antiretroviral therapy terapi antivirus aktif). Salah satu obat dalam perawatan penderita
HIV/AIDS adalah zidovudin/ azidotimidin (AZT/retrovir) yang termasuk nucleoside
reverse transcriptase inhibitors (NRTIs). Para dokter juga bisa meresepkan obat-obatan
untuk mencegah infeksi oportunistik tertentu seperti beberapa antibiotik yang dapat
mencegah terjadinya PCP, terutama pada anak-anak.
Virus HIV sangat mudah beradaptasi dan dapat menemukan jalan untuk mengelabui
terapi medis yang tidak dilakukan dengan tepat. Hal ini berarti bahwa bila obat-obatan
yang diresepkan tidak dimakan pada saat yang tepat setiap hari, dengan cepat obat-
obatan tersebut tidak akan mampu lagi menahan HIV untuk bereproduksi dan mengambil
alih sel-sel tubuh. Bila hal ini terjadi, terapi baru harus dibuat dengan menggunakan
obat-obatan baru yang berbeda. Dan bila racikan obat-obatan ini tidak digunakan dengan
tepat, virus HIV juga akan menjadi resisten terhadap obat-obatan tersebut sehingga pada
akhirnya penderita akan kehabisan pilihan terapi pengobatan bagi dirinya.
Disamping kesulitan untuk membuat anak-anak kecil memakan obat mereka sesuai
jadwal, obat-obatan juga menghadirkan masalah lain. Ada obat-obat tertentu yang
menyebabkan efek samping yang tidak mengenakkan, seperti rasa yang pahit, atau ada
juga obat yang hanya ada dalam bentuk pil, yang mungkin sulit untuk ditelan oleh anak-
anak. Para orang tua yang harus memberikan obat-obatan ini pada anak-anak mereka
harus bertanya pada dokter atau petugas farmasi bagaimana cara yang paling mudah
untuk memakan obat tersebut. Saat ini banyak apotek yang menawarkan berbagai rasa
yang dapat ditambahkan pada obat yang rasanya pahit, atau dokter anak Anda dapat
merekomendasikan untuk mencampur pil obat tersebut dengan saus apel atau puding.
H. PENCEGAHAN
Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :
1. Saat hamil. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital
load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang
efektif untuk menularkan HIV.
2. Saat melahirkan. Penggunaan antiretroviral(Nevirapine) saat persalinan dan bayi
baru dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar
karena terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.
3. Setelah lahir. Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI
Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV lebih besar, karena itu pada
ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang dianjurkan untuk menjalani operasi sesar. Resiko
penularan melalui ASI relatif rendah. Jika tersedia susu formula yang baik dan air yang
bersih, maka sebaiknya ibu yang terinfeksi HIV tidak memberikan ASI kepada bayinya.
Jika air yang tersedia tidak bersih sehingga besar kemungkinannya untuk terjadi diare
atau kekurangan gizi, maka sebaiknya ibu tetap memberikan ASI kepada bayinya karena
pemberian ASI lebih menguntungkan bagi kesehatan bayinya.
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Kaji riwayat imunisasi
3. Kaji riwayat yang berhubungan dengan faktor resiko terhadap AIDS pada anak-anak :
Expore in utero to HIV-infected mother
Pemajanan terhadap produk darah, khususnya anak dengan hemophilia
4. Remaja yang menunjukkan prilaku resiko tinggi manefestasi AIDS pada anak-anak :
Gagal tumbuh
Limfadenopati
Hepatosplenomegali
5. Infeksi bakteri berulang
6. Penyakit paru khususnya pneumonia carinii
7. Diare kronis
8. Gambaran neurologis
Perlambatan perkembangan
Kehilangan kemampuan motorik yang telah dicapai sebelumnya
Kemungkinan mikrosefali
Pemeriksaan neurologi abnormal
9. Bantu dengan prosedur diagnostic dan pengujian. Misalnya : tes anti bodi serum
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Infeksi b.d kerusakan pertahanan tubuh, adanya organisme infeksius.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kekambuhan penyakit,
diare,kehilangan nafsu makan dan kandidiasis oral.
3. Kerusakan interaksi social b.d pembatasan fisik, hospitalisasi, stigma social terhadap
HIV
4. Nyeri b.d proses penyakit (misalnya ensefalopati, pengobatan)
C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi infeksi b.d. kerusakan pertahanan tubuh, adanya organisme infeksisus
Tujuan:
a. Pasien mengalami resiko infeksi abnormal
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Menggunakan teknik mencuci tangan 1. Meminimalkan pemajanan pada
yang cermat organizme infeksius
2. Menempatkan anak diruangan bersama 2. Untuk menurunkan resiko infeksi
3. Mendorong klerja sama dan
anak yang tidak mengalami infeksi
pemahaman
atau diruangan pribadi
4. Meningkatkan pertahanan alamiah
3. Pembatasan kontak dengan individu
tubuh yang masih ada
yang mengalami infeksi, termasuk
5. Mencegah infeksi khusus
keluarga, anak lain, teman dan anggota
staf, jelaskan bahwa anak sangat
rentang terhadap infeksi.
4. Nutrisi yang baik dan istirahat yang
cukup
5. Imunisasi yang tepat sesuai ketentuan
6. Antibiotic sesuai ketentuan
b. Pasien tidak menyebarkan penyakit pada orang lain
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Kewaspadaan universal khususnya 1. Mencegah penyebaran virus
2. Merupakan masalah yang yang
isolasi bahan tubuh
2. Menginstruksi orang lain untuk sering terjadi dan dapat
menggunakan kewaspadaan yang tepat,
jelaskan adanya kesalahan konsep
tentang pengeluaran virus karena
Ajarkan metode perlindungan anak yang
sakit
3. Berusaha untuk mencegah bayi dan
semua anak kecil agar tidak
menempatkan tangan dan objek pada
area terkontaminasi
4. Menempatkan pembatasan perilaku dan
kontak untuk anak yang sakit mengigit
atau tidak mempunyai control terhadap
sekresi tubuh mereka
5. Pengkajian situasi rumah dan
implementasikan tindakan perlindungan
yang mungkin di lakukan pada situasi
individu
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d. kekambuhan penyakit, diare,
kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral
Tujuan: Pasien mendapatkan nutrisi yang optimal
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Pemberian makanan dan kudapan 1. Untuk meenuhi kebutuhan tubuh untuk
tinggi kalori dan tinggi protein metabolisme dan pertumbuhan
2. Pemberian makanan yang disukai 2. Untuk mendorong agar anak mau
anak makan
3. Perkaya makanan dengan suplemen 3. Untuk memaksimalkan kualitas asupan
nutrisimisalnya, susu bubuk atau makan
4. Agar intervensi nutrisi tambahn dapat
supleen yang dijual bebes
4. Pemberian makanan ketika anak diimplementasikan bila pertumbuhan
sedang mau makan dengan baik mulaimelambat atau berat badan turun
5. Penggunaan kreatifitas untuk 5. Mengobati kandidiasis oral
mendororng anak untuk makan
6. Pemantauan berat badan dan
pertumbuhan
7. Pemberian obat anti jamur

3. Kerusakan interaksi social b. d. pembatasan fisik, hospitalisasi, stigma social


terhadap HIV
Tujuan : pasien berpartisipasi dalam kelompok sebaya dan aktivitas keluarga

Intervensi keperawatan Rsionalnya


1. Membantu anak dalam 1. Untuk memfasilitasi koping
2. anak tidak diisolasi
mengidetifikasi kekuatan pribadi
3. Mengurangi isolasi
2. Mendidik petugas sekolah dan
teman sekelas tentang HIV
3. Mendorong anak untuk berpartisipasi
dalam aktivitas bersa anak-anak dan
keluarga yang lain
4. Mendorong anak untuk
mempertahankan hubungn telepon
dengan teman-teman nya selama
hospitalisasi

4. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (misalnya ensefalopati, pengobatan)


Tujuan :
Intervensi keperawatan dan Rasional
1. Penggunaan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak engatasi nyeri
Untuk bayi dapat dicoba tindakan kenyamanan umum misalnya : mengayun,
menggendong, membuai, menurunkan stimulus lingkungan
2. Penggunaan strategi farmakologis
perencanaan jadwal pencegahan bila analgesic efektif dalam mengurangi nyeri
Yang terus menerus
3. Menganjurkan pennggunaan premidekasi untuk prosedur yang menimbulkan
nyeri
4. Anak mendapat keuntungan dari penggunaan analgesic tambahan yang efektif
melawan nyeri neruropatik
5. Penggunaan catatan pengkajian nyeri untuk mengevaluasi efektivitas intervensi
farmakologis dan non farmakologis
D. IMPLEMENTASI
1. Resiko tinggi infeksi b.d. kerusakan pertahanan tubuh, adanya organisme
infeksisus
Pasien mengalami resiko infeksi abnormal

a. Mencuci tangan yang cermat untuk meminimalkan pemajanan terhadap infeksi


b. Tempatkan anak diruangan bersama anak yang tidak mengalami infeksi ataum
di ruangan pribadi
c. Hindarkan kontak dengan individu yang mengalami infeksi termasuk keluarga,
anak lain, teman dan anggota staf.
d. Berikan asupan nutrisi yang baik dan istrahat yang cukup
e. Berikan imunisasi yang tepat sesuai dengan ketentuan
f. Berikan antibiotic sesuai dengan ketentuan.
Pasien tidak menyebarkan penyakit pada orang lain
a. Kewaspadaan universal khususnya isolasi bahan tubuh
b. Instruksikan orang lain untuk menggunakan kewaspadaan yang tepat, jelaskan
adanya kesalahan konsep tentang pengeluaran virus karena Ajarkan metode
perlindungan anak yang sakit
c. cegah bayi dan semua anak kecil agar tidak menempatkan tangan dan objek
pada area terkontaminasi.
d. Tempatkan pembatasan perilaku dan kontak untuk anak yang sakit mengigit
atau tidak mempunyai control terhadap sekresi tubuh mereka
e. kaji situasi rumah dan implementasikan tindakan perlindungan yang mungkin
di lakukan pada situasi individu
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan
penyakit, diare, perubahan nafsu makan dan kandidiasis oral.
a. Berikan makanan dan kudapan tinggi kalori dan tinggi protein
b. Berikan makanan yang disukai anak
c. Berikan makanan yang kaya dengan suplemen nutrisimisalnya, susu bubuk
atau supleen yang dijual bebes
d. Berikan makanan ketika anak sedang mau makan dengan baik
e. Gunakan kreatifitas untuk mendororng anak untuk makan
f. Pantau berat badan dan pertumbuhan
g. Berikan obat anti jamur
3. Kerusakan interaksi social b. d. pembatasan fisik, hospitalisasi, stigma social
terhadap HIV
a. bantu anak dalam mengidetifikasi kekuatan pribadi
b. didik petugas sekolah dan teman sekelas tentang HIV
c. dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersa anak-anak dan keluarga
yang lai
d. dorong anak untuk mempertahankan hubungn telepon dengan teman-teman
nya selama hospitalisasi
4. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (misalnya ensefalopati, pengobatan)
a. Gunakan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak engatasi nyeri
Untuk bayi dapat dicoba tindakan kenyamanan umum misalnya : mengayun,
menggendong, membuai, menurunkan stimulus lingkungan
b. Gunakan strategi farmakologis
c. Rencanakan jadwal pencegahan bila analgesic efektif dalam mengurangi nyeri
Yang terus menerus
d. Anjurkan pennggunaan premidekasi untuk prosedur yang menimbulkan nyeri
e. Berikan analgesic tambahan
f. Gunakan catatan pengkajian nyeri untuk mengevaluasi efektivitas intervensi
farmakologis dan non farmakologis
E. EVALUASI
a. Anak tidak kontak dengan individu yang terkuinfeksi
b. Anak dan keluarga menjalankan praktik kesehatan yang baik
c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi
d. Orang lain tidak mendapatkan penyakit tecursebut
e. Anak mengkosumsi jumlah nutrsient yang cukup bagi kesehatan tubuh
f. Pasien dapat berpartisipasi danglam kelompok sebaya dan aktivitas keluarga
g. Bukti-bukti nyeri atau peka rangsang yang ditunjukkan anak minimal atau
tidak ada

BAB III

KESIMPULAN

1. HIV (Human Imunodificiency Virus). Human berarti manusia, imunodificiency berarti


penurunan kekebalan tubuh dan virus adalah organisme yang sangat kecil dan tidak
terlihat dengan mata biasa dan masuk ke dalam tubuh manusia sehingga menyebebkan
manusia sakit
2. HIV dapat ditularkan melalui :
a. Hubungan seksual
b. Melalui darah, yaitu :
a. Transvusi darah yang mengandung HIV
b. Tertusuk jarum yang mengandung HIV
c. Terpapar mukosa yang mengandung HIV
c. Transmisi darah dari ibu ke anak
a. Selama kehamilan
b. Saat persalinan
c. Melalui air susu Ibu (ASI)
3. Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :
a. Saat hamil. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital
load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang
efektif untuk menularkan HIV.
b. Saat melahirkan. Penggunaan antiretroviral(Nevirapine) saat persalinan dan bayi
baru dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar
karena terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.
c. Setelah lahir. Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI

DAFTAR PUSTAKA

1. Richardson, Hazel, 2002. Penyakit Mematikan. Erlangga : Jakarta


2. Nettina M, Sandra, 2002. Pedoman Praktik Keperawatan. EGC : Jakarta
3. Mansjoer, Arif dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Aesculapius : Jakarta
4. PDSPDI, 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI : Jakarta
5. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik
6. Brunner, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
7. Nani's Sriwijaya, 2008. Asuhan Keperawatan klien HIV positif.
http://nanikewet.blogspot.com/ diakses 14 maret 2009
8. FNM, 2008. Sehat Group. http://www.sehatgroup.web.id/. Diakses 6 Maret 2009
9. Vietha, 2008. ASKEP Pada Bayi Baru Lahir dengan Infeksi Neunatus HIV/AIDS.
http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS. Diakses 6 maret 2009
10. Dr. Judarwanto, Widodo, 2008. Waspadai HIV Pada Anak.
htpp://www.childrenforclinic.blogspot.com. Diakses 6 Maret 2009
11. Yayasan Spiritia, 2003 Anak dan HIV. http://medicastore.com/index.. Diakses 8
Maret 2009

Vous aimerez peut-être aussi