Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus saat ini bukan hanya menyerang orang dewasa saja, tetapi sudah menyerang anak
anak dan remaja. Ironisnya lagi, diabetes mellitus pada anak sulit dideteksi sejak dini bahkan sejak
bayi sekalipun.
Menurut dokter spesialis anak dari RS Gading Pluit Jakarta Luszy Arijanti, tidak ada tanda tanda
khusus dari bayi yang dapat membuktikan bahwa seorang anak nantinya akan menderita diabetes
mellitus. Biasanya anak akan ketahuan menderita diabetes mellitus pada usia 7 tahun keatas.
Diabetes mellitus pada anak dapat pula menyebabkan kematian dan dapat mengganggu proses
tumbuh kembangnya. Anak yang terkena diabetes mellitus hendaknya menjalani terapi insulin
daripada mengkonsumsi obat obatan. Anak yang menderita diabetes ini juga perlu dijaga pola
makannya dan olahraga secara teratur. Luszy mengakui anak anak memang agak sulit untuk diatur
pola makannya apalagi sekarang ini kehadiran makanan cepat saji sangat digemari oleh anak anak.
Di sinilah perlu peran orang tua, keluarga dan guru dalam membantu anak untuk bisa
memperhatikan pola makan yang baik.
Secara umum di dunia terdapat 15 kasus. 100.000 individu pertahun yang menderita diabetes
mellitus tipe I. Tiga dari 1000 anak akan menderita IDDM pada umur 20 tahun nantinya. Insiden DM
tipe I pada anak anak di dunia tentunya berbeda. Terdapat 61 kasus per 100.000 anak di Cina,
hingga 41 kasus per 100.000 anak di Firlandia. Angka ini sangat bervariasi, terutama tergantung pada
lingkungan tempat tinggal. Ada kecenderungan semakin jauh di khatulistiwa, angka kejadiannya
akan semakin tinggi. Meski belum ditemukan angka kejadian IDDM di Indonesia, namun angkanya
cenderung lebih rendah disbanding di Negara Negara Eropa.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tentang kasus diabetes mellitus di atas maka dirumuskan suatu rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan diabetes
mellitus.
3. Bagaimana menentukan intervensi yang tepat sesuai dengan diagnosa pada pasien dengan
gangguan diabetes mellitus
5. Bagaimana melakukan evaluasi akhir asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
diabetes mellitus.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan keluarga pada Ny. P dengan Diabetes Mellitus
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan keluarga pada Ny. P dengan Diabetes Mellitus
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada Ny. Pdengan Diabetes Mellitus
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada Ny. Pdengan Diabetes Mellitus
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
2. Balion dan Maglaya (1978). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi
satu dengan yang lain, mempunyai peran masing masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya
3. Friedman (1998). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu
sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing masing mempunyai peran sosial :
suami, istri, anak, kakak dan adik
B. Struktur Keluarga
1) Patrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku suku di
Indonesia rata rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
2) Matrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku padang salah
satu suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.
1) Patrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari
pihak suami.
2) Matrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah
dari pihak istri
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya
masing masing
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
a. Struktur peran keluarga : menggambarkan peran masing masing anggota keluarga baik di
dalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat
b. Nilai atau norma keluarga : menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam
keluarga.
c. Pola komunikasi keluarga : menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang
tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam keluarga.
1. Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
b. The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah
c. Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri
d. The childress family : keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada
wanita
e. The extended family (keluarga luas/ besar) : keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah sepertinuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakek nenek),
keponakan, dll
f. The single parent family (keluarga duda/ janda) : keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah
dan ibu) dengan anak, hal ini biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hokum pernikahan)
g. Communter family : kedua orang tuanya bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada
anggota keluarga pada saat akhir pecan (week end)
h. Multigenerational family : keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin network family : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur,
kamar mandi, televise, telepon,dll.
j. Blended family : keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult / living alone / single-adult family : keluarga yang terdiri dari orang dewasa
yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal
mati.
2. Non Tradisional
a. The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah
c. Commune family : beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang
sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/ membesarkan anak bersama
d. The nonmorital heterosexual cohabiting family : keluarga yang hidup bersama berganti ganti
pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families : seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple : orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu
g. Group marriage family : beberapa orang dewasa yang menggunakan alat alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk
sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/ nilai nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family : keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/ saudara dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family : keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental
k. Gang : sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal dalam kehidupannya.
D. Peranan keluarga
1. Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan anak : anak anak melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi biologis
a. Meneruskan keturunan
2. Fungsi psikologis
3. Fungsi sosialisasi
b. Membentuk norma norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
4. Fungsi ekonomi
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan keluarga di masa yang akan datang
(pendidikan, jaminan hari tua)
5. Fungsi pendidikan
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga
melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan
berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan:
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan
keluarga
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa
aman
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus
terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain
dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat
sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan
untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah
bertambah dewasa dan meningkat otonominya
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada
anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau
salah satu pasangan meninggal
a. Mempertahankan kesehatan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau
dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan
melalui perawatan sebagai saran/penyalur. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
masyarakat
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu angota
keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap
berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan
masyarakat.
Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di bidang kesehatan
yaitu :
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan
segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya
dan dana keluarga habis. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada
keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Kurangnya pengetahuan keluarga
tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan TBC.
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara
perawatan pada penyakitnya. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan.
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu
penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena
terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat.
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu anggota
keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah
teratasi.
1. Pendidik
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai.
Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai
disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit
bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada
keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga
asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan
langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan rumah yang
teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga
mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik,
perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar
dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui
sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll).
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
A. Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada Diabetes Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi
terhadap insulin dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin
(Brunner and Suddarth.2001)
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan hiiperglikemia yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan
oleh penurunan sekresi insulin atau aktivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskuler, dan neuropati.
B. Etiologi
Peningkatakan kerentanan sel sel beta dan perkembangan antibody autoimun terhadap
penghancuran sel sel beta.
c. Faktor imunologi
Respon autoimun abnormal yaitu antibody menyerang jaringan normal yang dianggap jaringan asing
a. Obesitas. Obesitas menurukan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh tubuh, insulin
yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatan efek metabolic.
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
a. Penyakit pancreas
b. Penyakit hormonal
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva
D. Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun
2) Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati :
c. Diabetes kehamilan
E. Patofisiologi
Diabetes tipe I. pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena
sel sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa yang tersaring keluar, akibtanya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosaria). Ketika
glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan
dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotic. Sebagai akibat dari dari
kehilangan cairan berlebihan. Pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia)
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukkan glukosa baru dari asam asam amino dan substansi lain). Namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda tanda dan gejala seperti nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan
elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama yang berhubungan insulin yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut.
Terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus
terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel sel beta
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan
cirri khas diabetes mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis
diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol
dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom nonketoik (HHNK)
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan
obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun tahun) dan
progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi,
luka pada kulit yang laa sembuh, infeksi vagina/pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat
tinggi).
F. Pathway
Sumber : http://lpkeperawatan.blogspot.in/2013/11/diabetes-mellitus-a.html#VSfNIf1b-o9
G. Data Penunjang
1. Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200mg/dl, 2 jam setelah
pemberian glukosa
5. Elektrolit : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan semu
selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun
9. Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II)
11. Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, infeksi pernapasan dan infeksi luka
H. Komplikasi
1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia
c. Ketoasidosis Diabetic
2. Komplikasi kronik
b. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vascular perifer,
dan vascular serebral
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta menunjang masalah
seperti impotensi dan ulkus pada kaki
e. Ulkus/gangrene/kaki diabetic
I. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Diet
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita Diabetes Mellitus, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 jam sesudah makan, berarti pula
mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
c. Penyuluhan
d. Obat
2) Insulin
e. Cangkok pancreas
A. Pengkajian
1. Data umum
Data umum keluarga meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan kepala
keluarga, komposisi dan tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi dan aktivitas
rekreasi.
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan
anak tertua dari keluarga ini.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Menjelaskan mengenai tugas yang
belum terpenuhi serta kendala mengapa tugas perkembangan tersbut belum terpenuhi.
d. Riwayat keluarga sebelumnya : Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak suami dan istri.
3. Pengkajian lingkungan
Pengkajian lingkungan meliputi karakteristik rumah, tetangga dan komunitas RW, mobilitas geografis
keluarga, perkumpulan dan interaksi dengan masyarakat dan sistem pendukung keluarga.
4. Struktur keluarga
Struktur keluarga meliputi pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran dan
nilai atau norma keluarga.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi efektif: Bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi : Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
d. Fungsi reproduksi : Hal yang perlu dikaji adalah berapa jumlah anak, metode apa yang
digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anak.
e. Fungsi ekonomi : Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan,
serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada untuk peningkatan status kesehatan
keluarga.
Stress dan kopping keluarga meliputi stressor jangka pendek dan panjang, kemampuan keluarga
berespon terhadap stressor, strategi koping yang digunakan dan strategi adaptasi disfungsional.
7. Pemeriksaan fisik
1. Resiko cedera
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kali kunjungan, diharapkan
keluarga dapat mengetahui tentang resiko cedera pada Diabetes Mellitus
Tujuan khusus :
Intervensi :
b. Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan pada keluarga mengenai resiko cedera
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kali kunjungan, diharapkan resiko
komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control
Tujuan khusus :
Intervensi :
b. Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes mellitus dan
perawatan pada diabetes mellitus
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kali kunjungan, diharapkan risiko
komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control
Tujuan khusus :
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan keluarga tentang diit dan senam kaki diabetes mellitus.
b. Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan kepada keluarga mengenai diit dan senam kaki
diabetes mellitus.
c. Diskusikan bersama keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus.
d. Motivasi keluarga untuk menjalankan diit dan senam kaki diabetes mellitus.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dari pengkajian ditemukan data umum nama Kepala Keluarga adalah Ny.P yang berumur 67 tahun,
pendidikan terakhir tidak tamat Sekolah Dasar (SD) dan bekerja sebagai petani, sedangkan nama
anaknya adalah Sdr. S yang berumur 27 tahun dan belum bekerja. Ny. P tinggal serumah dengan
anaknya yaitu di RT 04 RW II Desa Karang Rena. Ny. P merupakan anak pertama dari empat
bersaudara sedangkan almarhum Tn. Y anak pertama dari sepuluh bersaudara. Almarhum Tn. Y dan
Ny. P menikah dan mempunyai 15 anak yaitu 6 anak perempuan, 9 anak laki laki. Namun 4 anak
laki lakinya telah meninggal dunia. Anak dari Ny. P yang masing masing sudah berkeluarga dan
mempunyai rumah sendiri dan hanya tinggal Sdr. S yang masih tinggal dirumah serta belum memiliki
keluarga sendiri.
Tipe keluarga Ny. P adalah keluarga dengan lansia dan Single parent, karena dalam keluarga terdapat
seseorang yang sudah lansia dan Ny. P yang sudah ditinggalkan suaminya karena meninggal dunia
empat tahun yang lalu. Keluarga Ny. P bersuku jawa dan mengggunakan bahasa jawa serta bahasa
indonesia untuk berkomunikasi sehari hari. Semua anggota keluarga Ny. Padalah islam. Ny. P
bekerja sebagai petani dan pendapatan perbulan yang didapatkan keluarga Ny. P adalah < 1 juta.
Setiap hari keluarga Ny.P untuk memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan hiburan biasanya menonton
TV.
Keluarga Ny.P terdiri dari Ny. P yang berusia 67 tahun dan Sdr. S yang berusia 27 tahun. Maka
keluarga Ny. P berada pada tahap perkembangan keluarga dengan usia lanjut ( Lansia ). Secara
umum tidak ada masalah dalam tahap pekembangan keluarga saat ini. Ny. P mempunyai riwayat
penyakit diabetes mellitus sejak tahun 2003 dan memiliki riwayat penyakit hipertensi, Ny. P pernah
berobat jalan di RS, di praktikan dokter spesialis serta berobat diklinik klinik terdekat hasil
pemeriksaan rutin gula darah didapatkan hasil GDP 117gr/dl pada bulan desember tahun 2014 dan
tampak kaki kanan Ny P bengkak dan kaku jika digerakkan. Apabila anggota keluarga ada yang sakit
segera berobat ke klinik atau perugas kesehatan. Orang tua Ny. P mempunyai riwayat penyakit
diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu juga tidak mempunyai penyakit menular misal TBC,
Hepatitis, Jantung, Asma, dll.
C. Pengkajian Lingkungan
Tipe rumah permanen dengan komposisi 1 ruang tamu, 5 kamar tidur, 2 kamar mandi, memiliki 19
jendela dan lantainya keramik.
Lingkungan bersih dan tempat tinggal Ny. P berdekatan dengan rumah tetangga dan tetangga yang
disekitar rumah ramah ramah. Penduduk setempat mempunyai kesepakatan apabila ada tamu
yang menginap harus lapor pada Rt, Rw atau pengurus desa setempat dan apabila ada warga baru
juga harus melapor. Komunikasi dengan tetangga sekitar rumah tidak ada masalah. Keluarga Ny.
P adalah orang asli karangrena dan tinggal diwilayah tersebut sejak menikah sampai sekarang dan
tidak pernah berpindah tempat. Setiap harinya keluarga Ny. P selalu menyisihkan waktu untuk
berkumpul. Keluarga Ny. P berinteraksi dengan baik dengan masyarakat sekitar.
Anggota keluarga Ny. P saling menyayangi satu sama lain. Keluarga Ny. Pmemiliki fasilitas kesehatan
meliputi sarana MCK, tempat tidur yang nyaman, sumber air yang bersih dan motor sebagai sarana
pengantar ketempat pelayanan kesehatan, dukungan psikologi dan spiritual keluarga terjalin dengan
baik.
D. Struktur Keluarga
Untuk berkomunikasi antar keluarga dan masyarakat, keluarga Ny. Pmenggunakan bahasa jawa. Ny.
P selalu memberi nasehat kepada anak anaknya tentang bagaimana cara berperilaku yang baik,
sopan santun, tata krama, cara menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.
Ny. P sebagai kepala keluarga, pengambil keputusan dan penasehat bagi keluarganya.
Ny. P
Peran informal : Sebagai kepala keluarga, Ibu Rumah Tangga dan penasehat.
Sdr. S
Nilai dan norma keluarga adalah apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, maka anggota
keluarga lainnya segera memberi pertolongan pertama. Jika tidak kunjung sembuh dibawa ketempat
pelayanan kesehatan seperti praktek medis, puskesmas atau RS. Keluarga Ny. P menerapkan aturan
sesuai ajaran islam dan menerapkan hidup bersih.
E. Fungsi Keluarga
Anggota keluarga yang tinggal dalam rumah itu saling mendukung, saling menyayangi, mencintai dan
memiliki. Setiap permasalahan dibicarakan bersama sama dan terkadang melibatkan anak
anaknya. Anak Ny. P diajarkan untuk dapat menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya.
Interaksi antar anggota keluarga terjalin dengan baik. Semua anggota keluarga memiliki kesadaran
arti pentingnya disiplin dalam melakukan fungsi dan tugasnya masing masing. Semua perilaku
anggota keluarga sesuai dengan norma dan budaya yang ada.
Keluarga mengetahui tentang masalah kesehatan, khususnya pada penyakit diabetes mellitus tetapi
mengenai tanda gejala, penyebab dan cara merawat anggota keluarga yang sakit belum begitu
mengerti.
2) Keluarga berusaha agar penyakitnya tidak kambuh dan agar tidak lebih parah.
4) Keluarga kurang medapat informasi terhadap segala tindakan untuk mengatasi masalah
kesehatan dalam keluarga.
2) Pengetahuan keluarga tentang makanan yang baik di konsumsi pada penderita diabetes
mellitus terbatas.
3) Jika ada keluarga yang sakit, keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada tenaga kesehatan
dan tetap berusaha untuk merawatnya secara optimal.
4) Keluarga memberikan perhatian dan support yang penuh agar dapat membantu proses
penyembuhan.
1) Keluarga menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dapat mencegah
penyebaran berbagai macam jenis penyakit.
2) Keluarga, khususnya kepala keluarga mampu mengarahkan kepada setiap anggota keluarga
untuk senantiasa menjaga kesehatan karena dengan menjaga kesehatan kita akan mampu
mencegah segala macam penyakit.
Keluarga mengetahui dengan jelas tentang segala fasilitas fasilitas kesehatan yang ada
disekitarnya. Selain itu mereka juga mengetahui keuntungan keuntungan yang didapat dari fasilitas
yang ada karena mereka sangat mempercayai tenaga kesehatan yang bertugas dibuktikan bahwa
bila ada anggota keluarga yang sakit pasti langsung dibawa ketenaga kesehatan.
Ny. P dan mempunyai 15 orang anak, yaitu 6 perempuan dan laki laki . Ny. P sudah menopause dan
tidak KB.
Keluarga Ny. P mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dari pendapatan yang
diterima perbulannya dari gaji pensiunan suaminya yang telah meninggal. Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar rumahnya.
Keluarga mengetahui masalah keluarga. Keluarga hanya mengerti sedikit tentang kesehatan pada
anggota keluarganya. Tapi keluarga tetap berusaha agar penyakitnya tidak semakin parah.
Pengetahuan keluarga Ny. P tentang penyakit terbatas. Jika ada keluarga yang sakit, keluarga
menyerahkan sepenuhnya kepada tenaga kesehatan dan tetap berusaha untuk merawatnya secara
optimal. Keluarga Ny. P menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dapat
mencegah penyebaran berbagai macam penyakit. Keluarga Ny. Pmengetahui dengan jelas tentang
segala fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya.
a. Stressor jangka pendek : Keluarga khawatir dengan Ny. P yang masih sakit diabetes mellitus .
Ny. P memberikan respon stressor yang ada dengan berdiskusi dengan anak anaknya, berpasrah
kepada tuhan YME. Setiap ada masalah keluarga selalu mendiskusikan dengan anggota keluarga
lainnya untuk mencari solusi terbaik. Setiap kali keluarga menghadapi masalah selalu diselasaikan
dengan berunding serta tidak pernah mengkambing hitamkan salah satu anggota keluarga setiap kali
ada masalahyang melanda keluarga mereka.
H. Pemeriksaan Fisik
Jantung Jantung
I. Harapan Keluarga
Keluarga Ny. P berpendapat bahwa masalah masalah yang ada harus segera dapat diatasi. Keluarga
Ny. P berharap masalah masalah yang ada dapat diatasi dan akan berjalan dengan lancar, terutama
penyakit diabetes mellitus yang diderita Ny. P dapat di control dengan pola makan dan olahraga.
J. Analisa Data
1. Ds : Ketidakmampuan Resiko
keluarga terjadinya
- Keluarga Ny. P mengatakan tidak mengenal komplikasi
paham tentang komplikasi penyakit masalah pada diabetes
diabetes mellitus. komplikasi mellitus
Do : diabetes mellitus
2. Ds : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
keluarga pemeliharaan
- Keluarga Ny. P mengatakan tidak merawat anggota keluarga pada
tahu tentang cara membuat obat keluarga dengan keluarga
tradisional Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus
- Keluarga Ny. P mengatakan tidak tahu
tentang makanan apa saja yang yang harus
dihindari.
2. Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Ny. P khususnya Ny. P sendiri b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.
- Cukup
Jumlah 3
2. Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Ny. P khususnya Ny. P sendiri b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan diabetes mellitus.
- Cukup
Jumlah
2. Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Ny. P khususnya Ny. P sendiri b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.
M. Intervensi
Nama anggota keluaraga yang sakit : Ny . P
Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus pada Ny. P berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah pada komplikasi diabetes mellitus Tujuan :
Tujuan Umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan, diharapkan
resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control.
Tujuan Khusus :
Intervensi :
2. Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes mellitus dan
perawatan pada diabetes mellitus
Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Ny. P khususnya Ny. Psendiri b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengandiabetes mellitus.
Tujuan :
Tujuan Umum :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali kunjungan, diaharapkan keluarga dapat
melakukan perawatan diabetes mellitus untuk mencegah kembalinnya gula darah naik kembali.
Tujuan Khusus :
Intervensi Keperawatan
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat dan makanan yang tidak boleh dimakan pada
penyakit diabetes mellitus.
2. Berikan penyuluhan kesehatan tentang cara merawat dan makanan yang tidak boleh dimakan
pada diabetes mellitus.
N. Implementasi
09:00 WIB
Respon :
09.30 WIB
2. Memberikan penkes kepada keluarga Ny. P tentang penyakit diabetes meliputi pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan penanganan diabetes mellitus.
Respon :
DS : keluarga mengatakan sudah mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan dan penanganan diabetes mellitus.
DO : keluarga tampak memperhatikan saat diberikan penkes, kontak mata ada, keluarga kooperatif,
dan mau bertanya.
10:00 WIB
Respon :
Respon :
DS : Keluarga mengatakan sekarang sudah lebih hafal gerakan senam kaki diabetes mellitus
09.15 WIB
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat dan makanan yang harus dihindari
pada penyakit diabetes mellitus
Respon :
DS : keluarga mengatakan tidak mengerti tentang makanan yang harus dihindari pada penyakit
diabetes mellitus.
09.45 WIB
2. Memberi penkes tentang makanan yang harus dihindari pada penyakit diabetes mellitus.
Respon :
DS : keluarga mengatakan sekarang sudah mengerti tentang makanan yang harus dihindari pada
penyakit diabetes mellitus.
DO : keluarga memperhatikan saat diberikan penkes, kontak mata ada, keluarga kooperatif dan mau
bertanya.
10.00 WIB
3. Mendemostrasikan kepada keluarga tentang cara membuat obat tradisional diabetes mellitus.
Respon :
DS : keluarga mengatakan sekarang sudah mengerti tentang obat tradisional diabetes mellitus.
O. Evaluasi
O: Keluarga Ny. P sudah tidak bingung saat ditanya dan mampu menjelaskan tentang penyakit
diabetes mellitus
P : Hentikan intervensi
Diagnosa Keperawatan 2 :
S : Keluarga Ny. P mengatakan sudah mengerti tentang makanan yang harus dihindari pada penyakit
diabetes mellitus.
O : Keluarga Ny. P bisa menjelaskan tentang makanan yang harus dihindari pada penyakit diabetes
mellitus.
P : Hentikan intervensi.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Dalam bab ini penulis menguraikan kesenjangan antara data yang ditemukan dalam kasus
dibandingkan dengan teori atau konsep dasar untuk mendapatkan data dari pasien. Penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah Tanya jawab atau menanyakan yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi pasien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Selama melakukan
wawancara penulis sedikit menemui kesulitan, karena tidak semua apa yang dikatakan pasien adalah
benar, penulis harus mencocokan data pasien dengan data status klien dan mahasiswa praktek serta
keluarga pasien untuk mendapatkan data yang akurat.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan masalah kesehatan
pasien.Penulis menggunakan pemeriksaan head to toe.Dalam melakukan pemeriksaan fisik penulis
tidak mengalami kesulitan, karena klien bersikap kooperatif.
c. Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan keperawatan.Dalam melaksanakan observasi penulis tidak menemukan hambatan
yang berarti karena klien bersikap kooperatif.
d. Studi keperawatan
Studi keperawatan adalah menggunakan atau membawa literature yang berhubungan dengan
masalah klien. Penulis memanfaatkan perpustakaan akper serulingmas yang lengkap. Dan penulis
tidak mengalami kesulitan tantang buku-buku yang berkaitan dengan keperawatan keluarga dengan
diabetes mellitus.
e. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,
transkrip, buku dan sebagainya. Sebagai data penunjang pada proses ini penulis tidak terlalu
menemukan kesulitan, apabila penulis menemui kesulitan penulis mengkonsultasikan dengan dosen
dosen pembimbing.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan data fokus sebagai berikut: Ny. P mengatakan
belum mengetahui tentang komplikasi pada penyakit diabetes mellitus dengan data yang dapat
dilihat secara langsung kaki Ny. P bengkak dan sedikit kaku serta Ny. P tampak bingung kenapa
kakinya bisa bengkak seperti ini.. Menunjukan bahwa Ny. P mengalami diabetes mellitus
3. Data Fokus
Pernyataan pasien secara verbal bahwa Ny. P mengatakan belum mengetahui tentang komplikasi
pada penyakit diabetes mellitus dengan data yang dapat dilihat secara langsung kaki Ny. P bengkak
dan sedikit kaku serta Ny. P tampak bingung kenapa kakinya bisa bengkak seperti ini.
Dalam melakukan pengkajian, penulis menemui berbagai faktor yang mendukung dan faktor yang
menghambat. Faktor yang mendukung diantaranya klien bersikap kooperatif, dan bersikap terbuka
bersedia mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialaminya. Sedangkan faktor penghambatnya
adalah bahasa yang digunakan menggunakan bahasa jawa yang agak sulit dimengerti oleh penulis.
a. Resiko cedera berhubungan dengan resiko jatuh pada penderita diabetes mellitus.
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kali kunjungan, diharapkan
keluarga dapat mengetahui tentang resiko cedera pada Diabetes Mellitus. Sedangkan Tujuan khusus
: Mengetahui tentang resiko cedera dan mengetahui cara menghindari resiko cedera pada penderita
diabetes mellitus. Intervensi keperawatan: Kaji aktivitas keluarga yang menyebabkan resiko cedera,
Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan pada keluarga mengenai resiko cedera, dan
Diskusikaan bersama keluarga mengenai aktivitas untuk mencegah resiko cedera
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan, diharapkan
resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus : mengetahui tentang
komplikasi penyakit diabetes mellitus dan mengetahui tanda dan gejala terjadinya komplikasi
diabetes mellitus. Intervensi keperawatan : Kaji komplikasi diabetes mellitus yang ada, Berikan
informasi atau penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes mellitus dan perawatan pada
diabetes mellitus, Evaluasi cara cara perawatan yang baik dan Libatkan keluarga terdekat untuk
memberikan support.
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan, diharapkan
risiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus : Memahami diit diabetes
mellitus dan Mengetahui makanan yang boleh dikonsumsi. Intervensi keperawatan : Kaji
pengetahuan keluarga tentang diit dan senam kaki diabetes mellitus, Berikan informasi atau
penyuluhan kesehatan kepada keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus, Diskusikan
bersama keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus dan motivasi keluarga untuk
menjalankan diit dan senam kaki diabetes mellitus
2. Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus nyata tetapi ada di konsep teori
a. Resiko cedera berhubungan dengan resiko jatuh pada penderita diabetes mellitus
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kali kunjungan, diharapkan
keluarga dapat mengetahui tentang resiko cedera pada Diabetes Mellitus. Sedangkan Tujuan khusus
: Mengetahui tentang resiko cedera dan mengetahui cara menghindari resiko cedera pada penderita
diabetes mellitus. Intervensi keperawatan: Kaji aktivitas keluarga yang menyebabkan resiko cedera,
Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan pada keluarga mengenai resiko cedera, dan
Diskusikaan bersama keluarga mengenai aktivitas untuk mencegah resiko cedera
C. Perencanaan
Untuk menentukan rencana keperawatan yang akan disusun penulis berpedoman pada teori yang
ada.
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan, diharapkan
resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus : mengetahui tentang
komplikasi penyakit diabetes mellitus dan mengetahui tanda dan gejala terjadinya komplikasi
diabetes mellitus. Intervensi keperawatan : Kaji komplikasi diabetes mellitus yang ada, Berikan
informasi atau penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes mellitus dan perawatan pada
diabetes mellitus, Evaluasi cara cara perawatan yang baik dan Libatkan keluarga terdekat untuk
memberikan support.
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan, diharapkan
risiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus : Memahami diit diabetes
mellitus dan Mengetahui makanan yang boleh dikonsumsi. Intervensi keperawatan : Kaji
pengetahuan keluarga tentang diit dan senam kaki diabetes mellitus, Berikan informasi atau
penyuluhan kesehatan kepada keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus, Diskusikan
bersama keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus dan motivasi keluarga untuk
menjalankan diit dan senam kaki diabetes mellitus.
D. Tindakan Keperawatan
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan penulis selalu berkomunikasi dengan perawat sebagai
rekan kerja penulis.Penulis maksudkan agar tidak terjadi kesalahan tindakan, karena bagaimanapun
juga kerjasama merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien. Selain dengan perawat penulis juga bekerjasama dengan teman sejawat. Tetapi hal ini tidak
menjadi penghambat bagi penulis untuk memberikan tindakan terbaik bagi klien, yang penting
adalah prinsip tindakan yang harus dilakukan tetap dilakukan dengan benar.
Jika dicermati terdapat faktor penghambat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap klien
selama di rumah, diantaranya adalah hanya ada satu anggota keluarga yaitu anaknya yang merawat
klien. Sedangkan faktor yang mendukung dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien
diantaranya adalah anjuran yang diberikan, SDM yang cukup tinggi dari penulis dan mahasiswa
praktik selaku asisten penulis menjamin tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
harapan, dan system manajemen yang baik.
E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali pertemuan penulis menemukan kemajuan-
kemajuan yang dialami klien. Artinya tindakan yang diberikan berefek positif terhadap pasien sesuai
dengan tujuan umum dan tujuan khusus yang diharapkan. Untuk diagnosa resiko terjadinya
komplikasi dapat di control dengan data obyektif Ny. P memahami dan bisa menjelaskan resiko
terjadinya komplikasi pada diabetes mellitus dan Ny. P sudah bisa melakukan senam kaki diabetes
mellitus yang dapat memperlancar aliran darah di kakinya yang bengkak.
Sedangkan untuk diagnosa Ketidakefektifan pemeliharan keluarga teratasi dengan data obyektif Ny.
P sudah bisa mengurangi makanan makanan yang dapat menaikan gula darah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pengkajian didapatkan data subyektif klien mengatakan dirinya sudah menderita penyakit DM
sudah 12 tahun, dan Ny. P tidak mengetahui tentang DM, komplikasi serta penangananya. Diagnosa
yang muncul pada kasus diatas yaitu kelaurga Ny. P. Resiko terjadinya komplikasi dengan tujuan
umum yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan, diharapkan resiko
komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus : mengetahui tentang komplikasi
penyakit diabetes mellitus dan mengetahui tanda dan gejala terjadinya komplikasi diabetes mellitus.
Intervensi keperawatan : Kaji komplikasi diabetes mellitus yang ada, Berikan informasi atau
penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes mellitus dan perawatan pada diabetes mellitus,
Evaluasi cara cara perawatan yang baik dan Libatkan keluarga terdekat untuk memberikan
support.
Sedangkan diagnosa kedua muncul Ketidakefektifan pemeliharan keluarga dengan tujuan umum :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan, diharapkan risiko komplikasi
diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan khusus : Memahami diit diabetes mellitus dan
Mengetahui makanan yang boleh dikonsumsi. Intervensi keperawatan : Kaji pengetahuan keluarga
tentang diit dan senam kaki diabetes mellitus, Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan kepada
keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus, Diskusikan bersama keluarga mengenai diit
dan senam kaki diabetes mellitus dan motivasi keluarga untuk menjalankan diit dan senam kaki
diabetes mellitus.
Implementasi yang dilakukan pasien yaitu mengkai pengetahuan keluarga tentang penyakit DM,
mengkaji pengobatan yang sudah dilakukan oleh Ny. P untuk mengurangi DM, mengkaji pola makan
Ny. P, melakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit DM, mengajarkan pada Ny. P cara
pengobatan dengan daun salam dan mengajarkan senam kaki diabetes mellitus.
Evaluasi akhir didapatkan Ny. P mengatakan sudah paham tentang diabetes mellitus dan sekarang
menjadi tau cara pengobatan diabetes mellitus dengan menggunakan daun salam dan senam kaki
diabetes mellitus
B. Saran
a. umumnya masyarakat mampu menjaga kesehatan diri keluarga dan lingkungan sehingga
meminimalkan terjadinya masalah kesehatan yang dapat mengganggu kehidupan
b. masyarakat hendaknya lebih aktif dalam kegiatan sosial yang ada di desa tersebut.
c. Setiap keluarga supaya lebih mampu meningkatkan derajat kesehatan dalam keluarganya
dengan cara memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungannya seperti puskesmas dan
tempat pelayanan kesehatan lainnya
d. Keluarga bisa melakukan perawatan kesehatan minimal setiap bulan sehingga kemungkinan
masalah kesehatan bisa dicegah.
b. Sebagai mahasiswa harus selalu menambah pengetahuan atau informasi yang didapat di
Praktek Keperawatan Komunitas dan Keperawatan Keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Andra dan Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2 (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Nuha
Medika
Brunner and suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Carpenito Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Editor edisi Bahasa Indonesia.
Monica Estar. Edisi 8. Jakarta : EGC
Corwin Elizabeth. 2009. Buku Saku Pathofisiologi Edisi 3 alih bahasa Nike Budi Subekti. EGC. Jakarta
Friedman M. M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek Edisi 3. Jakarta : EGC
http://lpkeperawatan.blogspot.in/2013/11/diabetes-mellitus-a.html#VSfNIf1b-o9dikutip tanggal 13
april 2015 pukul 15:45WIB
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3 jilid 1. Media Aesculapsi FKUI. Jakarta
Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam, 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Edisi I. Jakarta : Salemba
Media