Vous êtes sur la page 1sur 43

DISUSUN OLEH:

Nur Lathifah
(IIIA KEPERAWATAN)

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN


TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Sistem Respirasi II.
Dalam makalah ini kami membahas tentang Askep Pneumonia.
Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta motivasi
dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah dan
terima kasih kepada:
1. Bapak Budi Utomo,Amd,Kep,M,Kes, selaku ketua Stikes Muhammadiyah
Lamongan.
2. Ibu Ilkafah, M.Kep, sebagai dosen pembimbing.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka
diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak. Penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca
khususnya.
Lamongan, September 2011

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang . 1
1.2 . Rumusan Masalah ... 1
1.3 . Tujuan Penulisan . 1
1.4. Metode Penulisan 2
1.5. Sistematika Penulisan . 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pneumonia ......... 3
2.2. Klasifikasi Pneumonia............................................................... 4
2.3. Etiologi Pneumonia............... 4
2.4. Tanda dan Gejala Pneumonia................................................................ 5
2.5. Manifestasi klinis Pneumonia.................... 6
2.6. Patofisiologi Pneumonia .............................. 7
2.7. Pemeriksaan Penunjang. 7
2.8. Penatalaksanaan Pneumonia ............................................................ 8
2.9. Pengkajian Pneumonia 9
2.10.Analisa Data dan Diagnosa.. 11
2.11.Rencana Keperawatan.. 14
2.12. Implementasi dan Evaluasi.. 19
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1. Asuhan keperawatan pada Ny. L pada kasus pneumoni . 22
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan 37
4.2. Saran ................................................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi masalah
kesehatan di Negara berkembang maupun negara maju. Menurut survey
kesehatan rumah tangga tahun 2002, penyakit saluran nafas merupakan
penyebab kematian nomor 2 di Indonesia. Data dari SEAMIC Health Statistic
2001 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6
di Indonesia.
Ada berbagai faktor resiko yang meningkatkan kejadian beratnya penyakit dan
kematian karena pneumonia. Yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk resiko
besar), polusi udara dan tingginya prevalensi kolonisasi bakteri pathogen
nasofaring.
Selain itu orang yang mudah terkena pneumonia yaitu peminum alcohol,
perokok, diabetes mellitus, penderita gagal jantung, PPOK, Gangguan system
kekebalan.
Untuk mencegah efek samping dan resiko lain yang timbul karena penggunaan
obat maka harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien untuk lebih lengkapnya
akan dibahas pada bab selanjutnya .
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian dari pneumonia?
1.2.2. Apa saja penyebab dari pneumonia?
1.2.3. Apa saja tanda dan gejala pneumonia?
1.2.4. Bagaimana cara pengobatan penyakit pneumonia?
1.2.5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Penyakit Pneumonia?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
Dapat membuat asuhan keperawatan terkait dengan penyakit Pneumonia.
2. Tujuan Khusus:
a) Mengetahui apa yang dimaksud dengan pneumonia.
b) Mengetahui penyebab dari pneumonia.
c) Mengetahui tanda dan gejala pneumonia.
d) Mengetahui cara pengobatan penyakit pneumonia.
1.4. Metode penulisan
Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai referensi
melalui buku referensi dan internet.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari makalah ini adalah Bab 1 Pendahuluan, terdiri dari :
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan. Bab 2 Pembahasan, dan Bab 3 Penutup.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pneumonia


Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal
dari suatu infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran
gas setempat. (Zul, 2001)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau
alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan
bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak
karena paru-paru meradang secara mendadak.Penumonia adalah inflasi
parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli.
Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya
kondisi yang mengganggu tahanan saluran.
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus
(alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi
"inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia
dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai
akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum
alkohol.
2.2. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan
opasitas lobus atau lobularis.
b) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat
dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2. Berdasarkan faktor lingkungan :
a) Pneumonia komunitas
b) Pneumonia nosokomial
c) Pneumonia rekurens
d) Pneumonia aspirasi
e) Pneumonia pada gangguan imun
f) Pneumonia hipostatik
3. Berdasarkan sindrom klinis :
a) Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang
terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan
pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu
perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
b) Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
2.3. Etiologi Pneumonia
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
Adapun contoh virusnya adalah virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus,
rhinovirus, sitomegalovirus, Rubeola, Varisella, Micoplasma, Pneumococcus,
Streptococcus dan Staphilococcus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
5. Aspirasi
Biasanya disebabkan oleh makanan, cairan dan muntah.
6. Inhalasi
Disebabkan oleh racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
2.4. Tanda dan Gejala
1. Sesak nafas
2. Batuk nonproduktif
3. Ingus (nasal discharge)
4. Suara nafas lemah
5. Retraksi intercostae
6. Penggunaan otot bantu nafas
7. Demam
8. Ronchi
9. Cyanosis
10. Leukositosis
2.5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari pneumonia adalah antara lain:
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1. Nyeri pleuritik
2. Nafas dangkal dan mendengkur
3. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1. Mengecil, kemudian menjadi hilang
2. Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
5. Diaforesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif
9. Gelisah
10. Cyanosis
11. Pernafasan cuping hidung

2.6. Patofisiologi Pneumonia


2.7. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
2. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi,
tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab.
4. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
5. LED : meningkat
6. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun,
hipoksemia.
7. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : mungkin meningkat
9. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV) (Doenges, 1999).
2.8. Penatalaksanaan Pneumonia
1. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman
penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap
antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila
berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal
akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik
tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
2. Pengobatan Umum
1. Terapi Oksigen
2. Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara parenteral

3. Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk
menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.
2.9. Pengkajian pada Pneumonia
2.9.1. Pengertian Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
2.9.2. Pengkajian Riwayat Kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan merupakan langkah pertama dalam proses
keperawatan yang mana dalam proses ini bertujuan untuk pengumpulan data
tentang tingkat kesejahteraan klien, riwayat kesehatan klien, riwayat kesehatan
keluarga dan pola pemeliharaan kesehatan yang mana dikumpulkan selama
wawancara. Pengkajian riwayat kesehatan meliputi:
a) Data Biografi
a) Nama
b) Usia
c) Jenis kelamin
d) Agama
e) Alamat
f) Penanggung jawab
g) Tanggal masuk RS
h) Tanggal pengkajian
b) Riwayat penyakit sekarang
1. Keluhan utama
Klien sering batuk
2. Keluhan penyakit sekarang
Klien sesak nafas
Klien nyeri dada
Klien tampak kelelahan dan letih
c) Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama
atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya
sebelumnya pasien pernah mengalami infeksi pada saluran nafas.
d) Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada atau tidak yang mengalami
penyakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang diderita
saat ini.
e) Pola pemeliharaan kesehatan
Merupakan pola kesehatan yang sering dilakukan misalnya :
1. Kebiasaan minum alkohol
2. Kebiasaan merokok
3. Menggunakan obat-obatan
4. Aktifitas atau olahraga
5. Stress
f) Riwayat psikologi dan spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak
penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien,
mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya dan
sistem nilai kepercayaan pasien.
2.9.3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan semua bagian tubuh dengan
menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik
dilakukan setelah riwayat keperawatan dilakukan sehingga data historis tersebut
dapat diperkuat. Setelah itu data baru dikumpulkan selama pemeriksaan. Adapun
pemeriksaan fisik pada pneumonia adalah:
1. Sistem Integumen
Kulit pucat, cyanosis, banyak keringat, suhu kulit meningkat, kemerahan.
2. Sistem Pulmonal
Pernafasan cuping hidung, batuk produktif atau non produktif, sputum banyak,
penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.
3. Sistem Cardiovaskuler
Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokonstriksi, kualitas darah
menurun.
4. Sistem Neurosensori
GCS menurun, refleks menurun atau normal, letargi.
5. Sistem Musculoskeletal
Tonus otot menurun, nyeri otot, retraksi paru dan penggunaan otot aksesori
pernafasan.
6. Sistem genitourinaria
Produksi urin menurun atau normal.
7. Sistem digestif
Konsistensi feses normal atau diare.

2.10. Analisa Data dan Diagnosa


2.10.1. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Pasien mengatakan sesak nafas
DO : RR > 20x/mnt
Terjadi sianosis
Terjadi dyspneu
Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru
Inflamasi

Produksi mucus berlebih

Bersihan jalan nafas tidak efektif


2 DS : Pasien mengatakan pusing, lelah,
DO : AGD Tidak normal (PO2 : < 80-95 mmHg
PCO2 : > 35-45 mmHg
HCOO-3 : <21-26 mmHg
PH : <7,35- 7,45 SO2 : <90-100 mmHg) Bronkopasme

Hipoventilasi

Suplai O2 kurang
Gangguan pertukaran Gas
3 DS : Pasien mengatakan sakit pada dadanya
DO : raut muka meringis kesakitan
Skala nyeri 6 Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Inflamasi paru
Nyeri
4 DS : Pasien mengatakan tidak nafsu makan
DO : BB turun Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Batuk
Aspirasi

anoreksia
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
5 DS : pasien mengatakan cepat capek ketika beraktivitas
DO : 5 5
5 5 Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Bronkopasme

Hipoventilasi

Suplai O2 kurang

Sesak nafas Resiko gangguan intoleransi aktifitas

2.10.2. Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan produksi mucus
berlebih.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 kurang.
3. Nyeri berhubungan dengan Imflamasi paru.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anaroksia.
5. Resiko gangguan intoleransi aktifitas berhubungna dengan sesak nafas.

2.11. Rencana Keperawatan


NO NO. DX TUJUAN dan KH INTERVENSI RASIONAL
1 1 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam jalan
nafas kembali bersih dengan
KH :
- Tidak ada cyanosis
- Tidak ada dyspnea
- RR normal (12-20x/menit) 1. Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan
gerakan dada.

2. Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi
nafas.
3. Biarkan teknik batuk efektif.

4. Penghisapan sesuai indikasi.

5. Berikan cairan sedikitnya.

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik,


eks.
1. Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering
terjadi
karena ketidaknyamanan.
2. Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
3. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk
mempertahankan
jalan nafas paten.
4. Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor
yang
tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
5. Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret.
6. Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik
diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi
harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.
2 2 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
pertukaran gas paten dan adekuat dengan
KH :
AGD normal (PO2 : 80-95 mmHg
PCO2 : 35-45 mmHg
HCOO-3 :21-26 mmHg
- PH : 7,35- 7,45 SO2 : 90-100 mmHg) 1. Kaji frekuensi/kedalaman dan
kemudahan bernafas.

2. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis
perifer (kuku)
atau sianosis sentral.
3. Kaji status mental.

4. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan
batuk efektif.

5. Kolaborasi, berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong
master, master venturi.

1. Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat


keterlibatan
paru dan status kesehatan umum.
2. Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap
demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit
sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
3. Gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan
hipoksia
atau penurunan oksigen serebral.
4. Tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
5. Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode
yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernafasan.
3 3 Tujuan : stelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam nyeri
hilang dan terkontrol dengan
KH :
- Wajah tidak meringis kesakitan
- Skala nyeri 1-3 1. Tentukan karakteristik nyeri, misal kejang, konstan
ditusuk.

2. Pantau tanda vital

3. Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik


tenang /
berbincangan.

4. Atur dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.

5. Kolaborasi
Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
1. Nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga
dapat
timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
2. Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila
alasan
lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
3. Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
4. Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat
keefektifan
upaya batuk.
5. Obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau
menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.
4 4 Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 2x24 jam nutrisi
terpenuhi dengan
KH :
- Nafsu makan pasien bertambah
- BB naik 1. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya:
sputum, banyak nyeri.
2. Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
3. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
4. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
1. Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.

2. Menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini.


3. Tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin
lambat
untuk kembali.

4. Adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi,


rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.
5 5 Tujuan :setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pasien dapat beraktifitas seperti biasa dengan
KH :
- Tidak cepat lelah ketika beraktifitas
- 5 5
5 5
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.

2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.
3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
4. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

1. Merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan


interan.
2. Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

3. Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.


4. Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan
oksigen.

2.12. Implementasi dan Evaluasi


NO NO.DX IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
1 1 1. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
2. Mengauskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan
bunyi nafas.
3. Membiarkan teknik batuk efektif.
4. Penghisapan sesuai indikasi.
5. Memberikan cairan sedikitnya.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik,
eks. S : Pasien mengatakan tidak sesak nafas.
O : RR Normal (12-20x/menit)
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada dyspneu
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 2 1. Mengkaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas.
2. Mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya
sianosis perifer (kuku)
atau sianosis sentral.
3. Mengkaji status mental.
4. Meninggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan
batuk efektif.
5. Kolaborasi, berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong
master, master venturi.
S : pasien mengatakan tidak pusing dan lelah.
O : AGD Normal
AGD normal (PO2 : 80-95 mmHg
PCO2 : 35-45 mmHg
HCOO-3 :21-26 mmHg
PH : 7,35- 7,45 SO2 : 90-100 mmHg)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 3 1. Menentukan karakteristik nyeri, misal kejang, konstan ditusuk.
2. Memantau tanda vital
3. Memberikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik
tenang /
berbincangan.
4. Mengatur dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode
batuk.
5. Kolaborasi berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi S : Pasien
mengatakan dadanya tidak sakit.
O : Skala nyeri 1-3
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
4 4 1. Mengidentifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya:
sputum, banyak nyeri.
2. Menjadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
3. Memberikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggang) makanan yang menarik oleh pasien.
4. Mengevaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar. S : Pasien
mengatakan nafsu makan meningkat.
O:- Porsi makan habis
- BB naik.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
5 5 1. Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
2. Memberikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi.
3. Membantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
4. Membantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. S : Pasien
mengatakan dapat melakukan aktifitas seperti biasa.
O: 5 5
5 5
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Asuhan keperawatan pada pada Ny.L pada kasus pneumoni
Ny. L usia 64 tahun, alamat Jl. Kp. Cabang Karang Asih Cikarang Bekasi, ,
status menikah dan mempunyai anak 2 orang anak, saat ini sedang dirawat di
RSCM. Saat ini keluhan yang dirasakan batuk dan lemas, 2 minggu yang lalu
sebelum MRS klien mengatakan lemas, nafsu makan menurun, batuk keluar
dahak terutama malam hari. 2 hari kemudian oleh anaknya di bawah ke Jakarta
karena di Medan sendirian. Setelah di Jakarta klien tidur terus, maka oleh
anaknya klien di bawah ke RSCM. Mempunyai riwayat Sekitar 5 tahun yang lalu
klien menderita hipertensi dengan control tidak teratur. 1 tahun yang lalu klien
mengalamai kecelakaan dari mobil ( terlempar ) dan dirawat di RS tarutung (
Sum sel ). Sejak itu klien berjalan dengan bantuan tongkat selama 2 tahun .
Tidak ada riwayat DM, TBC. Riwayat keluarga tidak ada yang menderita penyakit
hipertensi, DM, paru atau jantung. Suami meninggal karena kecelakaan.
Hasil pemeriksaan laboratorium : Hb : 10.5, Hematokrit : 31, Leukosit :
8.300, Trombosit : 156.000, MCV : 83, MCH : 38, MCHC : 34, Diff Count : -
/1/1/65/33/-/23, Urien PH : 7.442, Ureum : 32, Kreatinin : 0,6, SGOT : 3, SGPT
: 20, Na : 44, Kalium : 3.1, Cl : 0.5, AGD : PCO2 : 38, PO2 : 136.7, HCO3 : 25,5,
O2 Sat : 99.2. Radiologi : CTR > 50 % ( kardiomegali ). ECG, Irama sinus,axis
normal, HR : 110, S (v1) + R (v6) > 35 mm, R/S (v1) < 1, interval ST 0.12,
ST elevasi tidak ada, ST Depresi tidak ada, RBBB/LBBB tidak ada. Kesimpulan
hiperteropi ventrikel kanan dan mendapatkan terapi Terapi Obat-obatan. O2: 2
liter/menit, Cefriaxon : 1 x 1 gram, Captopril: 1 x6.25 mg, KSR: 2x1, Lasix: 1 x
2 amp, Ascardia: 1x 80 mg. Diet Jantung III ( 1700 kal ) Diagnosa medis : CHF
+ Pneumonia.

3.1.1. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Kp. Cabang Karang Asih Cikarang Bekasi
Suku : Medan
Pekerjaan : Pensiunan Guru SMP
Mrs : 14-12-2005 Jam : 12.41
Pengkajian : 22 - 12 2005 jam : 09.00
Regester : 296 97 63
Diagnosa masuk : CHF + Pneumonia
II. Riwayat penyakit sekarang
Alasan utama MRS :
Keluarga mengatakan bahwa kesadaran klien menurun ( tidur terus )
Keluhan utama :
2 minggu sebelum MRS klien mengatakan lemas, nafsu makan menurun,
batuk keluar dahak terutama malam hari. 2 hari kemudian oleh anaknya di
bawah ke Jakarta karena di Medan sendirian. Setelah di Jakarta klien tidur
terus, maka oleh anaknya klien di bawah ke RSCM.

III. Riwayat penyakit dahulu


Sekitar 5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi dengan control tidak
teratur. 1 tahun yang lalu klien mengalamai kecelakaan dari mobil
( terlempar ) dan dirawat di RS tarutung ( Sum sel ). Sejak itu klien berjalan
dengan bantuan tongkat selama 2 tahun . Tidak ada riwayat DM, TBC.

IV. Riwayat penyakit keluarga


Pada keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, DM, paru atau
jantung. Suami meninggal karena kecelakaan.

V. Pola-pola fungsi kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Kebiasaan merokok(-) , penggunaan obat bebas (-) ketergantungan
terhadap bahan kimia (-), jamu (-), Olah raga/gerak badan (-).
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum MRS klien makan 3 x sehari dengan porsi cukup, saat MRS
pemenuhan nutrisi Diit jantung III dengan 1700 kal, minum 1000 cc/24
jam, kesulitan menelan tidak ada, keadaan yang mengganggu nutrisi
tidak ada, status gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh: postur
tubuh kurus, keadaan rambut bersih. BB 40 Kg, TB 155 cm.

3. Pola eliminasi
BAB
Frekuensi : 1 x/3 hari
Warna dan bau : dbn
Konsistensi : dbn
Keluhan : tidak ada BAK
Frekuensi : kateter
Warna dan bau : dbn
Keluhan : tidak ada

4. Pola tidur dan istirahat


Tidur
Frekuensi : 2x/sehari
Jam tidur siang : 2-3 jam
Jam tidur malam : 5-6 jam/hari
Keluhan : tidak ada Istirahat
frekuensi : 4 6 x/hari
keluhan : tidak ada

5. Pola aktivitas
Klien setelah pensiun menjadi guru hanya istirahat di rumah saja, tidak
ada kegiatan sehari hari karena kurang sosialisasi ( sebelum pensiun
klien sibuk dengan pekerjaannya ) sehingga sejak pensiun klien kurang
terbiasa.

VI. Pola sensori dan kognitif


Sensori : Daya penciuman, daya rasa, daya raba, daya pendengaran baik.
Kognitif : Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat baik.

VII. Pola penanggulangan stress


Penyebab stress, mekanisme terhadap stress, adaptasi terhadap stress,
Pertahanan diri sementara biasanya klien meminta bantuan pada anak laki-
lakinya yang tinggal serumah.

3.1.2. Pemeriksaan fisik


1. Status kesehatan umum
Keadaan penyakit sedang, kesadaran komposmentis, suara bicara jelas,
tekanan darah 120/80 mmHg, suhu tubuh 36,7C, pernapasan 20X/menit,
nadi 110X/menit, regular.

2. Sistem integument
Tidak tampak pucat, permukaan kulit baik, tekstur baik, rambut tipis dan
bersih , tidak botak, perubahan warna kulit tidak ada, warna rambut
hitam campur putih.

3. Kepala
Normo cephalic, simetris, nyeri kepala tidak ada.
4. Muka
Simetris, odema (-), otot muka dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak ada
5. Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (-), pupil isokor sclera tidak
ikterus (-), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan menurun.

6. Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal,
pendengaran menurun.

7. Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung
tidak ada.

8. Mulut dan faring


Bau mulut (-), stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, lidah merah merah mudah,
kelainan lidah tidak ada.

9. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, pembesaran vena jugularis 5 + 0 cm H2O.
10. Thoraks
Paru
Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi
resonan, rhonchi +/+ pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus kuat dan
simitris.

11. Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2
sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi s1 dan s2
tunggal, gallop (-), mumur (-). capillary refill 2 3 detik .

12. Abdomen
Bising usus +, tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak
ada, pembesaran hepar tidak ada .

13. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembulu limfe tidak
ada., tidak ada hemoroid.

14. Ekstrimitas
Akral hangat, edema -/-, kekuatan 3/3, gerak yang tidak disadari -/-, atropi -/-,
capillary refill 3 detik.

15. Tulang belakang


Tidak ada lordosis, kifosis atau scoliosis.

3.1.3. Pemeriksaan penunjang


NO TGL PEMERIKSAAN LAB NILAI
1 14 12 2005 - Hb
- Hematokrit
- Leukosit
- Trombosit
- MCV
- MCH
- MCHC
- Diff Count
- Urien PH
- Ureum
- Kreatinin
- SGOT
- SGPT : 20
- Na : 44
- Kalium
- Cl : 0.5
- AGD :
- PCO2
- PO2
- HCO3
- O2 Sat - 10.5
- 31
- 8.300
- 156.000
- 83
- 38
- 34
- 1/1/65/33/-/23
- 7.442
- 32
- 0,6
- 3
- 20
- 44
- 3.1
- 0.5

- 38
- 136.7
- 25,5
- 99.2

NO TGL PEMERIKSAAN RADIOLOGI NILAI


2 14-12-2005 - CTR > 50 % ( kardiomegali ) - > 50 %
(kardiomegali)

NO TGL PEMERIKSAAN EKG


3 19-12-2005 Hasil/kesan : irama sinus,axis normal, HR : 110, S (v1) + R
(v6) > 35 mm, R/S (v1) < 1,
interval ST 0.12, ST elevasi tidak ada, ST Depresi tidak ada, RBBB/LBBB tidak
ada.
Kesimpulan hiperteropi ventrikel kanan.

4.1. Terapi Obat-obatan.


O2 : 2 liter/menit
Cefriaxon : 1 x 1 gram
Captopril : 1 x6.25 mg
KSR : 2x1
Lasix : 1 x 2 amp
Ascardia : 1x 80 mg
4.2. Diet
Diet Jantung III ( 1700 kal )

3.1.4. Analisa data dan Diagnosa


NO Data Etiologi Masalah
1 DS : klien
mengatakan
tidak mampu
mengeluarkan
dahak.

DO : suara ronchi
+/+ pada basal
paru, wheezing
(-), sianosis (-),
orthopnea (-),
sputum
(-),tekanan
darah 120/80
mmHg, suhu
tubuh 36,5
C,
pernapasan 24
X/menit, nadi
110X/menit reguler
Sel- sel goblet rusak

Peningkatan produksi mucus


Bersihan jalan tidak efektif
2 DS : Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktvitas sehari- hari
DO : 3 3
3 3
TD : 120/80
mmHg,
suhu tubuh
36,5
C,
pernapasan
24 X/menit,
nadi
110X/menit,
reguler.
Invasi paru
Batuk

Aspirasi

Anoreksia

Penurunan nutrisi Intoleransi aktifitas

3.1.5. Rencana Keperawatan


NO NO.DX TUJUAN dan KH INTERVENSI RASIONAL
1 1 Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam jalan
nafas bersih, dengan
KH :
- Klien mampu mengeluarkan sputum secara aktif.
- Nilai AGD dalam batas normal.
- Sianosis (-)
- dispnea (-)
- Tanda vital dalam batas normal. - Kaji efektifitas terapi O2,

- Auskultasi paru anterior dan posterior terhadap penurunan ventilasi dan


suara tambahan.

- Jelaskan kegunaan alat terapi O2.


- Informasikan terhadap klien dan keluarga untuk tidak merokok dalam
ruangan.
- Intruksikan klien untuk batuk efektif , teknik nafas dalam, .
- Ajarkan pada klien dan keluarga tentang perubahan karakteristik sputum :
warna,
- Kolaboratif :
Pemberian O2
Pemeriksaan AGD
Pemberian antibiotik - Terapi O2 dapat mengendalikan kebutuhan oksigen
- Suara tambahan merupakan tanda bahwa terjadi sumbatan pada jalan nafas
- Klien mengetahui apa fungsi dari terapi O2
- Pengendalian polusi udara.

- untuk meningkatkan pengeluaran secret

- apabila ada perubahan warna sputum keluarga mengerti


- Mengendalikan kebutuhan O2
- AGD normal menunjukan tidak ada kerusakan pertukaran gas
- Pengendalian bakteri
2 2 Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam klien
mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa, dengan
KH :
- klien mampu mendemontrasikan aktivitas dan self care.
- Tanda vital dalam batas normal.
- Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
- Klien mampu mengidentifikasikan aktivitas yang sesuai kemampuannya. -
Kaji respon emosional, social, dan spiritual
- Evaluasi motivasi klien terhadap peningkatan aktivitas.

- Tentukan penyebab kelelahan.

- Monitor respon kadiorespiratory terhadap aktivitas.


- Monitor intake nutrisi.
- Intruksikan teknik relaksasi selama aktivitas. - Mengetahui tingkatan
emosi
- Dengan meningkatnya aktivitas menun jukan perkembangan penyembuhan
- Dengan mengetahui penyebab kelelahan mempermudah dalam
penyembuhan
- Mengetahui pernafasan dan tekanan darah normal
- Mengetahui kebutuhan nutrisi terpenuhi
- Memberi rasa nyaman pada saat aktivitas

3.1.6. Implementasi dan Evaluasi


NO TGL / JAM NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
1 22-12-2005
23-12-2005

1 - Menjelaskan tentang suara paru pada pasien.


- Mengauskultasi suara paru :
ronchi +/+ pada basal paru
- Menginformasikan kepada keluarga untuk tidak merokok dalam ruangan.
- Melatih nafas.
- Mengukur tanda vital :
(-),tekanan darah 130/80 mmHg, suhu tubuh 367C, pernapasan 22 X/menit,
nadi 110X/menit.
- Memberikan O2 2lt/mnt.
- Menyuntikan cefriaxon 1 gr (iv).
- Menjelaskan tentang suara paru pada pasien.
- Menjelaskan tentang tujuan terapi oksigen
- Mengauskultasi suara paru :
ronchi +/+ pada basal paru
- Melatih nafas.
- Melatih batuk efektif
- Mengukur tanda vital : (-),tekanan darah 130/80 mmHg, suhu tubuh 365C,
pernapasan 20 X/menit, nadi 110X/menit.
- Memberikan O2 2lt/mnt.
- Menyuntikan cefriaxon 1 gr (iv). S : Sesak nafas, klien
mengatakan tidak mampu mengeluarkan dahak.
O:
- suara ronchi +/+ pada basal paru,
- wheezing (-),
- sianosis (-),
- orthopnea (-),
- sputum (-),
- tekanan darah 130/80 mmHg,
- suhu tubuh 36,7C,
- pernapasan 22 X/menit,
- nadi 110X/menit,
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi semua

S : Sesak nafas, klien berkurang mengatakan mampu mengeluarkan


dahak.
O:
- suara ronchi -/- pada basal paru,
- wheezing (-),
- sianosis (-),
- orthopnea (-),
- sputum (-),
- tekanan darah 130/80 mmHg,
- suhu tubuh 36,7C,
- pernapasan 22 X/menit,
- nadi 110X/menit,
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
2 22-12-2005
23-12-2005 2 - mengkaji respon emosional klien.
- Motivasi klien terhadap aktivitas baik.
- Mengukur tanda vital T : 130/90, HR : 110/mnt, RR 22/mnt.
- setelah aktivitas jalan keluar ruangan : Intake piring/makan.
- Mengajarkan nafas panjang.
- Menganjurkan makan sedikit demi sedikit
- Menjelaskan tentang kegunaan nutrisi.

- Mengkaji respon emosional klien


- Mengukur TTV : T : 130/90, HR : 110/mnt, RR 20/mnt.
- Motivasi klien terhadap aktivitas baik.
- Mengukur tanda vital setelah aktivitas jalan keluar ruangan : Intake
piring/makan.
- Mengajarkan nafas panjang. S : pasien sesak nafas,tidak lelah, capek.
O:
- kekuatan otot masing- masing ekstrimitas 3.
- Mengukur tanda vital T : 120/90, HR : 116/mnt, RR 22/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

S : pasien tidak sesak nafas, tidak lelah, capek, dapat beraktivitas sendiri
O:
- Mengukur TTV : T : 120/90, HR : 110/mnt, RR 20/mnt., pernapasan 22
X/menit, nadi 110 X/menit, ireguler. kekuatan otot masing- masing ekstrimitas 4.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau
alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan
bronchopneumonia.

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :


1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis
2. Berdasarkan faktor lingkungan
3. Berdasarkan sindrom klinis

Etiologi Pneumonia meliputi :


1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Protozoa
5. Aspirasi
6. Inhalasi

Manifestasi klinis dari pneumonia adalah antara lain:


1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
5. Diaforesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif
9. Gelisah
10. Cyanosis
11. Pernafasan cuping hidung

Patofisiologi Pneumonia
1. Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh
mikroorganisme pathogen.
2. Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus
3. Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik, misalnya : Cystic Fibrosis (CF).

Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x
2. Analisa Gas Darah
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
4. Pemeriksaan serologi
5. LED
6. Pemeriksaan fungsi paru
7. Elektrolit
8. Bilirubin
9. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka

Penatalaksanaan Pneumonia
1. Kemoterapi
2. Pengobatan Umum
Asuhan keperawatan pada pasien pneumonia meliputi :
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit masa lalu
d. Riwayat penyakit keluarga

2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem Integumen
b. Sistem Pulmonal
c. Sistem Cardiovaskuler
d. Sistem Neurosensori
e. Sistem Musculoskeletal
f. Sistem genitourinaria
g. Sistem digestif

3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb
b. Trombosit
c. Leukosit
d. PCV
e. Glukosa
f. Elektrolit
g. Kalium
h. Natrium
i. Analisa Gas Darah

4. Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan produksi mucus
berlebih.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 kurang.
3. Nyeri berhubungan dengan Imflamasi paru.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anaroksia.
5. Resiko gangguan intoleransi aktifitas berhubungna dengan sesak nafas.

5. Perencanaan keperawatan
a. Intervensi
b. Implementasi
c. Evaluasi

4.2. Saran
3.2.1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan
makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar
3.2.2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik
dalam pembuatan makalah selanjutnya.

3.2.3. Bagi Kesehatan


Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar mengetahui patofisiologi gangguan saluran
pernafasan dalam hal ini meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis dan dapat
memberikan asuhan keperawatan pada pasien pnemoni

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000.


EGC, Jakarta.
2. Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol.
1, EGC, Jakarta.
3. Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi
4, EGC, Jakarta.
4. Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI

Vous aimerez peut-être aussi