Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
diharuskan menyusun skripsi atau karya sebagai tugas akhir dan mahasiswa yang
sedang dalam proses pembuatan skripsi atau karya, kerap kali menemukan
kesulitan, baik teknis, menentukan tema, kumpulan meteri bahkan hingga masalah
pembimbing akademik. Kondisi ini menjadi beban dan kendala bagi seorang
mahasiswa tersebut. Bahkan banyak juga menjumpai mahasiswa yang tidak
sampai proses penyusunan tugas akhir hingga tidak sampai kejenjang sarjana, dan
sebagian besar mahasiswa yang berhenti ditengah jalan lantaran terkena sistem
DO atau sistem Drop Out.
Drop Out atau DO merupakan satu kata yang bisa menghantui seorang
mahasiswa. Ancaman DO dikeluarkan dari Universitas memang bukan perkara
yang bisa dianggap enteng. Sebab, hal ini menyangkut dengan masa depan
seorang mahasiswa. Kendati berkesan negatif dan menakutkan tetapi di satu sisi
kebijkan, sistem ini dapat menjadi cambuk atau motivasi bagi mahasiswa untuk
menjalani proses perkuliahan dengan lancar. Dengan adanya sistem DO mampu
membuat seorang mahasiswa untuk menciptakan sebuah jati diri yang baik.
Pemberlakuan sistem DO secara konsisten, sekaligus bisa menjadi syok
terapi bagi mahasiswa lainnya. Dengan kondisi ini, bisa dipahami kebijakan yang
dikeluarkan pihak perguruan tinggi sebagai salah satu upaya mendidik mahasiswa.
Apabila pada evaluasi dua semester pertama hanya 2 blok dari 6 blok yang lulus,
maka mahasiswa masuk kriteria usulan drop out dan mendapat surat peringatan
pertama untuk menjadi acuan agar memperbaiki nilai semester berikutnya dengan
cara meningkatkan motivasi untuk belajar lebih giat agar nantinya mereka tidak
mendapatkan nilai yang tidak mencukupi standar yang ditentukan dan menjadi
siswa yang dikembalikan ke universitas dalam kata lain Drop Out.1
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mencoba mendeskripsikan masalah
Pengaruh Sistem Drop Out Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Angkatan 2011-2013.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Neurosis, yaitu semacam gejala penyakit jiwa yang ringan. Orang neurosisi
sudah hidup dalam lamunannya. Mungkin juga dia berkeinginan untuk mati
atau bunuh diri.
c. Maladjustived behavior, yaitu perilaku negatif yang tidak baik dalam
penyesuaian dirinya terhadap orang lain. Yang termasuk ke dalam prilaku ini
adalah agresif, isolasi (mengasingkan diri), escape (melarikan diri dari
masyarakat).
Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan dari dalam diri untuk selalu
meraih prestasi. Apabila dorongan itu tinggi, maka keberhasilan akan besar
kemungkinan. Mahasiswa-mahasiswa di dalam kampus berbeda-beda motif
prestasinya. Hal itu disebabkan pengaruh luar banyak atau sedikit. Bagi anak yang
selalu didorong oleh orang tuanya untuk belajr giat maka motif berprestasinya
akan meningkat. Sebaliknya orang tua yang tak pernah sukses, malas ataupun
sibuk, ada kemungkinan pada anak menjadi kendor motif berprestasinya.
Disamping itu anak yang menonton TV dan jarang belajar, maka prestasinya akan
kendor.10
Beberapa faktor penentu bagi motif berprestasi adalah sebagai berikut :
1. Harapan untuk sukses. Bila harapan sukses ini besar, kemungkinan
besar dia akan berhasil. Tetapi jika sebaliknya yang terjadi, maka
kemungkinan untuk gagal akan terjadi. Setidaknya dengan nilai rata-
rata.
2. Tingkat aspirasi atau cita-cita. Bagi anak-anak yang bercita-cita tinggi
tentu dia akan berhasil. Dan sebaliknya bagi anak-anak yang tidak ada
cita-cita atau hanya sekedarnya saja, maka aspirasinya akan rendah. Hal
ini tergantung dari lingkungan anak terutama orang tuanya. Kalau
dorongan dan harapan dari lingkungan tinggi terutama dari orang tua,
maka anak akan mempunyai apresiasi yang tinggi. Dari lingkungan
misalnya, kesuksesan tokoh-tokoh yang diidolakan seperti para
pahlawan bangsa, orang pintar-pintar yang diidolakannya seperti
Mohammad Hatta, Natsir, dan sbagainya.
8
3. Peran insentif, misalnya ada hadiah bagi yang berhasil. Maka motif
berprestasi akan tinggi. Misalnya para pembalap sepeda. Yang dikejar
ada dua hadiah, pertama ketenaran dan kudua adalah sebuah hadiah
mobil.10
2. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta
atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling
mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode
diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif. Menurut Mc.
Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode
diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan
memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan
metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga
metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak
dari pada metode diskusi.
3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang
sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan seperti : Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses
bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode
pembelajaran adalah bilamana seorang dosenatau seorang demonstrator (orang
luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh
kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara
membuat kue, dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
dalam diri siswa.
Kelemahan metode Demonstrasi :
a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang
diperagakan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
10
Menurut Duch, et.al. (2000) peran dosen dalam PBL adalah membimbing,
menggali pemahaman yang lebih dalam, dan mendukung inisiatif mahasiswa,
tetapi tidak memberi ceramah pada konsep yang berhubungan langsung dengan
masalah. Weissinger (2004) menyebutkan bahwa meskipun dosen tidak dapat
mengontrol apapun dalam kehidupan mahasiswa, namun dosen dapat memonitor
lingkungan belajar mahasiswa. Dosen adalah bagian integral dari proses
pembelajaran yang membuat keputusan tentang kegiatan pembelajaran, memilih
jenis pertanyaan untuk disampaikan di kelas, dan memutuskan kapan waktu untuk
diskusi atau refleksi, disesuaikan dengan tujuan pembelajarannya. Suatu
pembelajaran PBL akan menjadi student-directed ataukah teacherdirected,
diputuskan oleh dosen berdasarkan pada ukuran kelas, kedewasaan intelektual
mahasiswa, dan tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, pada kelas yang besar dari
mahasiswa baru, dosen dapat menginterupsi proses penyelesaian masalah dalam
kelompok setiap selang 10 15 menit untuk keseluruhan diskusi kelas, atau
memberi pembelajaran singkat yang membantu mahasiswa memperoleh sedikit
petunjuk atau jalan, atau mengijinkan mereka untuk membandingkan catatannya
dalam mendekati masalah tersebut.
Bagaimanapun, selain interaksi antar mahasiswa, interaksi antara dosen
dan mahasiswa juga merupakan salah satu faktor yang paling kuat dalam
melancarkan jalannya proses pembelajaran. Oleh karena itu, PBL memberikan
kesempatan untuk terjadinya kedua interaksi tersebut. Meskipun kemampuan
matematis yang lain seperti penalaran, pembuktian, koneksi, dan representasi juga
dapat ditingkatkan melalui PBL, namun kemampuan pemecahan masalah
matematis dan kemampuan komunikasi matematis akan menjadi lebih nyata
peningkatannya dalam PBL. Karena PBL dimulai dengan suatu masalah untuk
diselesaikan, maka mahasiswa yang belajar dalam lingkungan PBL akan dapat
menjadi trampil dalam menyelesaikan masalah, dan diskusi yang intensif
merupakan forum yang sangat tepat untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi matematis. Memperhatikan masalah yang dipilih, apa yang akan
terjadi, dan apa yang akan diperoleh mahasiswa dalam diskusi mereka ketika
menyelesaikan masalah, dan bagaimana peran dosen dalam melaksanakan PBL,
15
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar,
baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam
mencapai tujuan belajar.
Alat belajar merupakan bahan atau alat apapun yang digunakan untuk
membantu dan peyampaian dan penyajian materi pembelajaran. Alat ini dapat
berupa alat peraga baik itu alat elektronik maupun alat lainnya yang digunakan
dalam proses belajar mengajar. Bagian lain yang cukup penting dalam fasilitas
belajar adalah prasarana pendukung berupa gedung, terkhusus ruang kelas yang
digunakan dalam pembelajaran.pkan dalam ruangan atau gedung tersebut tercipta
suasaniia yang kondusif guna kelancaran dan tercapainya tujuan pembelajaran.13
untuk belajar. Dalam hal ini Sadirman A.M. (1990), mengemukakan bahwa
fungsi motivasi dalam belajar adalah untuk mendorong manusia untuk
berbuat, jadi sebagai penggerak motor yang melepaskan energi. Motivasi
dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dicapai. Jadi, fungsi motivasi dalam belajar dalah:
1. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai;
2. Mendorong manusia untuk berbuat.
d. Presentasi
Presentasi yang dimaksud adalah gairah, keinginan atau harapan yang
keras yaitu maksud, rencana, cita-cita atau sasaran, target dan idolanya yang
21
hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. Ini bsia dilihat dari keinginan
yang kuat bagi siswa untuk belajar.
e. Arah sikap
Sikap sebagai suatu kesiapan pada diri seseorang untuk bertindak secara
tertentu terhadap hal-hal yang bersifat positif ataupun negatif. Dalam
bentuknya yang negatif akan terdapat kecendrungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, bahkan tidak menyukai objek tertentu. Sedangkan
dalam bentuknya yang positif kecendrungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu. Contohnya, apabila siswa
menyenangi materi tertentu maka dengan sedirinya siswa akan mempekajari
dengan baik. Sedangkan apabila tidak menyukai materi tertentu maka siswa
tidak akan mempelajari kesan acuh tak acuh.
f. Minat
Minat timbul apabila individu tertari pada sesuatu karena sesuai dengan
kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan digeluti memiliki
makna bagi dirinya, Slamteo (1998) mengatakan bahwa minat adalah suatu
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada
yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penermiaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Sedangkan menurut Kartini
Kartono (1990) mengatakan bahwa minat meripakan moment dari
kecendrungan yang terarah dan intesnsif kepada suatu objek yang dianggap
penting. Minat ini erat kaitannya dengan kepribadian dan selalu mengandung
unsur afektif, kognitif, dan kemauan. Ini memberikan pengertian bahwa
individu tertarik dan kecendrungan pada suatu objek secara terus menerus,
hingga pengalaman psikisnya lainnya terabaikan.Hal ini sejalan dengan
pendapat Usman Efendi (1985) menyatakan bahwa minat timbul apabila
individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau
merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi
dirinya.Minat juga dapat diartikan sebagai kecendrungan jiwa kepada sesuatu,
karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu pada umumnya disertai
dengan perasaan senang akan sesuatu itu. Hal ini senada dengan pendapat
Muhibbin Syah (1995) yang menyatakan bahwa minat adalah kecendrungan
22
dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.W.S.
Winkel (1991), mendefinisikan minat sebagai kecendrungan subjek yang
menetap untuk merasa tertarik pada mata pelajaran atau pokok bahasan
tertentu dan merasa senang. Disamping adanya ketertarikan yang disadari
individu, minat juga ditunjukkan oleh adanya rasa lebih suka pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh, seseorang memiliki minat terhadap
sesuatu akan merasa senang dan cenderung memusatkan perhatian terhadap
objek atau kegiatan yang diminatinya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa minat adalah kemauan, perhatian, hasrat dan
kecenderungan individu untuk aktif melakukan kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan. Minat erat kaitannya dengan merasa senang seseorang
terhadap sesuatu. Minat juga merupakan hasrat atau keinginan individu
terhadap sesuatu objek untuk memenuhi kebutuhan psikis maupun fisik,
sehingga individu dapat menikmati hal yang diinginkan.
Adapun ciri-ciri siswa yang mempunyai minat tinggi adalah :
1. Pemusatan perhatian
Pemusatan perhatian dapat mempengaruhi terhadap prestasi. Sebab
dengan perhatian siswa terhadap materi dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu.
Umpamanya, seorang siswa yang menaruh perhatian besar terhadap
matematika akan meusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa
lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap
materi itulah yang meingkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan
akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
2. Keingintahuan
Kadar keingintahuan siswa dalam belajar dapat terlihat dari
partisipasinya ketika kegiatan itu berlangsung. Misalnya ketika
kegiatan itu berlangsung, siswa aktif untuk berperan dalam latihan
dengan selalu mengikuti kegiatan tersebut atau bertanya. Ketika dalam
suatu hal yang belum dipahami dan juga mampu mengomentari
terhadap suatu permasalahan.
23
3. Kebutuhan
Siswa yang merasa butuh dan tertarik atau menaruh minat pada suatu
kegiatan atau pelajaran maka ia akan selalu menekuni kegiatan itu
dengan giat belajar baik pada waktu acara formal maupun diluar acara
formal. Misalnya apabila siswa merasa butuh pada pelajaran maka,
siswa itu akan berusaha dengan cara apapun juga.
4. Aktifitas
Aktivitas diartikan sebagai suatu kegiatan yang mendorong atau
membangkitkan potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang anak.
Sertiap gerak yang dilakukan secara sadar oleh seorang dapat
dikatakan sebagai aktivitas. Aktivitas merupakan cirri dari manusia,
demikian pula dalam proses belajar mengajar itu sendiri merupakan
sejumlah aktivitas yang sedang berlangsung. Itulah sebabnya prinsip
atau azas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar
aktivitas W.J Poerdarminta (1985) bahwa aktivitas sebagai atau
kesibukan.Pada dasarnya aktivitas dipandang sebagai sarana
kelangsungan pengajaran, memiliki bobot dan kualitas dalam proses
belajar mengajar, sehingga mempengaruhi keberhasilan belajarnya
serta dapat membangkitkan potensi-pontensi anak dalam berbagai
pekerjaan yang mereka senangi dan mewujudkan kecendrungan
kepribadian mereka sesuai dengan kesiapannya, membangkitkan
kesenangan, gairah dan optimisme.J.J Rouseau yang dikutif oleh
Sadirman A.M (2001) memberikan penjelasan bahwa segala
pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,
pengalaman sendiri, dengan faslitas yang diciptakan sendiri, baik
secara rohani maupun takhnis. Ini menunjukkan setiap orang yang
belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas maka proses belajar
mengajar tidak mungkin terjadi.Berdasarkan uraian yang dikemukakan
oleh para ahli di atas, maka dalam kegiatan belajar mengajar subjek
didik atau siswa harus aktif berbuat dengan kata lain bahwa belajar
sangat diperlukan adanya aktifitas karena tanpa adanya aktifitas belajar
itu tidak mungkin berlangsung dengan baik.
24
Intensitas Waktu
Evaluasi
Belajar
Belajar
Jangka Waktu
Belajar
Kondisi
Kesehatan Metode Belajar
30
Keterangan
1. = Variabel Independent
2. = Variabel dependent
31
BAB III
METODE PENELITIAN
III.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
BAB IV
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa motivasi belajar terhadap prestasi
belajar mahasiswa dengan adanya sistem drop out di fakultas kedokteran UMI
Variabel N %
(Intensitas waktu belajar)
Baik 26 78,8
Buruk 7 21,2
Total 33 100
Sumber : Data Primer 2014
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa terjadi peningkatan waktu atau
meningkatkan intensitas waktu belajarnya dengan adanya sistem drop out atau
Variabel N %
(Metode Belajar)
Membantu 29 87,9
Tidak membantu 4 12,1
Total 33 100
Sumber : Data Primer 2014
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa terjadi perubahan metode
metode belajar dengan adanya sistem drop out atau prevalensinya sebesar 87.9%
Variabel N %
(Fasilitas Belajar)
Cukup 17 51,5
Kurang 16 48,5
Total 33 100
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa terjadi peningkatan fasilitas
memperbaiki fasilitas belajar dengan adanya sistem drop out atau prevalensinya
sekitar 51.5%.
38
Variabel N %
(Prestasi Belajar)
Cukup 25 75,8
Kurang 8 24,2
Total 33 100
Sumber : Data Primer 2014
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa terjadi peningkatan prestasi
belajar dengan adanya sistem drop out atau prevalensinya sebesar 75,8%
walaupun tidak secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh karena sistem ini dapat
mahasiswa untuk memotivasi dan memperbaiki diri agar menjadi lebih baik.
melakukan perubahan yang untuk memotivasi dirinya agar terbebas dari drop out
intensitas waktu belajarnya dengan adanya sistem drop out atau prevalensinya
sebesar 78.8%.Hal ini disebabkan oleh karena sebelum adanya sistem drop out,
mereka tidak memperhatikan intensitas waktu belajar, dan lebih cenderung untuk
melakukan kegiatan atau aktifitas yang lain daripada belajar dan setelah adanya
sistem drop out mereka meningkatkan waktu belajar >1 jam setiap harinya.
Kata intensitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang berarti
Hazim (t.t: 191), bahwa: Intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan
untuk suatu usaha. Jadi intensitas secara sederhana dapat dirumuskan sebagai
usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai
tujuan.14
metode belajarnya dengan cara mulai memusatkan perhatian terhadap mata kuliah
yang dikuliahkan dan lebih sering mendiskusikan suatu masalah agar dapat
memecahkan masalah.11
menyatakan bahwa dengan adanya sistem drop out, mereka berusaha untuk
memperbaharui fasilitas yang mereka miliki walau tidak secara signifikan, mulai
pendidikan yang ada di sekolah berupa, gedung atau ruang kelas dan perabot serta
lainya.
prasarana belajar menjadi tiga bagian. Ketiga bagian tersebut adalah sumber
belajar, alat belajar dan pendukung pembelajaran. Menurut Edgar Dale dalam
Kherid (2009) mengemukakan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat
41
(AECT) yang dikutip oleh Kherid (2009) yaitu berbagai atau semua sumber baik
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar,
Alat belajar merupakan bahan atau alat apapun yang digunakan untuk
membantu dan peyampaian dan penyajian materi pembelajaran. Alat ini dapat
berupa alat peraga baik itu alat elektronik maupun alat lainnya yang digunakan
dalam proses belajar mengajar. Bagian lain yang cukup penting dalam fasilitas
belajar adalah prasarana pendukung berupa gedung, terkhusus ruang kelas yang
75.8% yang menjawab bahwa tidak puas dengan prestasi belajar mereka,
walaupun sudah berusaha keras dalam menguasai materi kuliah, oleh karna itu
diperlukan motivasi atau dorongan yang kuat untuk mengubah prestasi belajar
evaluasi keberhasilan studi untuk empat semester pertama ternyata masih ada satu
42
mahasiswa yang terkena Drop Out (DO) karena tidak mencapai IndeksPrestasi
Kumulatif (IPK) minimum tercapai untuk tiga semester pertama sebesar 2,00 dan
BAB V
V.1 Kesimpulan
adanya sistem drop out di fakultas kedokteran UMI angkatan 2011-2013 pada
V.2 Saran
out.
2. Dianjurkan kepada pimpinan fakultas agar dapat memperbaharui sistem