Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kesatuan wujud fisik dari beberapa unsurnya yang serupa ini juga dapat
ditemukan pada tingkat ide/pemikiran. Kita dapat melihat bahwa suatu ide
atau pemikiran merupakan hasil interaksi dari beberapa unsur pemikiran yang
sama dan sesuai. Hal ini dapat kita lihat misalnya dari ideologi kebangsaan
yang mempersatukan sebuah bangsa atau negara, ide menetapkan bendera
nasional, ide suatu aliran politik, hingga ide para ahli tertentu dalam
menetapkan protokol keilmuannya, seperti ahli kimia, ahli teknologi informasi,
dan sebagainya. Kita dapat memperhatikan bahwa pemikiran yang
sepemikiran akan memiliki daya tarik untuk menarik pikiran yang sama
menjadi satu ide.
Daya tarik kesatuan ide/pemikiran ini juga akan cenderung tumbuh dan
berkembang dengan fokus perhatian dan nilai-nilai emosi yang sama dan
sejalan dengannya. Misalnya perkembangan ide tentang kebebasan,
kemerdekaan, persamaan hak, emansipasi, ide gerakan wajib belajar, gerakan
1
pemberian dukungan terhadap sesuatu atau seseorang di sosial media dan
sebagainya.
Kita dapat memperhatikan bahwa emosi yang seperasaan akan memiliki daya
tarik untuk menarik perasaan yang sama menjadi tumbuh dan berkembang.
Contoh perkembangannya dalam hal ini, misalnya dialami oleh seseorang
dengan keadaan mood yang sama sepanjang hari, juga meningkatnya emosi
massa di jalanan, berkembangnya ruang curhat di media TV, radio, atau online
yang semakin melebar; kecenderungan emosi dari perasaan yang sama,
misalnya rasa senang menjadi semakin senang, sedih menjadi semakin sedih,
demikian selalu cenderung berkelanjutan.
Dengan demikian esensi pikiran dan perasaan yang sama, apakah itu (+) atau (-
) akan cenderung meningkat arahnya dengan kecenderungan menarik esensi
yang sepemikiran dan seperasaan, baik itu (+) maupun (-).
Law of Attraction adalah sebuah hukum alam yang menyatakan bahwa: sebuah
manifestasi wujud merupakan hasil daya tarik dari pikiran keinginan individu
yang digerakkan dan diarahkan secara fokus dan terus menerus sehingga
menyebabkan kesamaan dan kemiripan antara keinginan dan menifestasi
wujudnya.
Law of Attraction menarik sesama yang mirip, sesama yang sesuai dan sesama
yang cocok dalam kesadaran seseorang: menjadi pikiran, perasaan, dan
perilakunya. Energi daya tarik ini sesuai dengan pikiran subyek dan emosi yang
2
menyertainya. Sesuatu obyek perhatian yang sama dan sesuai dengan pikiran
subyek akan tertarik ke dalam kesadaran subyek. Hukum daya tarik akan
mengalirkan pikiran atas perhatian terhadap obyek tersebut secara lancar dan
menjadi terfokus jika pikiran subyek terus menerus mengarah pada obyek tsb.
Pola yang sama akan berlaku pada berbagai bidang. Apakah penggemar
sepakbola, pemilik show-room mobil antik, ahli fisika nuklir, dan sebagainya.
Fokus mereka banyak tercurah pada bidang yang mereka geluti, yang mereka
berikan perhatiannya. Waktu yang digunakan untuk mengurus bidang minat
tsb akan lebih banyak dibandingkan dengan bidang lainnya. Pengalaman
hidupnya akan dipenuhi dalam ingatan, inferensi, pengetahuan, dan tindakan
yang sesuai dengan profesi, pekerjaan, dan kegemarannya.
Dalam perspektif Hukum Daya tarik, setiap orang akan memiliki dua tarikan
dalam hidupnya. Pertama, apa yang menjadi perhatiannya secara terus
menerus sadar atau tidak akan tertarik menjadi fokus pribadinya. Kedua,
apa yang menjadi fokus pribadinya tersebut akan tertarik menjadi
3
manifestasi perwujudannya yang memiliki makna tertentu yang sesuai dengan
fokusnya. Ini diyakini sebagai hukum universal dari Law of Attraction. Hukum
ini juga mengidentifikasi bahwa tarikan pertama (fokus perhatian) merupakan
bidang yang sepenuhnya dapat dikendalikan oleh seorang individu. Sedangkan
tarikan kedua (manifestasi hasil) merupakan bidang yang berhubungan dengan
energi alamiah yang sesuai dengan tarikan pertama.
Sifat kesamaan, kesukaan, dan kesesuaian inilah yang menjadi perhatian Law
of Attraction. Dengan demikian Law of Attraction lebih jauh dengan mudah
dapat menjelaskan dirinya sebagai sebuah hukum universal tentang tarikan
yang sesuai di mana sekumpulan burung dengan warna bulu yang sama
terbang berkelompok bersama. Orang-orang dengan minat yang sama
membentuk suatu perkumpulan bersama. Bahkan hingga kesesuaian suatu
dialek atau tabiat suatu suku bangsa hingga kesesuaian orang-orang yang suka
mengeluh maupun kesesuaian ciri-ciri orang yang sukses dalam bisnis maupun
bidang lain.
Penjelasan dasar tentang hal tersebut oleh para ahli Law of attraction selalu
dimulai di tingkat pikiran. Karena fokus individual seseorang bermula dari
pikirannya. Seseorang berhubungan dengan obyek atau suatu pengalaman
pertama-tama dengan proses berpikir sesuai dengan pencerapan panca indera
yang diterimanya. Berpikir merupakan suatu proses respon individual atas
obyek atau pengalaman yang diterimanya hingga mengaktifkan ingatan dan
perasaannya dalam mempengaruhi akal budi dan motivasinya untuk merespon
lebih lanjut.
Berdasarkan uraian tersebut di atas sampai sini, maka kita dapat menetapkan
pola dasar fenomena Law of Attraction sebagai langkah awalnya sebagai
berikut:
Proses di atas akan terus berlangsung untuk setiap perhatian sadar atau
tidak- terhadap obyek atau pengalaman pribadinya.
Law of Attraction menyatakan bahwa segala segala hal kreasi wujud yang ada
dalam hidup ini merupakan hasil daya tarik yang sejenis dengan pikiran
manusia. Oleh karenanya Abraham Hicks menyatakan bahwa Law of Attraction
merupakan hukum yang paling kuat yang ada dalam kehidupan. Kata Hukum
di sini diartikan sebagai aturan universal, berlaku di mana-mana dan bersifat
abadi.
Manusia hidup di dunia dengan kesadarannya yang tidak dimiliki tiga tingkat
eksistensial di bawahnya. Hal ini memungkinkannya membuat peta kehidupan
sebagai jalan kehidupannya ke masa depan. Kita dapat merefresh tingkat-
tingkat eksistensial tersebut sebagai berikut:
6
Dengan kata lain, manusia memiliki kemampuan menyadari kesadarannya. Ia
mampu menyadari pikiran dan perasaannya.
*Subyektif, maksudnya:
Tarikan yang paling kuat dalam proses ini adalah tarikan untuk
mengarahkan pertumbuhan. Karena hanya kesadaran (pikiran) manusia yang
mampu mengarahkannya. Hal ini tidak dimiliki eksistensi fisik lain selain
manusia. Oleh karena itu kemampuan mengarahkan ini merupakan energi
penciptaan (creation) dan hanya manusia yang memiliki kemampuan ini.
Namun dapat pula diidentifikasi bahwa pertumbuhan merupakan
manifestasi alam yang terjadi pada semua makhluk hidup, tidak hanya
7
manusia, tetapi juga hewan dan tumbuhan. Hanya yang menyadari
kesadaran bahwa dirinya tumbuh hanyalah manusia.
Oleh karena daya tarik yang paling dominan adalah daya tarik untuk
mengarahkan, maka dapat dikatakan bahwa Law of Attraction merupakan
hukum yang paling powerful yang ada dalam hidup ini. Hal ini juga
menyiratkan bahwa Law of Attraction merupakan hukum alamiah semua
kehidupan untuk tumbuh dan berkembang. Dengan demikian kehidupan
senantiasa dalam proses tumbuh dan berkembang. Energi Law of Attraction
bersifat transendental, dalam arti ia melampaui energi fisik.
Fenomena dalam ilmu dan pengetahuan adalah adanya gap antara Das Sein
dan Das Sollen. Fenomena perbedaan kenyataan yang ada dengan yang
diinginkan atau yang ideal. Gap antara masalah dengan solusi yang diharapkan.
Hal ini senantiasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu obyektif
mengembangkannya dengan usaha yang terus menerus dan sistematis untuk
memperkecil gap tersebut dengan metodologi ilmu pengetahuan sebagai
predictive power yang handal. Kita telah melihat kehandalan perkembangan
ilmu obyektif ini yang menjadikannya sangat berguna dan dapat dimanfaatkan
dalam berbagai bidang kehidupan.
Namun dari sisi subyektif, atau individual, gap yang senantiasa diteliti ilmu
obyektif tetaplah ada dalam pengalaman hidup sehari-hari. Karena secara
subyektif individu yang mengalami akan mengalaminya secara praktek
8
kehidupan, bukan teori kehidupan. Karena mengalami berbeda dengan
memahami. Mengalami adalah praktek hidup, memahami adalah teori atas
kesadaran pola hidup. Mengalami adalah moment keberlangsungan sekarang,
memahami adalah pola masa lalu yang bisa diterapkan ke masa depan.
Law of Attraction merupakan suatu cara pandang baru untuk memahami ilmu
subyektif tersebut. Karena ia bersifat pengalaman, maka model
pembuktiannya juga harus dengan mengalami fenomena tersebut. Jika
dalam memahami fenomena gap para pengamat akan mengukurnya secara
kuantitatif, maka dalam mengalami fenomena gap, pelaku akan mengukurnya
secara kualitatif. Jika dalam ilmu obyektif pemahaman akan y dijelaskan oleh
x, maka dalam ilmu subyektif pengalaman akan y dihayati berdasarkan
refleksi y itu sendiri.
9
sama dengan (y=) dalam persamaan itu menjadi titik penghayatannya (point of
attraction).
(y) (y)
tarikan
Tidak akan ada faktor-faktor (x) jika (y) tidak menginginkan dan memilih untuk
memiliki (y). Jadi, (y) memilih (x) untuk memiliki (y) karena ia
menginginkannya.
Logika yang berlaku dalam ilmu obyektif adalah bahwa y dideterminasi oleh
x, atau y=a+b(x). Law of Attraction memperhatikan daya tarik y untuk
mengalami determinasi tersebut, sehingga y=y=a+b(x). Demikian pula pada
y = a + b(yt-1) , maka y = y = a + b(yt-1).
Ilustrasi sederhana berikut ini mungkin dapat lebih memperjelas. Seorang anak
SMA yang sedang belajar mata pelajaran fisika (ilmu obyektif), disamping
menggunakan nalar logikanya untuk memahami fisika, ia juga mengalami
esensi subyektivitas belajar fisika pada dirinya. Pengalaman (ilmu subyektif)
dari persepsi esensi fisika tsb akan menariknya bersama hubungannya dengan
ingatan perasaan subyek kedalam bayangan ide dan intuisi. Law of Attraction
akan menariknya menjadi judgement motivasionalnya. Semakin banyak dan
sering anak SMA tersebut mempelajari fisika (dengan membaca, mengerjakan
PR, dan sebagainya) akan semakin sering ia mengalami pembayangan dan
10
hubungan refleksi dengan intuisinya. Ia akan menguasai pelajaran fisika. Ia
memiliki ilmu fisika. Law of Attraction menarik pengalaman kognitif belajar
fisika menjadi pengalaman intuisi subyektif.
1. Esensi yang sama dari persepsi dan pengalaman seseorang akan menarik
obyek ke dalam pikiran dan emosi subyek.
2. Daya tarik eidetic (bathin) akan menghubungkan dan menggabungkan
esensi-esensi tersebut menjadi kesadaran intensional subyektif.
3. Refleksi, intuisi, dan judgment akan mengarahkan kesadaran intensional
tersebut menjadi motivasi transendental (rohani).
11
4. Hasil motivasi tersebut akan tertarik (attracted) menjadi wujud intensi
subyektif sesuai dengan intensitas esensi yang sama atau serupa.
5. Waktu yang dibutuhkan Hukum daya tarik untuk memanifestasikan
esensi kesadaran menjadi aktualitasnya bersifat subyektif.
12
meningkat menjadi semakin senang atau suka cita jika frekuensi getarannya
bertambah dengan berjalannya waktu. Demikian pula orang yang merasa sedih
akan semakin sedih; sesuatu yang semakin diingat akan semakin terasa dekat;
dan seterusnya. Kecenderungan ini merupakan hasil frekuensi yang sama
dengan getaran pikiran subyek. Hal ini juga dapat menjelaskan gejala mood,
memory, dan emosi yang dialami seseorang sepanjang hari.
Pada suatu ruang dan satu waktu tertentu tidak mungkin seseorang
memancarkan getaran positif dan negatif sekaligus. Tidak mungkin seseorang
mengalami emosi senang dan kecewa secara bersamaan. Demikian pula
dengan getaran pikirannya, perhatiannya pada suatu obyek atau pengalaman
hanya melahirkan salah satu jenis getaran, positif atau negatif. Law of
Attraction mengalirkan getaran-getaran pikiran yang sama esensi muatannya,
positif atau negatif, dan menjadikannya fokus frekuensi getaran. Frekuensi ini
akan cenderung bertambah. Tarikan getaran yang sama dari lingkungan obyek
dan pengalaman seseorang akan meningkatkan fokus individu menjadi nilai-
nilai dan integritasnya sejalan dengan berjalannya waktu kehidupan seseorang.
Fokus frekuensi seseorang akan memiliki daya tarik untuk memperoleh hasil
yang searah dengan jenis fokus (+ atau -). Daya tarik ini merupakan daya kreasi
untuk meningkatkan fokus ke arah pertumbuhan hasil. Hal ini sesuai dengan
asumsi Law of Attraction yang menyatakan terdapatnya energi daya tarik di
alam semesta seperti halnya magnet dan listrik. Energi daya tarik ini
merupakan pasangan dari energi fisik yang diteliti dalam perkembangan ilmu
obyektif. Maka Law of Attraction akan menarik frekuensi aliran getaran
seseorang menjadi manifestasi bentuk penjelmaannya, seperti tumbuhan yang
niscaya akan tumbuh. Manifestasi ini akan memiliki makna (+/-) yang sesuai
13
dengan fokus getaran seseorang. Dengan kata lain, makna manifestasi
seseorang merupakan wujud dari frekuensi getarannya. Jadi, Law of Attraction
memiliki fungsi mengarahkan gelombang vibrasi seseorang (+/-), meningkatkan
hasinya, membuatnya matang/optimal, dan menjadikan bentuknya. Dan hal ini
akan senantiasa berlanjut seiring berjalannya waktu.
Vibrasi pikiran positif ini dapat ditunjukkan secara sesuai dengan emosi positif
yang menyertainya. Yaitu, orang tersebut akan merasa stabil, siap, dan
berenergi. Perhatiannya lebih intens, menyukai apa yang sedang dikerjakan
dan merasa nyaman dengan dirinya. Searah dengan tarikan frekuensi positif
tadi, ia akan merasa suka cita, menikmati hasil, dan merasa tumbuh dan
berkembang.
Emosi yang diperlihatkannya juga sesuai dengan vibrasi negatif ini. Orang
tersebut akan merasa lemah dan lesu, kecenderungan merasa bosan dan
susah. Searah dengan tarikan frekuensi negatif tadi, ia akan cenderung kecewa,
marah, dan tertekan. Lebih jauh, kecenderungan ini dapat membawanya
kepada manifestasi perasaan yang tidak berguna dan berkembang. Bentuk
buruknya adalah merasa tertinggal, sia-sia, apatis hingga depresi.
14
kuat dapat memancarkan getaran pikiran yang lebih mempengaruhi
daripada dipengaruhi oleh ingatan, suasana, maupun stimulus eksternal.
Jadi, fokus getaran pikiran dapat menjadi ethos yang dimiliki seseorang. Arah
frekuensi ethos selanjutnya dapat dikemas menjadi pathy (bentuk
tunggalnya, pathos) yang dapat dipancarkan ke luar dirinya atau ke
lingkungannya, Manifestasi makna perwujudan akan tumbuh dan berkembang
dari sini.
Jadi, nurani merupakan sinar mata bathin yang bersifat aktif menyertai diri
seseorang bersama-sama dengan badan, pikiran, dan perasaan orang tersebut.
15
Ia tidak berdiam pasif di dalam diri tetapi aktif sebagai energi yang
memancarkan getaran dalam kehidupan. Namun ia tidak tergantung dimensi
ruang dan waktu seperti halnya badan dan pikiran, ia bersifat transendental
yang melebihi batasan fisik. Komunikasi seseorang dengan nuraninya
terhubung lewat perasaan dan emosinya. Sehingga apabila seseorang
mengalami emosi negatif, ia sedang tidak sejalan dengan nuraninya. Apabila
seseorang terfokus pada emosi positifnya (misalnya merasa bahagia), ia sedang
sejalan dengan nuraninya. Hal ini karena nurani bersifat ideal, tumbuhdan
berkembang bersama makna wujud yang positif dalam kehidupan.
Dengan demikian, pada tahap ini kita dapat memahami fenomena Law of
Attraction sebagai kuantum getaran dengan pola dasar sebagai berikut.
Setiap orang dalam konteks ruang dan waktu selalu mengalami proses
perbedaan (contrast) antara apa yang ada dengan apa yang dipersepsikan,
perbedaan antara apa yang sedang dihadapi dengan yang diingat, perbedaan
antara apa yang dialami dengan apa yang dipikirkan. Hal ini menimbulkan
hasrat (nafs) setiap saat di pikiran dan perasaan individu. Setiap saat, tiap
orang pasti mengarahkan perhatiannya terhadap suatu obyek; demikian pula
perasaan dan emosi yang menyertainya, apakah itu ingatan, kebutuhan, niat,
maksud, tujuan, maupun penerimaan persepsi sensoris lainnya sebagai area
stimulus.
17
Hanya perbedaan bahasa yang mempengaruhi perbedaan esensi perasaan.
Penyebutan keinginan lebih emosional untuk tujuan menutup gap;
sedangkan penyebutan kebutuhan lebih pada perasaan kurang akan sesuatu.
Akan halnya dengan penyebutan kemauan lebih mengarah pada kehendak
setelah menyadari keinginan. Pada dasarnya ketiga penyebutan tersebut sama
esensinya. Namun Abraham Hicks lebih menekankan pada penyebutan
keinginan (want) dibandingkan yang lain. Hal ini lebih memberi makna pada
getaran keberlanjutan proses untuk menutup gap, mengusahakan alignment,
serta memperoleh momentum untuk berada dalam vortex.
Jadi, kesadaran kita senantiasa bersifat divergen. Yaitu bercabang dan berpisah
karena adanya perbedaan keadaan dan perbedaan waktu. Lebih spesifik, yaitu
perbedaan antara apa yang ada dengan apa yang diinginkan. Setiap keinginan
ini menimbulkan kedipan getaran. Hal tersebut merupakan satuan tarikan
(point of attraction) dalam kesadaran seseorang. Tarikan tersebut akan
mengkaitkan berbagai asosiasi bebas dalam pikiran terhadap obyek kesan,
ingatan, perhatian, dan kecenderungan. Keterkaitan asosiatif dalam diri
seseorang bisa berupa getaran positif ataupun negatif, terutama tergantung
pada keadaan suasana emosinya (emotional setting-point) atau mood-nya yang
kerap tidak disadari.
18
yang diinginkan, menyatukan apa yang diinginkan dengan apa yang
diwujudkan.
Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa proses to be, to have, dan to do
ini tidak akan pernah selesai. Hal tersebut akan berlangsung terus sepanjang
kehidupan. Dengan demikian proses konvergensi (ingin-bisa-peroleh-terwujud)
juga selalu berkembang, berlangsung terus, terutama per segmen aktivitas.
Dimensi ruang dan waktu kehidupan akan melanjutkan apa yang sudah
terwujud untuk mengalami lagi divergensi antara apa yang ada dengan apa
yang diinginkan, karena waktu terus berjalan. Akan terjadi lagi das sein dan das
sollen baru. Kemudian terulang kembali proses konvergensi dengan Law of
Attractionnya. Demikian putaran proses ini tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan dengan makna tertentu.
Satu hal yang menarik dalam proses konvergensi Law of Attraction adalah
makna kehadiran baru dalam setiap putaran proses per segmen waktu
kegiatan. Kehadiran baru berarti suatu proses baru kembali. Kepenatan hari ini
akan hilang saat kita bangun di pagi keesokan harinya. Kita memulai segmen
proses konvergensi baru lagi dalam kesadaran. Hal ini mengandung arti bahwa
walaupun sifat dimensi waktu adalah keberlanjutan, namun kehadiran kita
berada pada saat sekarang. Kemarin dan esok, tadi dan nanti kita pahami
dalam kehadiran kita saat ini. Dengan demikian kita bisa menyadarinya dalam
konteks keinginan baru untuk melahirkan vibrasi baru dengan sengaja.
Memulainya untuk melakukan konvergensi saat ini. Kita bisa langsung
menetapkan kapasitas positif vibrasi kita, mengalirkannya menjadi fokus yang
kita inginkan; meningkatkannya menjadi arah tujuan saat ini. Maka kita sedang
menjalankan peran kita. Apa yang pernah terjadi maupun akan terjadi dapat
19
kita anggap seperti ingatan kita yang bebas kita pilih untuk kita hadirkan saat
ini atau tidak.
Perwujudan tiap segment intending dalam jangka pendek oleh setiap orang
dengan demikian akan selalu sesuai dengan keinginannya. Dengan kata lain,
pemenuhan keinginan per segmen akan sesuai dengan vibrasinya. Mulai dari
seseorang bangun di pagi hari, melakukan kegiatan rutin atau non-rutin, siang
hari, sore hari, dan hingga malam harinya kembali, ia memenuhi putaran-
putaran proses konvergensi per segmen. Setiap segmen yang terpenuhi (ingin-
bisa-dapat-jadi) merupakan proses Law of Attraction yang menarik hal-hal yang
serupa, sejalan, searah, dan sesuai dalam konteks subyek-obyek kesadaran.
Karena hasil jangka panjang merupakan penjumlahan jangka pendek dan
karena jangka pendek merupakan penjumlahan hasil pemenuhan komitmen
segmen per kegiatan. Dan karena komitmen tersebut merupakan ketetapan
vibrasi yang dipilih secara merdeka oleh subyek, maka dalam logika Law of
Attraction setiap orang bertanggung jawab penuh atas segala kejadian yang
dialami dirinya. Dengan kata lain, setiap kejadian yang dialami seseorang
merupakan hasil dari tarikan getaran pikirannya. Ia sendiri yang
mengundangnya secara vibrasional.
20
3. Fokus pikiran dan perasaan yang sama dan sejalan esensinya akan
meningkat dan ditarik menuju arah manifestasinya.
4. Peningkatan fokus dan arah pikiran dan perasaan tersebut akan
berkonvergensi menjadi manifestasi kenyataan yang sesuai dengan yang
diinginkan.
5. Waktu yang dibutuhkan bagi daya tarik mengkonvergensikan keinginan
dan perwujudannya akan berbeda-beda bagi setiap individu.
Tujuan ini memiliki tantangan yang tidak mudah. Perubahan lingkungan yang
sangat cepat dewasa ini memberi pengaruh yang beraneka ragam kepada
setiap orang. Setiap hari kita menerima berbagai informasi dari berbagai
media. Internet memberikan semua data yang ada dari seluruh penjuru dunia
dan berbagai pembentukan opini yang beraneka ragam jenisnya. Seberapa
efektif daya tarik pribadi kita dapat memilih pengaruh dan mempengaruhi
pikiran dan perasaan kita untuk bertindak sejalan dan searah dengan tujuan
sadar kita.
21