Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2 Angiopoietin
vascular growth factor yang teridentifikasi sebagai ligan reseptor tirosin kinase-2 (Tie-2),
angiopoietin-4 (Ang-4). Ang-1 dan Ang-2, sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan
pematangan pembuluh darah (Brindle et al., 2006; Augustin et al., 2009; Eklund and
Saharinen, 2013, Reiss et al., 2015). Keduanya memiliki struktur yang serupa, dengan
ukuran 70kDa dan mengandung sekitar 500 asam amino (Tsigkos, Koutsilieris, &
Papapetropoulos, 2003; Tania et al., 2010). Sedangkan Ang-3 dan Ang-4 bersifat species-
specific (Fiedler & Augustin, 2006). Angiopoietin terdiri atas dua domain utama. Domain
pertama adalah domain homolog fibrinogen yang diperlukan untuk mengikat reseptor
(lobus N terminal), sedangkan yang kedua adalah domain coiled-coil dan carboxy-
(Tsigkos, Koutsilieris, & Papapetropoulos, 2003; Kim et al., 2005; Barton et al., 2006;
dan di pericyte endotel yang aktif. Pada tahapan perkembangan berikutnya, Ang-2
terutama diregulasi dan diekspresikan hanya pada daerah yang menjalani remodeling
Pada dewasa, Ang-1 diekspresikan secara terus menerus oleh banyak sel yang
berbeda : pericyte, sel otot polos, fibroblas, dan beberapa sel tumor. Sedangkan Ang-2
hampir secara eksklusif diekspresikan oleh sel endotel sendiri. Messenger-RNA Ang-2
hampir tidak terdeteksi dalam pembuluh darah yang tenang, namun ia meningkat drastis
pada tempat-tempat sel endotel teraktivasi. Ang-2 tersebut disimpan dalam Weibel-
Palade Bodies (WPB) yang mana saat terjadi stimulasi ia akan dilepaskan secara cepat
Anggota famili Angiopoeitin yang pertama kali ditemukan adalah Ang-1, yang
Selanjutnya, dilakukan skrining untuk mengkloning Ang-2, Ang-3 dan Ang-4. Namun
yang paling dikenal adalah Ang-1 dan Ang-2 dan kedua ligan ini terdiri atas 60% asam
amino. Lebih sedikit yang telah diketahui tentang Ang-3 dan Ang-4. Distribusinya pada
jaringan belum dipelajari secara lebih mendalam, namun paru-paru diketahui cenderung
Tie-1 dan Tie-2 adalah reseptor tirosin kinase spesifik endotel yang ditemukan di
awal tahun 1990 yang diekspresikan oleh pembuluh darah dan sel endotel limfatik.
Keduanya memiliki sekitar 1100 asam amino dan berbagai domain ekstraseluler yang
unik. Bagian ujung amino ekstraseluler terdiri dari tiga domain mirip Endothelial Growth
Factor (EGF) kaya sistein, 2 domain mirip imunoglobulin, dan tiga domain fibronectin
type III (Barton et al., 2006; Brindle et al., 2006). Domain intraseluler reseptor Tie terdiri
atas dua bagian tirosin kinase yang terpisah oleh celah kecil (Tsigkos, Koutsilieris, &
Papapetropoulos, 2003).
sinyal melalui Tie-1. Ang-1 dapat memicu fosforilasi Tie-1 di sel endotel, tetapi
mekanismenya belum jelas diterangkan. Tie-1 hampir secara eksklusif diekspresikan oleh
sel endotel dalam angioblas yang berdiferensiasi selama pembentukan pembuluh darah,
di aorta dorsalis dari embrio dan dalam sel endotel yang bermigrasi pada jantung yang
berkembang (Korhonen et al., 1994; Brindle et al., 2006). Tie-1 meningkat dalam
keadaan hipoksia atas rangsangan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), pada
Tie-2 diekspresikan oleh sel endotel dan juga oleh sel hemopoietik dan sel
kehilangan Tie-2 menginduksi apoptosis sel endotel yang berakibat pada perdarahan
Tie-2 telah dikenal merupakan reseptor angiopoietin, sedangkan ligan Tie-1 masih
belum teridentifikasi. Menariknya, terdapat bukti bahwa kedua reseptor Tie tersebut
reseptor Tie secara luas diekspresikan dalam endotel embrionik dan dewasa. Tie-2
difosforilasi selama remodeling pembuluh darah seperti pada ovulasi dan penyembuhan
luka, namun juga dalam sel endotel yang diam. Menariknya, dalam sel endotel manusia,
hipoksia, TNF- dan IL-1 meningkatkan ekspresi Tie-2 (Tsigkos, Koutsilieris, &
Papapetropoulos, 2003).
Pembuluh darah dibangun oleh dua proses yaitu vaskulogenesis, di mana jaringan
multipotensial, dan angiogenesis, yang mana pembuluh darah yang sudah ada (pada
darah baru. Sel endotel merupakan pusatnya dari setiap proses ini : mereka bermigrasi
dan berproliferasi lalu kemudian bergabung menjadi tabung dengan hubungan antarsel
yang ketat untuk membawa darah. Sel penyokong periendotel direkrut untuk melingkupi
tabung endotel, memberikan fungsi pemeliharaan dan modulasi terhadap pembuluh; sel-
sel tersebut termasuk pericyte untuk kapiler kecil, sel otot polos untuk pembuluh yang
yang sebagian besar merupakan protein ligan yang mengikat dan memodulasi aktivitas
Receptor Tirosin Kinase Transmembran (RTKs). Umumnya RTKs tersebut secara serupa
tergabung dalam kaskade transduksi sinyal intraseluler dan memiliki kemampuan untuk
Tie-2, RTK yang selektif terhadap sel endotel, memiliki 2 ligan, Ang-1 dan Ang-
knockout pada mencit. Mencit dengan Tie-2 knockout mati pada hari 10.5 dari
embriogenesis (E 10.5). Didapatkan sel endotel dengan jumlah yang normal dan telah
bergabung menjadi tabung-tabung, namun pembuluh tersebut tidak matang, jaringan
percabangannya kurang, dan penyusunan menjadi pembuluh besar dan kecil tidak terjadi
dengan baik. Selain itu juga tidak didapatkan angiogenesis yang memvaskularisasi
hubungan yang ketat dan kompleksitas struktural; melainkan, sel endokard memiliki
bentuk yang bulat dan menyimpang, serta hanya terikat longgar pada membran basalis di
sekitarnya, dan di banyak lokasi tidak tersambung dengan sel-sel miokard. Defek yang
Tie-2 tampaknya mengontrol kemampuan sel endotel dalam merekrut sel-sel stroma
untuk melingkupi tabung endotel agar terjadi stabilisasi struktur dan memodulasi fungsi
Ang-1 dan Ang-2 yang merupakan ligan Tie-2 yang berikatan dengan reseptor
Tie-2 dengan afinitas yang serupa, dan tidak ada yang terikat dengan reseptor Tie-1.
Namun efek mereka terhadap Tie-2 berbeda, di mana Ang-1 menginduksi autofosforilasi
Tie-2 dalam sel endotel yang dikultur. Sebaliknya, Ang-2 tidak menginduksi fosforilasi
reseptor. Melainkan ia dapat secara kompetitif menghambat aktivasi kinasi oleh Ang-1
pada reseptor Tie-2. Dengan demikian Ang-2 memberikan sinyal negatif kepada Tie-2.
Selain itu, efek yang berbeda tersebut tampaknya spesifik sel endotel (Hanahan, 1997).
Dari penelitian pada mencit diketahui bahwa Ang-1 memberi sinyal pada Tie-2
untuk merekrut sel-sel penyokong, sedangkan Ang-2 menghambat sinyal ini. Mencit
yang kekurangan Ang-1 mati dengan defek vaskuler yang serupa dengan mencit yang
kekurangan Tie-2. Dan mencit yang kelebihan ekspresi Ang-2 juga mati saat
embryogenesis dengan defek vaskuler yang juga serupa. Hal ini ditunjukkan dalam
Ang-1 diekspresikan secara luas baik pada embrio maupun dewasa. Ang-2 juga
diekspresikan secara luas pada embrio. Namun, pola ekspresinya pada dewasa tidaklah
sama, di mana Ang-2 secara selektif diekspresikan di ovarium, uterus dan plasenta, tiga
jaringan tempat terjadinya angiogenesis fisiologis. Hubungan yang mungkin dari Ang-2
pada angiogenesis dewasa diselidiki saat ovulasi, yang ditandai dengan fase yang berbeda
dari ketenangan vaskuler, angiogenesis dan regresi vaskuler. Ekspresi Ang-2 pada fase-
fase ini dibandingkan dengan Ang-1 dan VEGF. Dalam folikel muda, sistem pembuluh
darah tenang, dan Ang-1 diekspresikan dengan sedikit atau tanpa ekspresi Ang-2 atau
VEGF. Dalam folikel pre-ovulasi dan corpus luteum post-ovulasi di mana angiogenesis
sedang berlangsung, baik VEGF maupun Ang-2 meningkat, sedangkan ekspresi Ang-1
tetap. Akhirnya, pada folikel non-produktif yang menunjukkan regresi vaskuler, Ang-2
pematangan dan pemeliharaan pembuluh, angiogenesis, dan regresi, seperti tampak pada
sederhana menjadi struktur pembuluh darah yang lebih luas yang terdiri atas berbagai tipe
sel, serta pemeliharaan pembuluh darah tersebut. Dengan demikian, Ang-1 dapat
membantu menjaga ketenangan sel endotel. Ekspresi fokal Ang-2 terbukti menghambat
sinyal Ang-1/Tie-2, yang menyebabkan longgarnya struktur pembuluh darah yang rapat
tersebut sehingga terpaparlah sel endotel terhadap sinyal aktivasi dari penginduksi
angiogenesis termasuk VEGF. Apabila VEGF ada, sel endotel menjadi aktif untuk
(Augustin et al, 2009). Sebagian besar penelitian tentang fungsi seluler dan transduksi
sinyal oleh Ang-1 berfokus pada Tie-2. Dengan temuan terbaru, ditemukan bahwa Ang-1
dapat memberi sinyal melalui Tie-1 dan kemungkinan juga melalui integrin, karena itu
penting untuk menentukan jalur transduksi sinyal dan fungsi seluler yang diatur oleh
reseptor tambahan ini. Sebuah penelitian menggunakan mencit dengan gen Tie-1 secara
in vivo menunjukkan bahwa Tie-1 diperlukan sel secara otonom untuk kelangsungan
hidup sel endotel selama fase akhir embriogenesis. Domain intraseluler Tie-1 dapat
merekrut sub unit p85 dari PI3K dan menggunakan pendekatan reseptor chimeric yang
terlibat dalam aktivasi Akt. Hal ini membawa pada aktivasi beberapa jalur terkait
pertahanan seperti nitric oxide synthase (eNOS) dan Survivin dan penghambatan BAD
mirip protein pro apoptosis serta Caspase 9 yang menyebabkan pertahanan sel
Tirosin pada Tie-1 terlibat dalam interaksi dengan sub unit p85 dari PI3K, muncul
dalam motif Y1117VNM. Motif ini lebih mirip dengan motif pengikat dari p85 daripada
sekuens Y1102VNT pada Tie-2, menunjukkan bahwa Tie-1 yang teraktivasi bisa menjadi
aktivator PI3K yang lebih baik daripada Tie-2. Perbedaan penting lain antara transduksi
sinyal Tie-1 dan Tie-2 adalah residu dari tirosin dalam Tie-2 yang terlibat dalam
mengatur migrasi endotel, Y1108, tidak memiliki ekuivalen pada Tie-1 dimana posisinya
Gagasan bahwa sinyal Ang-1 melalui integrin didukung oleh temuan bahwa pada
miosit, yang kekurangan reseptor Tie, aktivasi Ang-1 Akt dan Erk1/2 dihambat oleh
monolayer endotel tanpa merangsang Tie-2. Dengan demikian, integrin dapat memberi
sinyal dari Ang-1 secara independen tanpa Tie-2. Namun, integrin 51 juga
berkontribusi sendiri pada transduksi sinyal Tie-2, dihubungkan dengan Tie-2 dan
peningkatan sensitivitas dari reseptor tirosin kinase terhadap Ang-1, dengan reseptor dan
substrat p85 menjadi terfosforilasi pada konsentrasi rendah Ang-1 saat berikatan dengan
Skema representasi dari jalur sinyal signaling yang mapan dan potensial
diaktifkan oleh Ang-1 pada sel endotel. Fosfosirrosin penting ditunjukkan untuk ujung
karboksi Tie-2 dan fungsi seluler yang diatur oleh Ang-1 ditunjukkan ke bagian bawah
gambar. Struktur domain Tie-2 sangat mirip dengan Tie-1 terkait. Tie-2 adalah transduser
sinyal Ang-1 yang mapan, namun data terakhir menunjukkan bahwa Tie-1 juga
diaktifkan oleh Ang-1. Selanjutnya, kompleks heteromer antara Tie-1 dan Tie-2
terdeteksi pada sel yang mengekspresikan kedua reseptor tersebut. Namun, kemungkinan
sinyal yang berasal dari kompleks reseptor heteromer ini tetap harus didefinisikan.
Integrin telah ditemukan untuk berinteraksi dengan Ang-1 dan Tie-2, namun pentingnya
interaksi ini pada sinyal Tie-2 sebagian besar tidak diketahui. Rincian lain dari reseptor,
zat antara pensinyalan dan fungsi diberikan dalam teks. Sudut kiri atas gambar
jumlah residu asam amino yang mengapit setiap domain (Brindle et al., 2006).
Ang-1 lebih jauh dikenal sebagai sebuah sitokin anti inflamasi. Ia melindungi
terhadap sepsis terinduksi liposakarida dan mencegah kebocoran vaskuler. Efek Ang-1
terhadap permeabilitas ditunjukkan oleh Thurston et al. tahun 1999. Penelitian terhadap
pembuluh mikro dermal pada mencit yang mengekspresikan Ang-1 berlebihan (K14
terinduksi VEGF di kulit. Aktivasi Tie-2 menginduksi penggabungan ABIN2 dengan NF-
kB untuk mengeblok jalurnya untuk mencegah apoptosis dan inflamasi (Tadros et al.,
2003).
pembuluh darah kolateral yang sudah ada (arteriogenesis). Angiogenesis adalah proses
yang sangat diatur yang membutuhkan paduan interaksi dari sel endotel, matriks
Baru-baru ini, Ang-1 dan Ang-2, ligan reseptor Tie-2, telah dikenal dan
berinteraksi dengan VEGF. Contohnya, Ang-2 dan VEGF berperan secara sinergis untuk
memproduksi pembuluh darah mikro yang stabil dan fungsional. Angiogenesis koroner
pun terjadi dengan melibatkan koekspresi VEGF dan Ang-2. Menariknya, studi in vivo
lokal angiopoietin dan VEGF serta pola sementara dari ekspresi dan interaksi mereka bisa
kematangan, dan angiogenesis pada tahap-tahap neovaskularisasi (Lee, Lip & Blann,
2004).
Peningkatan angiogenesis terjadi tidak hanya pada fase akut infark miokard
namun juga fase subakut sampai kronis dari infark miokard. Peningkatan kadar Tie-2
dalam sirkulasi telah ditemukan pada pasien dengan penyakit arteri koroner. Namun,
perubahan serial dari Ang-1, Ang-2, dan Tie-2 serta hubungan mereka dengan VEGF dan
Tie-2 pada pasien yang mengalami Sindroma Koroner Akut (SKA), termasuk infark
miokard akut dan angina pektoris masih belum diketahui (Lee, Lip & Blann, 2004).
Dalam sebuah penelitian oleh Matsunaga, et al. yang menyelidiki ekspresi VEGF,
Ang-1 dan Ang-2 dalam angiogenesis koroner selama iskemia, didapatkan bahwa
densitas kapiler meningkat dalam respon terhadap episode berulang iskemia miokard,
selama oklusi berulang, densitas kapiler kembali lagi seperti awal. Perubahan dalam
densitas kapiler tersebut berkorelasi dengan ekspresi VEGF dan Ang-2 serta fosforilasi
reseptor Tie-2. Ekspresi Ang-2 meningkat dengan adanya hipoksia. Sedangkan ekspresi
Ang-1 dan reseptor Tie-2 tidak terpengaruh oleh episode berulang iskemia miokard
Kadar Angptl-2 serum meningkat pada pasien dengan SKA baik itu pada pasien
dengan infark miokard akut maupun UAP. Ini menunjukkan bahwa Angptl-2 bukanlah
suatu respon atas kerusakan atau nekrosis miokard saja. Hubungan yang positif antara
SKA dengan peningkatan kadar Angptl-2 tetap signifikan dengan Angptl-2 diidentifikasi
sebagai protein yang homolog dengan Angiopoeitin. Sehingga kadar Angptl-2 dapat
berguna untuk mendeteksi SKA dan dapat memberikan informasi tambahan terhadap
kadar troponin pada jantung dan dapat menjadi biomarker yang informatif dalam
munculnya kejadian infark miokard di masa depan, yang konsisten dengan anggapan
bahwa respon kompensasi angiogenik untuk silent iskemia atau aterosklerosis subklinis
mungkin ada bahkan juga dikaitkan dengan meningkatnya peluang infark miokard.
mengarahkan hubungan antara Ang-2 dan infark miokard yang lebih kuat pada populasi
yang menderita hipertensi dibandingkan dengan yang tanpa hipertensi. (Iribarren et al.,
2011)
Pertama, Angptl-2 memiliki efek pro inflamasi. Peningkatan inflamasi telah diketahui
merupakan hal utama dalam perkembangan dan rupturnya plak aterosklerotik, yang
dan membawa transkripsi inflamasi terkait gen seperti TNF-, IL-6, IL-1, intercellular
DAFTAR PUSTAKA
Through the Angiopoietin-Tie System. Nature Reviews Molecular Cell Biology. 10: 165-
77
277 : 48-50
Iribarren. C et al. 2011. Circulating Angiopoietins-1 and -2, Angiopoietin Receptor Tie-2
11(31) :
Lee, Kaeng W., Lip, Gregory, Blann, Andrew D. (2004). Plasma Angiopoietin-1,
352-8
Peters, Kevin G. (1998). Vascular Endothelial Growth Factor and the Angiopoietins :
Wang. Z et al. 2015. Elevated Serum Angiopoietin-like Protein 2 in Patients with Acute