Vous êtes sur la page 1sur 7

PENGEMBANGAN MODEL KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR)

(MODEL DEVELOPMENT ADOLESCENT REPRODUCTIVE HEALTH)

Made Asri Budisuari*) dan Andryansyah Arifin')

ABSTRACT
Adolescent reproductive health were influence by health service, nutrient, family environment, education information
economl cs social alnd culturai' conditions:. This stuciy used one group pretest-post lest design lo interview adolescent
reproduc,t~vehealth model. Thiis study were done in Surakarta city (Health Center Gajahan, Ngomsan and Banyuanyar)
and Serrrarang city (in Health Center Poricol. Tambisk Aji and Morota) in Jawa Tengah province. This study showed that
.
, ....- un
health eoucaoorr . .>.,-
- aoofescenr , .. . ...
reprooucrfveneafrn conducted by school teachers during class session and health education
by health provider lor Karang Taruna could improve adolesc,en! reprodr~ c t i v eheal'th knowledge. The attitude toward
reproductive health after 6 month of intervention was not changed. It is recommend6?d to implement this model at wider
. ..
areas by focusing for Secondaty school student. Health service ror adolescent, particularly counseling would be bener
conducted at school during health provider visit to school also. It is necessary to develop adolescent reproductive heanh
material for school teacher, and manual for adolescent peer educators.

Key words: model, development, adolescent reproductive health

PENDAHULUAN memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Kesehatan


Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan remaja dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, gizi
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, dan afeksi keluarga yang diperoleh mereka semasa
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. kanak-kanak. Masalah utama kesehatan pada rnasa
tetapi dalam segala aspek yang berhubungan dengan remaja adalah ( I ) masalah kesehatan sebagai akibat
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (WHO, dari gangguan kesehatan pada masa kanak-kanak,
1992). Dengan demikian kesehatan reproduksi dapat seperti gangguan gizi semasa janin dalam kandungan,
diartikan pula sebagai suatu keadaan di rnana manusia penyakit infeksidan pengalaman seksual masa kanak-
dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu kanak (sexual abuse) yang akan mempengaruhi
menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara remajasecarafisikdan mental. (2) Masaiah yang akan
sehat dan aman (Depkes.1997). rnemberikan dampak kesehatan sepanjang hidup
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik, mereka seperti kebiasaan merokok penggunaan obat-
psikologis dan perilaku secara maksimal. Masa ini obatan dan narkotika serta rninuman beralkohol yang
juga merupakan masa persiapan untuk memegang akan meningkatkan kanakalan remaja (perkelahian,
tanggung jawab yang lebih besar, masa ekplorasi dan hubungan sek dan kekerasan).
memperluas wawasan, memantapkan kesehatan Khusus di bidang kesehatan reproduksi, yang
sepanjang perkembangan lebih lanjut. Kesehatan menjadi masalah adalah keharnilan remaja dengan
remaja tergantung pada beberapa faktor yang segala akibatnya, penyakit menular seksual (HIVI
kompleks yaitu: keadaan sosial ekonomi, lingkungan AIDS) dan abortus. Beberapa data menunjukkan
di mana remaja hidup dan berkembang, kualitas bahwa penyalahgunaan narkotika, alkohol dan zat
hubungan dalam keluarga, masyarakat dan teman aditif lainnya dikalangan remaja cukup tinggi yaitu 7.7
sesama remaja (peer groups) dan kesempatan untuk per 1000 penduduk; data epidemiologi tahun 1986.

') Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Tekliologi Kesehatan (P4TK) JI. IndraDura 17 Surabaya

40
Pengembangan Model Kesehatan Reproduksi Remala (Made Asri Budisuari dan Andtyansyah Anfin)

menunjukkan sebesar 34,4% pengunjung puskesmas pendekatanterpadu antarsektor dan disiplin sehingga
yang berusia 5 15 tahun mengalami gangguan mental kebutuhan kesehatan reproduksi rernaja dapat
emosional (Depkes. 1994); sensus 1990 didapatkan terjamin secara optimal. Keteriibatan dan peran antara
bahwa 24,9% wanita menikah pada usia sebeium lain dari sektor-sektor seperti sektor pendidikan,
16 tahun, yaitu 20.1 % diperkotaan. 26,8 % pada agama, penerangan (mass media), ketenagakerjaan,
daerah pedesaan. (Bapenas dan Unicef 1994); pernuda dan olahraga serla keluarga sangat penting
penelitian di Yogyakarta oleh Universitas Islam untuk keberhasilan pemenuhan kebutuhan kesehatan
Indonesia ditemukan bahwa hubungan seksual pra reproduksi remaja. (2) program utama yang perlu
nikah 26,35% dari 846 pernikahan yang diamati. 50% dikembangkanadalah: a) mempromosikan kesehatan
diantaranya menyebabkan kehamilan dengan risiko reproduksi remaja secara optimal sesuai kebutuhan
terjadinya kematian ibu dan bayi pada kehamilan remaja antara lain: -aspek fisik (nutrisi), -aspek
remaja. Kehamilan ini, memiliki risiko 2-4 kali lebih psikologis (komunikasi), aspek moral (remaja yang
tinggi dibandingkan kehamilan pada wanita usia bertangung jawab), aspek pekerjaan (kewira-
20-35 tahun (Depkes 1994). Masalah lain adalah usahaan); b) program untuk mencegah dan
buruknya kesegaran jasrnani para rernaja. Hasil rnenanggapi rnasalah kesehatan reproduksi remaja
survey 1983 menunjukkan bahwa 60-80 % kesegaran antara lain: hubungan seks yang tidak terlindung, tidak
jasmani pada remaja pada tingkat buruk dan buruk dikehendaki (unprotected, unwanted sex), gizi buruk.
sekali (Depkes 1994). kesegaranjasmani remaja, kehamilan remaja, abortus
Menurut WHO, beberapa hambatan utama untuk dan penyakit menular seksualMiVIAIDS).
mempromosikan kesehatan reproduksi remaja Penelitian data dasar (need assessment) dl
sehingga dapat berkembang secara optimal adalah: 7 Kabupatenlkota (Kota Semarang, Surakarta dan
(1) Kurang adanya kebijakkan dan program yang Kabupaten Karang Anyar di Provinsi Jawa Tengah,
efeMif dan kegagalan untuk melibatkan remaja dalam Kota Surabaya dan Malang di Jawa Timur. Kota
kegiatan prornosi selama ini, (2) Remaja belum Denpasar dan Kabupaten Badung di provinsi Bali)
memiliki pengetahuan yang memadai tentang padatahun 1999 yang meliputi 45 puskesmas dengan
perkembangan diri mereka, terutama yang berkaitan responden yang terdiri dari a) remaja (usia 10-19
dengan seksualitas, dan perubahan hubungan yang tahun) 1429 orang (708 laki-laki dan 721 perempuan)
terjadi pada masa remaja, serta kurangnya adanya dengan tingkat pendidikan terdiri dari 526 orang
komunikasi tentang masalah yang dihadapi remaja (SMP), 492 orang (SMU) dan 411 (tidak sekolah). b)
dengan orang yang dapat dipercaya dalam rangka orang tua remaja sebanyak 450 orang (220 ayah dan
mengambil keputusan dan bertindak secara 230 ibu), c) guru sekolah sebanyak 450 orang
bertanggung jawab, (3) Kurangnya informasi tentang (225 guru SMP dan 225 guru SMU), d) 225 tokoh
berbagai bahayalakibat dari penggunaanobat-obatan masyarakat dan 227 petugas kesehatan (dokter,
dan bahan narkotika serta penyakit menular seksual, perawat, bidan, petugas UKS dan petugas
(4) Remaja yang sudah mengetahui kebutuhan akan puskesmas).
informasi dan pengetahuan, kurang memiliki
keterampilan untuk memenuhi kebutuhan mereka, METODE
karena belum adanya informasi yang memadai di
mana mereka dapat memperoleh pelayanan dan Penelitian ini menggunakan "one group pretest-
bantuan yang diperlukannya. (5) Pelayanan kesehatan posttest design" dengan menerapkan rancangan
yang tersedia masih belum dilengkapi peralatanhahan model pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Lokasi
dan petugas yang terlatih serta rnemiliki keterampilan penelitian yang dievaluasi adalah di Kota Surakarta
untuk mernberikan pelayanan pada remaja. (di Puskesmas Gajahan, Ngoresan dan Banyuanyar)
Sehubungan dengan itu WHO menganjurkan dan Semarang (di Puskesmas Poncol,Tambak Aji dan
untuk (1) agar dilakukan pendekatan yang menyeluruh Morota) di Provinsi Jawa Tengah .
terhadap kesehatan reproduksi remaja melalui
Penelitian Sistern Kesehalan - Vol. 8 No. 1 Juni 2005: 40-46
Dari tabel 4 berikut dapat dipelajari bahwa remaja
yang merniliki pengetahuan di atas rata-rata yang
Karakteristik dan Pengetahuan Remaja tergolong baik adalah 19.0%. yang tergolong cukup
adalah 39.1% dan tergolong kurang adalah 41.8%.
Tabel 1. Distribusi responden remaja menurut Sedangkan di daerah kontrol jumlah remaja yang
kelompok remaja, tahun 2002 memiliki pengetahuan kategori baik adalah 9,8%,
- srnas
- cukup (20,5%) dan yang kategori kurang adalah
Keionnpok
a1 69,6%.
Remlaia lnl Kontrol
SMP 3 (19.9%) 51 (17.2%) 110 (37.2%)
Tabel 3. Distribusi rerata nilai pengetahuan remaja
SMA 67 (22.6%) 36 (12.2%) 103 (34.8%)
menurut puskesmas interevensidan kontrol
Luar Sekolah 58 (19.6%) 25 (8.4%) 83 (28.0%)
tahun 2002
Total 184 (62.2%) 112 (37.8%) 296 (100.0%)
lenis Kode
letahuan Mean
Puskesmas
Da di atas dapat di pelajari bahwa intewensi 46.3315
1. Ciri pu...uu...l..
responden terdiri dari 110 orang remaja SMP, 103 kontrol 8 #L 37.7679
orang remaja SMIA dan 83 I>rang remaja luar sekolah. Tanda intervensi 184 43.6481
2. kehamilan kontrol 112 39.5647
. --. ..
Tabel 2. utsrrlDusi resDonaen remaja menurut jenis 3. Seksualitas
intewensi 184 52.7853
kontrol 112 46.6518
1, tahun 2(102
- Puskerimas
- 4. Aborsi
intewensi
kontrol
184
112
50.7246
44.4940
Jen
31
Kelamln Kontrol lntervmsi 5. lnfeksi menular intewensi 184 49.8075
Laki-laki 89 (30.1%) 51 (17.2%) 140 (47.3%) seksual kontrol 112 43.1734
Perempuan 95 (32.1%) 61 (20.6%) 156 (52.7%) Bahaya intervensi 184 47,5000
6, kehamilan kontrol
Total 184 (62.2%) 112 (37.8%)
-
296 (100.0%) remaja
112 42.5446

Keluarga intervensi 184 44.7739


7. berencana kontrol 112 40.3181
Dari tabel 2 di atas dapat di pelajari bahwa jenis
keiamin responden terdiri dari laki-lakisebesar (47,3%) Rerata inlervensi 184 47.7172
pengetahuan kontrol 112 42,0735
dan perempuan sebesar (52.7%).
Dari tabel 3 berikut dapat dipelajari bahwa rerata
nilai pengetahuan remaja tentang kesehatan Tabel 4. Distribusi kategori nilai pengetahuan remaja
reproduksi pada tahun 2001 (data dasar) masing- menurut puskesmas interevensidan kontrol
masing untuk daerah intervensi dan kontrol beflurut- tahun 2002
turut adalah 41,25 dan 40.34. Rerata nilai pengetahuan Kategori Puskesmas
Total
di daerah intervensi tidak berbeda secara bermakna Pengetahuan K ~ ~Intervenal
~ ~ ~ I
dibandingkan dengan daerah kontol, p = 0,669 atau Kurang 77 (413%) 78 (69.6%) 155 (52.456)
p > 0.005. Demikian juga untuk tiap jenis pengetahuan Cukup 72 (39.1%) 23 (20.5%) 95 (32.1%)
kesehatan reproduksi tidak ada perbedaan yang Baik 35 (19.0%) 11 (9.8%) 46 (15.5%)
bermakna antara daerah intervensi dan kontrol. Total 384 (100.0%) 112 (100.0%) 296 (100,0%)
Pengembangan Model Keseilalan Reproduks~Retnala (Made A s r ~Bud~suarl
dan Andryansyah Artftn)

Tabel 5. Distribusi rerata nilai pengetahuan remaja


SMP menurut puskesmas interevnsi dan Dari tabel 6 di atas dapat dipelajari bahwa terdapat
kontrol tahun 2002 perbedaan rerata nilai pengetahuan kesehatan
reproduksi remaja terjadi pada remaja luar sekolah.
NO.
Jenis Kode
Mean
Std.
-
Penaetahuan Puskesmas Deviation
Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi
intervensi 45,0847 18,0872
1. Ciri puberfas Remaja
kontrol 41,5686 18.0413
Sikap remaja yang diukur pada penelitian ini
Tanda intervensi 43.3263 17.2872
2. kehamiian kontrol
adalah aspek kognitif sikap yaitu tentang perilaku
44,1176 18.5157
intervensi 50.8475 19.6774
seksual remaja, sikap tentang aborsi dan sikap
3. Seksualitas
kontml 51.2255 20.9545
tentang upaya untuk menghindari perkawinan usia
intervensi 51.4124 21.5621 muda. Subvariabel sikap tentang perilaku seksual
4. Aborsi meliputi: hubungan seksual pra nikah remaja
kontrol 51.1438 22.4858
lnfeksl intervensi 50.0353 16,9140 perempuan, hubungan seksual pra nikah remaja laki-
5. menular kontrol 48.7745 16.0250 laki,hubungan seks atas dasar suka sama suka,
seksual
hubungan seks sebagai bukti kasih sayang laki-laki
Bahaya intervensi 48.3898 18.5798
6. kehamilan dan perempuan, remaja laki-laki yang tidak menikahi
kontrol 50,5882 17.8787
rernaja remaja perempuan yang dihamilinya, sikap remaja
Keluarga intervensi 46.3076 13.7497 yang melakukan masturbasi.
7. berencana kontrol 43.321 1 13,2880
Total intervensi 47.2241 15,0635 Kegiatan yang Dilakukan oleh Guru dan
pengetahuan kontrol 47.2485 14.9017 Puskesmas
Wawancara terhadap guru tentang kegiatan yang
Dari tabel 5 di atas dapat dipelajari bahwa pada telah dilakukan di sekolah menunjukkan bahwa yang
remaja SMP tidak terdapat perbedaan yang berrnakna dilakukan guru SMA, adalah memberikan informasi
antara puskesmas yang di intervensi maupun kontrol secara singkat tentang kesehatan reproduksi remaja
kepada remaja sebanyak 1 kali dalam periode 6 bulan
Tabel 6. Distribusi rerata nilai pengetahuan remaja pasca sosialisai kesehatan reproduksi bagi.
luar sekolah menurut puskesmas interevnsi Sedangkan gum SMP, belum ada kegiatan. Hambatan
dan kontrol tahun 2002 yang dihadapi oleh guru SMA dan SMP adalah
keterbatasan waktu dan materi yang tersedia untuk
Jenls Kode Std.
No' Pengetahuan Puskesmas Mean Deviation mengintegrasikan pesan-pesankesehatan reproduksi
intervensi 58 39.2241 17.2139 remaja dalam proses belajar mengajar. Sedangkan
1. Ciri puberfas
kontrol 25 35.2000 13,9553 khusus untuk guru SMP, mereka merasa kurang tepat
Tanda intervensi 58 39.5474 17.0215 untuk dalam menjelaskan kesehatan reproduksi bagi
2. kehamilan kontrol 25 34.0000 12.3796 remaja, dengan asumsi bahwa remaja SMP masih
intervensi 58 49.1379 21.3140 b e ~ s i muda,
a di samping merasa masih perlu memiliki
3. Seksualitas
kontrol 25 41.0000 16.3459 materi kesehatan reproduksi yang khusus bagi remaja
intervensi 58 41.0920 16.5833 SMP.
4. Aborsi
kontrol 25 35,3333 12,3322 Kegiatan yang telah dilakukan oleh puskesmas
lnfeksi intervensi 58 42,0818 14.8726 meliputi: pemberian penyuluhan di SMA, pelatihan
5. rnenular kontrol 25 35.6667 10,8473
seksual remaja sebaya dan pemberian konsultasi kesehatan
Bahaya intervensi 58 39.9138 13.1620 reproduksi bagi remaja yang berkunjung ke
6. kehamilan konlrol 25 33.0000 10.2062 puskesmas.Tidak banyak jumlah remaja yang
rernaja
berkunjung ke puskesmas untuk berkonsultasi
Keluarga intervensl 58 40.7866 12.9764
7, berencana kontrol 25 36.7500 11.6676
kebanyakan remaja mengajukan pertanyaan yang
Total intervensi 58 41.6805 12.9741 berhubungan dengan kesehatan reproduksi pada
pengetahuan kontrol 25 35,8500 10.0508 penyuluhan yang dilakukan di sekolah. Namun karena
Buletin Penelltian Ststeni Keseiiatan - Vol. 8 No. 1 Juni 2005: 40-46

keterbatasan waktu dan tenaga yang ada di pengetahuannya tentang KRR Pelayanan kesehatan
puskesmas di daerah penelitian, penyuluhan yang di bidang KRR masih terbatas pada penyuluhan yang
dilakukan hanya 1 kali dalam priode 6 bulan, itupun dilakukan 1-2 kali setahun melalui kegiatan usaha
hanya untuk SMU yang berada diwilayah kerjannya. kesehatan sekolah.
Hasil penelitian rnenunjukkan bahwa 77.3% Hasil diskusi kelompok terarah menunjukkan
remaja kurang pengetahuannya tentang bahwa perhatian para tokoh agama dan tokoh
perkembangan reproduksi (termasuk seksualitas) masyarakat terhadap kesehatan reproduksi remaja
remaja, perubahan psikologis dan ernosional remaja. sangat tinggi, serta sadar bahwa mereka menghadapi
penyakit menular seksual dan tentang bahaya masalah besar dalam ha1 reproduksi remaja. mereka
kehamilan remaja serta abortus. Remaja sangat ingin bekerja sama secara lintas sektor untuk dapat
sedikit memperoleh informasi dari sumber yang mengentaskan masalah kesehatan reproduksi remaja,
berkompeten tentang hal-ha1tersebut di atas. hanya mereka kurang memiliki pengetahuan tentang
Sebagian besar remaja (45%) mendapat kesehatan reproduksi remaja. Karena remaja adalah
inforrnasidari teman sekolah, 16.3% dari guru, 12,8% masa depan bangsa, maka mereka mengharapkan
dari petugs kesehatan, 8,7% dari orang tua dan 6,8% generasi masa depan lebih baik dari generasi
dari tokoh agama. Jumlah remaja yang pernah sekarang. Pada saat ini ditemukan bahwa belum
mendapat pendidikan seks pada waktu mengikuti berkembang upaya kesehatan reproduksi remaja
pendidikan agama di luar sekolah 53,7%, dan kesan yang paripurna yang meliputi upaya preventif, kuratif
mereka tentang seks adalah sebagai berikut: seks itu dan rehabilitatif secara terpadu dan
dosa (28.21%), seks itu menjijikan (2.11%). seks itu berkesinambungan melalui pelayanan kesehatan di
fippah (4,63%) membingungkan (25,06%%), seks itu Puskesmas dan sistem rujukannya di Rumah Sakit,
harus bertanggung jawab (40.42%). Sebanyak 49% serta kemitraan dengan lembaga swadaya
remaja perernpuan dan 47% remaja laki-laki masyarakat.
mengalami masalah pada saat pubertas. Peningkatan pengetahuan petugas kesehatan
Sikap remaja tentang perilaku seksual tentang kesehatan reproduksi remaja memungkinkan
menunjukkan 38.9% cendrung setujulsangat setuju mereka untuk dapat menangani masalah kesehatan
hubungan seks dilakukan oleh wanita atau pria reproduksi remaja secara optimal, mereka dapat
sebelum menikah. 38,2% cendrung setujulsangat berperan sebagai sumber informasi yang kornpeten
setuju bila pria tidak menikahi wanita yang dihamilinya. bagai remaja. Petugas kesehatan dapat pula berperan
39,4% responden remaja setujulsangat setuju aborsi sebagai kosnelor untuk membantu remaja dan orang
pada kehamilan pranikah. tua yang mengalami masalah kesehatan reproduksi
Sumber informasi yang berhubungan dengan seperti kehamilan di luar nikah, abortus. Di samping
kesehatan reproduksi sebagian besar 62,7% dari itu petugas kesehatandapat memberikan penyuluhan
sumber yang kurang kompeten (ternan, saudara, kepada remaja dalam upaya untuk mencegah
majalah dan radio). Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya masalah kesehatan reproduksi (penyakit
remaja kurang memiliki pengetahuan yang tepat menular seksual, aborsi, narkoba dll.).
tentang kesehatan reproduksinya dan dapat
mengakibatkan terjadinya hat-ha1 yang merugikan PEMBAHASAN
seperti kehamilan di luar nikah, abortus, penyakit
menular seksual dan perkawinan usia muda, dengan Pada penelitian ini terdapat peningkatan
berbagai akibatnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada
Pengetahuan orang tua, guru dan petugas remaja di daerah puskesmas inte~ensi dan berbeda
kesehatan puskesmas tentang kesehatan reproduksi secara bermakna dibandingkan remaja di puskesmas
juga masih kurang. Pada kelompok orang tua remaja kontrol. Perbedaan tersebut terjadi pada remaja SMA
hanya 35%. dan pada kelornpok guru hanya 15.7% dan remaja luar sekolah. Sedangkan untuk
yang rnemiliki pengetahuan yang cukup tentang pengetahuan kesehatan reproduksi remaja SMP tidak
kesehatan reproduksi rernaja (KRR). Demikian pula terdapat perbedaan yang bermakna. Hal ini dapat
60% petugas kesehatan puskesmas masih kurang terjadi karena penyuluhan yang diberikan oleh guru
Pengembangan Model Kesehatan Reproduksi Remaja (Made Asri Budisuari dan Andryansyah Arifin)

meialui pesan-pesan yang diintegrasikan dalam Rancangan model yang diterapkan dalam
proses belajar dan mengajar belum berlangsung penelitian ini masih perlu di tindaklanjuti, agar dapat
dengan baik. menghasilkan perubahan sikap dan perilaku remaja
Menurut para guru, mereka mengalami kesulitan dibidang kesehatan reproduksi. Sehingga dapat
untuk menyampaikan informasi tentang kesehatan terbina kesehatan reproduksi remaja yang optimal.
reproduksi karena ragu akan terjadi kesalah
pengertian dari fihak siswa. Sebagian guru juga KESIMPULAN DAN SARAN
menganggap siswa SMP masih belum cukup dewasa
dan belum perlu mengetahui hal-ha1 yang berkaitan Penelitian ini membuktikan bahwa intervensi
dengan kesehatan reproduksi. Petugas berupa penyuluhan yang dilakukan oleh guru SMA
puskesmaspun belum melakukan kegiatan yang telah memperoleh informasi singkat tentang
penyuluhan tentang kesehatan reproduksi. Mereka kesehatan reproduksi remaja dan penyuluhan secara
masih memprioritaskan penyuluhan di SMA di sekolah terbatas 1 kali setahun yang dilakukan oleh petugas
dan remaja luar sekolah melalui kegiatan karang puskesmas bagiremaja di SMA dan bagi remaja di luar
taruna. Ada juga puskesmas daerah intervensi yang sekolah melalui karang taruna dapat meningkatkan
-
menaundana - remaia sebava sebaaai " ,Deer educator
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
dan memberikan pelatihan singkat kepada mereka di Evaiuasi Yang dilakukan setelah 6 bulan inter~ensi
puskesmas. Demikian .juga- guru
- di SMA merasa lebih belum menunjukkan adanya perubahan sikap remaja
leluasa untuk membahas tentang kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja.
reproduksi di klas, meskipun secara terbatas. Mereka Kegiatan penyuluhan yang belum dilakukan bagi
pada umumnya meminta petugas puskesmas yang remaja SMP baik oleh guru maupun petugas
datang ke sekolah untuk memberikan penyuluhandan puskesmas dapat menyebabkan tidak adanya
atau konsuitasi bagi siswa yang membutuhkan. perubahan pengetahuan remaja SMP tentang
Sikap remaja tentang kesehatan reproduksiyang kesehatan reproduksi. Belum dilakukannya
berkenaandengan perilaku seksual, aborsi dan upaya penyuluhan ini karena adanya keterbatasan materi
menghindari pernikahan usia muda, tidak terdapat tentang kesehatan reproduksi bagi remaja SMP yang
perbedaan yang bermakna. Hal ini mungkin karena dimiliki guru, dan karena keterbatasan waktu untuk
perubahan pengetahuan pada remaja SMA dan melaksanakan kegiatan oleh petugas puskesmas
remaja luar sekolah yang terjadi seteiah 6 bulan Peiayanan kesehatan reproduksi remaja di
intervensi belum mernberikan dampak pada puskesmas kurang banyak diminatildikunjungi oleh
perubahan sikap remaja. Dibutuhkan waktu yang lebih remaja. Hal ini karena persepsi remaja tentang
lama untuk perubahan sikap dan diperlukan puskesmas sebagai tempat berobat bagi yang sakit.
peningkatan kegiatan penyuluhan yang lebih intensif Sebagian terbesar masalah kesehatan yang alami
oleh guru dan petugas puskesmas secara berkala di remaja bukanlah berupa gejala fisiklpenyakit menurut
sekolah dan di luar sekolah. Di samping itu diperlukan pengertian remaja. Oleh karena itu mereka enggan
adanya buku pegangan kesehatan reproduksi remaja datang ke puskesmas, kecuali bila memang benar ada
bagi remaja sebaya agar dapat digunakan sebagai keluhan fisik seperti nyeri haid, nyeri pada payudara
bahan rujukan tertulis. waktu haid. Remaja lebih banyak yang menanyakan
Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi masalah kesehatan reproduksi remaja sewaktu
remaja yang dilakukan di puskesmas berupa penyuluhan yang dilakukan oleh puskesmas di
konseling. kurang banyak dikunjungi remaja. Hal ini sekolah. Beberapa sekolah SMP dan SMA
kemungkinan karena citra puskesmas adalah sebagai mengharapkan adanya penyuluhan kesehatan
tempat pengobatan bagi orang yang sakit, sedangkan reproduksi remaja oleh puskesmas secara periodik
remaja yang
. .berrnasalah merasa dirinva tidak sakit.
setiap 3 bulan sekali. Sekolah juga bersedia
sehingga enggan datang ke puskesmas. Mereka lebih men~ediakantempat untuk Peia~anankonseling bag!
sering dan banyak mengajukan penanyaan pada saat remaja Yang membutuhkannYa.
dilakukan penyuluhan di sekolah oleh petugas Berdasarkan kesimpuian tersebut di atas maka
puskesmas. disarankan sebagai berikut:

45
Ruletrn Penel~tlanStst~~ni
Kesehatan - Vol 8 No 1 Junl 2005, 40-46

Di bawah ini adalah Model Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di Puskesmas

- -~ p t h e j o b m g
Pengembangan
materi sosialisasi
KRR untuk Petugas,
petugas kesehatan
' pelatihan guru
I ' pelatihan remaja sebaya
1'
guru dan rernaja
sebaya
.
) J (peer educator training)
~ -- -I ~

k ~

I Penyuluhan dan k o n s u l t a s i q
' sekolah
.-I .

i i
1 4-
1 Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja 2
1. Model ini perlu diterapkan di daerah yang lebih luas Reproduksi Panduan Fasilitator. (Tejemahan bebas
dengan rnemberikan prioritas bagi remaja SMP.
Juga diperlukan waktu yang relatif cukup lama
-
dari Counselling Skills Training in Adolescent
Sexuality and neproouctive Health. WHO 1993).
Puslitbang Pel;ayanan Ke!rehatan Badan Litbangkes
(minimal 1 tahun) urltuk rnenf?rnukan adanya
Depkes RI. Surabaya.
perubahan sikap rennaja dibicfang kesehatan
Arifin. A (1999) Stan1dar Konseling Kesehatan Reproduksi
reproduksi. - . - .
Remaja untuk rerugas rusnesmas. Puslitbang
2. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja terutama Pelayanan Kesehatan Badan Litbangkes Depkes RI.
konseling sebaiknya dilakukan di sekolah pada Surabaya.
saat kunjungan petugas puskesrnas secara Depkes. RI, 1995.Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan
periodik 3 bulan sekali ke sekolah. Untuk remaja Rennaja di Sekolah Tingk;at Lanjut. Jakarta.
luar sekolah pelayanan konseling dapat dilakukan Depkes. RI.. 1997. Pedomar1 Pelayan,sn dan MI~ d u l
pada waktu penyuluhan di kelompok karang ,. . ..~..
Konseling Kes,ehatan Rernaja. Jakarla.
-. .- .. .- .-"- .
Depkes. MI. oan w n u , I Y Y Y . Marern Inti Kesehatan
~

tar una,
Reproduksi Remaja. Jakarta.
3. Perlu dikemtbangkan materi kesehatan reproduksi
Depkes RI dan WHO. 1999. Buku Pegangan Fasiliatordan
yali g lebih IE
!ngkap dari yang sudah ada yang di Teknik Penyampaian Materi Inti Kesehatan
terbftkan oleh Depkes. Yang sesuai dengan Reproduksi RE!maja. Jakima.
kebutuhan guru untuk memberikan penjelasan Depkes. RI. Penanggulangan F'enyakit Menular Seksual
tentang kesehatan reproduksi baik bagi remaja --- tn~n.
Melalui Pelayanan ," ,
~iskarta. 1999.

SMP rnaupun bagi remaja SMA. Medscape (2001) Reproducuvr .:..- u,.-,.,
nealth and Sexual
4. Perlu dikernbangkan materi untuk pegangan bagi Transmitted Diseases. http:N dermatology.
remaja sebaya (peer educator), agar rnereka medscape. corn.
memiliki referensi tertulis yang berguna bagi Population Council, 1999. Adolescent Reproductive Health.
Jogyakarta.
penyampaian informasi yang benar dalam
UNICEF.1997. Youth Health for A Change. A Unicef
pergaulan mereka sehari-hari dengan remaja Notebook on Programming for Young Peolple's
sebayanya. Health and Development. New York.
WHO. 1997. Sexual behaviour of young people.Research.
DAFTAR PUSTAKA Development and Research Training in Human
Reproduction, Geneve WH0.1999. Strategies,
Arifin. A dan Arifin F (1998) Pelatihan Keterampilan Policies dan Practice for Immunizationof Adolescent:
Konseling Seksualitas Remaja dan Kesahatan A reviw.. Geneve.

Vous aimerez peut-être aussi