Vous êtes sur la page 1sur 8

Hakim RF et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (1): 21 - 28

[JDS]
JOURNAL OF SYIAH KUALA
DENTISTRY SOCIETY
Journal Homepage : http://jurnal.unsyiah.ac.id/JDS/
E-ISSN : 2502-0412

PENGARUH AIR REBUSAN DAUN SALAM (Eugenia polyantha wight) TERHADAP


PERTUMBUHAN Enterococcus faecalis


Rachmi Fanani Hakim1 , Fakhrurrazi1, Wahyuda Ferisa2

1
Staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Syiah Kuala
2
Program Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Syiah Kuala

Abstract
Entrerococcus faecalisis one of oral normal flora that has the ability to invaded into the tubules dentin
and able to survive in acidic and alkaline environments within the root canal.Bay leaves is one kind of
medicine antimicrobial plant that have chemical constituents such as tannins, flavonoids, essential oils,
steroids, saponins and alkaloids.The purpose of this study was to determine the effect of water stewed
of leaves at the concentration of 50%, 75% and 100% of the bacteria Entrerococcus faecalis.
Entrerococcus faecalis that have been cultured in CHROM VRE Base Vorcomicyn was incubated at
37C anaerobically. Entrerococcus faecalis that have been cultured and identified exposed to the bay
leavesstew water by standard plate count method on MHA. The results of statistical analysis using one-
way ANOVA available the value of p = 0,000 (p < 0,05), so can be concluded that stew water bay
leaves has effect on Entrerococcus faecalis growth. The effect of Stewed Water Bay Leaves on
Enterococcus faecalis was increased, by increasing itsconsentration 50%, 75%, and 100% in a row.

Keyword: Antibacterial, Entrerococcus Faecalis, Stew Of Bay Leaves

PENDAHULUAN Enterococcus faecalis adalah gram


Rongga mulut merupakan salah satu positif yang bersifat fakultatif anaerob serta
tempat dalam tubuh yang mengandung bagian dari flora normal mulut.3,4
mikroorganisme dengan populasi dan Enterococcus faecalis memiliki kemampuan
keanekaragaman paling tinggi dibanding untuk berinvasi ke dalam tubulus dentin,
tempat lain.1 Mikroorganismenya yaitu sehingga medikamen saluran akar sangat sulit
Enterococcus faecalis, Enterococcus faecalis untuk mengeliminasinya.5 Bakteri tersebut
merupakan spesies yang paling umum dan juga memiliki kemampuan untuk bertahan di
menyebabkan 85-90% infeksi enterokokus. lingkungan asam dan basa di dalam saluran
Enterokokus adalah salah satu penyebab akar. Enterococcus faecalis resisten pada
infeksi nosokomial yang paling sering, kedua lingkungan tersebut, lingkungan asam
terutama di unit perawatan intensif, dan seperti dentin karies termasuk saluran akar,
ditularkan dari satu pasien ke pasien lainnya.2 dan lingkungan basa seperti saluran akar
diobati dengan Ca(OH)2.4 Bakteri ini juga
merupakan bakteri yang resisten terhadap
bahan antimikrobial yang umum digunakan
Corresponding author sering diisolasi dari perawatan saluran akar
Email address : rachmifananihakim@yahoo.com
yang gagal.6

21
Hakim RF et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (1): 21 - 28

Saat ini obat-obatan antimikroba BAHAN DAN METODE


alternatif mulai banyak diteliti dan ditemukan Jenis penelitian ini adalah eksperimental
aktivitas antimikroba khususnya antibakteri laboratori dengan desain penelitian post test
pada tanaman rempah-rempah. Daun salam only control group untuk mengetahui
(Eugenia polyantha wight) merupakan salah pengaruh air rebusan daun salam (Egugenia
satu jenis tanaman obat antimikroba. polyantha wight) pada berbagai konsentrasi
Beberapa bahan kimia yang bersifat terhadap bakteri Enterococcus faecalis.
antimikroba yang didapat dari daun salam Sampel pada penelitian ini adalah isolat
(Eugenia polyantha wight) adalah Phenol, Enterococcus faecalis ATCC 29212 berasal
Quinone, Flavonoid, Tanin, Coumarin, dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Terpenoid, Minyak atsiri, Lectin, Polypeptida, Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Syiah
Alkaloid, Polyamine, Isothiocyanate, Kuala Banda Aceh, daun salam (Eugenia
Thiosulfinate, Glucoside dan Polyacetylene.7,8 polyantha wight) yang berada di Lambhuk
Bagian tanaman salam yang paling banyak Banda Aceh.
dimanfaatkan adalah daunnya dan daun salam
juga berfungsi sebagai obat kumur. Winarto Kultur Enterococcus faecalis dilakukan
(2004) menyatakan bahwa daun salam pada media CHROM-agar VRE diinkubasi 48
mempunyai kandungan kimia yaitu tanin, jam pada suhu 37C.11,12 Identifikasi
flavonoid, dan minyak atsiri 0,05% yang Enterococcus faecalis dengan pewarnaan
terdiri dari eugenol dan sitral.2 Gram. Preparat yang kering diamati di bawah
mikroskop cahaya untuk mengkonfirmasi
Kandungan kimia daun salam warna Enterococcus faecalis sebagai Bakteri
merupakan bahan aktif yang mempunyai efek Gram positif.11,13
farmakologi. Tanin dan flavonoid merupakan
bahan aktif yang mempunyai efek anti- Enterococcus faecalis yang telah
inflamasi dan antimikroba, sedangkan minyak dibiakkan di media CHROM-agar VRE Base
atsiri mempunyai efek analgesik.1,9 Penelitian Non-vancomycn, selanjutntya diambil dengan
yang dilakukan oleh Sumono dan Wulan jarum ose 1-2 dan disuspensikan ke dalam
(2009) membuktikan bahwa kemampuan air tabung reaksi berisi NaCl 0,9% 5 ml.
rebusan daun salam (Eugenia polyantha Kemudian dihomogenkan menggunakan
wight) dengan konsentrasi 50%, 75%, dan vortex. Kekeruhan suspensi bakteri
100% dapat menurunkan jumlah koloni disetarakan dengan larutan Mc. Farland (3 x
bakteri Streptococcus sp, semakin tinggi 108 CFU/ml). E.faecalis lalu diinkubasi
konsentrasi rebusan daun salam, jumlah dalam inkubator selama 48 jam pada suhu 37
koloni bakteri Streptococcus sp, semakin C. Pengamatan dilakukan setelah 48 jam
sedikit.1 Penelitian lain oleh Noveriza dan dengan cara menghitung koloni Enterococcus
Miftakhurohmah juga membuktikan bahwa faecalis yang tumbuh pada media dengan
ekstrak methanol daun salam dapat colony counter. Tabung yang dipilih adalah
menghambat pertumbuhan Fusarium yang memiliki jumlah koloni 30-300 koloni
oxysporum, meskipun persentase penghambat bakteri.11
tertinggi hanya sebesar 57,16 % pada Untuk Pembuatan Air Rebusan Daun
konsentrasi 5%.10 Salam bahan yang diperlukan untuk
Berdasarkan uraian di atas maka mendapatkan air rebusan adalah akuades dan
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui simplisia kering daun salam. Simplisia kering
pengaruh air rebusan daun salam (Eugenia dibuat dengan cara daun salam yang masih
polyantha wight) dengan konsentrasi 50%, segar dari daun yang sudah warna hijau tua,
75% dan 100% terhadap pertumbuhan bakteri dicuci bersih, kemudian dikeringkan dengan
Enterococcus faecalis. cara dianginkan (jangan terkena sinar
matahari). Daun salam yang telah kering
dihaluskan dengan blender sehingga menjadi
serbuk kering. Sediaan cair yang dibuat
dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan

22
Hakim RF et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (1): 21 - 28

air pada suhu 90C selama 15 menit. sebanyak tiga kali. Hasil dari pengujian ini,
Konsentrasi infusum 100% didapatkan pertumbuhan koloni bakteri Enterococcus
dengan cara larutan yang telah didapat faecalis setelah dibagi dengan tingkat
diuapkan sampai volume menjadi 15 ml, pengencerannya (10-6) maka diperoleh
selanjutnya larutan infusum diencerkan jumlah rata-rata pertumbuhan koloni
menggunakan akuades steril sesuai terbanyak pada kelompok perlakuan dengan
14
konsentrasi 50%, 75%. konsentrasi 50% yaitu 21 x 106 CFU/ml, dan
pertumbuhan koloni yang paling sedikit
Uji Pengaruh Air Rebusan Daun Salam
berada pada konsentrasi 100% yaitu 4 x 106
Terhadap Pertumbuhan Enterococcus
CFU/ml, sedangkan pada kelompok kontrol
faecalis. Lima tabung reaksi disiapkan dan
positif (CHX 2%) tidak terdapat pertumbuhan
ditandai sesuai konsentrasi yangdigunakan.
koloni bakteri dan kelompok kontrol negatif
Tabung 1 diisi dengan chlorhexidine 2%
(akuades) terdapat pertumbuhan bakteri
(kontrol positif), tabung 2 diisi akuades steril
sebanyak 62,3 x 106 CFU/ml. Hasil
(kontrol negatif), tabung 3 diisi air rebusan
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.
daun salam konsentrasi 50%, tabung 4 diisi
air rebusan daun salam konsentrasi 75% dan Hasil uji normalitas menunjukkan
tabung 5 diisi air rebusan konsentrasi 100%. distribusi dan homogenitas varian data
Kemudian setiap tabung diisi 0,5 ml suspensi penelitian adalah normal dengan nilai p>0,05.
Enterococcus faecalis yang sudah dilakukan Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai p<0,05,
pengenceran menggunakan pipet eppendorf membuktikan terdapatnya pengaruh dari
dan dimasukkan ke dalam masing-masing kelompok uji terhadap pertumbuhan
tabung lalu dihomogenkan menggunakan Enterococcus faecalis. Hasil uji lanjut Least
vortex. Selanjutnya dari masing-masing Significant Difference ditunjukkan pada tabel
tabung diambil 0,1 ml suspense Enterococcus 2.
faecalis dengan menggunakan pipet Pada Tabel 2 menunjukkan terdapat
eppendorf. Cawan petri diberi label sesuai perbedaan bermakna pada tiap konsentrasi
dengan label pada tabung dan diteteskan ke air rebusan daun salam 50%, 75% dan 100%
cawan petri untuk ditanam di media MHA terhadap kontrol negatif akuades. Konsentrasi
dengan metode spread plate menggunakan air rebusan daun salam 100% tidak berbeda
batang L. Lalu diinkubasi dalam inkubator bermakna dengan kontrol positif CHX.
selama 48 jam pada suhu 37oC dengan
suasana anaerob. Selanjutnya 48 jam jumlah
koloni pada media MHA dihitung dengan
colony counter.11
Analisis data hasil penelitian dilakukan
dengan uji one way ANOVA satu arah untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh atau
tidak pada tiap kategori perlakuan. Jika
terdapat pengaruh maka dilanjutkan dengan
uji Least Significant Difference (LSD) untuk
mengetahui kelompok yang memiliki
perbedaan yang bermakna.15

HASIL

Pada penelitian ini, pengujian pengaruh


air rebusan daun salam terhadap pertumbuhan
koloni Enterococcus faecalis dilakukan pada
media MHA dan setiap perlakuan diulang

23
Hakim RF et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (1): 21 - 28

Tabel 1. Jumlah Koloni Enterococcus faecalis Setelah Diuji dengan Air Rebusan Daun
Salam
Rata-Rata Jumlah
Jumlah Koloni (CFU/ml)
Konsentrasi Bahan Koloni E.faecalis
Uji P1 (CFU/ml)
P2 P3
6 6
Akuades 64 x 10 51 x 10 72 x 106 62,3 x 106

CHX 2% 0 0 0 0

50% 15 x 106 20 x 106 28 x 106 21 x 106

75% 12 x 106 19 x 106 21 x 106 17,3 x 106

100% 5 x 106 1 x 106 6 x 106 4x 106

Keterangan: P. Pengulangan, CFU (Colony Forming Unit) suatu mikroba yang membentuk suatu koloni dalam ml.

Tabel 2. Tabel uji Least Significant Difference (LSD)


Kelompok 50% 75% 100% Akuades CHX
Perlakuan

50% - 0,35 0,00* 0,00* 0,00*

75% 0,35 - 0,01* 0,00* 0,00*


100% 0,00* 0,01* - 0,00* 0,38

Akuades 0,00* 0,00* 0,00* - 0,00*

CHX 2% 0,00* 0,00* 0,38 0,00* -

* =p<0,05, terdapat perbedaan bermakna

PEMBAHASAN daun salam ditimbang dengan timbangan


analitik sebesar 15 gram, setelah itu daun
Pada penelitian ini daun salam (Eugenia
salam diletakkan dalam panci infus dan
polyantha wight) menggunakan air rebusan.
ditambahkan akuades sebanyak 150 ml,
Bahan yang diperlukan untuk mendapatkan
kemudian dipanaskan dalam panci infus
air rebusan adalah akuades dan simplisia
selama 15 menit dengan suhu 900C, setelah
kering daun salam. Simplisia kering didapat
itu larutan disaring menggunakan kain kasa
dengan cara daun salam (Eugenia polyantha
steril. Konsentrasi infusum 100% didapatkan
wight) dipanen dengan memotong dahan
dengan cara larutan yang telah didapat
pohonnya, dipisahkan dari tangkainya,
diuapkan sampai volume menjadi 15 ml,
selanjutnya dicuci dengan air bersih,
selanjutnya larutan infusum diencerkan
ditiriskan dan dikeringkan dengan cara
menggunakan akuades steril sesuai
dianginkan (tidak terkena sinar matahari).
konsentrasi 50% dan 75%.14,17
Daun salam yang telah kering dihaluskan
dengan blender sehingga menjadi serbuk Hasil kultur bakteri setelah diinkubasi
kering.16,14 Sediaan cair yang dibuat dengan dalam keadaan anaerob selama 48 jam pada
air rebusan simplisia nabati dengan air pada suhu 37C menunjukkan bahwa bakteri yang
suhu 900C selama 15 menit. Pembuatan air tumbuh pada media selektif CHROM-Agar
rebusan daun salam dilakukan sesuai tahapan, VRE Base Non-vancomicyn adalah

24
Hakim RF et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (1): 21 - 28

Enterococcus faecalis. Hal ini terlihat dari tingkat pengenceran yang sesuai dengan
warna yang terbentuk yaitu biru kehijauan syarat metode Standard Plate Count (SPC),
yang disebabkan karena CHROM-Agar VRE cawan yang dipilih adalah cawan yang
Base Non-vancomicyn memiliki komponen memiliki pertumbuhan bakteri berkisar 30-
chromogenic mix yang mengandung x- 300 koloni/cawan, suspensi pada tingkat
glucoside sebagai chromogen. Chromogen x- pengenceran tersebut dicampurkan dengan air
glucoside ini digunakan untuk rebusan daun salam (Eugenia polyantha
mengidentifikasi Enterococcus faecalis wight) yang telah disiapkan sesuai dengan
dengan cara memecah chromogen x-glucoside konsentrasi pengenceran yang diharapkan
yang ada pada media oleh enzim - untuk dilihat pengaruh air rebusan daun salam
glukosidase yang dimiliki Enterococcus dari Enterococcus faecalis.11,18
faecalis, sehingga menghasilkan warna biru Pada penelitian ini, hasil uji pengaruh
kehijauan.18,19 air rebusan daun salam (Eugeniapolyantha
Tahap selanjutnya adalah konfirmasi wight) terhadap pertumbuhan Enterococcus
Enterococcus faecalis dengan pewarnaan faecalis menunjukkan bahwa pengaruh air
Gram. Hasil pewarnaan Gram Enterococcus rebusan daun salam mampu menghambat
faecalis yang telah dikultur pada media pertumbuhan Enterococcus faecalis pada
CHROM-Agar VRE Base Non-vancomicyn setiap konsentrasi. Hal ini dibuktikan dengan
menunjukkan warna ungu dengan bentuk menurunnya jumlah koloni Enterococcus
kokus berantai pendek. Warna ungu yang faecalis yang tumbuh di setiap konsentrasi
terbentuk menunjukkan bahwa Enterococcus perlakuan jika dibandingkan dengan kontrol
faecalis merupakan bakteri Gram-positif, hal negatif. Hasil perhitungan rata-rata jumlah
ini disebabkan karena bakteri Gram-positif koloni Enterococcus faecalis yang tumbuh
memiliki struktur dinding sel. Pemberian secara berurutan pada konsentrasi 50% yaitu
kristal violet menyebabkan seluruh 21 x 106 CFU/ml, 75% yaitu 17,3 x
permukaan bakteri terwarnai bakteri Gram- 106CFU/ml, 100% yaitu 4x 106 CFU/ml,
positif. Penambahan Ieugols iodine akan kontrol negatif yaitu 62,3 x 106 CFU/ml
menghasilkan ikatan kristal violet dengan dankontrol positif yaitu 0 CFU/ml. Seperti
iodine yang akan meningkatkan kemampuan terlihat pada tabel 1 yang menunjukkan
pengikatan zat warna oleh bakteri. Tetesan meningkatnya konsentrasi air rebusan daun
etanol 96% menyebabkan terbentuknya pori- salam menyebabkan penurunan jumlah koloni
pori karena lapisan lipid larut dalam etanol bakteri Enterococcus faecalis. Konsentrasi
sehingga kompleks kristal violet-iodine akan terendah yang dapat menurunkan jumlah
lepas dari permukaan sel. Pada bakteri Gram- koloni bakteri Enterococcus faecalis
positif hanya terbentuk pori-pori kecil dibanding dengan kontrol negatif adalah pada
sehingga kompleks Kristal violet-iodine yang konsentrasi 50%. Kemampuan air rebusan
berwarna ungu dapat dipertahankan. daun salam dalam menghambat pertumbuhan
Pemberian safranin yang berwarna merah bakteri juga telah diuji oleh beberapa peneliti
tidak akan berpengaruh pada bakteri Gram- sebelumnya dengan menggunakan bakteri
positif.11,18 yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh
Sumono dan Wulan (2009) menunjukkan air
Pengujian pengaruh air rebusan daun
rebusan daun salam (Eugenia polyantha
salam (Eugenia polyantha wight) terhadap
wight) pada konsentrasi 50%, 75% dan 100%
Enterococcus faecalis. Dengan metode dilusi
dapat menurunkan jumlah koloni bakteri
digunakan untuk menentukan pengaruh air
Streptococcus sp. Penelitian lain oleh
rebusan daun salam (Eugenia polyantha
Noveriza dan Miftakhurohmah juga
wight) terhadap pertumbuhan Enterococcus
membuktikan bahwa ekstrak methanol daun
faecalis. Metode serial dilution adalah proses
salam dapat menghambat pertumbuhan F.
pengenceran bertingkat yang bertujuan untuk
Oxysporum.10
memperkecil atau mengurangi jumlah
mikroba dalam suatu cairan. Setelah Hasil penelitian ini dan beberapa
pengenceran bertingkat selesai dan diperoleh penelitian sebelumnya juga telah
25
Hakim RF et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (1): 21 - 28

membuktikan bahwa daun salam (Eugenia koloni air rebusan daun salam 50% telah
polyantha wight) memiliki antibakteri karena mampu menghambat pertumbuhan koloni
memiliki senyawa aktif berupa saponin, bakteri dibanding kontrol negatif. Pada
triterpenoid, flavonoid, polifenol, alkaloid, konsentrasi 75% air rebusan daun salam
tanin dan minyak atsiri.19, 20Saponin bersifat menunjukkan peningkatan kemampuan untuk
antibakteri dengan mengganggu permeabilitas menghambat pertumbuhan koloni bakteri
membran sel bakteri dapat menyebabkan Enterococcus faecalis dibandingkan dengan
kerusakan dan menyebabkan keluarnya konsentrasi 50% dankonsentrasi 100% juga
berbagai komponen yang ada pada sel bakteri lebih banyak menghambat pertumbuhan
yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida.21 koloni Enterococcus faecalis dibanding pada
Triterpenoid merupakan senyawa yang dapat konsentrasi 50% dan 75%. Namun,
memberikan bau atau aroma khas pada konsentrasi air rebusan daun salam tidak
tanaman, walaupun mekanisme kerja mampu menghambat pertumbuhan koloni
triterpenoid sebagai bahan antibakteri belum secara keseluruhan seperti pada kontrol positif
diketahui dengan baik, akan tetapi senyawa (CHX 2%) karena CHX2% mengandung sifat
tersebut diduga terlibat dalam perusakan bakterisid dan bakteriostatik dengan merusak
membran sel oleh senyawa lipofilik.22 integritas sel membran yang menyebabkan
Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri pengendapan cairan sitoplasma, CHX 2%
dengan cara membentuk senyawa kompleks lebih efektif terhadap Enterococcus
terhadap protein ekstraselular yang faecalis.26,27Dari penelitian ini, dapat
mengganggu integritas membran sel bakteri disimpulkan bahwa Eugenia polyantha wight
dan kematian sel.23,14,24 Polifenol merupakan memiliki antibakteri berpengaruh dalam
senyawa golongan dari fenol yang berperan menghambat pertumbuhan Enterococcus
merusak membran sitoplasma bakteri, faecalis.
sehingga menyebabkan ketidakstabilan fungsi
pengendalian susunan protein dari sel
bakteri.18 Alkaloid bersifat antibakteri dengan KESIMPULAN
sifatnya yang basa sehingga mempengaruhi
Air rebusan daun salam (Eugenia
tekanan osmotik antara bakteri dengan
polyantha wight) berpengaruh terhadap
lingkungan hidupnya.25 Senyawa tanin
pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.
diketahui mampu menghambat enzim DNA-
Pengaruh air rebusan daun salam (Eugenia
topoisomerase yang mengakibatkan
polyantha wight) terhadap bakteri
terhambatnya proses replikasi bakteri. Tanin
Enterococcus faecalis meningkat dengan
juga mempunyai mekanisme mempresipitasi
bertambah konsentrasi berturut-turut mulai
protein bakteri dan menginaktivasi protein
konsentrasi 50%, 75% dan 100%.
transpor pada dinding sel bakteri, sehingga
akan merusak dinding sel bakteri.20,24Minyak
atsiri disebabkan oleh senyawa fenol dengan DAFTAR PUSTAKA
mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak
membran sel bakteri dengan melarutkan
1. Sumono A dan Wulan A. Kemampuan air
lemak yang terdapat pada dinding sel.
rebusan daun salam (Eugenia polyantha
Terjadinya kerusakan pada membran sel
w) dalam menurunkan jumlah koloni
mengakibatkan terhambatnya aktivitas dan
bakteri Streptococcus Sp. Majalah
biosintesa enzim-enzim spesifik yang
Farmasi Indonesia 2009;20:112-118.
diperlukan dalam reaksi metabolisme dan
kondisi ini pada akhirnya menyebabkan 2. Jewetz, Melnick, dan Adelberg.
kematian pada bakteri.14,22 Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 32
Jakarta : EGC; 2008:245.
Penelitian ini menggunakan akuades
sebagai kontrol negatif dan CHX 2% sebagai 3. Ahangari Z, Eslami G, Ghannad S. In
kontrol positif. Berdasarkan hasil uji pengaruh vitro antimicrobial activity of propolis in
air rebusan daun salam terdapat jumlah koloni comparison with calcium hydroxide
Enterococcus faecalis menunjukkan jumlah
26
Hakim RF et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (1): 21 - 28

against Enterococcus faecalis. J Dent Sch vitro study. World Journal of Dentistry.
2012;30:9-17. 2012;3:26-31.
4. Nakajo K, Komori R, Ishikawa S, Ueno 13. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi.
T, Suzuki Y, Iwami Y, Takahashi N. Madura: Laboratorium Prodi
Resistance to acidic and alkaline Agroekoteknologi Universitas Tronojoyo,
environments in the endodontic pathogen 2012. Hal 1-2
Enterococcus faecalis. Oral Microbiology 14. Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran
Immunology 2006;21:283-288. dan Kesehatan. Salemba Medika. Edisi 5
5. Love RM. Invasion of dentinal tubules by 11-12.2011 Jakarta
root canal bacteria. Endodontic Topics 15. Wartini Ni Made. Senyawa penyusunan
2004;9:52-56. ekstrak flavor daun salam (Eugenia
6. Zolleti, Siquera J, Santos. Identification polyantha Wight) hasil distilasi uap
of Enterococcus faecalis in root- filled menggunakan pelarut n- heksana dan
teeth with or without periradikular lesion tanpa N-heksana. Agrotekno 2009;15:72-
by culture-dependent and- independent 77.
approaches clinical research. JOE 2006; 16. Dewanti S, Wahyudi MT, Antibacteri
32:722-726. activity of bay leaf infuse (Folia
7. WO Cendranata, K Djamhari M, P Endah Syzygium polyanthum wight) To
A. Daya hambat ekstrak daun sambiloto Escherichia coli in-vitro. Jurnal Medika
(Andrographis paniculata) terhadap Planta 2011; 1: 78-81.
populasi bakteri pada ulser Recurrent 17. Erawati. Uji Aktivitas Antioksidan
apthous stomatitis. Jurnal PDGI 2012; Ekstrak Daun Garciniadaedalanthera
61:20-23. pierre dengan Metode DPPH (1,1-Difenil
8. Murhadi, AS Suharyono, Susilawati. pikrilhidrazil) dan Identifikasi Golongan
Aktivitas antibakteri ekstrak daun salam Senyawa Kimia dari Fraksi Paling Aktif.
(Eugenia polyantha ) dan daun pandan Depok: Universitas Indonesia. Januari
(Pandanus amaryllifolius) Jurnal Teknol 2012. Skripsi. Hal 8
dan Industry Pangan 2007;18:17-24. 18. Qamari AC. Aktivitas Antibakteri
9. Studiawan H, Santosa HM.Uji aktivitas Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomun
penurun kadar glukosa darah ekstrak burmannii) Terhadap Pertumbuhan
daun eugenia polyantha pada mencit yang Enterococcus faecalis. Banda Aceh:
diinduksi aloksan. Media Kedokteran Universitas Syiah Kuala. 2014. Skripsi.
Hewan 2005;21:62-65. Hal 31
10. Noveriza R, Miftakhurohmah. Efektivitas 19. Anonymous. Chromogenic listeria
ekstrak metanol daun salam (Eugenia differential supplement. Accessed on
polyantha) dan daun jeruk peruk (Cytrus December 27th 2014 http:www.toku-
histrix) sebagai anti jamur pada e.com/ProductPDF/MS086%20MS081%
pertumbuhan Fusarium oxysporum. 20MS079.pdf.
Jurnal Littri 2010;16:6- 11. 20. Adrianto Dias WA. Uji Daya Antibakteri
11. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar. Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha
Purwokerto: Laboratorium Mikrobiologi wight) Dalam Pasta Gigi Terhadap
Universitas Jenderal Soedirman, 2008. Pertumbuhan Streptococcus mutans.
Hal 35. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi,
Februari. 2012. Skripsi. Hal 5
12. Anjali K, Gururaj Nadig, Jayashree
Hegde, S Lekha. Assessment of 21. Hardanti MY. Pengaruh Air Rebusan
antimicrobial activity of endodontic Daun Salam (Eugenia polyantha wight)
sealers on enterococcus faecalis: an in Sebagai Bahan Desinfeksi dengan Teknik
Semprot Terhadap Jumlah Koloni Bakteri
27
Hakim RF et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (1): 21 - 28

Rongga Mulut Pada Cetakan Alginat.


Jember: Januari 2014. Skripsi. Hal 7
22. Setyowati E, Prayitno BS, Sarjito.
Pengaruh Perendaman Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava. L)
Terhadap Kelulus Hidupan dan Histologi
Hati Ikan Patin (Pangasius
hypophtalamus) yang Diinfeksi Bakteri
Edwardsiella tardai. Journal of
Aquaculture Management and
Technology 2014; 4(3):174-182
23. Wiryawana KG, Luvianti S, Hermanab
W, Suharti S. Peningkatan Performa
Ayam Broiler dengan Suplementasi Daun
Salam [Syzygium polyanthum (Wight)
Walp] Sebagai Antibakteri Escherichia
coli.Media Peternakan 2007;30:55-62.23.
24. Dwita E. Efek Antibakteri Ekstrak Daun
Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius
roxb) Terhadap Pertumbuhan
Aggregabacter actinomycetemcomitans
Secara In Vitro. Banda Aceh: April.
2014. Hal 47
25. Haryani adam, Grandiosa R, Buwono DI,
Santika A. Uji Efektivitas Daun Pepaya
(Carica papaya) Untuk Pengobatan
Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila
pada Ikan Mas Koki (Carrassius auratus).
Jurnal Perikanan dan Kelautan
2012;3(3):213-220
26. Athanassiadis B, Abbott PV, Walsh LJ.
The use of calcium hydroxide, antibiotics
and biocides as antimicrobial
medicaments in endodontics. Aust Dent J
Suppl 2007:52(1):64-82
27. Saputri FA. Perbedaan Efektivitas
Antibakteri Antara Klorheksidin 2% dan
Propolis 25% Terhadap Enterococcus
faecalis (in vitro). Makassar: Februari.
2013. Skripsi

28

Vous aimerez peut-être aussi