Vous êtes sur la page 1sur 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang sangat vital bagi mahluk
hidup, terutama bagi manusia. Kekurangan atau tidak mendapatkan oksigen
hanya dalam waktu 4-6 menit dapat mengakibatkan kematian. Oksigen diperoleh
melalui proses bernafas (pernafasan), proses bernafas diantaranya meliputi
Inspirasi (menghirup udara) dan ekspirasi (mengeluarkan udara).

Peran pernafasan adalah untuk mengelola pertukaran oksigen dan


karbondioksida antara udara dengan darah, oksigen diperlukan oleh semua sel
untuk menghasilkan energi. Organ pernafasan yang peranannya sangat vital
adalah paru-paru, dalam melakukan fungsinya, normalnya paru-paru terutama
alveolus mempunyai daya elastis untuk kembang kempisnya paru, paru
mengembang saat inspirasi dan mengempis saat ekspirasi.

Ada suatu keadaan tertentu abnormal yang mengakibatkan paru-paru


kehilangan daya elastisitasnya yaitu pada penyakit empeima. Empeima adalah
proses supurasi (kerusakan jaringa) yang terjadi di dalam rongga pleura sehingga
cairan pleura menjadi keruh dan kental, endapan fibrin akan membentuk
kantung-kantung yang akhirnya akan melokalisasi nanah tersebut.

Empeima merupakan penyakit yang termasuk dalam bagian Penyakit


Paru Obstruksi Menahun (PPOM) penyebab dari empeima adalah infeksi yang
bisa berasal dari paru-paru pneumonia, abses paru, sedangkan dari luar paru
diantara trauma thorax, pembedahan thorax dan infeksi kuman, diantaranya
stafilokokus, streptokokus, bakteri gram negatif dan bakteri anaerob.

Dari hasil pelayanan UPF Paru RSUD Ulin Banjarmasin dari bulan
januari hingga desember 2002, ada 1 kasus pasien dengan empeima, sedangkan
pada periode januari hingga desember 2003 ada 1 kasus pasien dengan penyakit
empeima.

Dari hasil evaluasi bagian rekam medik Rumah Sakit Islam Banjarmasin
didapatkan data bahwa dari periode januari hingga desember 2003 kasus
empeima hanya terdapat 1 kasus.

Empeima marupakan suatu penyakit yang sangat perlu penanganan secara


intensif karena penderita empeima dapat mengalami empeima nesesitosis, syok
sepsis, gagal jantung kongestif. Pengobatan pada penderita empeima terdiri dari
pengosongan rongga pleura, pemberian anti biotik, penutupan rongga empeima,
pengobatan kausal dan pengobatan tambahan.

Berdasarkan fenomena dan fakta diatas, maka penulis merasa perlu untuk
memberikan dan menguraikan proses asuhan keperawatan pada klien dengan
empeima.

B. Tujuan Umum.
Melaksanakan dan melaporkan asuhan keperawatan pada klien Tn.An
diruang III RSUD Ulin Banjarmasin secara komprehensif melalui pendekatan
dan proses keperawatan.

C. Tujuan Khusus.
Sesuai dengan tujuan umum diatas maka dirumuskan beberapa tujuan
khusus yaitu :
1. Melakukan pengkajian untuk mendapatkan data yang meliputi faktor
biologis, psikologis, sosial dan spiritual pada klien Tn.An di ruang III RSUD
Ulin Banjarmasin.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan yang diperoleh dari data hasil pengkajian
pada klien Tn.An di ruang III RSUD Ulin Banjarmasin.
3. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien Tn.An di ruang III
RSUD Ulin Banjarmasin.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana yang telah disusun
pada klien Tn.An di ruang III RSUD Ulin Banjarmasin.
5. Melakukan evaluasi atas asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
klien Tn.An di ruang III RSUD Ulin Banjarmasin.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan secara keseluruhan pada klien
Tn.An di ruang III RSUD Ulin Banjarmasin.

D. Metodologi Asuhan.
Asuhan keperawatan yang diberikan adalah dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, perumusan
diagnosa, penyusunan rencana keperawatan, implementasi keperawatan,
melakukan evaluasi atas asuhan keperawatan yang diberikan, dan
mendokumentasikan hasil dari seluruh proses keperawatan yang telah dilakukan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis Empeima.


1. Pengertian.
Empeima ialah proses suparasi yang terjadi di dalam rongga pleura,
dimana rongga tersebut secara anatomis sudah ada. (Alsagaff, 1995: 155)

Empeima dalam thoraks didefinisikan sebagai efusi pleura terinfeksi


bakteri purulensi bisa terlokalisasi atau bisa mengakibatkan keseluruhan
kavitas thoraks. (Sabiston, 1999: 667)

Empeima adalah gumpalan dari nanah / pus pada rongga pleura,


empeima terjadi dari komplikasi bakteri atau abses yang lama. (Suzanne C,
1999: 445)

Empeima adalah adanya pus pada rongga tubuh / pleura, faktanya dari
kehadiran purulen diantara rongga pleura, komplikasi dapat terjadi pada fase
post operasi thoraks seperti pneumonectomy. (Bryant, 19: 230)

2. Etiologi.
Penyebab empeima adalah infeksi yang berasal dari paru atau luar
paru :
a. Infeksi berasal dari paru adalah pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru,
aktinomikosis paru.
b. Infeksi dari luar paru adalah trauma thoraks, pembedahan thoraks
torasentesis, abses hati karena amoeba, fistei esofagus pleura. (Alsagaff,
1996: 155)

Empeima bisa berakibat perluasan langsung dari komponen abses atau


pneumonia atau bisa menyebar dari asal hematogen atau limfatik, sebab lain
mencakup ruptura trakea atau bronki, ruptura esofatus atau abses hati atau
latrogenik dari tahap efusi pleura atau sebab kurang lazim seperti
osteomelitis. (Sabiston, 1999: 667)

3. Patofisiologi.
Akibat invasi kuman piogenik ke pleura, timbul keradangan akut yang
diikuti dengan pembentukan eksudat serus. Dengan bertambahnya sel-sel
paru, baik yang hidup ataupun yang mati dan peningkatan kadar protein
dalam cairan pleura, maka cairan pleura jadi keruh dan kental, endapan fibrin
akan membentuk kantong-kantong yang akhirnya akan melokalisasi nanah
tersebut, apabila berhubungan dengan bronkus maka akan timbul pistel
bronko pleura atau apabila nanah menembus dinding thoraks dan keluar
melalui kulit disebut empeima nesesitasis. (Alsagaff, 1995: 156)

Pada saat cairan pleura lemah dengan jumlah leukosit rendah sering
kali dapat menimbulkan perkembangan fibro furulent sehingga pada akhirnya
pada daerah paru terjadi membran eksudat yang tebal. (Smeltzer, 2000: 445)

4. Tanda dan Gejala.


Tanda dan gejala empeima paru terdiri dari :
a. Demam, berkeringat malam, nyeri pleura, dispnea, anorexia, dan
penurunan berat badan.
b. Tidak terdapatnya bunyi nafas, pendataran pada perkusi dada, penurunan
femitus. (Huddak, 1997: 562)

Tanda dan gejala klinis empeima dibagi menjadi dua (menurut


Smeltzer, 2000: 446) stadium yaitu :
a. Empeima akut.
Pada permulaan gejala mirip dengan pneumonia yaitu panas badan
tinggi, nyeri pleura dan pada pemeriksasn fisik didapat tanda-tanda cairan
dalam rongga pleura, apabila stadium ini dibiarkan akan timbul toksimea,
anemia dari jaringan tubuh, dan apabila nanah tidak dikeluarkan akam
timbul fistel bronko pleura atau empeima nesesitasis, tanda terbentuknya
fistel broko pleura adalah apabila batuk makin produktif bercampur darah
dan nanah yang banyak.
b. Empeima kronis.
Batas yang jelas antara akut dan kronis sukar ditentukan tapi bila
proses berlangsung lebih dari 2 bulan dari penderita, badan tampak lemah
dan kurus, kesehatan makin mundur, tampak pucat sering dijumpai jari
tubuh dada datar sampai mencekung pada bagian yang sakit disertai
tanda-tanda cairan pleura. (Hood Alsagaff, H. Abdul motty, 1995: 157)

Penurunan pertukaran gas akibat penumpukan pus pada paru


mengakibatkan defisit oksigen dan karbondioksida sehingga menimbulkan
tanda dan gejala yang mirip dengan pneumonia seperti demam, berkeringat
malam, nyeri dada daerah pleura, batuk, sesak nafas, anorexia dan penurunan
berat badan.

5. Pemeriksaan Diagnostik.
Pemeriksaan penunjang / diagnostik yang diperlukan pada penyakit
empeima paru menurut (Doengoes, 1999: 157) adalah :
a. Foto Thoraks.
Dapat mengatakan tanda-tanda cairan dengan atau tanpa kelainan
paru yang jelas dan kantong empeima dapat berbeda di satu tempat.
b. Bronkoskopi.
Dilakukan untuk menentukan tomur atau benda asing intra
bronkial, dan untuk menentukan fistel bronko pleura dibuktikan dengan
penyuntikan beberapa CC methylon ke dalam rongga pleura dengan
bronkoskopi dapat dilihat dari lobus mana yang sekretnya berwarna biru.
(Hood Alsagaff, H.Abdul Mutty, 1995: 157)

c. Tes Fungsi Paru.


Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk
menentukan fungsi abnormal adalah obstruksi atau retriksi untuk
memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi.
d. Sputum.
Kultur dilakukan untuk menentukan adanya infeksi
mengidentifikasi patogen, pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui adanya
keganasan atau gangguan alergi.

6. Penatalaksanaan Medis.
Ada 3 dasar prinsip pengobatan paru menurut Tucker (1998: 263):
a. Pengeluaran pus seluruhnya.
b. Paru dapat mengembang sampai pleura parietalis menempel dengan
pleura viseralis.
c. Memberantas infeksi dengan anti biotik.

Penanganan dapat berupa fungsi pleura dan mengeluarkan cairan,


pemasangan WSD (Water Sealed Drainage) dan torakoplasti. (Mansjoer ,
2000: 301)

Sasaran penatalaksanaan adalah untuk mengalirkan kavitas pleura dan


mencapai ekspansi paru optimal dicapai dengan drainase yang adekuat, anti
biotik (dosis besar). Drainase cairan pleural / pus tegantung pada tahap
penyakit dicapai dengan :
a. Aspirasi jarum jika cairan tidak kental.
b. Drainase dada tertutup.
c. Drainase dada terbuka.
d. Dekortitasi jika inflamasi telah bertahan lama.

Prinsip pengobatan empeima yaitu menurut Huddak (1997: 562):


a. Pengosongan rongga pleura.
1) Drainase tertutup dengan indikasi nanah sangat kental.
2) Drainase tertutup dengan indikasi empeima menahun karena
pengobatan terlambat.
b. Antibiotika.
Diberikan begitu diagnosis telah ditegakkan dan dosis adekuat.
Pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecatan gram dari hapusan
nanah, antibiotik diberikan secara sistematik atau topikal.
c. Penutupan rongga empeima.
Dengan pembedahan yaitu dekortikasi (mengelupas jaringan
pleura yang menebal), torako plasti (pemotongan iga).
d. Pengobatan kausal.
e. Pengobatan tambahan.
Fisioterapi untuk membebaskan jalan nafas dari sekret, latihan
gerak untuk mengurangi terjadinya cacat tubuh (deformitas). (Huddak,
1997: 562)

B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empeima.


1. Pengkajian.
a. Aktifitas dan Istirahat.
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise, tidak mampuan tidur, perlu tidur
dalam posisi duduk tinggi, dispnea pada saat istirahat ada
respon terhadap aktifitas atau latihan.
Tanda : Keletihan, gelisah, kelemahan umum.

b. Makanan dan Minuman.


Gejala : Mual, muntah, nafsu makan buruk, penurunan berat badan
menetap.
Tanda : Turgor kulit buruk, berkeringat, penurunan berat badan.

c. Higine.
Gejala : Penurunan kemampuan kebutuhan melakukan aktifitas sehari-
hari.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
d. Pernafasan.
Gejala : Nafas pendek, episode batuk hilang timbul, penggunaan
oksigen.
Tanda : Pernafasan cepat lambat, penggunaan otot bantu pernafasan,
taktil premitus lemah.

e. Interaksi Sosial.
Gejala : Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung,
kegagalan dukungan.
Tanda : Keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan dengan
anggota keluarga lain. (Doengoes, 1999: 155-163)

2. Diagnosa Keperawatan.
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronko spasme,
peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, kental, penurunan
energi / kelemahan.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi, spasme bronkus, jebakan udara, kehilangan daya elastisitas
paru.
c. Perubahan nutrisi kurang dari keperluan tubuh berhubungan dengan
dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anorexia, mual
dan muntah.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat
imunitas, proses penyakit kronis, mal nutrisi.
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, ketidak berdayaan,
dispnea.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan kurang
informasi, tidak mengenal sumber informasi, kurang mengingat,
keterbatasan kognitif.
3. Rencana Asuhan Keperawatan.
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Intervensi :
a) Kaji / pantau frekuensi pernafasan.
b) Auskultasi bunyi nafas.
c) Catat adanya dispnea.
d) Dorong / berikan pasien latihan nafas abdomen dan bibir.
e) Berikan posisi yang nyaman dan pertahankan jalan nafas.

b. Kerusakan pertukaran gas.


Intervensi :
a) Kaji / awasi warna kulit dan membran mukosa.
b) Tinggikan kepala tempat tidur.
c) Dorong pengeluaran sputum, penghisapan bila diindikasikan.
d) Kolaboratif; Beri O2 bila perlu, berikan intubasi, berikan /
pertahankan ventilasi mekanik jika perlu.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


Intervensi :
a) Kaji kebiasaan diit, evaluasi berat badan.
b) Auskultasi bunyi bising usus.
c) Berikan perawatan oral terutama sebelum dan sesudah makan.
d) Hindari makanan yang mengandung gas dan sangat panas / dingin.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi.


Intervensi :
a) Awasi secara ketat suhu tubuh.
b) Kaji pentingnya nafas dalam, batuk efektif dan masukan cairan yang
adekuat.
c) Dorong keseimbangan aktifitas dan istirahat.
e. Intoleransi aktifitas.
Intervensi :
a) Pantau nadi dan nafas sebelum dan sesudah beraktifitas.
b) Beri bantuan dalam beraktifitas.
c) Tingkatkan aktifitas secara bertahap sesuai toleransi.
d) Perhatikan klien saat beraktifitas.

f. Kurang pengetahuan.
Intervensi :
a) Jelaskan proses penyakit pada individu.
b) Kuatkan rasional untuk latihan nafas, batuk efektif dan latihan umum.
c) Diskusikan tentang obat pernafasan.

4. Evaluasi.
Diharapkan kepatenan jalan nafas dapat dipertahankan menunjukan
perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan AGD
(Analisa Gas Darah) yang normal, adanya peningkatan berat badan menuju
tujuan yang tepat dapat dicegah dari infeksi, meningkat toleransi terhadap
aktifitas. (Doengoes, 2000: 156-163)
BAB III

HASIL ASUHAN

A. Gambaran Kasus.
Klien Tn.As, umur 40 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir
SD (Sekolah Dasar), pekerjaan swasta, agama islam, sudah menikah, beralamat
di Sungai Tabuk, masuk RSUD Ulin Banjarmasin tanggal 30 april 2004, dengan
diagnosa medis empeima.

Penanggung jawab klien adalah Tn.B, berumur, 25 tahun, jenis kelamin


laki-laki, pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pekerjaan swasta,
beralamat di Sungai Tabuk, hubungan dengan klien adalah adik kandung.

Pada pengkajian tanggal 4 mei 2004 didapatkan data :


Keluhan utama klien masuk RSUD Ulin Banjarmasin tanggal 30 april
2004 adalah sesak nafas dan merasa mual dan badannya panas dan batuk
berdahak.

Riwayat penyakit sekarang, klien mengatakan bahwa kurang lebih sejak 1


bulan yang lalu klien mengeluh badannya panas, mual, batuk berdahak, sehingga
tidak nafsu makan, klien dibawa berobat ke Puskesmas dan diberi obat penurun
panas dan vitamin, selama 2 minggu klien merasa tidak ada perubahan dan klien
kembali berobat ke Mantri / Perawat dengan keluhan tidak nafsu makan, mual,
batuk berdahak, panas dan kadang-kadang sesak, klien disuruh untuk berobat ke
Dokter spesialis paru dan klien pergi ke tempat praktek Dr.M, dan klien diberi
surat rujukan untuk berobat ke RSUD Ulin Banjarmasin, oleh keluarganya klien
langsung dibawa ke RSUD Ulin Banjarmasin tanggal 30 april 2004.

Riwayat penyakit dahulu, klien mengatakan bahwa ia pernah mengalami


sesak nafas tetapi hanya beberapa jam setelah meminum obat yang dibeli di
warung, sesaknya pun hilang dengan sendirinya, klien mengatakan belum pernah
masuk rumah sakit sebelumnya dan klien suka minum jamu-jamuan dan dulu
pernah merokok tapi sekarang sudah berhenti sejak tahun 2003 + bulan
september.

Riwayat penyakit keluarga, klien mengatakan dalam anggota keluarganya


baik anaknya, istrinya atau saudaranya tidak ada yang pernah menderita Asma,
Hypertensi, DM, Hepatitis, ataupun sesak nafas, hanya saudara istrinya pernah
menderita batuk lama tidak sembuh-sembuh atau TBC. Selain itu tidak ada
riwayat lain seperti operasi hidung / salurang nafas seperti Polip, Flue lama, dan
sesak nafas.

Keadaan umum klien tampak lemah, lemas dan sesak nafas, kesadaran
CM, dengan nilai GCS = E4 V5 M6, tanda-tanda vital : tekanan darah 100/60
mmHg, nadi 96 x/m, pernafasan 32 x/m, suhu per axila 36,4 C, tinggi badan 160
cm, berat badan 45 kg.

Kulit, kebersihan kulit baik, pada inspeksi tidak ditemui adanya lesi,
edema maupun peradangan pada kulit tidak ditemui adanya joundice, tidak
ditemui adanya sianosis pada palpasi kulit teraba hangat, turgor kulit baik bila
dicubit kembali kurang dari 2 detik, CRT normal kembali kurang dari 2 detik,
dan tekstur kulit teraba kasar dan kering, warna kulit coklat.

Kepala dan leher, struktur kepala dan leher simetris, bentuk normal,
kebersihan rambut dan kepala terjaga baik, warna rambut hitam dan distribusi
merata, tidak ditemui adanya lesi, hematom atau bekas trauma pada kepala, ada
keluhan pusing tapi tidak berat, pada leher tidak ditemui adanya pembesaran
kelenjar tyroid saat dipalpasi, tidak ada keluhan sulit atau sakit menelan, tidak
ada keterbatasan gerak kepala dan leher.

Mata dan penglihatan, bentuk normal dan simetris antara mata kanan dan
kiri, kebersihan baik tidak ditemui adanya kotoran, konjunctiva anemis, sklera
tidak ikterik, pergerakan bola mata baik, klien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
Hidung dan penciuman bentuk normal, kebersihan baik tidak ditemui
adanya kotoran, tidak ditemui adanya peradangan dan pendarahan pada hidung,
tidak ditemui adanya polip hidung, cuping hidung mengembang bila sesak,
fungsi penciuman baik klien dapat membedakan antara bau alkohol dan bau
balsem / minyak angin.

Mulut dan gigi, bentuk normal, kebersihan mulut dan gigi terjaga baik,
tidak ditemui adanya peradangan dan pendarahan pada mulut dan gusi, mukosa
bibir sedikit kering, fungsi mengunyah baik, klien tidak menggunakan gigi palsu.

Dada dan pernafasan, bentuk dada simetris, diameter AP > Lateral-lateral,


klien bernafas dengan menggunakan otot bantu pernafasan, saat bernafas terlihat
cuping hidung mengembang, irama nafas tidak teratur, nafas klien cepat dan
dangkal dengan frekuensi 32 x/m, pada palpasi taktil premitus melemah, perkusi
bunyi pekak pada dada sebelah kanan, auskultasi paru terdengar bunyi nafas
abnormal ronki pada sebelah kanan paru, tidak terdengar bunyi jantung
tambahan, irama jantung teratur dengan frekuensi 96 x/m, klien mengeluh sesak
nafas dan sulit mengeluarkan nafas, hasil pemeriksaan rontgen dada pada tanggal
3 mei 2004 menunjukan adanya diagnosa masif right pleura efusion yang artinya
ada penumpukan pus pada pleura bagian kanan, kesan dari empeima.

Abdomen, bentuk normal, kebersihan terjaga baik tidak ditemui adanya


lesi atau trauma, tidak ditemui adanya asites dan distensi abdomen, tidak ada
keluhan nyeri perut dan epigastrium, pada palpasi tidak ditemui adanya
pembesaran hepar, pada auskultasi terdengar bising usus normal dengan
frekuensi 10 x/m.

Genetalia dan urinaria, tidak ditemui adanya haemorroid, tidak ada


kesulitan dan keluhan nyeri saat Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil
(BAK).

Ekstrimitas atas dan bawah, bentuk normal, struktur simetris antara


ekstrimitas atas kanan dan kiri dan ekstrimitas bawah kanan dan kiri, tidak ada
keterbatasan gerak pada ekstrimitas tapi masih lemah, tonus otot baik, tampak
terpasang infus RL 20 tts/m pada ekstrimitas kiri atas.

Skala kekuatan otot : 5 5


5 5

pola aktivitas dan istirahat, di rumah aktivitas klien dilakukan pada siang
hari, tidur siang kadang-kadang, dan tidur malam sekitar 7-8 jam/hr, dan tidak
ada kesulitan saat menjelang tidur, di rumah sakit klien terlihat lebih banyak
berbaring dengan posisi semi fowler di tempat tidur, tidur siang kadang-kadang
sekitar 1-2 jam/hr, dan tidur malam sangat jarang karena klien merasa sesak dan
sangat mengganggu, klien hanya dapat tidur malam sekitar 2 jam, dan klien
mengeluh bahwa apabila banyak atau terlalu lama beraktivitas seperti ke kamar
mandi sendiri ia merasa sesak nafas dan perlu dibantu oleh keluarganya, dengan
skala aktivitas 3 yaitu dibantu sebagian dan aktivitas perlu pengawasan.

Pola personal hygent, di rumah frekuensi mandi 2 x/hr, gosok gigi 2x/hr,
keramas rambut bila dirasa perlu, potong kuku bila dirasa panjang, di rumah sakit
klien mandi dan diseka oleh istrinya dengan frekuensi 3 x/hr, gosok gigi sehabis
makan, berkumur-kumur bila mau makan, keramas 1 x, potong kuku belum
pernah, pakaian yang digunakan bersih, klien mengatakan ia ganti baju 2 x/hr,
dan kadang-kadang 3 x/hr bila cuaca terasa gerah.

Pola nutrisi di rumah frekuensi 3 x/hr dengan diit nasi biasa ditambah
ikan dan sayuran, pantangan makanan tidak ada, klien mengatakan selama 1
bulan terakhir ia mengalami penurunan nafsu makan, di rumah sakit frekuensi
makan 3 x/hr, dengan diit bubur rendah garam, klien mengeluh tidak nafsu
makan dan sering merasa mual, tampak klien tidak dapat menghabiskan makanan
dalam porsi yang disediakan rumah sakit, klien hanya dapat menghabiskan
porsi yang disediakan rumah sakit, frekuensi minum 2-3 gelas/hr, berat badan
klien 45 kg. (berat badan normal 54 kg)
Pola eliminasi, di rumah frekuensi BAB 1 x/hr, frekuensi BAK sering
sekitar 3-4 x/hr, tidak ada keluhan nyeri saat BAB dan BAK. Di rumah sakit
frekuensi BAB 1x/hr kadang-kadang, frekuensi BAK 4-5 x/hr, tidak ada keluhan
nyeri saat BAB dan BAK.

Psikososial, klien tampak tenang dan sabar menghadapi keadaannya saat


ini, hubungan dan komunikasi dengan keluarga dan klien lain yang sekamar serta
tim kesehatan sangat baik, klien dapat diajak bekerjasama dalam proses
pelaksanaan perawatan dan pengobatan, klien serta keluarganya selalu mengikuti
anjuran yang diberikan oleh perawat maupun dokter.

Spiritual, klien dan keluarganya beragama islam, klien menyatakan bahwa


dalam keadaan bagaimanapun sebagai seorang muslim sholat harus dikerjakan,
termasuk dalam keadaan sakit, walaupun sholat hanya dengan berbaring, klien
selalu berharap dan berdoa sakitnya dapat sembuh dan tidak kambuh lagi.

Klien seorang laki-laki berumur 40 thn, istri klien 1 orang, anak klien 4
orang, hubungan klien dan keluarga sangat erat tampak istri dan anak-anaknya
selalu menemaninya, dan saudara-saudaranya sangat memperhatikannya.

Dari pemeriksaan laboratorium yang dilakukan tanggal 3 mei 2004


didapatkan data Hb: 11,3 gram% (L: 13,5 17,5 P: 11,5 15,5), Eritrosit: 3,33
juta/mm3 (4,5 6,0 juta/mm3), Lekosit: 31.300 /mm3 (4000 11.000), LED: 33
mm/jam I, 60 mm/jam II (L: <15 mm/jam, P: <20 mm/jam), Hematokrit: 28 %
(L: 40 50, P: 35 45), Trombosit: 304.000 /mm3 (50 350 ribu). Dan hasil
pemeriksaan cairan pleura tanggal 1 mei 2004 :
Mokos: beku awal: negatif (n: negatif), warna coklat susu (n: tidak
berwarna), kekeruhan: keruh (n: jernih), bau: amis (n: tidak berbau), BJ: 1,010
(n: <1,018).
Mikros: leokosit 650 u/l, hitung jenis segmen 2 %, limposit 98 %,
pengecatan gram: ditemukan kuman batang gram negatif, pengecatan 2n: tidak
ditemukan BTA.
Hasil photo thorax av yang dilakukan pada tanggal 3 mei 2004
menunjukan adanya diagnosa masif right efusion yang artinya ada penumpukan
pus pada pleura bagian kanan, kesan dari empeima.

Terapi yang didapatkan klien pada tanggal 4 mei 2004 yaitu infus RL 20
tts/m, injeksi Fortagyl bolus 3x1, Curcuma 1 3x1 tab, Pct 3x500 gr (kp),
Phylocontin 2x1 tab, Becomplex 3x1, Mucera 2x1 tab.

Data fokus pada inspeksi klien tampak lemah dan kurus, dada berbentuk
simetris, pernafasan cuping hidung mengembang, konjunctiva tidak anemis,
pernafasan klien cepat dan dangkal dan terlihat klien bernafas dengan
menggunakan otot bantu pernafasan, pada palpasi taktil premitus melemah, TTV:
TD: 100/60 mmHg, N: 96 x/m, R: 32 x/m, T: 36,4 C, pada perkusi bunyi pekak
pada dada / paru sebelah kanan, pada auskultasi sebelah kanan terdengar bunyi
nafas ronki.
B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan.

No Data Masalah Etiologi

1 Data Subjektif : Bersihan Adanya


1) Klien mengeluh batuk berdahak jalan nafas sekresi yang
2) Klien mengeluh sudah berusaha batuk tidak efektif tertahan
dengan keras untuk mengeluarkan
dahak tapi hanya sedikit yang mau
keluar dan klien merasa sesak

Data Objektif :
1) Batuk klien terdengar produktif
2) Pada auskultasi terdengar suara nafas
abnormal ronkhi

2 Data Subjektif : Pola Penurunan


1) Klien mengeluh sesak nafas pernafasan ekspansi paru
2) Klien mengeluh sulit mengeluarkann tidak efektif sekunder
nafas terhadap
3) Klien mengatakan dulu ia pernah dorongan
merokok tapi sudah lama ia berhenti dalam rongga
pleura
Data Objektif :
1) Nafas klien cepat dan dangkal 32 x/m
2) Klien bernafas dengan cuping hidung
mengembang dan dengan menggunakan
otot bantu pernafasan
3) Taktil fremitus melemah
4) Perkusi paru bunyi pekak
5) Hb: 11,3 gr %
6) Hasil foto rontgen dada menunjukan
adanya pus pada pleura sebelah kanan
kesan dari empeima Anoreksia
dan mual
3 Data Subjektif : Gangguan
1) Klien mengatakan ia tidak nafsu makan, pemenuhan
dan sering merasa mual nutrisi
kurang dari
Data Objektif : kebutuhan
1) Klien tampak tidak menghabiskan tubuh
makanan dalam porsi yang disediakan di
Rumah Sakit
2) Tampak klien hanya menghabiskan
porsi makan yang disediakan Rumah
Sakit
3) Klien tampak kurus / lemah
4) Konjunctiva anemis
5) TB: 160 cm, BB: 45 kg, BBI: 55 kg,
LLA: 20 cm
6) Berat badan klien kurang 10 kg dari
berat badan ideal
7) Klien tampak lemah Sering
terbangun
4 Data Subjektif : Gangguan sekunder
1) Klien mengeluh tidak dapat tidur baik pola tidur terhadap
pada malam maupun siang hari karena gangguan
terganggu oleh sesak nafas sirkulasi
2) Klien mengatakan tidur malam sekitar 2
jam
3) Klien mengatakan tidur siang sekitar 1
2 jam
Data Objektif :
1) Klien tampak ngantuk dan menguap
2) Klien tampak coklat di sekitar daerah
mata Kelemahan
dan sesak
5 Data Subjektif : Intoleransi nafas
1) Klien mengeluh sesak bila terlalu aktivitas
beraktivitas, seperti mandi dan berjalan
ke kamar mandi

Data Objektif :
1) Klien tampak banyak berbaring dengan
posisi semi fowler di tempat tidur
2) Skala aktivitas klien 3 dengan dibantu
sebagian oleh orang lain dan perlu
pengawasan saat beraktivitas
3) Klien tampak lemah
4) TD: 100/60 mmHg,
N: 96 x/m, R: 32 x/m
T: 36,4 C

Prioritas Diagnosa Keperawatan.


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif B.D adanya sekresi yang tertahan.
2. Pola pernafasan tidak efektif B.D penurunan ekspansi paru sekunder terhadap
dorongan dalam rongga pleura.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh B.D anoreksia dan
mual.
4. Gangguan pola tidur B.D sering terbangun sekunder terhadap gangguan
sirkulasi.
5. Intoleransi aktivitas B.D kelemahan dan sesak nafas.
C. Rencana Keperawatan.

Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
(1) (2)
(3) (4) (5)
1 Bersihan jalan nafas Keefektifan 1) Auskultasi 1) Bunyi
tidak efektif B.D adanya bersihan bunyi nafas. nafas ronki
sekresi yang tertahan. jalan nafas 2) Berikan menunjuka
Data Subjektif : klien posisi yang n adanya
1) Klien mengeluh terpenuhi nyaman. penyumbat
batuk berdahak dalam 2 hari 3) Ajarkan an saluran
2) Klien mengeluh perawatan. klien untuk nafas oleh
sudah berusaha batuk Kriteria melakukan sekresi.
dengan keras untuk hasil : batuk 2) Posisi yang
mengeluarkan dahak 1) Klien efektif. nyaman
tapi hanya sedikit tidak lagi 4) Anjurkan memungki
yang mau keluar dan mengeluh klien banyak nkan klien
klien merasa sesak. batuk minum. rileks dan
berdahak. (terutama air memudahk
Data Objektif : 2) Bunyi hangat) an klien
1) Batuk klien terdengar nafas 5) Berikan bernafas.
produktif. ronkhi bantuan 3) Batuk
2) Pada auskultasi tidak fisioterapi efektif
terdengar suara nafas terdengar dada. merupakan
abnormal ronkhi. lagi. Kolaborasi : cara untuk
3) Sputum 6) Beri anti melarutkan
dapat biotik dan sputum.
dikeluark mukolitik
an. SOD.

1 2 3 4 5
4) Air hangat
dapat
melarutkan
sputum.
5) Fisioterapi
dada untuk
mengeluarkan
sputum
6) Anti biotik
mencegah
penyebaran
infeksi dan
mukolitik
membantu
menghancurka
n sekresi.

2 Pola nafas tidak Keefektifan 1) Auskultasi 1) Bunyi nafas


efektif B.D pola nafas bunyi ronki
penurunan ekspansi terpenuhi nafas. menunjukan
paru sekunder dalam 3 hari 2) Berikan adanya
terhadap dorongan perawatan. posisi yang penyumbatan
dalam rongga paru. Kriteria hasil : nyaman. saluran nafas
Data Subjektif : 1) Klien tidak 3) Observasi oleh sekresi.
1) Klien mengeluh mengeluh ketat status 2) Posisi yang
sesak nafas sesak nafas pernafasan. nyaman
2) Klien mengeluh lagi. memungkinkan
sulit klien

1 2 3 4 5
mengeluarkan nafas 3) Klien 4) Ajarkan bernafas
3) Klien mengatakan bernafas klien untuk dengan
dulu ia pernah dengan latihan mudah.
merokok tapi sudah normal meniup 3) Penurunan
lama ia berhenti tanpa udara ke dan
mengguna dalam peningkata
Data Objektif : kan otot botol. n status
1) Nafas klien cepat dan bantu 5) Ajarkan pernafasan
dangkal 32 x/m pernafasan dan dorong secara
2) Klien bernafas dan klien untuk ekstrim
dengan cuping pengemba melakukan menunjuka
hidung mengembang ngan latihan n adanya
dan dengan cuping nafas distress
menggunakan otot hidung. dalam pernafasan.
bantu pernafasan 4) Bunyi secara 4) Latihan
3) Perkusi paru bunyi perkusi perlahan meniup
pekak paru sonor. sesuai Udara ke
dengan dalam
toleransi botol suatu
keadaan latihan
klien. mengeluark
Kolaborasi : an nafas
6) Beri secara
oksigen, maksimal.
bronkodilat 5) Nafas
or dan dalam
steroid dapat
SOD. mengatur

1 2 3 4 5
irama
pernafasan
dan lebih
menghemat
energi
6) O2 untuk
suplai
O2
,bronkodila
tor dan
steroid
untuk
mengurang
i spasme
pada
bronkus
dan
melebarkan
jalan nafas.

3 Gangguan pemenuhan Kebutuhan 1) Beri


nutrisi kurang dari nutrisi klien makanan 1) Makanan
kebutuhan tubuh B.D dapat dipenuhi dalam porsi dalam porsi
anoreksi dan mual secara kecil tapi kecil
Data Subjektif : bertahap dalam sering. memungkin
1) Klien mengatakan ia 10 hari 2) Berikan kan
tidak nafsu makan perawatan. makanan mengurangi
dan sering merasa kejenuhan

1 2 3 4 5
Mual. Kriteria hasil : Kesukaan 2) Selera
Data Objektif : 1) Keluhan jika tidak makan
1) Klien tampak tidak nafsu ada kontra biasanya
menghabiskan makan dan indikasi. muncul
makanan dalam porsi mual tidak 3) Anjurkan karena
yang disediakan di ada lagi. klien untuk adanya
Rumah Sakit 2) Berat melakukan makanan
2) Tampak klien hanya badan oral kesukaan.
menghabiskan mencapai hygiene 3) Bau mulut
porsi makan yang berat ideal. sebelum merupakan
disediakan Rumah 3) Konjunctiv dan salah satu
Sakit a tidak sesudah faktor
3) Klien tampak kurus / anemis. makan. penyebab
lemah 4) Anjurkan anoreksia.
4) Konjunctiva anemis kepada 4) Makanan
5) TB: 160 cm, BB: 45 klien untuk yang masih
kg, BBI: 55 kg, LLA: makan hangat
20 cm. selagi dapat
makanan mengurang
masih i rasa mual
hangat. saat makan.
Kolaborasi : 5) Multi
5) Beri cairan vitamin
elektrolit dan
dan multi elektrolit
vitamin dapat
SOD.

1 2 3 4 5
Membantu
asupan
nutrisi dan
cairan
tubuh klien.

1) Mengkaji
4 Gangguan pola tidur B.D Pola tidur 1) Kaji pola pola tidur
sering terbangun klien dapat tidur klien. untuk
sekunder terhadap terpenuhi 2) Ciptakan mengetahui
gangguan sirkulasi. dalam 2 hari suasana kebiasaan
Data Subjektif : perawatan. yang tidur klien.
1) Klien mengeluh tidak Kriteria hasil : tenang dan 2) Agar Klien
dapat merasa
dapat tidur baik pada 1) Klien nyaman.
nyaman dan
malam maupun siang dapat tidur 3) Atur posisi
tenang.
hari karena terganggu 6 7 jam klien 3) Posisi yang
oleh sesak nafas sehari. senyaman nyaman dapat
2) Klien mengatakan 2) Klien mungkin. membuat

tidur malam sekitar 2 tampak 4) Mengganti klien ingin


tidur.
jam tenang, alat tenun
4) Alat tenun
3) Klien mengatakan tidak klien.
yang bersih
tidur siang sekitar 1 mengeluh
dapat
2 jam tidak dapat
merasakan
tidur lagi.
dan
Data Objektif : 3) Klien tidak
1) Klien tampak mengantuk
ngantuk dan lagi.
menguap

1 2 3 4 5
2) Klien tampak coklat 4) Tidak ada Menambah
di sekitar daerah lagi garis rasa
mata. hitam di nyaman
kelopak tidur klien.
mata
bawah.

5 Intoleransi aktivitas B.D Klien dapat 1) Pantau nadi 1) Kenaika


kelemahan dan sesak beraktivitas dan n nadi dan
nafas. sesuai dengan pernafasan pernafasan
Data Subjektif : toleransi sebelum ketika
1) Klien mengeluh keadaannya dan beraktivitas
sesak bila terlalu dalam 6 hari sesudah menunjuka
beraktivitas, seperti perawatan. klien n toleransi
mandi dan berjalan Kriteria hasil : beraktivitas klien
ke kamar mandi. 1) Tidak ada . terhadap
keluhan 2) Tingkatkan aktivitas.
Data Objektif : sesak aktivitas 2) Peningkata
1) Klien tampak banyak ketika ber secara n aktivitas
berbaring dengan aktivitas. bertahap secara
posisi semi fowler di 2) Klien tidak sesuai bertahap
tempat tidur hanya lebih dengan memungki
2) Skala aktivitas klien banyak toleransi. nkan klien
3 dengan dibantu berbaring 3) Berikan untuk
sebagian oleh orang di tempat bantuan mentoleran
lain dan perlu tidur. dalam si setiap
pengawasan saat melakukan tahap
beraktivitas aktivitas kenaikan

1 2 3 4 5
3) Klien tampak lemah 3) Skala Sesuai Aktivitas.
4) TD: 100/60 mmHg, aktivitas dengan 3) Kebutuhan
N: 96 x/m, R: 32 x/m (0) mandiri kebutuhan. dasar klien
T: 36,4 C 4) Berikan sangat
asupan perlu
nutrisi diperhatika
yang n dalam
adekuat. aktivitasny
5) Anjurkan a sehari-
keluarga harinya.
untuk 4) Nutrisi
mengawasi sebagai
klien saat sumber
ber energi
aktivitas. diperlukan
untuk ber
aktivitas.
5) Serangan
sesak nafas
biasa dapat
diperkiraka
n waktunya
sehingga
klien harus
diawasi
saat
berktivitas.

D. Implementasi.

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
1 Selasa II 11.30 1) Memandu klien 1) Klien tidak
04 mei melakukan latihan mampu
2004 nafas dalam. melakukan nafas
11.45 2) Mengobservasi dalam.
irama, frekuensi 2) Irama nafas tidak
dan kedalaman teratur, frekuensi
nafas klien. 32 x/m dan nafas
11.45 3) Mengawasi warna masih dangkal.
kulit dan membran 3) Tidak ditemui
mukosa dari adanya sianosis.
sianosis. 4) Klien
11.50 4) Memberikan mengatakan ia
posisi semi fowler. mudah bernafas.
5) Memberikan : 5) Klien masih
11.50 Oksigen 2 mengeluh sesak
lt/m. nafas masih
12.30 Phylocontin dirasakan.
2x1 tab.

2 Selasa I 11.50 1) Mengatur posisi 1) Klien


04 mei semi fowler. mengatakan ia
2004 11.50 2) Mengajarkan lebih mudah
kepada klien batuk bernafas.
efektif. 2) Klien belum
11.51 3) Menganjurkan dapat melakukan
untuk banyak batuk efektif.

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
Minum air hangat. 3) Klien mau
11.55 3) Melakukan mengikuti
postural drainage anjuran batuk
(claping). efektif.
12.00 4) Membantu dokter 4) Sputum belum
mengaspirasi / keluar.
memfungsi cairan 5) Cairan / pus yang
fleura. keluar sebanyak
12.30 5) Memberikan : 70 cc, warna
Fortagyl 1 seperti susu
flash/hr. kedelai.
Mucera 3x1
tab.

3 Selasa III 12.00 1) Mengajarkan 1) Klien dapat


04 mei cara melakukan mengerti
2004 perawatan mulut melakukan
sebelum dan perawatan mulut
sesudah makan. sebelum dan
12.00 2) Menganjurkan sesudah makan.
kepada klien 2) Klien
makan sedikit tapi mengatakna nafsu
sering. makannya masih
12.00 3) Menganjurkan kurang.
kepada klien untuk 3) Klien
makan makanan mengatakan
yang dalam bahwa makan
keadaan hangat. makanan dalam

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
12.00 4) Membagikan Keadaan hangat
makanan kepada mengurangi rasa
klien. mual.
5) Memberikan : 4) Klien mau
12.10 Infus RL 20 makan tapi tidak
tts/m. menghabiskan
12.30 Eureuma 3x1 dari porsi yang
B Complex disediakan.
3x1 5) Klien masih
mengeluh sering
merasakan mual.

4 Selasa IV 12.00 1) Mengkaji pola 1) Klien

04 mei tidur klien. mengatakan tidak


2004 12.00 2) Memberi tahu ada lagi
keluarga klien kebiasaan
agar dapat sebelum tidur
menciptakan dan dia tidak
suasana yang dapat tidur hanya
tenang dan sekitar 2 jam.
nyaman. 2) Klien
12.00 3) Mengatur posisi mengatakan
klien senyaman suasana
mungkin. lingkungan agak
16.00 4) Mengganti alat tenang.
tenun klien. 3) Klien merasa
posisi semi
fowler yang
nyaman
.
Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
4) Klien
mengatakan
spreinya nyaman
dan bersih.

5 Selasa V 13.00 1) Memanta 1) Frekuensi nadi


04 mei u frekuensi nadi, dan nafas klien
2004 pernafasan meningkat saat
sebelum dan setelah
sesudah beraktivitas.
beraktivitas. 2) Tampak
12.00 2) Menganju keluarga selalu
rkan kepada membantu klien
keluarga klien dalam
untuk membantu memenuhi
memenuhi kebutuhannya.
kebutuhan 3) Klien
dasarnya. mengatakan
12.00 3) Meningka belum bisa ke
tkan aktivitas klien kamar mandi
secara bertahap sendiri.
sesuai toleransi 4) Infus RL 20
keadaan klien. tts/m terpasang.
12.00 4) Memberik 5) Keluarga selalu
an asupan nutrisi menjaga klien
yang adekuat. saat
12.00 5) Menganjurkan beraktivitas.
kepada keluarga
untuk menjaga

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
Klien saat
beraktivitas.

6 Rabu II 11.30 1) Mengobservasi 1) Irama tidak


05 mei irama, frekuensi teratur, frekuensi
2004 dan kedalaman nafas cepat 34
nafas. x/m, nafas
11.45 2) Memberikan dangkal.
posisi semi fowler. 2) Klien
11.30 3) Memandu klien mengatakan ia
melakukan nafas lebih mudah
dalam sesuai bernafas.
toleransi. 3) Klien belum
11.30 4) Mengawasi warna mampu
kulit dan membran melakukan nafas
mukosa dari dalam.
sianosis. 4) Tidak ditemui
12.45 5) Memberikan : adanya sianosis
Oksigen 2 lt/m pada kulit dan
Phylocontin membran
2x1 tab. mukosa.
5) Klien mengeluh
sesak nafas
masih dirasakan.

7 Rabu I 11.45 1) Mengatur posisi 1) Klien


05 mei semi fowler klien. mengatakan
2004 11.30 2) Memandu klien dengan posisi

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
Kembali untuk Setengah duduk
melakukan batuk ia lebih mudah
efektif. bernafas.
11.30 3) Mengkaji bersihan 2) Klien belum
jalan nafas dengan dapat melakukan
mengauskultasi batuk efektif.
bunyi nafas klien. 4) Klien mau
11.30 4) Anjurkan kepada mengikuti
klien untuk anjuran dari
memperbanyak perawat.
minum air hangat. 5) Terdengar bunyi
11.45 5) Memberi postural nafas abnormal
drainage (claping) ronki.
11.45 6) Memberikan / 6) Klien
membantu dokter mengatakan
mengaspirasi masih batuk
cairan pleura : berdahak. Dan
Fortagyl 1 cairan pleura /
flash/hr. pus hanya 1 cc,
Mucera 2x1 seperti susu
tab. warna seperti
susu kedelai.

8 Rabu III 12.15 1) Menganjurkan 1) Klien selalu


05 mei kembali tentang melakukan
2004 perawatan mulut. perawatan mulut.
12.15 2) Menganjurkan 2) Klien
kembali kepada mengatakan

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
Klien untuk makan Nafsu makannya
sedikit-sedikit tapi masih kurang.
sering. 3) Klien
12.15 3) Menganjurkan mengatakan
kembali kepada bahwa makan
klien untuk makan dalam keadaan
dalam keadaan hangat
hangat. mengurangi
12.15 4) Membagikan mual.
makanan kepada 4) Klien mau
klien makan tapi hanya
5) Memberikan : menghabiskan
12.45 RL 20 tts/m. porsi yang
Curcuma 3x1 disediakan.

Becomplex 5) Klien mengeluh

3x1 sering merasa


mual mendadak.

1) Klien
9 Rabu IV 13.00 1) Mengkaji kembali mengatakan tidur
05 mei pola tidur klien. malam sekitar 4
2004 13.00 2) Menganjurkan jam.
kembali kepada 2) Klien
keluarga klien mengatakan
untuk menjaga suasana
suasana lingkungan
lingkungan yang tenang dan
nyaman dan nyaman.
tenang.

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
13.00 3) Mengganti alat 3) Alat tenun klien
tenun dan terlihat bersih
merapikan alat dan rapi dan
tenun klien. klien merasa
nyaman.

10 Rabu V 13.00 1) Memantau 1) Frekuensi nadi


05 mei frekuensi dan dan pernafasan
2004 pernafasan klien meningkat
sebelum dan setelah
sesudah beraktivitas.
beraktivitas. 2) Klien
13.00 2) Menganjurkan mengatakan ia
kepada klien untuk tidak dapat ke
meningkatkan kamar mandi
aktivitas secara sendiri, harus
bertahap seperti ke dibantu
kamar mandi keluarganya.
sendiri. 3) Tampak keluarga
13.00 3) Menganjurkan klien selalu
kepada keluarga menjaga dan
klien untuk membantu klien
membantu klien dalam memenuhi
memenuhi kebutuhan
kebutuhan dasarnya.
dasarnya.

11 Kamis II 11.45 1) Menganjurkan 1) Klien


06 mei kembali kepada mengatakan ia

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
2004 Klien untuk Tidak mampu
melakukan tehnik melakukan nafas
nafas dalam sesuai dalam-dalam.
toleransi keadaan 2) Frekuensi nafas
klien. klien cepat 28
11.50 2) Mengobservasi x/m dengan
frekuensi, irama irama teratur dan
dan kedalaman dangkal.
pernafasan klien. 3) Tidak ditemui
11.45 3) Mengawasi secara adanya
ketat, warna kulit sianosis.pada
dan membran kulit atau
mukosa. memberan
4) Memberikan : mukosa.
12.00 O2 2 lt/m. 4) Klien masih
Phylocontin mengeluh sesak
2x1 tab. nafas

12 Kamis I 11.15 1) Memantau 1) Suara nafas


06 mei bersihan jalan abnormal ronki
2004 11.15 nafas dengan masih terdengar.
mengauskultasi 2) Klien mulai
11.15 bunyi nafas. dapat melakukan
2) Memandu klien batuk efektif.
11.50 kembali untuk 3) Obat gg
melakukan batuk diberikan SOD,
efektif. sputum masih
3) Melakukan tertahan pada
saluran nafas

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
Postural drainage 4) Cairan pus yang
(claping). keluar sebanyak
4) Memberikan : 7 cc, warna
Fortagyl 1 seperti susu
flash/hr. kedelai.
Mucera 2x1
tab.
13 Kamis III 11.15 1) Memperhatikan 1) Klien sering
06 mei kembali tentang terlihat terus
2004 perawatan oral melakukan oral
yang dilakukan hygiene sesering
klien mungkin.
11.55 2) Memberikan 2) Klien mulai
makanan selagi menghabiskan
hangat kepada lebih dari porsi
klien. yang disediakan.
11.15 3) Menganjurkan 3) Klien
kembali kepada mengatakan
klien untuk makan makan sedikit-
sedikit-sedikit tapi sedikit dapat
sering. mengurangi rasa
12.00 4) Menanyakan jenuh terhadap
tentang makanan makanan.
kesukaan klien 4) Klien
dan menganjurkan mengatakan
kepada keluarga menyukai semua
untuk memberikan

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
Makanan kesukaan Makanan jadi
klien tersebut yang dan nafsu
tidak bertentangan. makannya
5) Memberikan : sudah mulai
12.00 Infus RL 20 baik.
tts/m. 5) Klien merasa
Curcuma 3x1 tidak mual lagi,
Bicomplex 3x1 dan nafsu makan
masih belum
baik.

14 Kamis IV 12.30 1) Mengkaji kembali 1) Klien


06 mei pola tidur klien. mengatakan tidur
2004 16.00 2) Mengganti alat malam dan siang
tenun dan cukup, sekitar 5
merapikan alat 6 jam.
tenun klien. 2) Klien merasa
nyaman dengan
alat tenun yang
bersih dan rapi.

1) Mengukur
15 Kamis V 11.00 1) Frekuensi nadi
frekuensi nadi dan
06 mei dan pernafasan
pernafasan klien
2004 klien mulai
setelah
teratur setelah
beraktivitas.
beraktivitas.
2) Memotivasi klien
11.00 2) Klien
untuk
mengatakan ia
meningkatkan
hanya mampu

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
aktivitas secara berjalan ke kamar
bertahap sesuai mandi itupun
dengan toleransi. dengan bantuan
11.00 3) Menganjurkan keluarga.
keluarga untuk 3) Tampak keluarga
membantu klien klien selalu
memenuhi membantu dalam
kebutuhan memenuhi
dasarnya. kebutuhan
11.00 4) Mengingatkan dasarnya.
keluarga untuk 4) Tampak keluarga
selalu menjaga klien selalu
klien saat menemani.
melakukan
aktivitas.

16 Jumat II 10.30 1) Mengobservasi 1) Frekuensi nafas


07 mei frekuensi , irama mulai normal (26
2004 dan kedalaman x/m), irama nafas
nafas klien. masih belum
10.35 2) Mengobsevasi teratur dan tidak
warna kulit dan dangkal lagi.
membran mukosa 2) Tidak ditemui
dari sianosis. adanya sianosis
10.35 3) Memotivasi klien pada kulit dan
untuk melakukan membran
nafas dalam sesuai mukosa.
toleransi. 3) Klien mulai
12.00 4) Memberikan : dapat melakukan

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
phylocontin nafas dalam.
2x1 tab. 4) Klien
mengatakan
bahwa sesak
nafas mulai
berkurang.

17 Jumat I 10.30 1) memantau 1) Suara nafas ronki


07 mei bersihan jalan masih terdengar
2004 nafas dengan tapi tidak jelas.
mendengar bunyi 2) Klien
nafas klien. mengatakan
10.35 2) Mengatur posisi merasa nyaman
semi fowler dengan posisi
dengan tetap setengah duduk.
memperhatikan 3) Klien dapat
potensi jalan melakukan batuk
nafas. efektif dan
10.35 3) Memandu klien mengeluarkan
untuk batuk sputum.
efektif. 4) Sekresi pada
12.00 4) Memberikan : saluran nafas
Fortagyl 1 sebagian dapat
flash/hr. dikeluarkan.
Mucera 3x1 5) Sputum tampak
tab. keluar.
10.45 5) Melakukan 6) Dari cairan
postural drainage pleura yang
keluar sekitar

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
(claping) 3 cc seperti susu
10.45 6) membantu dokter kedelai.
measpirasi cairan
pleura.

18 Jumat III 12.00 1) Mengkaji kembali 1) Klien


07 mei efektifitas oral mengatakan
2004 hygiene yang mulutnya selalu
dilakukan klien. segar.
12.30 2) Memberikan 2) Tampak klien
makanan selagi mampu
hangat kepada menghabiskan
klien. hampir 1 porsi
12.00 3) Memberikan : yang disediakan
Infus RL 20 RS.
tts/m. 3) Klien
Curcuma 3x1 mengatakan
Bicomplex 3x1 sudah tidak
myual lagi dan
nafsu makan
kembali baik.

19 Jumat IV 16.00 1) Mengkaji pola 1) Klien


07 mei tidur klien. mengatakan
2004 16.00 2) Mengganti alat kebutuhan
tenun klien. tidurnya
terpenuhi dengan
bukti klien dapat
tidur sekitar

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
6 7 jam perhari.
2) Klien merasa
nyaman dengan
sprei bersih dan
rapi.

20 Jumat V 10.30 1) Meningkatkan 1) Klien


07 mei kualitas aktivitas mengatakan mual
2004 klien secara dapat ke kamar
bertahap sesuai mandi sendiri.
dengan toleransi 2) Keluarga selalu
keadaan klien. membantu klien
10.30 2) Menganjurkan memenuhi
kembali kepada kebutuhan.
keluarga untuk 3) Keluarga selalu
selalu membantu menjaga klien
kebutuhan klien saat beraktivitas.
dalam beraktivitas.
10.30 3) Mengingatkan
keluarga klien
untuk menjaga
klien dalam
beraktivitas.
1) Frekuensi nafas
21 Sabtu II 08.00 1) Mengobservasi mulai normal (26
08 mei irama, frekuensi x/m), irama
2004 dan kedalaman belum teratur,
pernafasan klien. nafas tidak
2) Memotivasi klien

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
Untuk melakukan Dangkal.
nafas dalam sesuai 2) Klien mulai
toleransi. dapat melakukan
3) Memberikan : nafas dalam.
Phylocontin 3) Klien
2x1 tab. mengatakan
sesak sangat
jarang dirasakan
lagi.
22 Sabtu I 08.00 1) Mengobservas 1) Bunyi nafas
08 mei i kembali bersihan ronki masih
2004 jalan nafas klien. terdengar tapi
08.10 2) Mengatur samar-samar.
posisi semi fowler. 2) Klien
08.40 3) Memandu mengatakan
klien untuk merasa nyaman.
melakukan batuk 3) Klien dapat
efektif. melakukan batuk
09.00
4) Membantu efektif.
dokter measpirasi 4) Cairan pleura
cairan pleura. tidak ada lagi
5) Memberikan : yang keluar.
09.00
Portagyl 3x1 5) Sekresi dapat
09.00
Mucera 3x1 dikeluarkan
08.15
6) Melakukan sebagian melalui
postural drainage. batuk.
6) Sputum dapat
dikeluarkan.

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
23 Sabtu III 12.00 1) Memberikan 1) Klien tampak
08 mei makan selagi hanya
2004 hangat kepada menyisakan
klien. sekitar 2 sendok
12.00 2) Menganjurkan dari porsi yang
klien makan disediakan.
sedikit tapi sering. 2) Klien
12.00 3) Memberikan : mengatakan
RL 20 tts/m. bahwa di rumah
Curcuma 3x1 sakit tidak bisa
Bicomplex 3x1 sering makan.
3) Klien
mengatakan tidak
mual dan nafsu
makan baik.

1) Klien
24 Sabtu V 08.45 1) Mengobservasi mengatakan
08 mei frekuensi nadi dan bahwa ia tidak
2004 08.45 pernafasan saat sesak lagi bila
sebelum dan beraktivitas
sesudah ringan.
beraktivitas. 2) Klien
2) Mendorong mengatakan
peningkatan bahwa ia dapat
aktivitas secara ke kamar mandi
bertahap. sendiri.

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
25 Minggu II 08.00 1) Mengobservasi 1) Frekuensi nafas
09 mei irama, frekuensi mulai normal 24
2004 dan kedalaman x/m, irama belum
nafas klien. teratur dan nafas
08.00 2) Memotivasi klien tidak dangkal.
untuk melakukan 2) Klien dapat
nafas dalam. melakukan nafas
12.00 3) Memberikan : dalam.
Phylocontyn 3) Klien
2x1 tab. mengatakan
sesak nafas tidak
dirasakan lagi.

1) Bunyi nafas
26 Minggu I 08.00 1) Mengobservasi abnormal ronki
09 mei bersihan jalan masih terdengar
2004 nafas dengan tapi samar-samar.
mengauskultasi 2) Klien dapat
bunyi nafas. melakukan batuk
08.15 2) Memandu klien efektif.
untuk batuk 3) Sputum dapat
efektif. dikeluarkan.
08.10 3) Melakukan 4) Sekresi dapat
postural drainage. dikeluarkan.
4) Memberikan :
09.00 Portagyl 1
flash/hr.
12.00 Mucera 2x1tab

Hari /
No Dx Jam Implementasi Evaluasi Tindakan
Tanggal
27 Minggu III 12.00 1) Memberikan 1) Klien tampak
09 mei makan dalam menghabiskan
2004 keadaan hangat. lebih dari porsi
12.00 2) Memberikan : yang disediakan.
RL 20 tts/m. 2) Klien
Curcuma 3x1 mengatakan tidak

Bicomplex 3x1 mual lagi dan


nafsu makan
baik.

1) Klien
28 Minggu V 08.45 1) Mendorong mengatakan ia
09 mei peningkatan dapat berjalan
2004 aktivitas klien keluar pintu / ke
secara bertahap beranda sendiri.
sesuai dengan 2) Klien
toleransi keadaan. mengatakan ia

08.45 2) Mengobservasi tidak sesak lagi


frekuensi nadi dan saat beraktifitas
peranafasan saat ringan.
sebelum dan
sesudah
beraktivitas.

E. Evaluasi.

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
1 Rabu II 17.00 S : Klien masih mengeluh
05 mei sesak nafas.
2004 O : Pernafasan menggunakan
otot bantu nafas,
frekuensi 32 x/m, irama
nafas tidak teratur,
oksigen masi terpasang.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
Kaji status
pernafasan klien, atur
posisi klien, berikan
O2.

2 Rabu I 17.00 S : Klien masih mengeluh


05 mei batuk berdahak.
2004 O : Klien masih terdengar
batuk, sputum belum
dapat dikeluarkan, pada
auskultasi bunyi nafas
ronki masih ada, pada
aspirasi cairan pleura 7
cc.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
Auskultasi bunyi

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
Nafas.
Berikan posisi yang
nyaman dan
pertahankan patensi
jalan nafas.
Anjurkan klien batuk
efektif.
Anjurkan klien
banyak minum air
putih hangat.
Berikan anti biotik
dan ekspectoral.

3 Rabu III 13.10 S : Klien masih mengeluh


05 mei tidak nafsu makan dan
2004 sering merasa mual.
O : Klien tampak mual,
konjunctiva anemis, berat
badan dibawah berat
badan ideal.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Berikan perawatan
oral hygiene sesering
mungkin.
Berikan makan
sedikit demi sedikit
tapi sering.

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
Memberikan
makanan kepada
klien selagi dalam
keadaan hangat.
Teruskan pemberian
multivitamin dan anti
emetik SOD.

4 Rabu IV 13.15 S : Klien mengatakan tidak


05 mei dapat tidur dan hanya
2004 bisa tidur sekitar 2 jam.
O : Disekitar mata tampak
coklat, klien tampak
ngantuk.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Mengkaji pola tidur
klien.
Mengatur posisi klien
senyaman mungkin.
Memberi tahu kepada
keluarga klien bahwa
agar menjaga suasana
lingkungan yang
aman dan tenang.
Mengganti alat tenun
klien.

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
5 Rabu V 17.00 S : Klien masih mengeluh
05 mei sesak nafas saat
2004 beraktivitas.
O : Sebagian kebutuhan
dasar klien dapat
dipenuhi secara mandiri
skala aktivitas (3)
dibantu sebagian dan
perlu pengawasan, klien
tampak masih banyak
bersandar di tempat tidur.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Pantau frekuensi nadi
dan pernafasan
sebelum dan sesudah
beraktivitas.
Tingkatkan aktivitas
secara bertahap
sesuai toleransi
keadaan kien.
Bantu klien
beraktivitas.

6 Kamis II 17.00 S : Klien masih mengeluh


06 mei sesak nafas.
2004 O : Klien tampak bernafas
dengan menggunakan
otot bantu pernafasan

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
, frekuensi nafas 28 x/m,
irama tidak teratur, nafas
klien masih dangkal.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Observasi ketat status
pernafasan.
Awasi warna kulit
dan membran
mukosa dari sianosis.
Dorong klien untuk
melakukan latihan
nafas dalam.
Lanjutkan pemberian
O2.
7 Kamis I 17.10 S : Klien masih mengeluh
06 mei batuk berdahak.
2004 O : Tampak klien masih
sering batuk berdahak,
dan cairan aspirasi pleura
7 cc, dahak belum keluar,
pada auskultasi bunyi
nafas ronki masih
terdengar.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Auskultasi bunyi

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
Nafas.
Berikan posisi yang
nyaman.
Ajarkan klien batuk
efektif.
Anjurkan klien untuk
sering minum air
hangat.
Lanjutkan pemberian
anti biotik dan
ekspectoran SOD.

8 Kamis III 13.10 S : Klien masih mengeluh


06 mei tidak nafsu makan.
2004 O : Klien tampak
menghabiskan porsi
yang disediakan,
konjunctiva anemis.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Lanjutkan perawatan
oral hygiene.
Anjurkan kepada
klien makan dalam
keadaan hangat.
Beri makan dalam
porsi kecil tapi
sering.

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
Lanjutkan pemberian
multi vitamin dan
cairan elektrolit.

9 Kamis IV 13.15 S : Klien mengatakan sudah


06 mei dapat tidur sekitar 5 6
2004 jam.
O : Klien tampka tidak
ngantuk dan lebih segar.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Menkaji lagi
frekuensi dan pola
tidur klien.
Mengganti dan
merapikan alat tenun
klien.
10 Kamis V 17.00 S : Klien mengatakan
06 mei pernafasan mulai jarang
2004 sesak saat beraktivitas.
O : Klien tampak dibantu
keluarga ke kamar
mandi, skala aktivitas 3
(perlu dibantu dan
diawasi).
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
Pantau nadi dan
pernafasan sebelum
dan sesudah
beraktivitas.
Tingkatkan aktivitas
secara bertahap
sesuai toleransi
keadaan.
Berikan bantuan
dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari
klien.
Anjurkan keluarga
untuk selalu
menemani dan
membantu klien
dalam beraktivitas.

11 Jumat II 16.00 S : Klien mengatakan sesak


07 mei nafas mulai berkurang.
2004 O : Pernafasan klien tidak
menggunakan otot bantu
pernafasan, irama mulai
teratur, pernafasan dalam
dengan frekuensi 26 x/m.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Lanjutkan meng

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
Observasi status
pernafasan.
Awasi secara rutin
warna kulit dan
membran mukosa
dari sianosis.
Dorong klien untuk
melakukan nafas
dalam.

12 Jumat I 16.00 S : Klien masih mengeluh


07 mei batuk berdahak dan
2004 dahak dapat dikeluarkan.
O : Klien masih terdengar
sering batuk, klien dapat
melakukan batuk efektif,
dahak terlihat dapat
dikeluarkan, bunyi nafas
abnormal, ronki masih
terdengar, pus yang
keluar saat aspirasi 3 cc.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Auskultasi buni
nafas.
Berikan posisi yang
nyaman.
Dorong klien untuk

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
Melakukan batuk
efektif.
Berikan bantuan
fisioterapi dada.
Lanjutkan pemberian
anti biotik dan
ekspectoral SOD.

13 Jumat III 13.10 S : Klien mengatakan tidak


07 mei mual lagi dan nafsu
2004 makan kembali baik.
O : Klien tampak mampu
menghabiskan hampir 1
porsi yang disediakan
RS.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Kaji kembali
efektifitas perawatan
oral hygiene.
Berikan makanan
selagi masih dalam
keadaan hangat.
Lanjutkan pemberian
multi vitamin dan
elektrolit.

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
14 Jumat IV 13.15 S : Klien mengatakan
07 mei kebutuhan tidur
2004 terpenuhi sekitar 6 7
jam.
O : Klien tampak segar dan
tidak ngantuk.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.

15 Jumat V 16.00 S : Klien mengatakan ia


07 mei masih merasakan sesak
2004 saat beraktivitas tapi
sesaknya kurang dari
sebelumnya.
O : Klien mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya
sendiri.
A : Masalah sebagian
teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Kaji frekuensi nadi
dan nafas sebelum
dan sesudah
beraktivitas.
Tingkatkan aktivitas
sesuai dengan
toleransi keadaan.
Anjurkan kembali

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
Keluarga untuk
menjaga klien saat
beraktivitas.

16 Sabtu II 16.00 S : Klien mengatakan


08 mei sesaknya sudah jarang
2004 dirasakan.
O : Irama pernafasan teratur
dan dalam, dengan
frekuensi 26 x/m.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
Kaji frekuensi nafas,
irama dan
kedalaman.
Dorong klien untuk
melakukan nafas
dalam sesuai
toleransi keadaan.
17 Sabtu I 16.00
08 mei S : Klien mengatakan
2004 dahak / sputum dapat
dikeluarkan.
O : Klien dapat batuk efektif
dahak dapat dikeluarkan,
pada aspirasi tidak ada
cairan lagi.

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
Auskultasi bunyi
nafas.
Atur posisi senyaman
mungkin.
Dorong klien untuk
melakukan batuk
efektif.
Berikan fisioterapi
dada.

18 Sabtu III 13.00 S : Klien mengatakan nafsu


08 mei makan sudah baik.
2004 O : Klien tampak hanya
menyisakan 2 sendok
makan dari porsi yang
disediakan.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
Berikan makan selagi
hangat.
Lanjutkan pemberian
multivitamin dan
elektrolit SOD.

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
19 Sabtu V 16.10 S : Klien mengatakan ia
08 mei tidak sesak lagi
2004 melakukan aktivitas
ringan seperti ke kamar
mandi.
O : Klien mampu memenuhi
kebutuhan aktivitas
sendiri, skala aktivitas 1
(mandiri).
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
Dorong klien untuk
meningkatkan
aktivitas secara
bertahap sesuai
toleransi keadaan.

20 Minggu II 16.00 S : Klien mengatakan sesak


09 mei nafas tidak dirasakan
2004 lagi.
O : Irama pernafasan klien
mulai teratur, frekuensi
26 x/m, dan klien tidak
menggunakan otot bantu
pernafasan.
A : Masalah teratasi
sebagian.

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
P : Intervensi dilanjutkan
untuk mengobservasi
keadaan klien.
Dorong klien untuk
melakukan nafas
dalam.
Observasi warna kulit
dan membran
mukosa dari sianosis.

21 Minggu I 16.10 S : Klien mengatakan dahak


09 mei dapat dikeluarkan dengan
2004 cara batuk biasa / batuk
efektif.
O : Klien tampak batuk
efektif, dahak dapat
dikeluarkan, bunyi ronki
masih terdengar.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
Atur posisi klien
senyaman mungkin.
Dorong klien untuk
batuk efektif.
Berikan tempat
khusus pembuangan
sputum.

Hari / Evaluasi Perkembangan


No Dx Jam Paraf
Tanggal (SOAP)
Bantu fisioterapi
dada.
Lanjutkan pemberian
anti biotik SOD.

22 Minggu III 13.00 S : Klien mengatakan nafsu


09 mei makan sudah baik.
2004 O : Klien tampak
menghabiskan lebih dari
porsi yang disediakan.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.

23 Minggu V 16.15 S : Klien mengatakan ia


09 mei tidak sesak lagi bila
2004 beraktivitas ringan.
O : Klien tampak berjalan
keluar sendiri.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.
Dari hasil Asuhan Keperawatan yang diberikan kepada klien Tuan A dengan
Diagnosa Medis Post Operasi Open Fraktur Cruris Medial Dextra pada tanggal
23 Mei 2004 diruang Orthopeadi Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin
dapat disimpulkan :
Dari pengkajian yang dilakukan terhadap Tuan A, perawat dapat menggali dan
mengumpulkan data biopsikososial spiritual, dari rambut sampai ujung kaki
karina klien sangat kooperatif, sehingga komunikasi dapat berlangsung dengan
baik.
Secara teoritis menurut Marilyn. E. Doengoes ( 2000 : 764 773 ) diagnosa
keperawatan yang munmgkin muncul pada pasien fraktur adalah :
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan spasme otot dan
kerusakan skunder terhadap fraktur.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur atau pemasangan
traksi
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit dan
trauma jaringan
4. Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
sirkulasi sekunder terhadap fraktur.
5. Defisit perawatan diri
KEPUSTAKAAN

Alsagaff, hood, dkk, 1997, Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University
Press.
Brayant, Rulh A, 1996, Acute and Chronic Wounds: Nursing Management,
Oklahoma City, Oklahoma.
Carpenito, Lynda Juall, 1998, Diagnosa Keperawatan, Edisi 6, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E. et al, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Huddak, Carolyn m. et al, 1997, Critical Care Nursing: A Holistic Approach,
Medical Center Denver Colorado.
Huddak, Carolyn m. et al, 1997, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistic, Edisi VI
Volume I, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mukty, Abdul, dkk, 1994, Pedoman Diagnosa Terapi: Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru,
Surabaya, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangg Surabaya.
Priharjo Robert, 1993, Pengkajian Fisik Keperawtan, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Price, Sylvia A, et al, 1995, Fatofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Edisi 4,
Buku 2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sjamsuhidajat R, dkk, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C, et al, 2000, Text Book of: Medical Surgical Nursing, Edisi 9,
Mosby Company.
Tucker, Susan Martin, et al, 1998, Standar Perawatan Pasiein, Edisi V, Vol 2,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Vous aimerez peut-être aussi