Vous êtes sur la page 1sur 10

Serambi Saintia, Vol. II, No.

2, Oktober 2014 ISSN : 2337 - 9952

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEMAM


BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BLANG BINTANG ACEH BESAR TAHUN 2104

Nur Asiah1, Sari Wahyuni2, Suzanni3


AKPER Tgk. Fakinah Banda Aceh
Email: akper_tgk_fakinah@yahoo.com

ABSTRAK

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini 2,5 miliar orang atau dua
perlima dari populasi dunia menghadapi risiko DBD. Kurang pengetahuan
mengenai DBD merupakan salah satu penyebab tetap tingginya kasus DBD.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan
Keluarga tentang Demam Berdarah Dengue Pada Anak di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014. Desain penelitian ini adalah
bersifat Deskriptif, metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara tehnik
Accident Sampling dengan total sampel 40 orang responden. Pengumpulan data
dilakukan mulai Juli s/d September 2014, dengan menggunakan kousioner yang
terdiri 20 pernyataan positif dan negative. Analisa data disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
pengetahuan responden secara umum tentang DBD berada dalam katagori
rendah. Pengetahuan responden tentang pengertian DBD berada dalam kategori
tinggi sebanyak 25 (62,5%) dari total 40 responden. Pengetahuan responden
tentang penyebab DBD berada dalam kategori tinggi sebanyak 25 (62,5%) dari
total 40 responden. Pengetahuan responden tentang tanda dan gejala DBD
berada dalam kategori rendah sebanyak 33 (82,5%) dari total 40 responden.
Pengetahuan responden tentang pencegahan DBD berada dalam kategori rendah
sebanyak 21 (52,5%) dari total 40 responden. Berdasarkan hasil penelitian
diatas maka diharapkan kepada responden dapat menggali informasi lebih
mendalam tentang pengetahuan kesehatan khususnya DBD melalui penyuluhan-
penyuluhan kesahatan, buku-buku, dan media lainnya, dan bagi puskesmas agar
dapat lebih meningkatkan lagi mutu pelayanan kesehatan dan pengetahuan
keluarga tentang penyakit DBD dengan cara memberikan penyuluhan-
penyuluhan khususnya di daerah yang tinggi kasus DBD

Kata Kunci : Pengetahuan, Keluarga, Demam Berdarah Dengue (DBD)

PENDAHULUAN
Penyakit Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu infeksi yang
ditularkan melalui giigtan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang banyak
ditemukan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun
terakhir terjadi peningkatan terhadap penyebaran kasus DBD di daerah urban dan semi
urban, sehingga hal tersebut menjadi perhatian utama kesehatan masyarakat
125
Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN : 2337 - 9952

internasional. Angka terjadinya kasus DBD mengalami peningkatan secara drastis


diseluruh dunia kan beberapa tahun terakhir. Lebih drai 2,5 milyar penduduk didunia,
lebih dari 40% beresiko mengalami DBD. Saat ini, diperkirakan 50-100 juta orang di
seluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap tahunnya.
Di Indonesia, penyebaran demam berdarah pertama kali terdata pada tahun 1968
di Surabaya dan Jakarta. Pada tahun 2008 dijumpai kasus DBD di Indonesia sebanyak
137.469 kasus dengan CFR 0,86% dan IR sebesar 59,02 per 100.000 penduduk, dan
mengalami kenaikan pada tahun 2009 yaitu sebesar 154.855 kasus dengan CFR 0,89%
dengan IR sebesar 66,48 per 100.000, dan pada tahun 2010 Indonesia menempati
urutan tertinggi kasus DBD di ASEAN yaitu sebanyak 156.086 kasus dengan kematian
1.358 orang (Kompas, 2010). Tahun 2011 kasus DBD mengalami penurunan yaitu
49.486 kasus dengan kematian 403 orang (Ditjen PP & PL Kemkes RI, 2011).
Berdasarkan profil kesehatan di provinsi Aceh. Sampai dengan saat ini kasus
DBD Provinsi Aceh adalah 2.269 jiwa dengan kematian berjumlah 7 jiwa, dibawah ini
menunjukan IR (Insidens Rate) kasus DBD di Provinsi Aceh pada tahun 2012 IR =
48/100.000 dan CFR=0.3%). Sedangkan jumlah kasus DBD di Kota Banda Aceh yang
berpenduduk 212.241 jiwa masih terus dihantui dengan maraknya kasus DBD dan
menjadikan Kota Banda Aceh sebagai daerah endemis DBD dengan jumlah kesakitan
dan kematian tertinggi di Provinsi Aceh dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah kasus
DBD tergolong amat cepat bila dibandingkan antara sebelum dan setelah tsunami.
Sedangkan di tahun 2011, jumlah kasus sebesar 382 orang (IR=170 per 100.000) dan
yang meninggal sebanyak 3 orang (CFR=1,3%) (Provil Kesehatan Aceh 2012 ).
Hasil studi epidemiologik menunjukan bahwa dengan terjadinya perubahan iklim
dapat memperpanjang masa penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor dan
mengubah luas geografinya, dengan kemungkinan menyebar ke daerah yang kekebalan
populasinya rendah atau dengan infrastruktur kesehatan masyarakat yang kurang.
Selain perubahan iklim faktor risiko yang mempengaruhi penularan DBD adalah faktor
lingkungan, urbanisasi, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk dan transportasi
(Kemenkes RI, 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Buku Register di puskesmas Blang Bintang
dari Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013 tercatat. Pasien yang
berobat Demam Berdarah Dengue sebanyak 64 penderita pada anak, 21 dari penderita
tersebut pernah dirawat di puskesmas Blang Bintang. Dan selebihnya di rujuk ke
Rumah Sakit Umum Pemerintah di Banda Aceh (Buku Register Puskesmas Blang
Bintang 2013).
Hasil wawancara dengan 13 keluarga yang berada di Puskesmas Blang Bintang,
didapatkan bahwa 7 keluarga mengatakan belum paham tentang penyakit DBD pada
anak secara keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan keluarga sangat
penting dan berpengaruh bagi pasien yang mengalami DBD terhadap penyembuhan
anak, karena semakin tinggi pengetahuan keluarga akan membantu mengurangi angka
kejadian kematian dan membantu mempercepat proses penyembuhan pada anak.
Berdasarkan masalah yang terurai di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Demam

126
Nur Asiah, Sari Wahyuni, Suzanni

Berdarah Dengue Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
Tahun 2014.

KAJIAN PUSTAKA
Pengetahuan Keluarga tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan "What" misalnya: apa air, apa manusia, apa alarn dan sebagianya
sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab pertanyaan "Why" dan "how"
misalnya: mengapa air mendidih bisa di panaskan, mengapa bumi berputar, mengapa
manusia bernafas, dan sebagainya. Menurut Ellya (2010) pengetahuan adalah hasil
melihat, mendegar, merasa dan berfikir yang menjadi dasar untuk bersikap dan
bertindak.
Salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman sendiri. Adapun pengetahuan tentang DBD adalah
merupakan bahwa keluarga atau masyarakat dapat mengetahui tentang pencegahan
penyakit DBD. keluarga manapun untuk menjaga kebersihan rumah serta lingkungan
dari benti-benti nyamuk di sekitar perkarangan tempat tinggal mereka. Maka untuk itu
kepada tim kesehatan, agar lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan tentang
pencegahan DBD kepada masyarakat atau keluarga. Pengetahuan adalah merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
obyek. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit utama dari masyarakat dan merupakan "lembaga" yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Menurut Suprajitno (2004) Keluarga merupakan
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga
lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah
dan ikatan perkawinan atau adopsi. Antara keluarga satu dengan yang lainnya saling
bergantung dan beribtraksi, bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai
masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainnya dan keluarga
yang ada di sekitarnya. Menurut Suprajitno (2004) tugas keluarga dalam bidang
kesehatan meliputi: 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga, 2) Memutuskan tindakan
kesehatan yang tepat bagi keluarga, 3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan, 4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga,
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan sekitarnya bagi keluarga.
Fungsi perawatan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan khususnya dengan pasien Demam
Berdarah Dengue karena selama pasien sakit keluarga merasa dituntut untuk menjaga
dan memenuhi kebutuhan pasien selama berada dirumah sakit (Suprajitno, 2004).
Keluarga mempunyai cara-cara tersendiri untuk mengatasi masalah kesehatan.
Kegagalan dalam mengatasinya akan mengakibatkan penyakit terus menurus dan
keberhasilan keluarga untuk berfungsi sebagai satu kesatuan. Dalam perawatan
127
Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN : 2337 - 9952

kesehatan keluarga, kata-kata mengatasi dengan baik, diartikan sebagai kesanggupan


keluarga untuk melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan sendiri.

Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama dan apabila timbul renjatan (shock) angka
kematian akan meningkat (Sujono Riyadi dan Suharsono, 2010). Demam pada DBD
bisa sampai 39-40 C. Bila demam hanya berkisar 38C kemungkinan bukan DBD, tetapi
bisa jadi penyakit infeksi virus lain seperti campak, rubella, dan chikungunya atau virus
Hanta (Demam Korea) atau penyakit lain karena infeksi bakteri seperti tuberkulosa atau
thypus atau penyakit radang selaput otak (meningitis) (Faisal Yatim, 2007).
Masa inkubasi penyakit DBD, yaitu periode sejak virus dengue menginfeksi
manusia hingga menimbulkan gejala klinis, antara 3-14 hari, rata-rata antara 4-7 hari.
Penyakit DBD tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi
infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu beberapa saat menjelang timbulnya
demam hingga masa saat demam berakhir, biasanya berlangsung selama 3-5 hari
(Genis Ginanjar, 2008).
Nyamuk aedes aegypti menjadi ifektif 4-8 hari sesudah mengisap darah penderita
DBD sebelumnya. Selama periode ini nyamuk aedes yang telah terinfeksi oleh virus
dengue ini akan tetap terinfeksi selama hidupnya dan potensial menular virus dengue
kepada manusia yang rentan lainnya. Kedua jenis nyamuk aedes ini, terdapat hampir
diseluruh pelosok indonesia, kecuali ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas
permukaan air laut. Nyamuk aedes aegypti merupakan penyebar penyakit (fektor) DBD
yang paling efektif dan utama karena tinggal disekitarnya permukiman penduduk.
Adapun nyamuk aedes albopictus, banyak tedapat di daerah perkebunan dan semak-
semak.
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk
kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai
genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu; DEN-1,
DEN2, DEN-3, DEN-4. Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari
terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka
viru dengue akan di pindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus
ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam
berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak dari dalam tubuh manusia dan berada
dalam darah selama satu minggu (Widoyono, 2008).
Nyamuk demam berdarah biasanya akan terinfeksi virus dengue saat menghisap
darah dari penderita yang berada dalam fase demam akut. Bila penderita tersebut di
gigit nyamuk, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk kedalam nyamuk.
Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh
nyamuk termasuk kelenjar liur nya. Setelah masa inkubasi exstrinsik selama 8-10 hari,
kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus disebarkan ketika nyamuk yang
terinfeksi menggigit dan menginjeksi air liur ke luka gigitan pada orang lain. Setelah
masa inkubasi pada tubuh manusia selama 3-4 hari (rata 4-6 hari), seringkali terjadi
128
Nur Asiah, Sari Wahyuni, Suzanni

awitan mendadak penyakit ini yang ditandai dengan demam, sakit kepala, hilang nafsu
makan, dan berbagai tanda serta gejala non spesifik lain termasuk mual, muntah dan
ruam kulit.

Tanda dan Gejala DBD


Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab
yang jelas disertai dengan gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah,
nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut
menyerupai influensa biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan
yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan sampai berupa perdarahan
dibawah kulit, perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat sampai
muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria masif. Selain
perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai saat demam telah menurun antara
hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda makin lemah, ujung-ujung jari, telinga, dan
hidung teraba dingin dan lembab (Ngastiah, 2005).
Menurut Misnadiarly (2009), tanda atau gejala awal perjalanan penyakit DBD
yaitu panas tinggi tanpa sebab jelas yang timbul mendadak dan terus-menerus, badan
lemah atau lesu, ujung jari kaki dan tangan teraba dingin atau lembab. Selanjutnya
demam yang akut, selama 2-7 hari, dengan 2 atau lebih gejala sebagai berikut : nyeri
kepala, nyeri otot, nyeri persendian, bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi
perdarahan dan leukopenia.
Menurut Genis Ginanjar (2008), pada penderita penyakit DBD dapat ditemukan
gejala-gejala klinis sebagai berikut:
a) Demam tinggi yang berlangsung dalam waktu singkat, yakni antara 2-7 hari, yang
dapat mencapai 40C. Demam sering ditandai gejala tidak spesifik, seperti tidak
nafsu makan (anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang, serta
rasa sakit di daerah belakang bola mata (retroorbita) dan wajah yang kemerah-
merahan (flushing).
b) Tanda-tanda pendarahan seperti mimisan (epitaksis), pendarahan gusi, perdarahan
pada kulit seperti tes Rumpeledee (+), ptekiae dan ekimosis, serta buang air besar
berdarah berwarna merah kehitaman (melena).
c) Adanya pembesaran organ hati (hepatomegali)
d) Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyut nadi yang terana lemah
dan cepat, ujung-ujung jari terasa dingin sera dapat disertai penurunan kesadaran
dan renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian.

Pencegahan penyakit DBD


Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), cara pencegahan
DBD yaitu dengan PSN BDB melalui 3M.
1) Menguras tempat penampungan air sekurangnya seminggu sekali
2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
3) Mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang
bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas plastik bekas, dll

129
Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN : 2337 - 9952

Pencegahan penyakit DBD juga bisa dilakukan dengan cara :


a) Ganti air vas bunga, tempat minuman burung dan tempat lainya seminggu sekali
b) Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak
c) Tutup lubang pada potongan bambu, pohon, dan lainya misalnya dengan tanah
d) Menaburi racun pembasmi jentik (larvasidasi) khususnya bagi tempat
penampungan air yang sulit dikuras atau daerah sulit air
e) Menebar ikan pemakan jentik seperti kepala timah, gepi, ditempat penampungan
air yang ada disekitar rumah
f) Tidur memakai kelambu
g) Memakai obat nyamuk
h) Memasang kawat kasa pada lubang angin di rumah
Sedangkan Menurut Misnadiarly (2009), pencegahan penyakit demam berdarah
dengue mencakup:
1) Terhadap nyamuk perantara
a. Pemberantasan nyamuk Aedes Aegypti telur dan induknya yaitu dengan cara 3 M
yaitu menguras, menutup dan mengubur. Kuras bak mandi seminggu sekali
(menguras), tutup penyimpanan air rapat-rapat (menutup), dan kubur kaleng, ban
bekas dan lain-lain (mengubur). Menaburkan bubuk abate (abatisasi) pada kolam
atau tempat penampungan bak air yang sulit dikuras untuk membunuh jentik
nyamuk.
b. Memberantas nyamuk dewasa, yaitu membersihkan tempat-tempat yang disukai
nyamuk untuk beristirahat, antara lain: tidak menggantung baju bekas pakai
(nyamuk sangat suka bau manusia), memasang kasa nyamuk pada ventilasi dan
jendela rumah, melindungi bayi ketika tidur dipagi dan siang hari dengan
kelambu, menyemprot obat nyamuk rumah di pagi dan sore hari (jam 08.00 dan
18.00). Perhatikan kebersihan sekolah, apabila kelas gelap dan lembab semprot
dengan obat nyamuk terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai. Pengasapan atau
fogging dilakukan apabila dijumpai penderita yang dirawat atau meninggal.
2) Terhadap diri kita
a. Memperkuat daya tahan tubuh dan melindungi dari gigitan nyamuk.
b. Menghindari gigitan nyamuk di sepanjang siang hari (pagi sampai sore) karena
nyamuk Aedes Aegypti aktif di siang hari (bukan di malam hari). Jika berada
lokasi-lokasi yang banyak nyamuk di siang hari, terutama di daerah yang ada
penderita DBD. Kenakan pakaian yang lebih tertutup, celana panjang dan kemeja
panjang.
3) Terhadap lingkungan
a. Mengubah perilaku hidup sehat terutama kesehatan lingkungan.
b. Awasi lingkungan di dalam dan di halaman rumah.
c. Buang atau timbun benda-benda yang tidak berguna yang dapat menampung air
atau simpan sedemikian rupa sehingga tidak menampung air.
d. Tabur serbuk abate pada bak mandi dan tempat penampungan air lainya, pada
parit atau selokan didalam dan sekitar rumah terutama apabila selokan itu airnya
tidak mengalir atau kurang mengalir.

130
Nur Asiah, Sari Wahyuni, Suzanni

e. Kolam atau aquarium jangan dibiarkan kosong tanpa ikan, isilah dengan ikan
pemakan jentik nyamuk.
f. Semprot sudut-sudut rumah dan halaman yang merupakan tempat berkeliaran
nyamuk dengan obat semprot nyamuk apabila tampak nyamuk berkeliaran dipagi,
siang atau sore hari.
g. Apabila ada salah satu orang penghuni rumah yang positif atau diduga menderita
DBD, segera semprot seluruh bagian rumah dan halaman dengan obat semprot
nyamuk dipagi, siang, sore hari sekalipun penderita tersebut sudah dirawat di
rumah sakit.

Filosofi Keperawatan Anak


Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pendangan yang dimilki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan anak yang berfokus pada keluarga
(family centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic care), dan manajemen
kasus (Hidayat, 2005).
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian
dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk
keperawan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal tinggal atau sebagai
konstanta tetap dalam kehidupan anak.
Dalam keperawatan anak, mejadi individu (klien) dalam hal ini adalah anak, anak
diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa
tumbuh kembang dengan kebutuuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologi, sosial,
dan spritual (Hidayat, 2005). Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan
fisik yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian
juga halnya perkembangan kognitif yang cepat dan ada juga kalanya perkembangan
kognitif yang lambat. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak
(Hidayat, 2005).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif yang mempunyai tujuan untuk memperoleh
Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Demam Berdarah Dengue di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014. Penelitian ini
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang mulai tanggal Juli s/d 26
September 2014 di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Blang Aceh Besar Tahun 2014
selama empat hari dan dalam satu hari peneliti mendapatkan responden sebanyak 10
orang dengan total respoden 40 orang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden, tingkat Pengetahuan
Keluarga Tentang Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang
Bintang Aceh Besar Tahun 2014, dapat dilihat pada persentasenya berada pada katagori
rendah yaitu 24 responden dengan persentase 60%. Pengetahuan keluarga tentang
penyebab Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh
Besar Tahun 2014 berada pada kategori tinggi sebanyak 25 responden dengan
131
Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN : 2337 - 9952

persentase 62,5%. Pengetahuan keluarga tentang tanda dan gejala Demam Berdarah
Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014 berada
pada kategori rendah sebanyak 33 responden dengan persentase 82,5%. Pengetahuan
keluarga tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas
Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014 berada pada kategori rendah sebanyak 21
responden dengan persentase 52,5%
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tingkat
Pengetahuan Keluarga Tentang Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas
Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014, dapat dilihat pada persentasenya berada pada
katagori rendah yaitu 24 responden dengan persentase (60%) dari total 40 responden.
Maka dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan keluarga belum
sepenuhnya mengetahui tentang Demam Berdarah Dengue.
keluarga yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar,
masih ada sebagian anggota keluarganya yang menderita penyakit Demam Berdarah
Dengue, dan keluarga juga kurang mengetahui dan juga kurang mendapatkan edukasi
serta kurang minat untuk mengetahui lebih jauh tentang Demam Berdarah Dengue,
kurang nya pengetahuan keluarga dapat dilihat dari tingkat pendidikan responden yang
rata-rata pendidikan terakhir SD dan SMP, dan kebanyakan responden yang berada di
wilayah Puskesmas Blang Bintang dominan bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga
keluarga kurang memperdulikan tentang kesehatan dan kurang mengetahui secara
umum tentang penyakit Demam Berdarah Dengue. Demam Berdarah Dengue (DBD)
adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan
apabila timbul renjatan (shock) angka kematian akan meningkat (Suharsono, 2010).
Keluarga yang berada di wilayah kerja puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
sebagiab sudah mengetahui penyebab dari Demam Berdarah Dengue. Karena keluarga
menganggap ini adalah hal yang sering terjadi dan sering timbul dikalangan keluarga
responden dan mereka sering mendapatkan informasi-informasi dari media-media dan
ditelevisi tentang kesehatan sehingga keluarga sudah sedikit paham penyebab dari
Demam Berdarah Dengue.
Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab
yang jelas disertai dengan gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah,
nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut
menyerupai influensa biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan
yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan sampai berupa perdarahan
dibawah kulit, perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat sampai
muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria masif.
Sebagian besar keluarga yang berada di wilayah kerja puskesmas Blang Bintang
Aceh Besar masih kurang paham bagaimana cara pencegahan penyakit Demam
Berdarah Dengue yang sebenarnya, karena sebagian keluarga di wilayah kerja
puskesmas blang bintang masih ada sampah diperkarangan sekitar rumah yang tidak
dibakar ataupun di kubur sesuai dengan PSN DBD, maka pencegahan yang dilakukan
oleh sebagian keluarga belum sesuai dengan yang di anjurkan, sehingga masih dapat
menimbulkan penyakit Demam Berdarah Dengue.
132
Nur Asiah, Sari Wahyuni, Suzanni

Cara pencegahan DBD yaitu dengan PSN BDB melalui 3 M. Menguras tempat
penampungan air sekurangnya seminggu sekali. Menutup rapat-rapat tempat
penampungan air. Mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan
barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas plastik
bekas, dll (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh
Besar Tahun 2014 terhadap 40 responden dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Secara Umum Tentang Demam Berdarah
Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014
berada pada kategori rendah
2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Pengertian Demam Berdarah
Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014
berada pada kategori tinggi.
3. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Penyebab Demam Berdarah
Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014
berada pada kategori tinggi.
4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Tanda dan Gejala Demam
Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun
2014 berada pada kategori rendah.
5. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Demam Berdarah
Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014
berada pada kategori rendah.

SARAN
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan bagi tenaga kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang
agar dapat lebih meningkatkan lagi mutu pelayanan kesehatan dan pengetahuan
Keluarga tentang kesehatan khusus nya penyakit DBD dengan cara memberikan
penyuluhan-penyuluhan khususnya di daerah yang tinggi angka kesakitan dan
kematian kasus DBD.
2. Peneliti Lain
Diharapkan kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian terkait
pengetahuan DBD agar dapat melakukan penelitian ini kearah yang lebih bagus dan
memperbaiki kekurangan yang ada dalam penelitian ini.
3. Bagi Keluarga
Diharapkan bagi responden agar dapat terus menggali pengetahuannya tentang
kesehatan khususnya DBD melalui penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan, buku-buku maupun media lain. Sebab
mendapatkan informasi terkait DBD sedini mungkin dapat mengurangi angka
kejadian dan kesakitan dari DBD.
.
133
Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN : 2337 - 9952

DAFTAR PUSTAKA

Ellya, E., S. (2010). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media.
Faisal, dkk., (2008). http://www.infeksi.com.upnvj.ac.idpdf. di akses pada tanggal 17
Maret 2014.
Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah : A Survival Guide. B-First. (PT. Bentang
Pustaka) Anggota IKAPI.
Hidayat, (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta. Salemba
Medika.
Misnadiarly. (2009). Demam berdarah dengue (DBD): ekstrak daun jambu biji bisa
mengatasi DBD, Edisi 1., Jakarta: Pustaka Popular Obor.
Ngastiah. (2005). Ilmu Keperawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Suharsono, (2010). Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik Demam Berdarah Dengue
(ABJ-DBD) Melalui Penggerakan Juru Pemantau Jentik
(Jumantik.).www.tdmrc.org/id/wpcontent/3439_studi_pengetahuan_sikap. di
akses pada tanggal 18 Februari 2014.
Suprajitno, (2004). Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: EGC.
Widoyono, (2008). Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.

134

Vous aimerez peut-être aussi