Vous êtes sur la page 1sur 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


MASALAH FRAKTUR

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ROSPIANA
NIM : 1422100013

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PRAKTIK KLINIK PROGRAM AKADEMIK


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2013
A. DEFINISI

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang terjadi karena


adanya tekanan pada tulang yang melebihi absorpsi tulang.

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang


rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
Fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Farktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka (open / compouna), bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan dikulit.

Fraktur merupakan gangguan sistem muskuluskeletal, dimana terjadi


pemisahan atau patahnya tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan


eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang, fraktur
patologis terjadi tanpa trauma pada tulang yang lemah karena dimineralisasi yang
berlebihan.

Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang biasanya disebabkan oleh


trauma atau tenaga fisik, kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut
lengkap atau tidak lengkap.
B. ETIOLOGI

Etiologi patah tulang menurut Barbara C. Long adalah


1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat
yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak
disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat
terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan
jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada.
Fraktur dapat disebabkan oleh trauma, antara lain :
a. Trauma langsung
Bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut terdapat ruda paksa,
misalnya : benturan atau pukulan pada tulang yang mengakibatkan
fraktur.
b. Trauma tidak langsung
Misalnya pasien jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi, dapat
terjadi fraktur pada pergelangan tangan, suprakondiskuler, klavikula.
c. Trauma ringan
Dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh.Selain itu
fraktur juga disebabkan olehkarena metastase dari tumor, infeksi,
osteoporosis, atau karena tarikan spontan otot yang kuat.
2. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut
tidak mampu mengabsobsi energi atau kekuatan yang menimapnya.
3. Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses
pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase
atau ostepororsis.
C. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis dari fraktur antara lain nyeri, hilangnya fungsi,


deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitasi, pembengkakan lokal dan
perubahan warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertanbah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme tulang yang menyertai fraktur untuk meminimalkan
gerakan antara fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa), bukan tetap rigid seperti
normalnya.Pergeseran frakmen pada fraktur lengan atau tungkai
menyebabkan deformitas (terlahat maupun teraba). Ekstremitas yang bisa
diketaui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur. Frakmen
sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 5 cm (1 2).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derki tulang yang
dinamakan krepitasi/krepitus yang teraba akibat gesekan antara frakmen satu
dengan yang lain.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cidera.

Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan
justru tidak ada pada fraktur linier atau fraktur impaksi (permukaan patahan
saling terdesak satu sama lain)
D. PATOFISIOLOGI

Barbara C. Long menguraikan bahwa ketika tulang patah, periosteum dan


pembuluh darah di bagian korteks, sumsum tulang dan jaringan lunak didekatnya
(otot) cidera pembuluh darah ini merupakan keadaan derajat yang memerlukan
pembedahan segera sebab dapat menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan
yang terakumulasi menimbulkan pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera
yang apabila ditekan atau digerakkan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang
mengakibatkan syok neurogenik. Sedangkan kerusakan pada system persarafan,
akan menimbulkan kehilangan sensasi yang dapat berakibat paralysis yang
menetap pada fraktur juga terjadi keterbatasan gerak oleh karena fungsi pada
daerah yang cidera. Kerusakan pada kulit dan jaringan lainnya dapat timbul oleh
karena trauma atau mecuatnya fragmen tulang yang patah. Apabila kulit robek an
luka memiliki hubungan dengan tulang yang patah maka dapat mengakibatkan
kontaminasi sehingga resiko infeksi akan sangat besar.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto rontgen
a. Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung
b. Mengetahui tempat dan type fraktur
c. Biasanya foto ini diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan
selama proses penyembuhan secara periodic
2. Skot tulang tomograpy scor e.l MRL dapat dilakukan untuk mengidektifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3. Antelegram diperlukan bila dicurigai ada kerusakan vaskuler.
4. Hitung darah lengkah H+ mungkin meningkat (hemakonsetrasi) atau menurun
perdarahan bermakna pada posisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multiple.
5. perubahan profil koagulasi dapat terjadi pada kehilangan darah tranfusi tran
multiple atau cidera hati.

F. TERAPI DAN PENGOBATAN

a. Pertolongan Darurat (emergency)


Fraktur biasanya menyertai trauma. Sangat penting utnuk melakukan
pemeriksaan terhadap jalan nafas (air way) proses pernafasan (Breathin) dan
sirkulasi (circulation), terjadi syok atau tidak. Jika tidak ada masalah lakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ingat golden period 1 6 jam pada waktu
terjadi kecelakaan sampai pasien dibawa ke RS. Bila lebih dari 6 jam
komplikasi ini akan semakin besar. Kemudian lakukan foto radiologis,
pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah
terjadinya kerusakan yang lebih besar pada jaringan lunak selain
memudahkan proses pembuatan foto.
(Mansjoer Arif, 2000 : 348)
b. Pengobatan
Reposisi terbuka, fiksasi interna (gips, traksi).
Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna (nail,
plat)
c. Rehabilitasi
Tujuan utama
Mempertahankan ruang gerak sendi.
Mempertahankan kekuatan otot.
Mempercepat pengembalian ke fungsi semula.
Latihan terdiri dari
Mempertahankan gerak ruang sendi
Latihan otot
Latihan berjalan
G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Menurut Nanda dasar data pengkajian pasien antara lain :
a. Aktivitas
Gejala : Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat
dan jam kebiasaan tidur malam hari, keterbatasan partisipasi dalam
hobi, tingkat stress tinggi.
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja
Tanda : Perubahan pada TD
c. Integritas ego
Gejala : Masalah tentang perubahan dalam penampilan,
menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, kehilangan kontrol, depresi.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola BAB, perubahan eliminasi urinarius.
Tanda : Perubahan pada usus, distensi abdomen.
e. Makanan atau cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual atau muntah,
intoleransi makanan, perubahan pada berat badan,
berkurangnya massa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit.
f. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope.
g. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri atau derajad bervariasi.
h. Pernafasan
Gejala : Merokok, pemajanan abses.
i. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan
matahari lama.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual, pasangan seks multipel, aktivitas seksual
dini.
k. Interaksi social
Gejala : Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung
masalah tentang fungsi atau tanggung jawab peran dan riwayat
perkawinan.
l. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, penyakit metastatik,
riwayat pengobatan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terputusnya


kontinuitas jaringan tulang.
2. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan immobilisasi.
3. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan ketidak tahuan
klien tentang penyakitnya dan prosedur operasi.
3. INTERVENSI

Diagnosa 1 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terputusnya


kontinuitas tulang
Tujuan : Nyeri Px berkurang dalam waktu 1 x 24 jam
KH :
Nyeri berkurang
Skala nyeri O (normal) / nyeri terkontrol
Wajah cerah (tidak menyeringai)
TTV normal
S : 36 37 0C
N : 60 100 x/mnt
RR : 16 20 x/mnt
TD : 120 / 90 mntlgTujuan : Nyeri berkurang sampai
hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya.
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk
mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri
Diagnosa 2 Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat melakukan
mobilisasi sendiri, secara bertahap.
KH :
Klien dapat melakukan latihan mobilisasi sendiri secara bertahap.
Klien tidak mengalami kerusakan mobilitas.
Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
Rencana Tindakan:
1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ Hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif
2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya mobilisasi dan akibat kurangnya
mobilisasiakanketakutannya
R/ Agar pengetahuan klien bertambah dan mau melaksanakan anjuran
perawat
3. Anjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap
R/ Agar klien tidak merasa kesulitan dalam melakukan mobilisasi
4. Kolaborasi dengan fisioterapis dalam pemebrian terapi mobilisasi
R / Merupakan fungsi interdependent
Diagnosa 3 Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan ketidaktahuan
klien tentang penyakit dan prosedur operasi.
Tujuan : Cemas berkurang atau hilang
KH :
Px mengerti tentang penyakitnya
Px tampak tenang
Px tidak cemas.
TTV normal
S : 36 37 0C
N : 60 100 x/mnt
RR : 16 20 x/mnt
TD : 120 / 90 mntlg
Rencana tindakan :
1. Lakukan pendekatan pada Px secara terapeutik
R/ Px dapat kooperatif terhadap segala tindakan yang akan dilakukan
2. Beri penjelasan tentang penyakit yang dideritanya
R/ Dengan memberi penjelasan diharapkan Px mengerti dan akan
mengurangi rasa cemasnya
3. Lakukan tehnik mendengar aktif
R/ Mendorong pengungkapan perasaan
4. Anjurkan Px dalam penggunaan tehnik relaksasi dan distraksi
R/ Tahnik relaksasi dari distraksi dapat mengalihkan Px tentang rasa
cemasnya
5. Beri dorongan spiritual terhadap masalah yang akan dihadapi
R/ Dengan melakukan kegiatan spiritual seperti berdoa dapat membuat
hati dan pikiran tenang
4. IMPLEMENTASI DAN EVELUASI

a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terputusnya


kontinuitas tulang
Implementasi:
Mengkaji karakteristik nyeri, di mana lokasi nyeri berada dan berapa skala
nyeri yang ditimbulkan
Evaluasi :
a). Rasa nyeri hilang
b). Pasien tidak tampak meringis
c). Pasien tampak lebih rileks

b. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan imobilisasi


Implementasi :
a) Melatih kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
b) Klien dapat beraktivitas
c. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan ketidaktahuan klien
tentang penyakit dan prosedur operasi.
Implementasi :
a) Tampak lebih rileks menjelang pembedahan
b) Tidak ada rasa takut menjelang pembedahan
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C, Bare, Brenda G. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddath. Jakarta : EGC.

www.wikipedia.ac

L o n g , B a r b a r a C . 2 0 0 9 . Perawatan Medikal Bedah Suatu


P e n d e k a t a n P r o s e s Keperawatan.Bandung: YIPK Pajajaran.

Soeparman. 2008. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Nanda,,Nursing Diagnosis: Definition and Classification 2008-2009,Nanda


International,Philadelphia,2009.

NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology: Gastric Cancer. Ajani, AJ et al. s.l. :
National Comprehensive Cancer Network, 2009. V.2.

Gastric cancer. Lochhead, P and El-Omar, M. s.l. : British Medical Bulletin, 2008, Vols.
85: 87100 .

Vous aimerez peut-être aussi