Vous êtes sur la page 1sur 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN IQ. D DENGAN


HEMAPTOE DI RUANG BOUGENVILE
RUMAH SAKIT UMUM
PROVINSI NTB

DISUSUN OLEH :

NOVI RIKAMAYANTI
07.01.0687

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS VIII B


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2012
Laporan Pendahuluan

Hemaptoe (batuk darah)

I. KONSEP DASAR PNEUMOTHORAKS

A. Pengertian

Hemaptoe (batuk darah) adalah darah berdahak yang dibatukkan yang

berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (dari glotis dan ke

distal). Dikatakan batuk darah masif apabila jumlah darah yang

keluar 600 ml dalam waktu 24 jam. Untuk mengetahui jumlah darah

yang keluar dengan tepat, maka batasan yang lebih longgar adalah

batuk yang mengancam jiwa penderita. Hemaptoe adalag ekspetorasi

darah / mukus yang berdarah.

B. Etiologi

1. Peradangan

a. Tuberculosis

b. Pneumonia

c. Bronklektasis

d. Brokitis

e. Abses paru

2. Neoplasma

a. Karsinoma paru

b. Adenoma

C. Lain-lain

a. Trombo emboli paru

b. Trauma
C. Gejala Klinis

1. Batuk darah, bahwa perdarahan berasal dari tractus

respiratorius bukan dari nasopharing / gastrointestinal.

2. Sesak nafas.

3. Hipertermi.

4. Komplikasi

a. Afiksia.

b. Syock hemoragic

c. Penyebaran ke sisi paru yang sehat

D. Diagnosa Banding

1. Muntah darah (gastrointestinal)

2. Perdarahan

Ciri-ciri batuk darah

1. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan

2. Darah berbuih bercampur udarah.

3. Darah segar warna merah segar.

4. Kadang-kadang anemia

5. Benzidin test (-)


E. Patofisiologi
F. Penatalaksanaan

Setiap pasien hemoptoe harus dirawat untuk observasi dan

evaluasi lebih lanjut. Hal-hal ini yang perlu dievaluasi :

1. Banyaknya / jumlah perdarahan yang terjadi

Saat terjadinya batuk dicatat dan setiap darah yang

dibatukkan harus dikumpulkan dalam pot pengukur untuk

mengetahui jumlah secara tepat dalam suatu periode tertentu

(biasanya 24 jam). Jumlah darah yang dikeluarkan tidak

selalu menggambarkan jumlah perdarahan yang terjadi karena

mungkin saja sebagian darah tertinggal atau terjadi

aspirasi dalam paru / saluran napas.

2. Pemeriksaan fisik

Diperhatikan adanya insufisiensi pernapasan atau sirkulasi,

berupa hipotensi sistemik / syok, penurunan kesadaran,

takikardi, takipnea / sesak napas, sianosis, dan lain-lain.

Bila ditemukan ronki basah difus di lapangan bawah paru

perlu dicurigai telah terjadi aspirasi yang akan mengganggu

pernapasan.

Penatalaksanaan pasien hemoptisis bergantung dari beratnya

perdarahan yang terjadi dan keadaan klinis (kecenderungan

perdarahan untuk berhenti / bertambah, tanda-tanda asfiksia

/ gangguan fungsi paru). Bila tidak / kurang masif dapat

ditangani secara konservatif yang bertujuan menghentikan

perdarahan yang terjadi dan mengganti darah yang hilang

dengan tranfusi atau pemberian cairan pengganti.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah :


a. Menenangkan pasien sehingga perdarahan lebih mudah

berhenti dan tidak takut membatukkan darah di saluran

nafas.

b. Pasien diminta berbaring pada posis bagian paru yang

sakit dan sedikit trendelenburg, terutama bila refleks

batuknya tidak adekuat.

c. Jalan napas dijaga agar tetap terbuka. Bila ada tanda-

tanda sumbatan, lakukan penghisapan. Bila perlu dipasang

pipa endotrakeal. Pemberian oksigen hanya berarti bila

jalan napas telah bebas hambatan.

d. Pemasangan jalur intravena untuk penggantian cairan atau

pemberian obat intravena.

e. Transfusi darah dilakukan bila Ht turun di bawah nilai

25-30% atau Hb di bawah 10% sedangkan perdarahan masih

berlangsung.

Perdarahan yang masif dan mengancam jiwa memerlukan usaha

agresif invasif, berupa bronkoskopi atau operasi sito.

Indikasi pembedahan segera untuk hemoptisi masif adalah :

a. Bila batuk darah lebih dari 600 ml/24 jam dan dalam

pengamatan tidak berhenti.

b. Bila batuk darah kurang dari 600 ml/24 jam tetapi lebih

dari 250 ml / jam, kadar Hb kurang dari 10g% dan

berlangsung terus.

c. Bila batuk darah kurang dari 600 ml/24 jam tetapi lebih

dari 250 ml/24 jam, Hb lebih dari 10g% tetapi dalam

observasi selama 48 jam perdarahan tidak berhenti.


II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat

bersama klien dan menentukan kebutuhan Asuhan Keperawatan dengan

melakukan pengkajian, menentukan diagnosa merencanakan tindakan

yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi

hasil Asuhan yang telah di berikan.

A. Pengkajian

1. Identitas

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,

pendidikan, No. registrasi, diagnosa medis, dan tanggal

masuk RS.

2. Keluhan Utama

Biasanya pasien hemaptoe ditandai dengan sesak nafas, batuk

dan berat badan menurun.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang.

Pada umumnya pasien hemaptoe sering panas lebih dari 2

minggu sering batuk yang disertai dengan darah, anorexia,

lemah, dan berkeringat banyak pada malam hari.

b. Riwayat kesehatan lalu.

Pasien mempunyai riwayat tertentu seperti, penyakit

jantung, TBC dan lain-lain.

c. Riwayat kesehtan keluarga.

Biasanya keluarganya mempunyai penyakit menular atau

tidak menular
d. Riwayat psikososial.

Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis

pasien dengan timbul gejala-gejala yang dialami dalam

proses penerimaan terhadap penyakitnya, meliputi :

perumahan yang padat, lingkungan yang kumuh dan kotor,

keluarga yang belum mengerti tentang kesehatan.

4. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok, penggunaan

alkohol, dan kebiasaan olah raga.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Meliputi : nafsu makan menurun, diit khusus / suplemen,

fluktuasi berat badan dan anoreksia.

c. Pola eliminasi

Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi

d. Pola istirahat dan tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur / istirahat.

e. Pola sensori dan kognitif

Biasanya klien tidak mengalami gangguan pada indera

f. Pola hubungan peran

Meliputi : hubungan pasien dengan keluarga, dan

masyarakat sekitar.

g. Pola penanggulangan stres

Meliputi : penyebab stres, koping terhadap stres, dan

pemecahan masalah.
5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Keadaan penyakit, kesadaran, suhu meningkat, dan BB

menurun.

b. Thorax

Bentuk thorax pasien hemaptoe biasanya tidak normal

(Barrel chest)

c. Paru

Bentuk dada tidak simetris, pergerakan paru tertinggal,

adanya whezing atau ronkhi.

d. Jantung

Didapatkan suara 1 dan suara 2 tambahan

e. Abdomen

Biasanya terdapat pembesaran limpha dan hati

6. Pemeriksaan Penunjang

a. X-foto

1). Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal dengan

atau tanpa adanya infiltrat.

2). Gambaran milier atau bercak kalsifikasi.

b. Pemeriksaan sputum / Bakteriologis

1). Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB.

2). Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan

cairan di lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari

berturut-turut yaitu sewaktu pagi sewaktu.

c. Pemeriksaan mantoox test

1). Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg.


B. Diagnosa Keperawatan

1. Hemoragic syock berhubungan dengan batuk darah

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake tidak adekuat

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

sekresi yang kental atau darah.

4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit

C. Perencanaan

Diagnosa 1 :

Hemoragic syock berhubungan dengan batuk darah

Tujuan : pasien tidak batuk darah

Kriteria Hasil :

- Tidak terjadi hemoragik syoc

- Pasien tidak batuk darah

Rencana Tindakan :

1. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan

komunikasi yang baik.

2. Berikan posisi duduk

3. Auskultasi paru sebelum dan sesudah batuk

4. Berikan terapi tranfusi darah

5. Observasi batuk klien

6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi

Rasional :

1. Diharapkan pasien dan keluarga kooperatif terhadap

tindakan yang akan dilakukan.


2. Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

3. Membantu mengevaluasi keefektifan batuk kline.

4. Untuk memenuhi kebutuhan darah pasien.

5. Untuk mengetahui perkembangan batuk klien.

6. Menentukan pemberian terapi yang tepat.

Diagnosa 2 :

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi

yang kental atau darah.

Tujuan : kebersihan jalan nafas kembali efektif.

Kriteria Hasil :

- Mencari posisi yang memudahkan peningkatan udara

- Mendemonstrasikan batuk efektif.

- Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.

Rencana Tindakan :

1. Jelaskan pada klien tentang kegunaan batuk yang efektif

dan terdapat penumpukan sekret di saluran pernafasan.

2. Ajarkan kx tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

3. Anjurkan klien nafas dalam dan perlahan saat duduk

setegak mungkin.

4. Anjurkan klien melakukan pernafasan diafragma

5. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi :

Rasional :

1. Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan

kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.


2. Agar batuk terkontrol dan tidak menyebabkan kelelahan.

3. Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

4. Untuk menurunkan frekwensi nafas.

5. Membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

6. Menentukan pemberian terapi yang tepat pada klien.

Diagnosa 3 :

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

tidak adekuat

Tujuan : meningkatkan asupan nutrisi

Kriteria Hasil :

- Nafsu makan meningkat.

- Klien dapat menghabiskan 1 porsi.

- Intake sesuai dengan porsi yang diberikan.

Rencana Tindakan :

1. Lakukan pendekatan pada pasien.

2. Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh.

3. Berikan posisi tidur dengan kepala lebih tinggi dari

badan saat makan.

4. Berikan makan sedikit tapi sering.

5. Pantau intake dan output nutrisi klien.

6. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian nutrisi

Rasional :

1. Diharapkan pasien dan keluarga kooperatif terhadap

tindakan yang akan dilakukan.

2. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya


nutrisi.

3. Mencegah timbulnya regurgitasi.

4. Untuk meningkatkan nafsu makan klien.

5. Untuk mengetahui perkembangan nutrisi klien.

6. Untuk menentukan diit yang tepat.

IV. IMPLEMENTASI

Merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan,

yang meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana

keperawatan, dan memberikan asuhan keperawatan (Lismidar,

1990).

V. EVALUASI

Adalah perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan dari

masalah kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan

pasien dan tim kesehatan lainnya (Efendi, 1995).


DAFTAR PUSTAKA

M Amin , 1999. Ilmu penyakit Paru. Surabaya : Airlangga


university press.

Carpenito, L. J., (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi


Keperawatan, edisi 2. Jakarta ; EGC.

Carpenito, L. J. (2000). Buku Diagnosa Keperawatan, edisi 8.


Jakarta: EGC.

Dongoes. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif., et all, (1999). Kapita Selekta Kedokteran,


Fakultas Kedokteran UI : Media Aesculapius.

Makalah Kuliah, Tidak diterbitkan.

Sumber : http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-
keperawatan-pada-pasien-hemaptoe.html#ixzz21dKOlWT2

Vous aimerez peut-être aussi