Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
1. Pengertian
Pre eklampsi adalah suatu sindrom klinik dalam kehamilan viable / usia kehamilan > 20 minggu dan atau berat
janin 500 gram yang ditandai dengan hypertensi, protein urine dan oedema
Pre eklampsi merupakan suatu sindrom hypertensi yang terjadi karena kehamilan disertai protein urine, oedema
dan sering kali terdapat gangguan pada sistem organ lain
Pada pre eklampsi sering terjadi peningkatan tekanan darah disertai protein urine akibat kehamilan terutama
pada komplikasi primigravida terjadi setelah usia 20 40 minggu kecuali jika terjadi penyakit trofoblastik
1. Klasifikasi
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
( Mochtar, 1998)
1. Patofisiologi
Pada pre eklampsi terjadi spasme pembuluh darah yang disertai retensi garam dan air pada biopsi ginjal
ditemukan spasme lubal artierole glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriole sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilalui oleh suatu sel darah merah. Jadi jika semua arteriole dalam tubuh mengalami spasme,
maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan
dapat dicukupi
Sedangkan kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan intertisial belum diketahui sebabnya mungkin karena retensi garam dan air
Protein uri dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus.
( Mochtar, 1998)
1. Ginjal
Pada ginjal terjadi sedikit pembengkakan pada glomelurus. Filtrasi glomelurus berkurang oleh karena aliran ginjal
menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomelurus menurun, sebagai akibatnya terjadi retensi
garam dan air
1. Otak
Pada pre eklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas batas normal. Pada pre eklampsi
resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Oedema yang terjadi pada otak
dapat mengakibatkan gangguan usus.
1. Paru paru
Kematian ibu pre eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh oedema paru yang menimbulkan
dekompensisi kordis. Biasanya pula terjadi aspirasi pneumonia atau abses paru
1. Mata
Dijumpai adanya oedema retina dan spasme pembuluh darah dapat terjadi ablusio retina yang disebabkan oedema
intra okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan
1. Faktor resiko
1. Terjadi pada primigravida ( terutama remaja dan wanita yang berusia 35 tahun)
2. Wanita gemuk
3. Wanita dengan hypertensi essensial
4. Wanita yang mengalami penyakit ginjal, gemeli, polihidramnion, DM dan molahidatidosa
5. Riwayat pre eklampsi keluarga
6. Pasien miskin dengan pemeriksaan antenatal yang kurang atau tidak sama sekali dan nutrisi
buruk terutama dengan diit rendah protein.
2. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
1. Pemeriksaan antenatal yang bermutu dan teliti, mengenali tanda tanda sedini mungkin (PER) supaya
tidak menjadi berat
2. Harus selalu waspada kemungkinan terjadinya pre eklampsi kalau ada faktor faktor predisposisi
3. Berikan penjelasan tentang :
- Manfaat istirahat dan tidur demi ketenangan yang dapat mencegah PER menjadi PEB
- Pentingnya mengatur diit rendah lemak serta karbohidrat tinggi protein, kurangi garam karena garam dapat
mencegah terjadinya oedema dan dapat menurunkan berat badan
- Suplementasi magnesium yang berpengaruh terhadap pathogenesis pre eklampsi dan persalinan pre term,
juga dapat menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan
- Suplementasi kalsium, defisiensi kalsium pada diit ibu hamil meningkatkan resiko pre eklampsi, kekurangan
kalsium yang terlalu lama akan menyebabkan dikeluarkannya kalsium dari jaringan otot pembuluh darah maka
akan terjadi vasokontriksi dan meningkatkan tekanan darah
1. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
1. Jika janin menunjukkan maturitas paru maka penanganannya adalah sebagai berikut :
Berikan suntikan sulfat magnikus dengan dosis 8 gram ini kemudikan disusul 4 gram im tiap 4 jam (selama tidak
ada komplikasi). Jika ada perbaikan jalannya penyakit pemberian sulfat magnicus dapat diteruskan lagi selama 24
jam sampai dicapai kriteria pre eklampsi ringan (kecuali ada komplikasi). Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan
keadaan janin dimonitor serta berat badan ditimbang seperti pada pre eklampsi ringan sambil mengawasi gejala.
Jika dengan induksi persalinan atau tindakan lain sesuai keadaan.
1. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda tanda kematangan paru janin makan penatalaksanaan kasus
sama dengan kehamilan diatas 37 minggu
Pada usia kehamilan > 37 minggu
1. Penderita rawat inap, istirahat mutlak dan tempatkan di kamar isolasi, berikan diit rendah garam dan
tinggi protein. Berikan suntikan 5 gram / Im. 4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong kiri, suntikan dapat diulang tiap
4 jam dengan dosis 4 gram. Syarat pemebriannya adalah reflek patela positif, diurisis 100 cc dalam 4 jam
terakhir, respirasi 16x/mnt dan harus tersedia antidotumnya kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc, infus
dekstrose 5% dan RL
2. Berikan obat antihipertensi
3. Diuretika tidak diberikan kecuali terdapat oedema dan kegagalan jantung kogestif
4. Setelah pemberian sulfat magnicus dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi
5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps jadi ibu dilarang mengejan
6. Jangan berikan methergin post partum kecuali pada perdarahan atonia uteri
7. Pemberian SM kalau tidak ada kontra indikasi kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam
24 jam post partum
8. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan secsio sesaria
9. Komplikasi
1. Kompliasi pada ibu
1. Terjadi eklampsi / kejang
2. Hipoksia otak, pecahnya pembuluh darah otak dan resiko ciderea
3. Solusio plasenta
4. Oedema seluruh organ dan spasme pembuluh darah
- Oedema mata terjadi ablasia retina
- Sesak
- Kematian janin
- Gangguan pertumbuhan
- Prematuritas
Untuk penderita pre eklampsi diperlukan analgesik dan sedative yang lebih banyak dalam persalinan. Pada kala II
apabila syarat syarat sudah terpenuhi hendaknya persalinan diakhiri dengan cunam atau ekstraktor vacum. Telah
kita ketahui bahwa pada pre eklampsi janin diancam hipoksia dan pada persalinan bahaya ini akan semakin besar.
Pada kala I dilakukan segera secsio sesaria, pada kala II dilakukan curam dan ekstraksi vacum
1. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama
Merupakan hal yang diungkapkan ibu yang berhubungan dengan keadaan dan masalah yang timbul. Keluhan yang
timbul biasanya lendir bercampur darah, keluar cairan dari vagina, perut terasa mules dan semakin sakit pada PEB
biasabya disertai sakit kepala, mata berkunang kunang, bengkak pada kaki dan tangan
1. Kala I
2. Lightening
Adalah penurunan kepala memasuki PAP terutama pada primigravida masuknya PAP dirasakan ibu hami; :
- Sering miksi
1. His persalinan
Sifat his persalinan :
- Kontraksi simetris
1. Kala IV
1. ibu mengatakan bahagia dengan kelahiran anaknya
2. ibu merasakan lelah
3. Riwayat penyakit ibu
Untuk megetahui kemungkinan penyakit penyakit yang menyertai dan mempengaruhi keadaan ibu yang lemah
pada waktu melahirkan, seperti :
( Pusdiknakes, 1993 )
1. Riwayat meanstruasi
Untuk mengetahui tentang faal alat kandungan yang perlu diketahui adalah menarche, siklus haid, lama haid,
warna / jumlah darah, sifat darah ( cair / beku ), dysminorhoe, flour albus, HPHT
1. Riwayat perkawinan
Yang dikaji yaitu kawin berapa kali, lama kawin dan usia saat kawin
( Hanifa, W, 133 )
( Hanifa W, 133 )
1. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah
jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi ( bila tidak memakai lagi ) serta lamanya
menggunakan kontrasepsi
1. ADL
1. Nutrisi
Kekurangan / kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan. Pada persalinan dikhawatirkan menjadi penyulit bagi
ibu dan akan membahayakan ibu dan bayi
1. Aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas yang telah dilakukan ibu menjelang prosese persalinan
1. Istirahat
Ditanyakan untuk persiapan tenaga mengejan ibu, istirahat yang cukup menjelang persalinan akan mempermudah
proses persalinan
1. Personal hygiene
Ditanyakan personal hygiene ibu terutama menjelang persalinan. Hal ini perlu untuk mengurangi terjadinya infeksi
Ditanyakan kebiasaan kebiasaan dalam masyarakat dan keluarga serta pandangan dan penerimaan keluarga
serta materiil dan moril yang diperoleh dari keluarganya
1. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
1. keadaan umum : baik, cukup, lemah
2. Kesadaran : composmentis, samnolen, delirium, koma
3. TTV : TD : 140 / 110 mmHg
N : 80 90 x/mnt
S : 36 37 C
Rr : 16 20 x/mnt
1. Pemeriksaan khusus
1. Inspeksi
Muka : oedema
Genetalia : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar
bartholini / tidak, adakah varices, adakah oedema / tidak
1. Palpasi
Leher : adakah pembesaran kelenjar limpe / tidak,adakah pembesaran kelenjar thyroid / tidak, adakah bendungan
vena jugularis / tidak
Leopold I : untuk mengetahui TFU dan menentukan usia kehamilan serta untuk mengetahui bagian janin yang
berada di fundus
Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah ini sudah atau belum terpegang oleh PAP
Leopold IV : untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam
rongga panggul
1. Auskultasi
Yang dicari yaitu punctum proximum dan DJJ ( frekuensi teratur / tidak ) yaitu : 120 160 x/mnt. Dari pemeriksaan
ini dapat diketahui bagaimana keadaan janin
1. Pemeriksaan laboraturium
Albumin : merupakan pemeriksaan urine untuk mengetahui kadar protein dalam urine, sehingga dapat didiagnosa
toxamia gravidarum
1. Pemeriksaan dalam ( VT )
Pembukaan : dari pemeriksaan ini dapat diperkirakan waktu persalinan
Presentasi : bagian terendah janin apakah kepala, bokong atau bagian bagian janin yang lain
1. His
- Berapa lamnya
- Berapa kali
- Mules yang semakin lama semakin kuat dan menjalar sampai ke pinggang
- Data Objektif : merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan yang
sesuai dengan standart nomenklatur kebidanan dan digunakan untuk penegakan diagnosa
Kala II
Ruptur perinium Kepala janin lahir terlalu cepat - Menjaga dasar panggul agar tidak
(defleksi maksimal). Ukuran kepala dilalui oleh kepala janin dengan
Distosia bahu janin besar cepat namun kepala janin jangan
ditahan terlalu kuat karena
Kepala janin dapat dilahirkan tetapi penyebaran asfiksia
tetap berada dekat vulva tarikan
pada kepala gagal melahirkan bahu - Posisikan ibu microbatch
yang terperangkat dibelakang
sympisis pubis - Lakukan penarikan yang kuat dan
terus menerus ke arah bawah pada
kepala janin untuk menggerakkan
bahu depan ke bawah symphisis
pubis
1. INTERVENSI
Intervensi Rasional
1. IMPLEMENTASI
Tindakan yang dilaksanankan sesuai dengan intervensi yang diberikan ibu dalam memberikan asuhan
1. EVALUASI
Tanggal : Jam :
Langkah terakhir dari proses manegemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara
keberhasilan dan rencana bidan melakukan evaluasi sesuai denagn kriteria yang telah ditetapkan dalam rencana
kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mungkin mana keberhasilan tindakan tindakan
kebidanan yang dilakukan. Hasil evaluasi dapat dipergunakan untuk kegiatan asuhan kebih lanjut bila diperlukan /
sebagai bahan peninjauan terhadap langkah langkah di dalam proses nmanagemen kebidanan sebelumnya oleh
karena tindakan yang dilakukan kurang berhasil
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kala I :
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,dilatasi/regangan, tegangan
emosional.
2) Risiko infeksi terhadap maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina berulang.
b. Kala II :
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada presentasi, dialatasi/peregangan jaringan, kompresi
syaraf, pola kontraksi semakin intensif
2) Risiko kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan persalinan, pola kontraksi hipertonik,
janin besar, pemakaian forcep.
3) Risiko cedera terhadap janin dan jalan lahir berhubungan dengan malpresentasi/posisi, pencetusan kelahiran
disproporsi sefalopelvik (CPD).
c. Kala III :
1) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari,
atonia uteri, laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.
2) Nyeri (akut) berhubungan trauma jaringan, respons fisiologis setelah melahirkan.
3) Resiko perubahan proses keluarga berhubungan dengan terjadinya transisi, krisis situasi.
d. Kala IV :
1) Nyeri (akut) berhubungan dengan efek obat-obatan, trauma mekanis/ jaringan, edema jaringan, kelemahan fisik
dan psikologis, ansietas.
2) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi/peningkatan perkembangan anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Halminton P. M. 2005, Dasar-dasar keperawatan maternitas, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Manuaba, I. B. G. 2007, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan, EGC,
Jakarta.
Manuaba, I. B. G. 2008, Operasi kebidanan kandungan dan keluarga berencana untuk dokter umum, EGC, Jakarta.
McCloskey, & Bulechek. 2006, Nursing interventions classifications, 2nd edition, Mosby-Year book.Inc, New York.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. S., & Setiowulan, W., 2008, Kapita selekta kedokteran, Media Aesculapius,
Jakarta.
Mochtar, R. 2005, Sinopsis obstetri, obstetri operatif, obstetri sosial, EGC, Jakarta.
Saifuddin A.B. 2001 , Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, penerbit yayasan bina
pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta
Saifuddin A.B. 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, penerbit yayasan bina
pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta
Wiknjosastro, H. 2002, Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 2001, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA