Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB II
URAIAN PROSES
Unit produksi pada PT Pupuk Iskandar Muda yang mengolah bahan baku
menjadi pupuk urea dibagi menjadi tiga unit yaitu unit Utility, unit Ammonia, dan
unit Urea.
2.1 Utility-1
Unit Utility merupakan sarana penunjang yang menyediakan kebutuhan
operasional pabrik, khususnya yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku dan
bahan pembantu lainnya.
Unit Utility pabrik PIM-2 tidak berbeda jauh dari Utility PIM-1.
Perbedaannya terletak pada kapasitas produksinya. Utility PIM-1 memproduksi
polish water, filter water, dan potable water. Kapasitasnya dapat mencukupi
pabrik Ammonia, urea PIM-1, dan kompleks perumahan. Sedangkan Utility PIM-2
hanya memproduksi polish water untuk kebutuhan pabrik Ammonia dan urea
PIM-2. Unit Utility sendiri terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Stasiun pengisian gas alam (Gas metering station)
2. Unit pengolahan air (Water treatment)
3. Unit penyediaan air bebas mineral (Demin plant water)
4. Sistem pendinginan air (Cooling water system)
5. Unit penyediaan udara pabrik dan udara Instrumen (Plant and instrument
air)
6. Sistem pembangkit tenaga listrik (Electric power generation system)
7. Sistem pembangkit steam (Steam generation system)
Gambar 2.1 Keterkaitan unit utilitas dengan pabrik Ammonia dan urea
Ga
mbar 2.2 Blok Diagram Utility-1
2.1.2.1 Clarifier
17
Digunakan sebagai air umpan demin. Air ini diproses lebih lanjut untuk
menghasilkan air yang bebas mineral sebagai umpan Boiler.
Karakteristik air dari proses diatas diharapkan sesuai dengan design seperti pada
table dibawah ini
Table 2.1 Karakteristik Air Filter
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Tekanan umpan 7,7 Kg/cm2 G
0
Temperatur umpan 29 C
Alalinitas 15 pm sebagai CaO3
Klorida 60 ppm sebagai CaO3
Sulfat 41 ppm sebagai CaO3
Total anion 62 ppm sebagai CaO3
Kalsium 9 ppm sebagai CaO3
Magnesium 4 ppm sebagai CaO3
Na + K 49 ppm sebagai CaO3
Total kation 62 ppm sebagai CaO3
Klorin 0,5 ppm sebagai Cl
Silika 36 ppm sebagai SiO2
pH 6,5-7
Konduktivitas 100 MM ohm/cm
Besi 0,1 ppm sebagai Fe
Bahan organik 5 ppm wt
Turbiditas 3 ppm (max)
Warna 20 Ppm sebagai hazen unit
Sumber: Toyo Engineering Coorporation, 1980
2.1.2.5 Demineralizer
20
Unit ini berfungsi untuk membebaskan air dari unsur-unsur silika, sulfat,
chloride (klorida) dan karbonat dengan menggunakan resin. Unit ini terdiri dari :
a. Cation Tower (53-DA-1001)
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur logam yang berupa
ion-ion positif yang terdapat dalam air dengan menggunakan resin kation R-SO 3H
(tipe Dowex Upcore Mono A-500). Proses ini dilakukan dengan melewatkan air
melalui bagian bawah, dimana akan terjadi pengikatan logam-logam tersebut oleh
resin. Resin R-SO3H ini bersifat asam kuat, karena itu disebut asam kuat cation
exchanger resin.
Reaksi yang terjadi adalah:
CaCl + 2R SO3H (R SO3)2Ca + 2 HCl
MgCl + 2R SO3H (R SO3)2Mg + 2 HCl
NaCl + 2R SO3H (R SO3)2Na + 2 HCl
CaSO4+ 2R SO3H (R SO3)2Ca + 2 H2SO4
MgSO4+ 2R SO3H (R SO3)4Mg + 2 H2SO4
NaSO4+ 2R SO3H (R SO3)4Na + 2 H2SO4
Na2SiO4+ 2R SO3H (R SO3)4Na + 2 H2SiO4
CaCO3+ 2R SO3H (R SO3)4Ca + 2 H2CO3
Dan untuk memperoleh resin yang aktif kembali dilakukan Regenerasi
dengan menambahkan H2SO4 pada resin tersebut, sedangkan back wash pada resin
dilakukan 1 bulan sekali dan Back Wash for Cation Resin Tank (FA-1017).
b. Degasifier (53-DA-1002)
Degasifier berfungsi untuk menghilangkan gas CO2 yang terbentuk dari
asam karbonat pada proses sebelumnya, dengan reaksi sebagai berikut:
dengan injeksi air dari bagian atas dan selanjutnya ditampung dalam seal pot
sebagai umpan Recovery Tank.
c. Anion Tower (53 -DA-1003)
Air dari degasfier dipompakan kedalam anion tower (53 -DA-1003)
melalui bagian bawah yang bertujuan untuk mendapatkan kualitas air bebas asam
dengan menggunakan resin anion R = NOH. Anion Tower berfungsi untuk
menyerap atau mengikat ion-ion negatif yang terdapat dalam air yang keluar dari
Degasifier. Resin pada anion tower adalah R = NOH (tipe dowex upcore mono
C-600).
Reaksi yang terjadi adalah:
H2SO4 + 2 R = N OH (R = N)2SO4 + 2 H2O
HCl + R = N OH R = N Cl + H2O
H2SiO3 + 2 R = N OH (R = N)2SiO3 + 2 H2O
H2CO3 + R = N OH R = N CO3 + H2O
HNO3 + R = N OH R = N NO3 + H2O
Reaksi ini menghasilkan H2O, oleh karena itu air demin selalu bersifat
netral. Air keluar tangki ini memiliki pH 7,5 sampai 8,5. Konduktifitas kurang
dari 3. Untuk mendapatkan resin yang aktif kembali harus dilakukan
regenerasi dengan menambahkan NaOH pada resin anion tersebut.
Reaksi:
Air yang telah bebas mineral tersebut dimasukkan ke Polish Water Tank
(53-FB-1004) dan digunakan untuk air umpan boiler. Karakteristik Air demin
yang diharapkan sesuai dengan desain adalah.
53-DA-1003A-C 53-DA-1004A/B
53-FD-1003A-D
Anion Tower
P-28
Mix Bed Polisher
A/C Filter
P-35
53-FB-1004A/B To PIM-2
Polished Water Tank
P-33
P-21
P-30 To Ammonia-1
Filtered Water From Recycle Tank P-32
P-36
53-GA-1003 A-C
Pembangkit steam (kukus) pada unit utilitas ini terdiri dari Package Boiler
(53-BF-4001) dengan sumber panas dari pembakaran fuel gas dan Waste Heat
Boiler (53-BF-4002) dengan pemanfaatan panas buangan General Main Electric.
Air dari Polish Water Tank (53-FB-1004) dimasukkan kedalam Deaerator (53-
EG-4001) untuk menghilangkan CO dan O2 terlarut dengan menginjeksikan
hydrazine (N2H4) untuk mencegah korosi. Reaksinya adalah sebagai berikut:
N2H4 + O2 2 H2O + N2
2.2.1.1 Desulfurizer
29
Gas alam sebagai bahan baku proses dialirkan ke dalam Desulfurizer (61-
201-DA/DB/DC) yang berisikan sponge iron, yang berfungsi menyerap sulfur
yang ada dalam gas alam. Masing-masing Desulfurizer mempunyai volume 68,8
M3. Umur operasinya diperkirakan 90 hari untuk kandungan H2S didalam gas
alam maksimum 80 ppm dan keluar dari Desulfurizer diharapkan kandungan H2S
dalam gas menjadi 5 ppm. Reaksi yang terjadi adalah:
Fe2O3 + 3H2S Fe2S3 + 3H2O
Operasi dilakukan dalam keadaan jenuh dan basa (pH antara 8,0 sampai 8,5) pada
temperatur 35C. Keadaan jenuh dimaksudkan untuk H 2S dapat teradsorbsi oleh
air dan kemudian bereaksi dengan Fe2O3, sedangkan kondisi basa diperlukan
karena sponge iron bersifat basa. Untuk mencapai keadaan tersebut maka
diinjeksikan Na2CO3 sebanyak 4 sampai 10 % wt secara berkala.
Mercury Sulfida dan kemudian diserap pada permukaan karbon aktif. Reaksi yang
terjadi adalah:
Hg + H2S HgS + H2
Diharapkan kandungan Hg dalam gas setelah penyerapan adalah lebih kecil dari
160 ppm.
dari deposit karbon, diisi dengan potash. Reaksi yang terjadi di Primary Reformer
adalah sebagai berikut:
Reaksi pembakaran : CH4 + O2 CO2 + H2O + Q
Reaksi konversi : HHC + H2O CH4 + CO2
Reaksi reformasi : CH4 + H2O CO + 3H2 (endotermis)
CO + 2H2O CO2 + 2H2 (eksotermis)
Reaksi pada Primary Reformer berlangsung secara endotermis (menyerap
panas). Sumber panas dihasilkan dari 80 burner dengan tipe pengapian ke bawah
untuk memanaskan 128 tube katalis. Temperatur gas inlet reformer sebesar 490C.
Temperatur reaksi dijaga 823C pada tekanan 41 kg/cm2G. Jika temperatur lebih
rendah maka reaksi akan bergeser ke arah kiri (reaktan).
Primary Reformer (61-101-B) terdiri dari dua seksi, yaitu seksi radiasi dan seksi
konveksi. Pada seksi radian merupakan ruang pembakaran dimana terdapat tube
katalis dan burner. Tekanan di Primary Reformer dijaga -7 mmH2O supaya
perpindahan panas lebih efektif dan api tidak keluar. Untuk menjaga kevakuman,
dipakai Induct Draft Fan (61-101-BJ1T). Sedangkan udara pembakaran untuk
burner disuplai dari oleh Force Draft Fan (61-101-BJ2T). Seksi konveksi
merupakan ruang pemanfaatan panas dari gas buang hasil pembakaran di radian
oleh beberapa coil, yaitu:
a. Mix feed coil (61-101-BCX).
b. Process air preheat coil (61-101-BCA).
c. HP steam superheat coil (61-101-BCS1).
d. HP steam superheat coil (61-101-BCS2).
e. Feed gas preheat coil (61-101-BCF).
f. BFW preheat coil (61-101-BCB).
g. Burner fuel heater coil (61-101-BCP).
h. Combution air preheat coil (61-101-BLI).
dengan aliran udara dari Air Compressor (61-101-J) yang mengandung O2 dan N2.
Gas, steam dan udara mengalir ke bawah melalui suatu unggun yang berisi katalis
nikel tipe C14-2RR dan CI4-4GG, sehingga mengakibatkan suhu gas sebelum
masuk katalis bertambah tinggi. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2H2 + O2 2H2O
CH4 + H2O CO + 3H2 + Q
CO + H2O CO + H2 + Q
Reaksi utama Secondary Reformer juga merupakan reaksi endotermis,
dengan memanfaatkan sumber panas yang dihasilkan dari pembakaran H 2 dan O2.
Secondary Reformer beroperasi pada suhu 1287oC dan tekanan 31 kg/cm2G. Panas
yang dihasilkan dari pembakaran H2 dan O2 dimanfaatkan oleh Secondary
Reformer Waste Heat Boiler (61-101-C) dan High Pressure Steam Superheater
(61-102-C) sebagai pembangkit steam (Boiler Feed Water). Gas yang keluar dari
Secondary Reformer setelah didinginkan oleh dua buah Waste Heat Exchanger
tersebut suhunya menjadi 371oC.
tekanan 33 kg/cm2G dan suhu 246 oC dengan kecepatan reaksi berjalan lambat
namun tingkat konversinya tinggi.
kontak antara dua fluida sehingga didapatkan hasil yang optimum. Selanjutnya
CO2 tersebut dialirkan ke unit Urea untuk diproses lebih lanjut.
Proses penyerapan CO2 di Main Co2 Removal juga dilakukan pada tekanan
tinggi dan temperatur rendah sedangkan pelepasan dilakukan pada tekanan rendah
dan temperatur tinggi.
2.2.3.2 Methanator
Fungsi dari Methanator (61-106-D) adalah untuk merubah gas CO dan
CO2 yang masih lolos dari Main Co2 Removal (MCR) menjadi CH4 yang bersifat
inert (tidak bereaksi). Methanator merupakan suatu bejana yang diisi dengan
katalis nikel terkalsinasi. Reaksi yang terjadi adalah:
CO + 3H2 CH4 + H2O +Q
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O + Q
Methanator beroperasi pada tekanan 26,7 kg/cm 2G dan suhu 330oC.
Karena panas yang dihasilkan dari reaksi ini, maka temperatur gas sintesa naik
menjadi 366oC. Gas sintesa yang keluar dari methanator mempunyai batasan
kandungan CO dan CO2 maksimum 10 ppm.
Reaktor ini dibagi menjadi dua bagian berdasarkan fungsinya, yaitu ruang
katalis atau ruang konversi dan ruang penukar panas (heat exchanger).
Reaksi yang terjadi pada Ammonia Converter adalah sebagai berikut:
N2 + 3H2 2NH3 + Q
Masukan HRU adalah gas buang yang bertekanan tinggi yang berasal dari
Purge Gas Separator (51-108-F). Gas buang masuk ke unit prism separator pada
suhu -23C dengan laju alir 11,459 Nm3/hr dan tekanan 140 kg/cm2G. Untuk
menghindari pembekuan di dalam scrubber (51-201) suhu dinaikkan menjadi
-5C di Preheater (51-215). Gas buang yang telah dipanaskan mengandung 2,1%
Ammonia yang diserap di scrubber untuk mengurangi kandungan Ammonia.
Aqua Ammonia dengan kandungan 30% dikirim ke stripper (51-162-E)
untuk dipisahkan dari campurannya dan dikirim ke Flush Drum (51-110-F). Gas
buang bebas Ammonia yang keluar dari scrubber dimasukkan ke feed heater (51-
203), disini gas buang yang telah jenuh dipanaskan sampai suhu 5C diatas titik
embun untuk mencegah terkondensasinya cairan di dalam Fiber Prism Separator.
Proses kondensasi ini akan mengurangi kemampuan daur ulang. Kemudian gas
yang telah dipanaskan dialirkan ke First Stage Prism Separator (51-204) yang
didalamnya terdapat saringan yang dapat memisahkan H2 dari gas yang masuk ke
Separator.
H2 yang telah terpisah dikirim ke HPC (103-J) syngas compressor. Gas
proses yang masih memiliki sedikit kandungan H2 dikirim ke second stage prism
separator. Prism separator ini terdiri dari lima prism separator. H2 yang terpisah
lalu dikirim ke LPC (103-J). Kemudian gas yang telah terbebas dari H2 dialirkan
ke reformer sebagai bahan bakar. Kemurnain H2 yang keluar diharapkan bisa
mencapai lebih besar dari 99,7 %.
40
Gambar 2.7 Diagram DCS Pure Gas dan Condensate Recovery Unit
Secara besar pabrik urea terdiri dari 4 unit yaitu sebagai berikut:
a. Unit Sintesa
b. Unit Purifikasi
c. Unit Recovery
d. Unit Kristalisasi dan Pembutiran
41
Selama proses sintesa, selain reaksi di atas juga terjadi reaksi samping,
yaitu terbentuknya biuret dari urea. Reaksi tersebut adalah:
2NH2 CONH2 NH2CONHCONH2 + N2
Reaksi tersebut di atas adalah reaksi reversible, variabel utama yang
mempengaruhi reaksi adalah temperatur, tekanan, komposisi feed dan waktu
reaksi.
Konversi ammonium karbamat menjadi urea berlangsung pada fase cair,
sehingga dibutuhkan temperatur dan tekanan tinggi. Temperatur dan tekanan
tinggi menambah konversi pembentukan urea, apabila temperatur rendah
menyebabkan konversi Ammonia karbamat menjadi urea akan berkurang, yang
akhirnya akan menaikkan larutan Recycle Carbamate. Kenaikkan Recycle
Carbamate ini akan meyebabkan kenaikan beban dekomposisi dan penyerapan di
Unit Recovery yang selanjutnya mengurangi konversi.
Sintesa urea ini berlangsung dalam bejana bertekanan tinggi yaitu Reaktor
Urea. Waktu tinggal (Residence Time) dalam reaktor adalah 25 menit pada
kapasitas design. Kondisi reaksi yang optimum pada temperatur 200oC dan
tekanan 250 kg/cm2G. Baik reaktan maupun produk dari reaksi ini bersifat
korosif. Oleh karena itu bagian reaktor yang bersentuhan dengan campuran
larutan dilindungi dengan lining yang terbuat dari titanium. Namun dengan
menambahkan sejumlah kecil oksigen akan membuat permukaan stainless steel
dan titanium menjadi pasif, sehingga pemakaian lining dapat menjadi lebih lama.
Pada sisi lain bila temperatur pada reaktor melebihi 200oC, akan mempercepat laju
korosif pada reaktor. Dan juga tekanan kesetimbangan dari campuran reaksi
melebihi tekanan aktual di reaktor. Kondisi ini juga akan menyebabkan turunnya
konversi carbamate menjadi urea.
Karena reaksi total pembuatan urea bersifat eksotermis, maka temperatur
reaktor harus dikontrol benar. Pengontrolan temperatur dapat diatur dengan:
- Mengatur kelebihan Ammonia yang akan masuk reaktor.
- Mengatur jumlah larutan recycle yang akan masuk reaktor.
- Memanaskan Ammonia yang akan masuk reaktor.
43
Pada kondisi normal hasil reaksi yang keluar dari reaktor terdiri dari urea, air,
ammonium carbamate dan Ammonia berlebih yang semuanya berada dalam fasa
cair. Campuran tersebut diflash melalui Let Down Valve (PVC-101-1) ke High
Pressure Decomposer (52-DA-201) yang beroperasi pada 17 kg/cm2G. Panas
sensible dari cairan digunakan untuk menguapkan sebagian besar Ammonia
berlebih dan menguraikan ammonium carbamate menjadi Ammonia dan CO2.
Campuran dengan temperatur akhir sekitar 123oC (urea, air, ammonium
carbamate, Ammonia terlarut, gas Ammonia dan gas CO2) masuk ke High
Pressure Decomposer (52-DA-201).
Untuk mencegah penumpukan kristal urea pada vessel atau pipa yang
dapat menyebebkan kebuntuan, maka vessel dan perpipaan dilengkapi dengan
jaket air panas.
Urea slurry dipompakan dari Crystallizer ke Centriguge menggunakan
Slurry Feed Pump (52-GA-202) melalui Prethickner (52-FD-201). Sebagian
slurry disirkulasikan kembali ke Crystallizer unutk mencegah kebuntuan line. Di
centrifuge, Kristal urea dipisahkan dari mother liquor. Kristal urea dengan sekitar
1,9% moisture dimasukkan ke Fluidizing Dryer (52-FF-301). Mother liquor yang
dipisahkan dari Prethickner (52-FD-201) dan centrifuge mengalir kebawah ke
Mother Liquor Tank (52-FA-203). Untuk mencegah terjadinya kristalisasi, disini
dilengkapi tube-tube dengan pemanas steam dan kemudian dipompakan oleh
Mother Liquor Pump (52-GA-203) ke line discharge Circulation Pump for
Crystallizer (52-GA-201).
Mother liquor (larutan induk) di recycle ke LPA sebagai penyerap untuk
mencegah akumulasi biuret. Flow rate larutan larutan induk ini adalah 11,4 t/h
pada 100%. Di fluidizing dryer, kristal dikeringkan dengan udara panas sampai
kandungan moisture mencapai 0,1 sampai 0,3%. Udara dari Force Fan for Dryer
(52-GB-301) dipanaskan di Heater for Dryer (52-EC-301) dengan menggunakan
kondensat dan steam tekanan rendah (4 kg/cm2G).
Agar kristal tidak mencair, maka temperatur udara di inlet dryer tidak
boleh lebih dari 130C (Melting point area: 132,7C). Bongkah-bongkah kristal
urea yang dikeringkan di fluidizing dryer, dipisahkan dan dikumpulkan oleh
agitator dan dikirimkan ke Dissolving Tank (52-FA-302) dan kemudian
dilarutkan. Kristal kering dibawa oleh pipa pneumatic ke top Prilling Tower (52-
IA-302) dan lebih dari 99,8 % kristal dikumpulkan si Cyclone (52-FC-301).
Kristal yang dikumpulkan tersebut dibawa oleh Screw Conveyor (52-JD-301) ke
Melter. Di melter, kristal dilelehkan dan selanjutnya urea mengalir ke Head Tank
(52-FA-301) melalui Strainer for Distributor (52-FD-301). Untuk menjaga agar
kandungan biuret minimum, sistem harus dioperasikan sedemikian rupa agar
temperatur urea yang meleleh sedikit diatas titik leleh urea (132,7C) dan menjaga
resident time sesingkat mungkin. Urea yang meleleh dari head tank secara merata
53
52-GF-201
Centrifuge
To Prilling Tower
52-FF-301
Dryer
52-FA-203