Vous êtes sur la page 1sur 13

ETIKA BISNIS

Membentuk Kemampuan Pengambilan Keputusan Manajer

yang Beretika dan Bermoral

Disusun Oleh:

Putri Hermawanti 14020213130036

Nirmala Mandasari 14020212140025

Farida Anis Said 14020212140043

Kamala Dinni Sofiyah 14020212140044

Dimas Erlangga Putra 14020212140048

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Diponegoro

Semarang

2015
BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu aspek yang sangat populer dan perlu mendapat perhatian dalam dunia
bisnis ini adalah norma dan etika bisnis. Etika bisnis selain dapat menjamin kepercayaan dan
loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan, juga sangat menentukan maju
mundurnya perusahaan.

Etika, pada dasarnya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar dan
menghindari apa yang tidak benar. Oleh karena itu, perilaku etika berperan melakukan apa
yang benar dan baik untuk menentang apa yang salah dan buruk. Etika bisnis sangat
penting untuk mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan perusahaan. Mengapa demikian? Karena semua keputusan
perusahaan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pemilik kepentingan. Pemilik
kepentingan adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh
terhadap keputusan perusahaan.

Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adildan sehat dengan pelanggan
atau mitra kerja, pemegang saham dan masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang
baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan
yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan
yang berlaku.

Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari
dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional. Etika bisnis
dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu
perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing tinggi serta mempunyai kemampuan
menciptakan nilai yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika dan Pengambilan keputusan

Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen P dan K, 1988),
ETIKA dengan membedakan tiga arti sebagai berikut.

Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/ masyarakat.

Sedangkan Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai


sesuatu cara bertindakadalah inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak
ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang
telah dibuat.

Semua aktivitas manajerial dapat dianggap sebagai pengambilan keputusan, karena


mengambil keputusan merupakan salah satu tugas terpenting para usahawan atau manajer.

Memilih tanggapan etika yang terbaik dan mengimplementaasikannya. Pilihan tersebut harus
konsisten dengan tujuan, budaya, dan sistem nilai perusahaan serta keputusan individu. Oleh
karena itu ada tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya :

1. Manajemen Tidak Bermoral

Manajemen tidak bermoral didorong oleh kepentingan dirinya sendiri, demi keuntungan
sendiri atau perusahaan. Kekuatan yang menggerakan manajemen immoral adalah
kerakusan/ketamakan yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal.

2. Manajemen Amoral

Tujuan utamanya adalah laba, akan tetapi tindakannya berbeda dengan manajemen immoral.
Yang membedakannya yaitu mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum atau norma
etika. Yang terjadi pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam pengambilan
keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan.
3. Manajemen bermoral

Bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi menggunakan aspek legal dan prinsip prinsip
etika. Filosofi manajer bermoral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk
beretika dalam perilaku.

Menurut Zimmerer (1996), kerangka kerja etika dapat dikembangkan melalui tiga tahap:

1. Mengakui dimensi dimensi etika yang ada sebagai suatu alternatif atau keputusan.
Artinya, sebelum wirausaha menginformasikan suatu keputusan etika yang dibuat, terlebih
dahulu ia harus mengakui etika yang ada.

2. Mengidentifikasi pemilik kepentingan kunci yang terlibat dalam pengambilan keputusan.

Setiap keputusan bisnis akan memengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai pemilik
kepentingan.

3. Membuat pilihan alternatif dan membedakan antara tanggapan etika dan bukan etika.

Ketika akan membuat pilihan alternatif tanggapan etika dan bukan etika serta mengevaluasi
dampak positif dan negatifnya, manajer akan menemukan beberapa hal berikut :

a. Prinsip prinsip dan etika perilaku

b. Hak hak moral

c. Keadilan

d. Konsekuensi dan hasil

e. Pembenaran publik

f. Intuisi dan pengertian / wawasan.

B. Prinsip dan Cara Mempertahankan Standar Etika

1. Prinsip dalam Etika

Menurut pendapat Michael josephson (1998) yang dikutip oleh zimmerer (1996: 27 28),
secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu:
a) Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh sungguh, terus terang,
tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak berbohong.

b) Integritas, yaitu memegang prinsip melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hai,
berani dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat, dan dapat
dipercaya.

c) Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen, patuh,
tidak menginteprestasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalistic dengan dalih
ketidakrelaan.

d) Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan Negara, tidak
menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia, begitu juga dalam suatu konteks
professional, menjaga/melindungi kemampuan untuk membuat keputusan professional yang
bebas dan teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas serta konflik kepentngan.

e) Kewajaran/ keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui
kesalahan, memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran
terhadap perbedaan, serta tidak bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan
professional yang bebas dan teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas serta konflik
kepentingan.

f) Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong
menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.

g) Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain, kebebasan dan hak
menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, tidak merendahkan dan
memperlakukan martabat orang lain.

h) Warga Negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu menaati hukum/aturan, penuh
kesadaran social, dan menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan.

i) Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik dalam
pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional, tekun, dapat
dipercaya/diandalkan, rajin penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan kemampuan
terbaik, dan mengembangkan serta mempertahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
j) Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung jawab atas
keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh

2. Cara mempertahankan Standar Etika

Cara cara mempertahankan standar etika

a) Ciptakan kepercayaan perusahaan.

Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai nilai perusahaan yang mendasari


tanggung jawab etika bagi pemilik kepentingan.

b) Kembangkan kode etik.

Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip prinsip
etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.

c) Jalankan kode etik secara adil dan konsisten.

Manajer harus mengambil tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan
mengetahui bahwa yang melnggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak
berarti apa apa.

d) Lindungi hak perorangan.

Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat begantung pada individu. Melindungi
seseorang dengan kekuatan prinsip moral dan nilainya merupakan jaminan terbaik
untuk menghindari penyimpangan etika.

e) Adakan pelatihan etika.

Workshop merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran para karyawan.

f) Lakukan audit etika secara periodic.

Audit merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi efektivitas system etika.

g) Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan.


Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan betapa pentingnya etika dalam
organisasi.

h) Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan.

Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.

i) Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah.

Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa
yang kita hasilkan dan menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.

j) Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika.

Para karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaiman
standar etika dipertahankan.

C. Pengaruh Etika dalam Pengambilan Keputusan

Pertimbangan etis dalam pengambilan keputusan harus diper timbangkan, karena


merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan. Ada lima kriteria
dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu:

1. Utilitarian

Keputusan-keputusan yang diamabil semata-mata atas dasar hasil atau konsekuensi mereka.
Tujuannya adalah memberikan kebaikan yang terbesar untuk jumlah yang terbesar.
Pandangan ini cenderung mendominasi pengambilan keputusan bisnis, seperti efisiensi,
prokduktifitas dan laba yang tinggi.

2. Universalisme (duty)

Ini menekankan pada baik buruk nya perilaku tergantung pada niat (intention) dari keputusan
atau perilaku. Paham ini adalah kebalikan (contrast) dari utilitarianisme. Berdasarkan prinsip
Immanuel Kant (categorical imperative), paham ini mempunyai dua prinsip. Pertama,
seseorang seharusnya memilih suatu perbuatan, hanya jika dia menerima atau membiarkan
orang lain di muka bumi ini, dalam situasi yang serupa dengannya, untuk memilih melakukan
perbuatan yang sama. Kedua, orang - orang lain harus diperlakukan sebagai akhir (tujuan),
bukan sekedar alat untuk mencapai tujuan. Konsekuensinya, pendekatan ini memfokuskan
diri pada suatu kewajiban (duty), yaitu bahwa individu harus mempedulikan individu lainnya
atau mempedulikan aspek kemanusiaan. Jika seseorang berbuat dengan niat (intention) untuk
melakukan duty ini, berarti perbuatannya dinilai etis. Jika tidak ada niatan ini, berarti
perbuatannya tidaklah etis.

3. Penekanan pada hak

Kriteria ini memberikan kesempatan kepada individu untuk mengambil keputusan yang
konsisten dengan kebebasandan keistimewaan mendasr seperti dikemukakan dalam dokumen
- dokumen (contoh Piagam Hak Asasi). Suatu tekanan pada hak dalam pengambilan
keputusan berarti menghormati dan melindungi hak dasar dari individu.

4. Penekanan pada keadilan

Ini mensyaratkan individu untuk menegakan dan memperkuat aturan aturan yang adil dan
tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya yang pantas. Keadilan
distributif, perilaku didasarkan pada satu nilai: keadilan.

Terdapat lima prinsip keadilan distributif:

a) Setiap orang mendapatkan hasil bersama yang setara (equal share),

b) Setiap orang mendapatkan sesuai kebutuhan individualnya,

c) Setiap orang mendapatkan sesuai usaha individualnya,

d) Setiap orang mendapatkan sesuai kontribusi sosialnya, dan

e) Setiap orang mendapatkan sesuai prestasinya (merit system).

5. Relativisme (self-interest)

Ini menekankan bahwa baik buruknya perilaku manusia didasarkan pada kepentingan atau
kebutuhan pribadi (self-interest and needs). Dengan demikian, setiap individu akan
mempunyai kriteria moral yang berbeda dengan individu lainnya, atau akan terjadi perbedaan
kriteria moral dari satu kultur ke kultur lainnya.
D. Macam macam dan Tujuan Etika

1. Etika Deskriptif

Etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa
yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.

Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku
atau sikap yang mau diambil.

2. Etika Normatif

Etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya
dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.

Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakan yang akan diputuskan.

3. Perbedaan Etika deskriptif dan normatif

a) Etika Deskriptif

Memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku yang
dilakukan.

b) Etika Normatif

Memberikan penilaian sekaligus memberikan norma sebagai dasar dan kerangka tindakan
yang akan diputuskan.

Selain etikadan perilaku yang tidak kalah penting adalah norma etika. Menurut Zimmerer
(1996:22) ada tiga tingkatan norma etika :

1) Hukum, berlaku bagi masyarakat secara umum yang mengatur perbuatan yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Hukum hanya mengatur standar perilaku minimum.

2) Kebijakan dan prosedur organisasi, memberi arahan khusus bagi setiap orang dalam
organisasi dalam mengambil keputusan sehari hari. Para karyawan akan bekerja sesuai
dengan kebijakan dan prosedur perusahaan.
3) Moral sikap mental individual, sangat penting untuk menghadapi suatu keputusan yang
tidak diatur oleh aturan formal. Nilai moral dn sikap mental individual biasanya berasal dari
keluarga, agama, dan sekolah. Sebagian lain yang menentukan etika perilaku adalah
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Kebijakan dan aturan perusahaan sangat penting
terutama untuk membantu, mengurangi, dan mempertinggi pemahaman karyawan tentang
etika perilaku.

Moral mengajarkan bagaimana orang harus bersikap, ajaran moral berisi rumusan-rumusan
sistematik terhadap anggapan tentang hal-hal yang bernilai serta kewajiban manusia, baik
sebagai pribadi, sebagai anggota. Dalam hubungan ini, berdasarkan nilai-nilai tradisional
terdapat tiga sistem norma moral, yaitu:

1. Norma berdasarkan keyakinan akan kewajiban mutlak (antologis),

2. Norma berdasarkan tujuan perbuatan (teleologis), dan

3. Norma berdasarkan hubungan-hubungan dengan orang lain (relasional).

Untuk mencari kebenaran moral yang tepat atau etika yang benar, maka ketiga sistem
norma tersebut biasanya dipadukan. Penilaian moral atas sikap dan perbuatan harus dilihat
dari kewajiban yang muncul, baik dari keyakinan akan kewajibannya sendiri, tujuan yang
hendak dicapai, maupun dari suatu hubungan dengan sesama yang tercermin dalam sikap,
tingkah-laku atau tindakan yang bersangkutan. Dengan cara demikian etika dan moral dapat
dijadikan pedoman, baik dalam menjalankan tugas selaku auditor maupun dalam
bermasyarakat.

Moralitas merupakan salah satu instrumen kemasyarakatan, yang tidak hanya serupa
dengan hukum di satu pihak dan konvensi atau etika di lain pihak, bahkan memiliki
pertimbangan-pertimbangan yang jauh lebih tinggi tentang apa yang disebut kebenaran,
kewajiban, dan keharusan. Moralitas dapat mengatur sampai seberapa jauh seseorang
memiliki dorongan untuk melaksanakan tindakan tindakannya sesuai dengan etika dan
moral. (Sotedjo,2003).
4. Tujuan mempelajari etika

a) Untuk mendapatkan konsep mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia
dalam ruang dan waktu tertentu

b) Etika akan memberikan batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan
manusia di dalam kelompok sosialnya.

c) Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia,
etika dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat
berdasarkan prinsip moral yang ada

d) Etika dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.

e) Etika adalah refleksi dari self control, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan
dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen P dan K, 1988), ETIKA dengan
membedakan tiga arti sebagai berikut.

Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).

Prinsip dalam Etika :

Kejujuran, Integritas, Memelihara janji, Kesetiaan, Kewajaran/ keadilan, Hormat kepada


orang lain, Mengejar keunggulan, Dapat dipertanggungjawabkan.

Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu:

Utilitarian

Universalisme (duty)

Penekanan pada hak

Penekanan pada keadilan

Relativisme (self-interest)

Tujuan mempelajari etika

Untuk mendapatkan konsep mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia
dalam ruang dan waktu tertentu, Etika akan memberikan batasan maupun standar yang akan
mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya, Dalam pengertiannya yang secara
khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika dirupakan dalam bentuk aturan (code)
tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip moral yang ada dan Etika
dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-
rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji, 1998. Psikologi Kerja. Rineka Cipta. Jakarta.

Arens, Alvin A., dan J. K. Loebbecke, 1995. Auditing. 6 th Edition. Prentice Hall. Inc.
Englewood. Clift.

Covey, Stephen R. (1991). The 7 Habbits of Highly Effective People New York: A Fireside
Book.Salemba Empat

Stephen P. Robbins, 2003, Perilaku Organisasi, PT. Indeks, Jakarta

Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta:

Vous aimerez peut-être aussi