Vous êtes sur la page 1sur 34

59

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Dinas Pendidikan Kabupaten Muna pada tahun 1984 bernama Kantor

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.Saat itu Kepala Kantor dijabatoleh

Bapak La Runa, B.A. sampai tahun 1992.Selanjutnya tahun 1993 Kantor

Departemen Pendidikan Dan kebudayaan Kabupaten Muna dipimpin oleh Wa

Ode ZainabHibi, B.A. sampai tahun 1998.

Pada Tahun 1999 Kepala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Munadijabat oleh bapak Drs. La Ode Kuasa N. sampai tahun 2000.

Setelah Otonomo Daerah tahun 2000 Kantor Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Muna berubah lagi nama menjadi Dinas Pendidikan

Nasional dan saat itu dipimpin oleh Drs. La Ode Hidali, yang secara struktural

terdiri atas 1 bagian dan 4 subdin, yaitu :

1. Bag Tata Usaha yang dijabat oleh bapak Drs. La Iba

2. Subdin TK/SD di jabat oleh bapak Drs. Safiuddin

3. Subdin SMP dijabat oleh bapak Drs. SuhadarSilangin

4. Subdin SMA/SMK dijabat oleh bapak Drs. La Ode Alimuddin B.

5. Sudin Perencanaan dijabat oleh bapak Drs. SyrifuddinMadi.

Padatahun 2002 sampai tahun 2003 Dinas Pendidikan Nasional dipimpin

oleh Drs. La Ora, M.Pd. Kemudian pada tahun 2004 Sampai tahun 2006 Dinas

Pendidikan Nasional di pimpin oleh Drs. La Ode Alimuddin B., M.Si. Tahun

2006 sampai tahun 2009 Dinas Pendidikan Nasional dipimpin oleh Drs.
60

Safiuddin. Pada masa ini Struktur Bagian Tata Usaha berubah nama menjadi

Sekretaris dan 4 subdinnya berubah nama menjadi bidang yaitu :

1. Sekretaris

2. Bidang Pendidikan dan Pengajaran

3. BidangTeknis

4. Bidang Dikluseporabud

Pada tahun 2010 Dinas Pendidikan Nasional berubah lagi nama menjadi

Dinas Pendidikan yang saat itu Kepala Dinas dijabat oleh Hayadi,S.Pd.,

M.Pd.Tahun 2017 DinasPendidikan Nasional berubah lagi nama

menjadiDinasPendidikandanKebudayaan dengan perubahan bidang-bidang

menjadi 1 Sekretarisdan 5 Bidang yang antara lain adalah :

1. Sekretaris

2. BidangPembinaan PAUD danPendidikan Non Formal

3. BidangPembinaanSekolahDasar

4. BidangPembinaanSekolah Menengah Pertama

5. BidangKebudayaan

6. BidangPembinaanKetenagaan

5.1.1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan Nasionalyang kini dikenal dengan nama Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dahulu waktu zaman orde baru juga

disebut dengan nama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan atau yang biasa

dissingkat dengan nama Depdikbud.


61

Sejak berdirinya, Dinas Pendidikan Nasional sering mengalami perubahan

nama. Namun kemungkinan hal ini terjadi karena segala kebijakan Dinas

Pendidikan Nasional selalu berkaitan dengan daerah, sehingga segala kebijakan

tersebut selalu berimbas pada maslah administrasi kebijakan yang ada di Dinas

Pendidikan Nasional yang ada di daerah-daerah.

Keberadaan Dinas Pendidikan Nasional sudah ada sejak zaman

penjajajhan Belanada. Para pendidiri bangsa ini telah melakukan proses

pendidikan dengan cara sembunyi-sembunyi pada zaman penjajajhan Belanda.

Hal ini dilakukan agar Belanda tidak mengetahui bahwa para cendekia Indonesia

telah melakukan proses pendidikan yang mana hal ini sangat dibenci oleh

kolonial. Mereka tidak ingin bangsa kita menjadi cerdas.

Saat itu warga Indonesia tetap semangat belajar meskipun dngan cara

sembunyi-sembunyi dan yang berada ditengah-tengah perang yang berkecamuk.

Saat itu bermunculan para cendekiawan keturunan yang dengan sukarela

mengajarkan rakyat Indonesia agar dapat membaca dan menulis. Pada saat itu

ditandai dengan munculnya perkumpulan Tiga Serangkai yang terdiri diri para

cendekiawan Indonesia.

Hasil kerja keras tokoh Tiga Serangkai ini pada tahun 1980 berhasil

mendirikan sekolah yang diberi nama Stovia yang kemudian menjadi tonggak

awal pendidikan di Indonesia. Dari tahun ke tahun bangsa Indonesia menjadi

semakin banyak yang pandai baca tulis sehingga saat itu bangsa Indonesia

semakin banyak yang cerdas, sehingga pada tahun 1928 tepatnya pada tanggal 28

Oktober lahirlah Sumpah Pemuda yang diprakarsai oleh pemuda-pemuda


62

Indonesia. Sejak lahirnya Sumpah Pemuda ini bangsa Indonesia tidak lagi

melakukan proses pendidikan dengan cara sembunyi-sembunyi serta tidak merasa

takut untuk menuntut ilmu.

Setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus

1945, pada saat yang sama pula berdirilah Dinas Pendidikan yang saat itu

bernama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) yang menjadikan

bangsa Indonesia mampu memecahkan segala permasalahan pendidikan ditengah

kerasnya tekanan penajajahan Belanda. Terkait dengan sejarah Dinas Pendidikan

Nasional selanjutnya terjadi pada era tahun 1981. Hal ini ditandai dengan

dikeluarkannya Pematuran Pemerintah No. 65 tahun 1981 yang isinya

menerapkan bahwa sebagian urusan pendidikan yang ada di Indonesia diserahkan

pada pemerintah daerah. Saat itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dipelopori

oleh sosok Dr. Moch. Yamin.

Selanjutnya pada tahun 1989 pemerintah kembali mengeluarkan Peraturan

No. 11 tahun 1989 yang berisi tentang penyerahan sebagian urusan pemerintah di

bidang pendidikan dan kebudayaan kepada pemerintah daerah. Selanjutnya pada

tahun 1990 pemerintah mengeluarkan Perda No. 3 Tahun 1990 yang didalamnya

membahas tentang dibentuknya dinas dan juga cabang Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan, yang tidak lama kemudian disusul dengan kebijakan pada tahun

2001 tentang Otonomi Daerah sehingga masalah pendidikan di daerah menjadi

tanggung jawab daerah masing-masing meski memang harus tetap melakukan

koodinasi dengan Dinas Pendidikan Nasional di pusat.


63

5.1.2. Visi Misi Dinas Pendidikan dan Kebuadayaan Kab. Muna

1. Visi

Optimalisasi Pelayanan Pendidikan Menuju Sumber Daya Manusia

Yang Berdaya Saing Global

2. Misi

a. Memberi pelayanan prima sehingga tercipta kondisi lingkungan kerja

yang kondusif

b. Mngarahkan kegiatan pendidikan dalam usaha pembentukan ahlakul

karimah dan keimanan yang teguh

c. Memberi kewenangan pada sekolah untuk mengembangkan dirinya

dalam mendayagunakan sumber daya yang ada, dalam upaya

mencapai tujuan kurikulum secara optimal

d. Memfasilitasi pengadaan sarana/prasarana pendidikan untuk

menunjang pembelajaran efektif

e. Mengintensifkan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program

pendidikan yang bermuara pada peningkatan mutu

f. Mengintensifkan pelaksaanaan program retrieval bagi SD, SLTP dan

SLTA

g. Meningkatkan pembinaan pemuda di bidang seni dan olah raga


64
65

5.2. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan yang

diperoleh dari penyebaran angket kepada responden sebagai sumber data utama

dalam penelitian ini, selain upaya perolehan data melalui observasi, wawancara

dan studi pustaka untuk melengkapi data utama. Angket terdiri dari 34 butir

pernyataan dengan perincian 6 butir pernyataan mengenai kecerdasan intelektual,

18 butir pernyataan mengenai kecerdasan emosional, dan 10 butir pernyataan

tentang pengambilan keputusan secara intuisi. Metode yang digunakan untuk

mengolah dan menganalisis data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan

analisis regresi berganda sebagai alat bantu dalam penarikan kesimpulan.

5.2.1. Karakteristik Responden

Karaktersitik responden dijelaskan berdasarkan hasil perhitungan diagram

pay yang akan diuraikan sebagai berikut :

1. Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin

22;
30,99%

Pria
Wanita

49;
69,01%

Gambar 5.1. Karakteristi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


66

Berdasarkan gambar 5.1. karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin dapat dilihat paling banyak responden adalah pria, yaitu sebanyak

49 orang atau sebesar 69,01% dari total responden. Meihat hal tersebut

dapat disimpulkan mayoritas pegawai pada Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Muna adalah laki laki hal tersebut tidak lepas

dari besarnya jumlah fungsional pengawas sekolah yang sebagian besar

adalah pria dikarenakan banyaknya letak sekolah yang berada pada

daerah- daerah diluar kota bahkan daerah terpencil sehingga dibutuhkan

tenaga fungsional pengawas sekolah yang berjenis kelamin pria.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden

11; 7;
15,49% 9,86%

21;
29,58%

> 18 - 25 tahun
> 25 - 35 tahun
32; > 35 - 45 tahun
45,07% > 45 tahun

Gambar 5.2. Karakteristi Responden Berdasarkan Usia Responden

Gambar 5.2. menjelaskan karakteristik responden berdasarkan usia

responden dimana hasil analisis data dapat diketahui bahwa dari usia,

paling banyak responden berusia lebih dari 35 tahun hingga 45 tahun,

disusul responden yang berusia lebih dari 25 tahun hingga 35 tahun.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikatahui bahwa rata-rata usia

responden pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kanupaten Muna


67

berada pada masa usia produkti sumber daya manusia dalam organisasi

yaitu 25 tahun sampai dengan 45 tahun.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan

8;
11,27%

63; Menikah
88,73%
Belum Menikah

Gambar 5.3. Karakteristi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan seperti yang

ditunjukkan Gambar 5.3.diketahui bahwa sebagian besar responden sudah

menikah, hanya ada sebanyak 8 orang responden yang belum menikah.dari

hasil analisis ini disimpulkan bahwa mayoritas pegawai Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kabupaten Muna telah berstatus menikah sehingga sudah

dalam masa kematangan berpikir bagi usia produktif manusia.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepegawaian

4;
5,63%

67; PNS
94,37% Honorer

Gambar 5.4. Karakteristi Responden Berdasarkan Status Pernikahan


68

Berdasarkan Gambar 5.4 menjelaskan Karakteristis responden

berdasarkan status kepegawaian dimana dari status kepegawaian pada

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna dapat dilihat

sebagian responden sudah diangkat menjadi PNS, hanya ada sebanyak 4

orang responden yang memiliki status pehawai honorer.

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

11; 1;
15,28% 1,39% 14;
19,44%

1;
1,39%

SLTP
SLTA
D-3
45; Sarjana
62,50% Magister

Gambar 5.5. Karakteristi Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan

Gambar 5.5.menjelaskan karakteristik responden berdasarkan

tingkat pendidikan dimana dapat dilihat paling banyak responden adalah

sarjana, disusul responden yang berpendidikan SLTA serta

magister.Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas pegawai Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna sudah berada pada tahapan

pendidikan tinggi dimana dalam tingkat penididkan seperti ini pola pikir

pegawai semakin berkembang baik dalam pemberian ide ide pemikiran

maupun kritik terhadap pimpinan.

5.2.2. Analisis Deskriptif Hasil Tanggapan Responden


69

Gambaran data hasil tanggapan responden dapat digunakan untuk

memperkaya pembahasan, melalui gambaran data tanggapan responden dapat

diketahui bagaimana kondisi setiap indikator variabel yang sedang diteliti. Agar

lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti, dilakukan

kategorisasi terhadap tanggapan responden berdasarkan total skor skor tanggapan

responden.Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang

diteliti, dilakukan kategorisasi terhadap rata-rata skor tanggapan responden

berdasarkan rentang skor maksimum dan skor minimum dibagi jumlah kategori

yang diinginkan menggunakan rumus sebagai berikut.

Skor Maksimum-Skor Minimum


Rentang Skor Kategori =
jumlah kategori

Pada penelitian ini dengan jumlah pilihan jawaban responden sebanyak 5,

maka skor maksimum yang mungkin diperoleh adalah 5 dan skor minimum yang

mungkin diperoleh adalah 1. Apabila dibagi menjadi lima kategori, maka rentang

skor setiap kategori adalah sebesar 0,8 sehingga interval setiap kategori dapat

disusun sebagai berikut.

Tabel 5.1
Interval Penafsiran Rata-Rata Skor Tanggapan Responden
No Interval Kategori
1 1,0 1,8 Sangat Buruk/ Sangat Rendah/Tidak Pernah
2 1,81 2,6 Tidak Baik/Rendah/Jarang
3 2,61 3,4 Kurang/Kadang-Kadang
4 3,41 4,2 Baik/Tinggi/Sering
5 4,21 5,0 Sangat Baik/Sangat Tinggi/Selalu
Sumber : Sugiyono (2004)

5.2.2.1. Analisis Deskriptif Variabel Keceerdasan Intelektual


70

Kecerdasan intelektualdi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Muna akan terungkap melalui jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan

yang diajukan pada kuesioner. Kecerdasan intelektual diukur menggunakan 3

(tiga) dimensi dan dioperasionalisasikan menjadi 6 butir pernyataan.Berdasarkan

hasil penyebaran kuesioner diperoleh gambaran tanggapan responden mengenai

kecerdasan intelektual pimpinan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Munasebagai berikut.

Tabel 5.1. Frekuansi Jawaban Responden Variabel Kecerdasan Intelektual

SS (5) S (4) N (3) TS (2) STS (1) Rata-


Indicator item Jumlah Rata
pernyataan F % F % F % F % F % Sampel Skor
Kemampuan X1.1.1 3 4% 42 59% 21 30% 5 7% 0 0% 71 3.61
Figur (X1.1) X1.1.2 37 52% 29 41% 4 6% 1 1% 0 0% 71 4.44
Rerata Skor Jawaban Indikator Kemampuan Figur ( X1.1) 4.02
Kemampuan X1.2.1 4 6% 48 68% 14 20% 5 7% 0 0% 71 3.72
Verbal (X1.2) X1.2.2 4 6% 40 56% 21 30% 6 8% 0 0% 71 3.59
Rerata Skor Jawaban Indikator Kemampuan Verbal ( X1.2) 3.65
Kemampuan X1.3.1 19 27% 43 61% 9 13% 0 0% 0 0% 71 4.14
Numerik
(X1.3) X1.3.2 9 13% 50 70% 12 17% 0 0% 0 0% 71 3.96
Rerata Skor Jawaban Indikator Kemampuan Numerik ( X1.3) 4.05
Rerata Indikator Variabel Kecerdasan Intelektual 3,91

Tabel 5.1. menunjukkan bahwa dari 3 (tiga) dimensi indiaktor variabel

Kecerdasan Intelektual (X1) nilai rerata jawaban responden atas indikator variabel

kecerdasan intelektual adalah sebesar 3,91. Hal ini menggambarkan bahwa

mayoritas responden menyatakan setuju terhadap kemampuan figure, kemampuan

verbal dan kemampuan numerik yang dimiliki pimpinan.

Nilai rerata tertinggi dimensi kecerdasan intelektual adalah kemampuan

numerik sebasar 4,05 sedangkan nilai rerata terendah dimensi kecerdasan


71

intelektual adalah kemampuan verbal sebesar 3,65, hal ini menunjukkan bahwa

pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna merasa bahwa

kecerdasan intelektual pimpinan sudah baik terutama yang berkaitan dengan

kemampuan pimpinan dalam bidang hitung-hitungan atau angka angka

begitupun dengan kemampuan figur yang dimilki pimpinan, pegawai merasa

pimpinan saat ini memiliki pemahaman dan nalar dibidang bentuk yang baik

dimana pimpinan mampu mengindentifikasi perbedaan bentuk dengan cepat dan

tepat.

Sedangkan untuk indikator kemampuan verbal memiliki nilai rata rata

sebesar 3,65 hal ini menjelaskan bahwa mayoritas reponden beranggapan bahwa

kemampuan verbal pimpinan masih dalam kategori cukup baik namun masih lebih

rendah jika dibandingkan dengan kemampuan figur dan kemampuan numerik,

dimana sebagian besar responden beranggapan bahwa pengetahuan akan bahasa

pimpinan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna terkadang

masih kurang jelas, sehingga kemampuan verbal pimpinan dianggap masih lebih

rendanh dari kemampuan figur dan kemampuan numerik yang dimilki pimpinan

saat ini.

5.2.2.2. Analisis Deskriptif Variabel Keceerdasan Intelektual

Kecerdasan emosionalpimpinan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Muna akan terungkap melalui jawaban responden terhadap

pernyataan-pernyataan yang diajukan pada kuesioner. Kecerdasan emosional

diukur menggunakan 5 (lima) dimensi dan dioperasionalisasikan menjadi 18 butir

pernyataan. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diperoleh gambaran


72

tanggapan responden mengenai kecerdasan emosional pimpinan Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kabupaten Munas ebagai berikut:

Tabel 5.2. Frekuansi Jawaban Responden Variabel Kecerdasan Emosional

Rata-
Ndicator item SS (5) S (4) N (3) TS (2) STS (1) Jumlah Rata
pernyataan F % F % F % F % F % Sampel Skor
Pengenalan X2.1.1 13 18% 14 20% 41 58% 3 4% 0 0% 71 3.52
Diri (X2.1) X2.1.2 9 13% 43 61% 15 21% 4 6% 0 0% 71 3.80
X2.1.3 44 62% 19 27% 6 8% 2 3% 0 0% 71 4.48
Rerata Skor Jawaban Indikator Pengenalan Diri ( X2.1) 3.93
Pengendalian X2.2.1 16 23% 37 52% 16 23% 2 3% 0 0% 71 3.94
Diri (X2.2) X2.2.2 11 15% 42 59% 18 25% 0 0% 0 0% 71 3.90
X2.2.3 49 69% 13 18% 7 10% 2 3% 0 0% 71 4.54
X2.2.4 44 62% 20 28% 5 7% 2 3% 0 0% 71 4.49
X2.2.5 6 8% 40 56% 24 34% 1 1% 0 0% 71 3.72
Rerata Skor Jawaban Indikator Pengendalian Diri ( X2.2) 4.12
Motivasi
(X2.3) X2.3.1 8 11% 54 76% 8 11% 1 1% 0 0% 71 3.97
X2.3.2 14 20% 45 63% 8 11% 4 6% 0 0% 71 3.97
X2.3.3 4 6% 46 65% 19 27% 2 3% 0 0% 71 3.73
X2.3.4 8 11% 49 69% 13 18% 1 1% 0 0% 71 3.90
Rerata Skor Jawaban Indikator Motivasi
(X2.3) 3.89
Empati
(X2.4) X2.4.1 10 14% 12 17% 47 66% 2 3% 0 0% 71 3.42
X2.4.2 5 7% 44 62% 22 31% 0 0% 0 0% 71 3.76
X2.4.3 3 4% 40 56% 28 39% 0 0% 0 0% 71 3.65
Rerata Skor Jawaban Indikator Empati
(X2.4) 3.61
Keterampilan X2.5.1 4 6% 20 28% 42 59% 5 7% 0 0% 71 3.32
Sosial (X2.5) X2.5.2 7 10% 12 17% 44 62% 8 11% 0 0% 71 3.25
X2.5.3 3 4% 53 75% 11 15% 4 6% 0 0% 71 3.77
Rerata Skor Jawaban Indikator Keterampilan Sosial
(X2.5) 3.45
Rerata Indikator Variabel Kecerdasan
Emosional 3.80

Tabel 5.2. menunjukkan bahwa dari 5 (lima) indikator variabel kecerdasan

emosional dengan nila rerata jawaban responden setiap indikator adalah 3,80. Hal

ini menggambarkan bahwa mayoritas responden merasa setuju bahwa pimpinan


73

pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna memiliki kecerdasan

emosional dalam kategori baik. Dimana hal tersebut ditunjukkan melalui cara

pimpinan melakukan proses pengenalan diri dengan cara dapat megontrol

perasaan emosi dengan baik meskipun memiliki sifat percaya diri yang cukup

tinggi.

Adapun indikator yang memberikan kontribusi terbesar adalah indikator

pengendalian diri dengan skor rata-rata sebesar 4,12 sedangkan indikator yang

memberikan kontribusi terkecil adalah indikator Keterampilan Sosial pimpinan

sebesar 3,45. Hal ini menggambarkan bahwa pimpinan pada dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Muna mampu mengendalikan diri dengan baik dalam

beberapa hal seperti proses adaptasi pimpinan maupun kehati-hatian pimpinan

dalam bertindak serta mampunyai jiwa inovasi namum pimpinan dianggap kurang

dapat mampu berkomunikasi dengan baik terhadap stakeholder baik bawahan

maupun rekanan, serta dianggap masih kurang membangun kerjasama antar

pegawai dan pimpinan sehingga masih banyak pegawai Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Muna yang masih merasa jarang dilibatkan dalam

kegiatan organisasi.

5.2.2.3. Analisis Deskriptif Variabel Pengambilan Keputusan Secara Intuisi

Pengambilan keputusan secara intuisi terhadapdi Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Munaakan terungkap melalui jawaban responden

terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan pada kuesioner. Pengambilan

keputusan secara intuisiterdiridari lima dimensi dan dioperasionalisasikan menjadi

10 butir pernyataan. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diperoleh gambaran


74

tanggapan responden mengenai pengambilan keputusan secara intuisi padaDinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Munasebagai berikut.

Tabel.5.3. Frekuansi Jawaban Responden Variabel Pengambilan Keputusan

SS (5) S (4) N (3) TS (2) STS (1) Rata-


Indicator item Jumlah Rata
pernyataan F % F % F % F % F % Sampel Skor
Identifikasi Y1.1 6 8% 19 27% 42 59% 4 6% 0 0% 71 3.38
Masalah (Y1) Y1.2 9 13% 15 21% 41 58% 6 8% 0 0% 71 3.38
Rerata Skor Jawaban Indikator Identifikasi masalah ( Y1) 3.38
Merumuskan Y2.1 7 10% 40 56% 19 27% 5 7% 0 0% 71 3.69
Alternatif (Y2) Y2.2 7 10% 11 15% 51 72% 2 3% 0 0% 71 3.32
Rerata Skor Jawaban Indikator merumuskan alternatif( Y2) 3.51
Mempertimbangkan Y3.1 19 27% 45 63% 6 8% 1 1% 0 0% 71 4.15
Risiko (Y3) Y3.2 12 17% 41 58% 18 25% 0 0% 0 0% 71 3.92
Rerata Skor Jawaban Indikator mempertimbangkan risiko ( Y3) 4.04
Memilih Y4.1 19 27% 40 56% 9 13% 3 4% 0 0% 71 4.06
Alternatif (Y4) Y4.2 10 14% 57 80% 3 4% 1 1% 0 0% 71 4.07
Rerata Skor Jawaban Indikator memilih alternatif ( Y4) 4.06
Evaluasi (Y5) Y5.1 5 7% 13 18% 49 69% 4 6% 0 0% 71 3.27
Y5.2 11 15% 44 62% 16 23% 0 0% 0 0% 71 3.93
Rerata Skor Jawaban Indikator Evaluasi ( Y5) 3.60
Rerata skor Jwaban Variabel Pengambilan Keputusan 3.72

Tabel 5.3. menunjukkan bahwa dari 5 (lima) indikator variabel

pengambilan keputusan secara intuisi dengan nila rerata jawaban responden setiap

indikator adalah 3,72, hal ini menggambarkan bahwa mayoritas responden merasa

setuju bahwa pimpinan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna

memiliki sudah tepat dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara intuisi.

hal tersebut ditunjukkan melalui jawaban responden bahwa sebelum megambil

sebuah keputusan pimpinan selalu melawati tahapan tahapannya yaitu dengan

mengidentifikasi masalah, merumuskan alternative, mempertimbangkan risiko


75

sampai ada memilih alternative dan melakukan evaluasi terhadap setiap keputusan

yang diambil.

Adapun indikator yang memberika kontribusi terbesar adalah indikator

memilih alternatif dengan skor rata-rata sebesar 4,06 dan Indikator

mempertimbangkan risiko dengan skor rata-rata 4.04 sedangkan indikator yang

memberikan kontribusi terkecil adalah indikator identifikasi masalah dengan skor

rerata sebesar 3,38 dan indikator merumuskan alternative sebesar 3,51.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses pengambilan keputusan yang

dilakukan pimpinan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayan Kabupaten Muna

mampu memilih alternative dengan baik dimana sebelum melakukan pemilihan

alternative pimpinan senantiasa mempertimbangkan segala konsekuansi risiko

dari sebuah pengambilan keputusan yang dikeluarkan. Namun disi lain berdasarka

hasil tanggapan responden ada kekurangan dalam sisi mengidentifikasi

permasalahan dimana pimpinan dianggap kurang melibatkan pegawai lainnya atau

bawahannnya dalam merumuskan identifikasi permasalahan dalam organsasi serta

perumusan alternatif yang akan dijadikan alternatif solusi pengambvilan

keputusan yang akan dikeluarkan.

5.2.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Agar estimasi dari koefisien regresi tidak bias, sebelum melakukan proses

analisis regresi linear berganda harus dilakukan pengujian asumsi klasik.

5.2.3.1 Hasil Uji Asumsi Klasik Regresi Linear Berganda


76

Hasil uji asumsi analisis Regresi Linear Berganda pada penelitian ini

meliputi: uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan uji linearitas,

sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi data normal atau

mendekati normal. Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan metode grafik

dan Kolmogorov Smirnov Z dengan criteria apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed)

lebih besar dari nilai = 0,05. Hasil uji metode grafik dengan melihat

penyebaran titik pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan

keputusan jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.6.

Gambar 5.6. Uji Normalitas

Sumber: Hasil olahan data primer dengan program SPSS.


77

Pada Gambar 5.6 terlihat titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta

penyebarannya mengikuti arah garis diagonal maka model regresi layak

dipakai untuk prediksi dan telah memenuhi asumsi normalitas. Selanjutnya

dapat pula dibuktikan dengan Kolmogorov Smirnov Z. Hasil analisis diperoleh

bahwa nilai Kolmogorov Smirnov (K-S) unstandardizedresidual variabel bebas

sebesar 0,681 sedangkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,743. Hasil

tersebut mengindikasikan bahwa model persamaan regresi tersebut

berdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari nilai

= 0,05.

2. Uji Multikolinieritas

Asumsi klasik model regresi adalah tidak boleh terdapat

multikolinieritas di antara variabel-variabel bebas di dalam model. Deteksi

adanya multikolnearitas dapat dilakukan dengan cara melihat besarnya

Variance Inflation Factor (VIF) dan toleransi. Kriteria suatu model regresi

yang bebas dari multikolinearitas apabila mempunyai nilai VIF tidak boleh

besaran nilai toleransi lebih dari cut of point 10 (Imam Ghozali. 2010). Hasil

pengujian multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Uji Multikolinearitas


Collinearity Statistics
Variabel Bebas Cut of Point
Toleransi VIF
Kecerdasan Intelektual 0.799 1.252 5
(Imam Ghozali.
Kecerdasan Emosional 0.799 1.252 2010)
Sumber: Hasil olahan data primer dengan program SPSS.
78

Pada Tabel 5.5. menunjukkan hasil Variance Inflation Factor (VIF) dan

nilai toleransi dari seluruh variabel bebas dengan cut of point 5. Dapat

disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model analisis regresi

multivariat yang digunakan dalam penelitian ini.

3. Uji Heteroskedastisitas

Terjadinya heteroskedastisitas ditunjukkan dengan adanya

ketidaksamaan varian nilai residualnya antara variabel-variabel bebas yang

dapat dideteksi melalui perhitungan uji koefisien korelasi Rank Spearman.

Hasil uji koefisien korelasi Rank Spearman yang mengkorelasikan antara nilai

absolute residual dengan setiap variabel bebas. Hasil uji pada Lampiran 4

dapat diringkas dalam Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas


Koefisien
Variabel Bebas Sig Hasil
Korelasi
Kecerdasan Intelektual .047 .697 Homoskedastisitas

Kecerdasan Emosional .002 .987 Homoskedastisitas

Sumber: Hasil olahan data primer dengan program SPSS.

Pada Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa koefisien korelasi dari

variabel bebas kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional lebih besar

dari = 0.05 yang berarti model analisis regresi linear berganda yang

digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Linieritas
79

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat adalah merupakan fungsi linier atau tidak. Uji

asumsi linieritas, yaitu bahwa hubungan antar variabel bebas pada variabel

terikat yang diuji memiliki hubungan linier. Pengujian asumsi linearitas

dalam penelitian ini, dengan menggunakan metode Curve of Fit menggunakan

software SPSS, Hasilnya disajikan pada Hasil olahan data primer dengan

program SPSS. Rujukan yang digunakan adalah prinsip parsimony, yaitu

model dikatakan linear jika model linear signifikan atau bila seluruh model

yang digunakan sebagai dasar pengujian nonsignifikan. Spesifikasi model

yang digunakan sebagai dasar pengujian adalah model linear.

Asumsi linearitas pada analisis regresi multivariat hanya berkaitan

dengan pemodelan persamaan regresi, dan tidak terkait dengan pengujian

hipotesis, yakni hubungan antara variabel bebas dalam model analisis regresi

multivariat adalah linear. Pengujian linearitas data bertujuan untuk melihat

apakah model yang digunakan merupakan model linear. Linear adalah

peningkatan atau penurunan variasi pada kriterium diikuti secara konsisten

oleh peningkatan atau penurunan pada predikator sehingga pola hubungannya

membentuk garis lurus. Hasil pengujian linearitas hubungan antar variabel

disajikan Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Hasil Pengujian Asumsi Linieritas


Uji Linearitas
Hubungan Antara Variabel 2
R F Sig. Hasil
Kecerdasan Pengambilan
0.387 43.598 0.000 Linear
Intelektual Keputusan

Kecerdasan Pengambilan 0.436 53.254 0.000 Linear


80

Emosional Keputusan
Sumber: Data primer diolah SPSS, Tahun 2017

Hasil pengujian asumsi linearitas pada Tabel 5.7 diperoleh bahwa

pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap pengambilan

keputusan dapat dikatakan linear karena tingkat signifikansinya lebih kecil dari

5% (p < 0,05). Hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa semua pengaruh antara

variabel yang terdapat dalam model adalah linear, sehingga asumsi linearitas pada

analisis regresi linear berganda terpenuhi. Dengan demikian, membuktikan bahwa

data yang digunakan memenuhi persyaratan linearitas, sehingga dapat dilakukan

analisis lebih lanjut.

5.2.4 Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda

Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa untuk dapat

menjawab permasalahan dan hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini yaitu

pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap pengambilan

keputusan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna baik secara

simultan maupun parsial dilakukan dengan analisis regresi linear berganda. Hasil

kompuntasi analisis regresi berganda disajikan pada Tabel 5.8.

Tabel 5.7. Hasil Komputasi Analisis Regresi linear berganda

Standardized
Pengaruh antar variabel t-value Sig. t
Coefficient (Beta)
Kecerdasan Intelektual
0.408 4.583 0.000
Pengabilan Keputusan
Kecerdasan Emosional
0.477 5.351 0.000
Pengabilan Keputusan
R = 0.754 Constant = 0,470
R-Square = 0.569 F-value = 44.847
SEE = 0.314 Sig. F = 0.000 n = 71
81

Sumber: Data primer diolah SPSS, Tahun 2017 (Lampiran 5)

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada tabel 5.8 diperoleh

persamaan analisis regresi multivariat sebagai berikut:

Y = 0,470 + 0.408X1 + 0.477X2 + 0.314

Hasil analisis regresi multivariate pada persamaan di dapat

diinterpretasikan. Nilai R = 0.754 menunjukkan bahwa korelasi hubungan

variabel bebas kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap

pengambilan keputusan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna

adalah kuat karena nilainya berada di atas 0.50 (50%). Selanjutnya nilai koefisien

determinasi (R2) = 0.569. Artinya keragaman variabel kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan pada Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kabupaten Muna dapat di jelaskan oleh model sebesar 56,90%

dan sisanya 43,10% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini.

Dapat disimpulkan bahwa dari nilai koefisien determinasi (R2) model penelitian

ini memiliki akurasi atau ketepatan model yang cukup baik. Selanjutnya hasil uji

F diperoleh nilai yang signifikansi atau probabilitas = 0.000 > = 0,05 pada

tingkat kepercayaan 95%. Hasil ini menunjukkan secara simultan variabel

kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap

pengambilan keputusan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Muna.

5.2.5 Pengujian Hipotesis Penelitian


82

Pengujian hipotesis dan koefisien jalur pengaruh parsial dan simultan

antara variabel kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap

pengambilan keputusan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Muna. Hasil analisis pengujian nilai koefisien jalur, titik kritis (t-statistik) dan p-

value yang disajikan pada diagram jalur Gambar 5.7.

Hasil pengujian pada Gambar 5.7 di bawah diperoleh bahwa baik secara

parsial maupun simultan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan pada Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna. Secara spesifik hasil pengujian

hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 5.7. Koefisien Jalur dan Pengujian Hipotesis

Sumber: Hasil olahan data SPSS, Tahun 2017

5.2.5.1 Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Secara parsial (uji t) dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji

pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap pengambilan


83

keputusan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna sebagai

berikut:

H1. Kecerdasan intelektual berpengaruh signifikan pada pengabilan keputusan

Hasil pengujian pengaruh kecerdasan intelektual terhadap pengambilan

keputusan dapat dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur sebesar 0.408

dengan arah positif. Koefisien jalur bertanda positif memiliki arti pengaruh antara

kecerdasan intelektual dengan pengambilan keputusan adalah searah. Kemudian

dapat pula dibuktikan dengan nilai signifingkasi (p-value) sebesar 0,000 < =

0,05. Hasil pengujian membuktikan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan. Artinya peningkatan

kecerdasan intelektual searah positif dan signifikan terhadap peningkatan

pengambilan keputusan, sehingga hipotesis pertama yang diajukkan dalam

penelitian ini dapat diterima atau didukung oleh fakta empiris.

H2. Kecerdasan emosional berpengaruh signifikan pada pengabilan keputusan

Hasil pengujian pengaruh kecerdasan emosional terhadap pengambilan

keputusan dapat dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur sebesar 0.77

dengan arah positif. Koefisien jalur bertanda positif memiliki arti pengaruh antara

kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusan adalah searah. Kemudian

dapat pula dibuktikan dengan nilai signifingkasi (p-value) sebesar 0,000 < =

0,05. Hasil pengujian membuktikan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan. Artinya peningkatan

kecerdasan emosional searah positif dan signifikan terhadap peningkatan

pengambilan keputusan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten


84

Muna, sehingga hipotesis kedua yang diajukkan dalam penelitian ini dapat

diterima atau didukung oleh fakta empiris.

5.2.5.2 Pengujian Secara Simultan uji F dan R2

Hasil pengujian diperoleh terdapat pengaruh signifikan secara simultan

antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap pengambilan

keputusan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna.

H3. Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara kecerdasan intelektual


dan kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan

Hasil penelitian dapat dibuktikan hasil uji F diperoleh nilai signifingkasi

(p-value) = 0,000 < = 0,05. Hasil ini menunjukkan kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosional secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

pengambilan keputusan sehingga hipotesis ketiga pada penelitian dapat diterima.

Selanjutnya dapat pula dibuktikan dengan nilai koefisien determinasi (R2) =

0.569. Artinya keragaman variabel pengambilan keputusan dapat di jelaskan oleh

model sebesar 56,90% dan sisanya 43,10% dapat dijelaskan oleh variabel lain di

luar model penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa dari nilai koefisien

determinasi (R2) model penelitian ini memiliki akurasi atau ketepatan model yang

cukup baik. Akhirnya hasil penelitian ini juga dapat membuktikan bahwa dari

nilai koefisien dan signifikansi t kecerdasan emosional lebih besar dibanding

kecerdasan intelektual terhadap pengambilan keputusan. Artinya kecerdasan

emosional merupakan variabel dominan yang mempengaruhi pengambilan


85

keputusan dibandingkan dengan kecerdasan intelektual pada Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kabupaten Muna.

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan terlebih dahulu terbukti

kecerdasan intelekttual dan kercerdasan emosional berpengaruh signifikan baik

secara parsial maupun simultan terhadap pengambilan keputusan secara intuisi

pimpinan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna.

5.3.1. Pengaruh Kecerdasan Intelektual Pimpinan Terhadap Pengambilan

Keputusan Secara Intuisi.

Hasil analisis diketahui bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pengambilan keputusan. Artinya peningkatan kecerdasan

intelektual searah positif dan signifikan terhadap peningkatan pengambilan

keputusan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna. Perubahan

peningkatan kecerdasan intelektula yang dideskripsikan melalui kemampuan

figure, kemampuan verbal dan kemampuan numeric yang dimiliki pimpinan

memiliki kontribusi positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan yang

dicerminkan melalui kemampuan mengidentifikasi masalah, merumuskan

alternative, mempertimbangkan risiko sampai ada memilih alternative dan

melakukan evaluasi terhadap setiap keputusan yang diambil.

Hasil ini didukung oleh fakta dilapangan berdasarkan persepsi responden

sebagian besar kecerdasan intelektual menyatakan sudah baik. Selanjutnya

didukung pula oleh karakteristik responden sebagian besar telah berpendikan


86

sarjana dan memiliki pengalaman kerja yang sudah cukup lama karena mayoritas

10 tahun ke atas. Hasil ini didukung pula dengan karakteristik responden

berdasarkan umur mayoritas berada pada umur produktif.

Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa semakin tinggi

kecerdasan intelektual pimpinanakan meningkatkan ketepatan pengambilan

keputusan secara intuisi pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Muna.Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa kecerdasan intelektual seorang

pemimpin dapat menunjang kemampuan seseorang dalam mengambil suatu

keputusan secara intuisi dengan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Robins dan Judge (2008: 57)

yang mengatakan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang di

butuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan

memecahkan masalah setelah itu menggunakannya untuk memutuskan alternative

solusi dari permasalahan tersebut. pernyataan sejalan dengan pernyataan oleh

Carruso (2009:2) yang mengemukakan kecerdasan intelektual yang diukur dengan

IQ masih merupakan hal yang penting dalam kesuksesan kerja. Tulisan mengenai

masalah tersebut menyebutkan bahwa para ahli masih mempercayai jika

seseorang memiliki skor kecerdasan intelektual yang tinggi maka ia akan dapat

lebih berhasil dalam pekerjaannya. Kecerdasan intelektual yang dimiliki

seseorang dapat menunjang kemampuan seseorang dalam mengambil suatu

keputusan manajemen.

Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan menganalisis, logika dan

rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan bicara,
87

kecerdasan akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan

matematika. Sehingga sangat tepat bila kecerdasan intelektual pimpinan

digunakan dalam pengambilan keputusan secara intuisi dimana pengambilan

keputusan secara intuisi adalah pengambilan keputusan yang berdasarkan

perasaan sehingga lebih subjektif oleh karenanya diperlukan pengenalan terhadap

permasalahan secara mendalam untuk itu pimpinan perlu mengingat kembali

informasi objektif, yang diberikan oleh bawahannya yang terlibat dalam proses

berfikir, bekerja serta data data yang diberikan, untuk dianalisis agar

memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan yg telah ada sebelumnya

sehingga keputusan yang diabmil dapat memuaskan seluruh pihak.

Selain itu pengambilan keputusan secara intusi adalah pengambilan

keputusan yang diambil oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.

Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang

singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya

pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan

tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan

mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan

keputusan intuisi hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain

sering diabaikan. Oleh karena itu seoarang pimpinan harus benar benar

memilkik kemampuan/kecerdasan intelektual yang baik sehingga sebelum

mengambil sebuah keputusan secara intusi seoarang pimpinan harus benar benar

telah menganalisis dampaknya bagi perkembangan organisasi yang

dipimpinannya baik secara logis maupun rasio sehingga keputusan yang


88

diputuskan secara satu pihak ini dapat meminimalisir ketidak puasan dari seluruh

stakeholder organisasi yang dipimpinannya.

5.3.2. Pengaruh Kecerdasan Emosional Pimpinan Terhadap Pengambilan

Keputusan Secara Intuisi.

Hasil analisis diketahui bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pengambilan keputusan. Artinya peningkatan kecerdasan

emosional searah positif dan signifikan terhadap peningkatan pengambilan

keputusan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna. Perubahan

peningkatan kecerdasan emosioanal yang dicerminkan melalui indikator

pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial

memiliki kontribusi positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan yang

dicerminkan melalui kemampuan mengidentifikasi masalah, merumuskan

alternative, mempertimbangkan risiko sampai ada memilih alternative dan

melakukan evaluasi terhadap setiap keputusan yang diambil.

Hasil ini didukung oleh fakta dilapangan berdasarkan persepsi responden

mayoritas kecerdasan emosional menyatakan sudah baik. Hasil penelitian ini

memberikan bukti empiris bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional pimpinan

akan meningkatkan ketepatan pengambilan keputusan secara intuisipada Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna.

Temuan hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian

sebelumnya mengenai Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku

gresif, didapatkan hasil bahwa kecerdasan emosional dapat digunakan dalam

pengambilan keputusan dan tindakan. Mereka yang memiliki kecerdasan


89

emosional yang tinggi akan mengambil keputusan dan melakukan tindakan yang

tepat saat situasi kritis dan mendesak (Emma, dalam Jurnal Psikologi, 2008).

Goleman, (2007) mengatakan bahwa kecerdasan emosional yang tinggi akan

membantu individu dalam mengatasi konflik secara tepat.

Lebih lanjut, Goleman, (2007) mengatakan bahwa emosi berperan besar

terhadap suatu tindakan bahkan dalam pengambilan keputusan rasional.

Menurut Dorothy dan Finkelor (2004) apabila seseorang tidak dapat mengelola

emosimaka seseorang tidak dapat berpikir jernih dan tergesa-gesa dalam

mengambil keputusan karena tidak dapat menentukan tujuan dengan baik,

mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan , mengimplementasikan pilihan

tersebut dalam tindakan, serta mengevaluasi konsekuensi dari keputusan yang

diambil.

Seorang pemimpin harus dapat memisahkan keadaan yang sebenarnya

(fakta) dari perasaan pribadinya,.Dimana setiap keputusan yang diambil oleh

seorang pemimpin harus mempertimbangkan beberapa dinamika yang terjadi di

dalam organisasi baik itu dinamika individu, dinamika kelompok, maupun

dinamika lingkungan sehingga keputusan yang dihasilkan benar-benar keputusan

yang efektif dan dapat dijalankan oleh seluruh golongan di dalam organisasi.

Setiap pimpinan organisasi diharuskan memiliki tingkat kematangan

kecerdasan emosional yang baik sehingga setiap keputusan yang dihasilkan dapat

efektif dan dapat diterima oleh seluruh pihak karena dengan kecerdasan emosional

yang baik seorang pimpinan memiliki kemampuan untuk mengenali perasaan diri

sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi
90

dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.Dengan

kemampuan tersebut seorang pimpinan dapat memahami setiap gojolak atau

dinamika yang terjadi di dalam organisasi sehingga dapat memutuskan sesuatu

dengan bijak dan efektif dan mampu dijalankan oleh seluruh individu dalam

organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai.

5.3.3. Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional

Pimpinan Secara Simultan Terhadap Pengambilan Keputusan Secara

Intuisi

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosional pimpinan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

pengambilan keputusan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Muna. Artinya perubahan peningkatan kecerdasan emosional yang dicerminkan

melalui melalui kemampuan figure, kemampuan verbal dan kemampuan numeric

dan kecerdasan emosional yang dicerminkan melalui indikator pengenalan diri,

pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial memiliki kontribusi

positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan yang dicerminkan melalui

kemampuan mengidentifikasi masalah, merumuskan alternative,

mempertimbangkan risiko sampai ada memilih alternative dan melakukan

evaluasi terhadap setiap keputusan yang diambil.

Hasil penelitian tersebut didukung oleh penyataan Boyatzis (2010) bahwa

menemukan orang yang tepat dalam organisasi bukanlah hal yang mudah, karena

yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan bukan hanya orang yang memilki tingkat

intelektual yang tinggi, tetapi ada faktor - faktor psikologis yang mendasari
91

hubungan antara seseorang dengan organisasinya. Dari pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa dalam sebuah organisasi pimpinan organisasi tidak hanya

perlu memilki kecerdasan intelektual tetapi kecerdasan intelektual juga sangat

diperlukan dalam memimpin sebuah organisasi.

Pendapat lain oleh Carruso (2009:2) yang dalam penelitiannya

mengemukakan bahwa walaupun ia mendukung keberadaan kecerdasan emosi

tetapi pada kenyataannya kecerdasan intelektual yang diukur dengan IQ masih

merupakan hal yang penting dalam kesuksesan kerja

Dari beberapa pendapat tersebut dikaitkan dengan hasil penelitian ini maka

dapat dikatakan bahwa keputusan yang baik ialah keputusan yang memenuhi

berbagai persyaratan. Dan keputusan yang diambil hanya akan ada artinya dalam

usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran apabila dilaksanakan oleh

pelaksana yang memilki dedikasi, pengetahuan yang luas dan keterampilan yang

baik dalam artian memiliki kecerdasan intelektual yang baik serta kemampuan

untuk memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan

dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan

menjaga beban stress agar tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati

dan berdoa dimana sering disebut dengan kecerdasan emosional.

5.4. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, sudah barang tentu ada beberapa keterbatasan ketika

peneliti melakukan penelitianmampu. Keterbatasan itu antara lain sebagai berikut:

1. Adanya keterbatasan kemampuan verbal pimpinan yang dinilai kurang.


92

2. Penelitian ini hanya menggunakan data yang bersumber dari responden

yaitu pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna yang

hanya bisa merasakan dampak dari pengambilan keputusan serta

kecerdasan yang dimiliki pimpinan baik kecerdasan intelektual maupun

kecerdasan emosional berdasarkan pengalaman atau kedekatan sehingga

hasilnya tidak dapat digeneralisir bahwa kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosional pimpinan pada lembaga tersebut tergambar dengan

jelas dari hasil penelitian ini.

Vous aimerez peut-être aussi