Vous êtes sur la page 1sur 89

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan salah satu faktor

resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa

perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada

usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang

tinggi. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) hingga saat ini masih

merupakan masalah diseluruh dunia karena maerupakan penyebab kesakitan dan

kematian pada masa bayi baru lahir. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari

seluruh kelahiran didunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di

negara-negara berkembang atau sosio ekonomi rendah. Statistik menunjukkan

bahwa 90% dari kejadian BBLR didapatkan di Negara berkembang dan angka

kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir

lebih dari 2500 gram (Atikah, 2010).

Telah terjadi penurunan angka kematian anak dalam 10-15 tahun terakhir

meskipun kematian neonatal dini dan lahir mati masih tinggi.dari 7,7 juta kematin

bayi setiap tahun lebih dari 10 terjadi pada waktu perinatal atau usia si bawah 1

bulan. Tiga perempat dari kematian ini terjadi pada minggu pertama

kehidupan,lebih jauh,untuk setiap bayi bru lahir meninggal,terjdi pula 1 lahir

mati.penyebab kematian adalah asfiksia, trauma lahir, infeksi, prematuristas, kelai

nan bawaan, dan sebab-sebab lain.jika tidak meninggal, keadaan ini akan

meninggalkan masalah bayi dengan cacat.(Sarwono, 2009).


2

Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam fase

pertumbuhan dan perkembangan bayi karena pada periode ini terjadi transisi dari

kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan diluar kandungan yang merupakan

perubahan drastis (Saputra, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) Pada tahun 2011

diperkirakan 15% dari selurtuh 90% kejadian kelahiran didunia dengan batasan

3,3%-38% dan lebih sering terjadi di Negara-Negara berkembang atau social

ekonomi rendah. secara statistic menunjukkan kejadian BBLR didapatkan

dinegara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi disbanding

pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2.500 gram. BBLR termasuk factor utama

dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas neonatus, bayi dan anak

serta memberikan dampak dalam jangka panjang terhadap kehidupan di masa

depan.

Di tingkat ASEAN, angka kematian bayi di Indonesia tahun 2012 yaitu

25 per 1000 kelahiran hidup.Angka itu, 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan

Malaysia juga 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan filifina dan 2,4 kali lebih tinggi

jika dibandingkan dengan Thailand angka kejadian BBLR di Indonesia sangat

berfariasi antara satu daerah dengan daerah yang lain, yaitu berkisar antara 9% -

30%,hasil study 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang

2,1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR

7,5%.

Di Indonesia menurut riset kesehatan dasar tahun 2013 presentase BBLR

tahun 2013( 10.2%)lebih rendah dari tahun 2010 (11,1%). Presentase BBLR
3

tertinggi terdapat di propinsi selawesi tengah ( 16,9%) dan terendah di Sumatra

utara(7.2%).

Program pembangunan kesehatan yang sudah dilaksanakan selama ini

telah berhasil menurunkan AKB di Indonesia. Namun penurunan yang terjadi

setelah tahun 70-an berjalan lambat dan menunjukkan kecenderungan Stagnan.

Pada tahun 1960, AKB di Indonesia adalah 128 per 1000 kelahiran hidup. Angka

ini turun menjadi 68 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1989, 57 per 1000

kelahiran hidup pada tahun 1992 dan 46 per 1000 kelahiran hidup pada tahun

1995 (Depkes, 2003).

Di negara berkembang, termasuk Indonesia, tingginya angka kesakitan dan

kematian bayi berat lahir rendah ( bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500

gram ) masih menjadi masalah utama. Penyebab utama kesakitan dan kematian

bayi berat lahir rendah (BBLR) antara lain adalah asfiksia, sindrom gangguan

napas, infe.ksi, serta terjadinya hipotermi (Atikah, 2010).

Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 20102012 cenderung

berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi 587 dari 42.624 kelahiran

atau sekitar 1,37%, tertinggi terjadi di Kabupaten Kolaka 6,5%, menyusul

Kabupaten Bombana 3% dan Buton 2,7% sedangkan untuk Kabupaten Muna

berada pada urutan kesembilan yaitu 1,13%. Tahun 2011 jumlah kematian bayi

mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian

dari 42.540 kelahiran atau sekitar 2,7%. Kematian Bayi yang tertinggi pada tahun

2011 terdapat di Buton Utara 3,8%, disusul Kabupaten Bombana 3,7% dan

Kabupaten Muna berada pada urutan ketiga yaitu 3,5%. Tahun 2012 jumlah
4

kematian bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 693 kematian

dari 46.049 kelahiran atau sekitar 1,5% , jumlah tertinggi terjadi di Buton Utara

3,5%, menyusul Konawe Utara 2,5% dan Bombana 2,4%, sedangkan untuk

Kabupaten Muna sendiri berada pada urutan keempat yaitu 2,1% (Profil

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012).

Data di RSUD Kabupaten Muna pada bulan Januari 2014 sampai 2015

bayi baru lahir sebanyak 1317 orang dan jumlah bayi berat lahir rendah sebanyak

78 orang.

Melihat masih tingginya angka kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

tersebut dan dengan melihat dampak yang akan ditimbulkannya seperti

kecerdasan, hambatan pertumbuhan, serta respons imunitas yang rendah sehingga

penulis tertarik untuk melaksanakan studi kasus mengenai bayi berat lahir rendah

(BBLR) Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna sebagai studi kasus

yang berjudul Manajemen dan pendokumentasin Asuhan Kebidanan pada Bayi

Ny H dengan BBLR di Kabupaten Muna Mulai Tanggal 08 s/d 10 Mei 2015.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Adapun ruang lingkup penulisan studi kasus ini adalah manajemen dan

pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny H dengan bayi BBLR di

RSUD Kabupaten Muna Mulai Tanggal 08 Mei s./d. 10 Mei 2015.

C. Tujuan Telaah

1. Tujuan Umum

Bayi berat lahir rendah diperolehnya informasi sekaligus pelayanan

nyata tentang proses Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny H


5

dengan BBLR di RSUD Kabupaten Muna Mulai Tanggal 08 s/d 10 Mei

2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian dan analisa data dasar pada Bayi Ny

H dengan BBLR di RSUD Kabupaten Muna Mulai tanggal 08 s/d 10

Mei 2015.

b. Mampu merumuskan diagnosa/ masalah aktual pada Bayi Ny H

dengan BBLR di RSUD Kabupaten Muna Mulai tanggal 08 s/d 10 Mei

2015.

c. Mampu merumuskan diagnosa/ masalah potensial pada Bayi Ny H

dengan BBLR di RSUD Kabupaten Muna Mulai tanggal 08 s/d 10 Mei

2015.

d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi Ny

H dengan BBLR di RSUD Kabupaten Muna Mulai tanggal 08 s/d 10

Mei 2015.

e. Mampu merencanakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny H dengan

BBLR di RSUD Kabupaten Muna Mulai tanggal 08 s/d 10 Mei 2015.

f. Mampu melaksanakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny H dengan

BBLR di RSUD Kabupaten Muna Mulai tanggal 08 s/d 10 Mei 2015.

g. Mampu mengevaluasi asuhan Kebidanan yang telah diberikan pada Bayi

Ny H dengan BBLR di RSUD Kabupaten Muna Mulai Tanggal 08 s/d

10 Mei 2015.
6

h. Mamu mendokumentasikan semua temuan asuhan Kebidanan yang telah

dilaksanakan pada Bayi Ny H dengan BBLR di RSUD Kabupaten

Muna Mulai Tanggal 08 s/d 10 Mei 2015

D. Manfaat Telaah

1. Manfaat Teorotis

Merupakan kontribusi pemikiran bagi penulis dalam proses penerapan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh khususnya tentang BBLR.

2. Manfaat Praktis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan

pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan asuhan kebidanan dengan

Bayi Berat Lahir Rendah.

3. Manfaat Institusi

Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan Akademi Kebidanan

Paramata Raha dalam penerapan proses asuhan kebidanan pada kasus bayi

berat lahir rendah.

4. Manfaat Bagi Penulis

Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan

dan penerapan ilmu yang telah didapatkan pada akademi kebidanan Paramata

Raha.

E. Metode Telaah

Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:
7

1. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan membaca buku, situs dan makalah-makalah yang berkaitan

dengan masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam

menyusun karya tulis ini.

2. Studi Kasus

Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses

manajemen asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varney yaitu:

identifikasi dan analisa data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual,

antisipasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan

kolaborasi, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan

kebidanan dan evaluasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Anamnesa / wawancara

Penulis melakukan tanya jawab dengan keluarga bayi guna mendapatkan

data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien

tersebut.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai ke

kaki.

3. Studi Dokumentasi

Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang

bersumber dari catatan bidan dan dokter.


8

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran pengetahuan umum tentang karya tulis

ilmiah ini, yang terdiri dari lima bab sebagai titik tolak pembahasan. Dalam

karya tulis ini dapat dilihat secara garis besar tentang sistematika penulisan

sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang, ruang lingkup pembahasan, tujuan telaah

yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat telaah yang terbagi

atas manfaat bagi institusi pendidikan, manfaat bagi instansi tempat

pengambilan kasus, dan manfaat bagi penulis, serta metode telaah yang terdiri

dari studi kepustakaan, studi kasus yaitu wawancara, observasi, dan

pemeriksaan fisik, studi dokumentasi serta diskusi dan sistematika penulisan.

2. Bab II TinjauanPustaka

Bab ini menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan:

a. Telaah Pustaka yang berisi acuan tentang bayi baru lahir meliputi

pengertian, perubahan pada bayi baru lahir, cirri-ciri, penatalaksanaan

bayi baru lahir bermasalah,dan kelainan-kelainan pada bayi baru lahir

bermasalah. Tinjauan tentang BBLR yang meliputi klasifikasi

BBLR, factor penyebab BBLR, dan akibat BBLR.

b. Konsep manajemen kebidanan meliputi pengertian manajemen kebidanan,

prinsip-prinsip manajemen kebidanan.

c. Langkah-langkah manajemen kebidanan.


9

d. Pendokumentasian meliputi definisi dokumentasi, dan unsur-unsur

pendokumentasian di awali dengan data subyektif dan di akhiri dengan

planning.

3. Bab III StudiKasus

Bab ini berisi tentang pengumpulan data dasar, identifikasi diagnose dan masa

lah aktual, identifikasi diagnose dan masalah potensial, menilai perlunya tinda

kan segera, kolaborasi dan konsultasi, perencanaan tindakan, pelaksanaan tind

akan dan evaluasi keefektifan asuhan serta pendokumentasian.

4. Bab IV Pembahasan

Pembahasan menjelaskan tentang hasil telaah yang dilakukan pada sasaran,

lalu membandingkannya dengan teori yang ada. Penjelasan harus dibuat bukan

hanya jika hasil telaah tidak sesuai dengan teori, bahkan jika hasil telaah sesu

ai teori harus di berikan penjelasan, termasuk hal-hal yang mendukung kondisi

yang ada. Uraian tersebut memuat penjelasan secara teoritik tentang mekanis

me mengapa hasilnya demikian. Dengan focus pada aspekteoritik dan aspek

telaah.

5. Bab V Kesimpulan Dan Saran

Bab ini berisi tentang:

a. Kesimpulan yang dibuat oleh penulis dalam beberapa hal yaitu manajemen

kebidanan, pemberian asuhan kebidanan (kuratif, rehabilitasi, preventifdan

promosi) dan ketepatan waktu yang digunakan.

b. Saran dan usul yang di buat penulis keterkaitannya dengan kesimpulan atau

hal-hal yang dibutuhkan guna penurunan kematian bayi yang meliputi saran
10

bagi institusi pendidikan, saran bagi instansi tempat pengambilan kasus,

dan saran bagi penulis.

6. DaftarPustaka

Pada daftar pustaka berisi tentang judul-judul buku yang di gunakan sebagian

dari kepustakaan dan lampiran-lampiran.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Bayi baru lahir ( neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis

berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin

ke kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bago BBL untuk dapat hidup

dengan baik (Marmi, 2012). Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi

berusia 0-1 bulan.neonatus dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu

neonatus dini (bayi berusia 0-7 hari) dan neonatus lanut (bayi berusia 7-28

hari). (Saputra, 2014). Neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar

rahim sampai dengan usia 28 hari,dimana terjadi perubahan yang sangat

besar dari kehidupa di dalam rahim menjadi diluar rahim. (sukarni, 2013).

2. Perubahan Bayi Baru Lahir

a. Sistem Pernapasan/Respirasi

Selama dalam kandungan, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran

gas melalui plasenta. Setelah pelepasan plasenta yang tibatiba pada saat

kelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelang-

sungan hidup. Bayi harus bernapas dengan menggunakan paru-paru.

b. Perlindungan Termal (Termoregulasi)

Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum


12

Berfungsi sempurna. Agar tetap hangat, bayi baru lahir dapat

menghasilkan panas melalui gerakan tungkai dan dengan stimulasi

lemak cokelat.

c. Metabolisme Karbohidrat

Didalam kendungan, janin mendapat kebutuhan akan glukosa dari

plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir

menyebabkan seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa

darana sendiri.

d. Sistem Peredaran darah pada janin

1) Sistem peredaran darah pada janin

Janin menerima oksigen dari sarimakanan dari plasenta. Selain itu,

plasenta juga menjalankan fungsi paru-paru sehingga tidak ada

sirkulasi pulmoal seperti pada orang dewasa.Darah yang mengalir

melalui arteri purmonalis hanya cukup untuk makan dan

pertumbuhan paru-paru itu sendiri.

2) Adaptasi sistem peredaran darah pada bayi baru lahir pada bayi baru

lahir terjadi perubahan fisiologik pada sistem peredaran dara kerena

paru-paru mulai berfungsi sehingga proses pengantaran oksigen ke

seleruh jaringan tubuh berubah. Perubahan tersebut mencakup

penutupan foramen ovale pada atrium jantung serta penutupan

duktus arteriosus dan duktus venous.


13

3) Sistem Gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai mengisap dan

menelan.Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk dengan

baik pada saat lahir.

4) Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)

Sebelum lahir, janin dilindungi oleh plasenta dari anti feksi dan

alergi karena sistem kekebalan tubuhnya belum matang.

5) Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal

Pada tubuh bayi baru lahir terdapat relatif banyak air. Kadar natrium

relatif lebih besar dari pada kalium karena ruangan ekstraselular

yang luas. Akibatnya, kemampuan mengeluarkan produk limbah dari

dalam dara masih kurang.

6) Sistem Hepatik

Hati terus membantu pembentukan darah selama kehidupan janin

hingga tingkat tertentu setelah lahir.

7) Sistem Saraf

Pada saat lahir, sistem saraf belum terintegrasi sempurna, tetapi suda

cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstara uterin.

Sebagian besar fungsi neurologik berupa refleks primitif, misalnya

refleks moro, refleks rooting (mencari puting susu), refleks mengisap

dan menelan, refleks batuk dan bersin, refleks neck tonis (tonus

leher), refleks stepping (melangkah) dan refleks babinski (Saputra,

2014).
14

3. Ciri-ciri

Bayi aterm normal memiliki berat badan sekitar 3,5 kg, panjang badan

50 cm dari atas kepala hingga tumit, lingkar kepala oksipital-frontal sekitar

34-35 cm, sebagian besar bayi montok dan memiliki perut yang menonjol.

Bayi cendrung berbaring dengan sikap fleksi, dengan jari tangan jika

diregangkan mencapai tinggi paha.

Verniks kaseosa merupakan zat berwarna putih dan lengket, yang ada

dikulit bayi semenjak lahir. Jumlah verniks bervariasi. Fungsi verniks

kaseosa adalah sebagai pelindung ketika didalam kandungan dan setelah

lahir, mongering, lalu menghilang beberapa jam setelah lahir (Diane,

2011).

Menurut Marmi (2012) cirri-ciri bayi baru lahir normal yaitu :

a. Berat badan 2500-4000 gram

b. Panjang badan 48-52 cm

c. Lingkar dada 30-38 cm

d. Lingkar kepala 33-35 cm

e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit

f. Pernafasan 40-60 kali/menit

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya

telah sempurna

i. Kuku agak panjang dan lemas


15

j. Genitalia : pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minora

k. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

m. Refleks graps atau menggenggam sudah baik

n. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecoklatan.

4. Penatalaksanaan

Menurut Sarwono (2009) penanganan BBLR secara umum adalah dengan

mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, mencegah infeksi dengan ketat,

pengawasan nutrisi atau ASI, dan penimbangan dengan ketat. Adapun

penjelasannya diuraikan sebagai berikut:

a. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mudah mengalami hipotermia,

oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat

(Sarwono, 2009). Bila belum memiliki incubator, bayi dapat dibungkus

dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas,

sehingga panas tubuhnya dapat dipertahankan ( Manuaba, 2010 ).

Menurut Marmi ( 2012 ) mekanisme pengaturan tempratur

tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu

diperlukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi

dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermi sangat beresiko

tinggi mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermi mudah


16

terjadi ada bayi yang tubuhnya basah atau tidak segera dikeringkan dan

diselimuti walaupun didalam ruangan yang relati hangat. Cegah uapaya

kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain :

1) Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya

untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban

pada permukaan tubuh bayi.

2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti

handuk dan kainyang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan

selimut dan kain hangat, kering dan bersih.

3) Tutupi kepala bayi dan pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau

diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan

yang relativ luas dan bayi akan cepat kehilangan panas jika again

tersebut tidak ditutup.

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memeberikan ASI karena pelukan

ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah

kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera

setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu

satu jam pertama kelahiran.

5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

karena, bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubunya

(terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan,

terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan
17

kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada

saat bayi berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian

atau selimut. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah

lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan

bayi baru lahir.

6) Tempatkan bayi dilingkungan hangat dan idealnya bayi baru lahir

ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat tidur

yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang

paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu

segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada

bayi.

7) Rangsangan taktil merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai

refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh

bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi sehat hal ini

biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan.

Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan

rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan,

segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.


18

b. Mencegah Infeksi Dengan Ketat

BBLR sangat rentang akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip

pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi

(Sarwono, 2009).

Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya

tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan

pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan

prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi

persalinan dengan prematuritas (BBLR). (Marmi, 2012).

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh

paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persainan

berlangsung maupun berapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi

baru lahir pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya

pencegahan infeksi yaitu :

1) Cuci tangan dengan seksama sebelum setelah bersentuhan

dengan bayi

2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menagani bayi yang

belum dimandikan.

3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama

klem, gunting pengisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah

didisinfeksi tingkat tinggi atau steril, gunakan bola karet yang

baru dan bersih jika akan melakukan pengisapan lender (jangan m

enggunakan bolakaret pengisap yang untuk lebih dari satu bayi ).


19

4) pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang

digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih.

Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur, thermometer, ste

toskop dan benda benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi,

juga bersih. Dekontaminasi dan cuci setiap kali selesai digunakan.

Penyediaan lingkungan yang aman bagi bayi baru lahir

adalah perhatian yang utama, terutama di rumah sakit tempat bayi

beresiko mengalami infeksi silang. Mencuci tangan dengan

cermat dan sering menggunakan sabun atau alcohol tepat menjadi

salah satu metode yang paling penting pada pencegahan infeksi.

Pada situasi yang sibuk, membersihkan dengan larutan cuci

tangan berbahan dasar alcohol adalah cara yang paling praktis

meningkatkan kepatuhan, dan menggunakan sarung tangan

semakin mengurangi kontaminasi. (Diane, 2009).

c. Pengawasan nutrisi/ASI yang adekuat

Refleks menelan BBLR belum sempurna oleh sebab itu

pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat (Sarwono, 2009).

Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim

pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB

dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhan dapat meningkat.

Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan

menghisap cairan lambung, refleks masih lemah sehingga pemberian


20

minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekuensi yang lebih

sering (Marmi, 2012).

ASI merupakan nutrisi terbaik untuk BBLR. Makanan yang

paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan.Hal yang

normal jika dalam menyusui BBLR cepat lelah, isapannya lemah, meng

hisap sebentar. Frekuensi pemberian ASI di anjurkan setiap 2 jam. Bila

bayinya tidak menghisap dengan baik, anjurkan untuk memberikan ASI

peras melalui sendok/cangkir atau menggunakan sonde menuju

lambung. (Sukarni, 2014). Menurut Marmi (2012) jumlah cairan yang

dibutuhkan bayi (ml/Kg) yaitu :

Tabel : 1. Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi

Berat Umur ( hari )


(g)

1 2 3 4 5+

>1500 60 80 100 120 150

<1500 80 100 120 140 150

Table : 2. Jumlah ASI yang dibutuhkan bayi sehat

Pemberian Umur ( hari)

1 2 3 4 5 6 7

Jumlah ASI 1 1 1 2 2 2 3
tiap 3 jam
( ml/kali) 0 5 8 2 6 8 0
21

d. Penimbangan Yang Ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi

dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu

penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat (Sarwono,

2009).

Menurut Sudarti (2013) bayi dengan berat badan 1500-2500 gr

tidak boleh kehilangan berat badan >10% dari berat badan lahir 4-5

lahir dan berat badan <1500 gr dapat kehilangan berat badan sampai

15% dari berat badan lahir 7-10 hari.

5. Bayi Baru Lahir Bermasalah

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bermasalah diberikan kepada bayi-

bayi yang lahir dengan masalah sebagai beriut; Bercak mongol,

Hemangioma, Ikterik, Asfiksia, Muntah da gumoh, Oral trucsh, Diaperash,

Seborreah, Bisulan, Miliriasis, Diare, Obstipasi Infeksi, dan Bayi

meninggal mendadak (Rahardjo, 2012). Selain itu masalah-masalah yang

terjadi pada bayi baru lahir yaitu :

a. Sindrom Distres Pernapasan

Sindrom distres pernapasan/sindrom gawat napas (respiratory distres

syndrom) berhubungan dengan imaturitas jaringan paru. Sindrom ini

dapat pula disebut penyakit membara hialin, Suatu kelainan yang

kompleks dengan menifestasi klinis yang berupa tanda distres

pernapasan (gawat napas)

Penanganan umum yang biasa diberikan adalah :


22

1) Melaksanakan termoregulasi

2) Pemberian oksigen

3) Ventilasi mekanis bila diperlukan

4) Pencegahan hipotermi

5) Pencegahan hipovolemia

6) Koreksi asidosis respiratorik dengan dukungan ventilator

7) Koreksi asidosis metabolik dengan pemberian natrium bikarbonat

8) Pemberian surfaktan dan obat lainnya seperti antubiotik, preparat

sedatif, pelemas otot dan diuretik.

9) Perlindungan terhadap infeksi

10) Pemberian nutrisi parenteral

b. Takikardia Neonatal Sepintas

Sindrom ini merupakan permasalahan ringan pada neonatus yang

biasanya dimulai sesuda bayi lahir dan umumnya berlangsung sekitar 2

hari. Penangan umum yang perlu diberikan yaitu :

1) Pemberian oksigen

2) Bantuan ventilasi

3) Pemeliharaan keseimbangan asam-basah

4) Termoregulasi

5) Pemberian nutisi yang memadai lewat pipa nasogastrik atau infus

cairan. Kesulitan dalam memberikan nutrisi per oral karena

peningkatan frekuensi pernapasan dan kerja respirasi, koordinasi


23

mekanisme gerakan mengisap, menelan, dan bernapas dan resiko

aspirasi yang tinggi akibat frekuensi pernapasan yang cepat.

6) Monitoring oksigen transkutaneus

7) Perlindungan terhadap infeksi.

c. Gumoh/Regurgitasi

Keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat

setelah bayi menyusu dan jumlahnya hanya sedikit tanpa disertai

kontraksi pada dinding lambung. Hal ini bisa terjadi pada bayi berusi0-

6 bulan, terutama bayi yang mendapatkan ASI. Gumoh biasanya terjadi

karena bayi menelan udara pada saat menyusu. Penanganan yang perlu

diberikan :

1) Bersikap tenang

2) Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk kedalam

paru-paru

3) Bersihkan segera sisa gumoh dengan tisu atau alap basah hinga

bersih, terutama pada lipatan leher.

4) Jika isi gumoh keluar melalui hidung, cukup bersihkan hidung

dengan cotton bud jangan menyedot menggunakan mulut katena

akan menyakiti bayi dan rentan menularkan penyakit.

5) Tunggu beberapa saat lagi jika ingin memberikan ASI


24

d. Muntah

Keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi

setelah agak lama makanan masuk kedalam lambung. Penanganan yang

perlu dilakukan yaitu :

1) Kaji faktor penyebab dan sifat muntah

2) Berikan terapi berdasarkan faktor penyebab.

3) Ciptakan suasana tenang

4) Perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati

5) Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah

6) Berikan antimetik jika terjadi reaksi simptomatis.

e. Sindrom Aspirasi Mekonium

Meliputi keadaan terisapnya mekonium ke dalam paru-paru. mengatasi

kondisi tersebut, lakukan hal berikut :

1) Bantuan respirasi melalui ventilasi mekanis

2) Pemeliharaan lingkungan termal yang netral

3) Pemberian surfaktan dan antibiotik

4) Oksigenasi membran ekstrakorporeal pada kasus yang berat.

f. Sepsis

Sepsis trjadi ketika mikro organisme patogen atau toksinnya terdapat

dalam darah atau jaringan tubuh.

g. Hiperbilirubinemia

Keadaan ini ditandai oleh kadar bilirubin yang melampaui 6 mg/dl

dalam waktu 24 jam pertama sesudah kelahiran dan tetap tinggi sesudah
25

waktu 7 hari pada neonatus yang aterem dan sesudah waktu 10 hari

pada neonatus yang prematur. Penangan yang perlu dilakukan :

1) Tranfusi tukar untuk menggantikan darah neonatus oleh dara segar

(yang usianya kurang dari 48 jam) dengan menghilangkan sebagian

bilirubin tak terkonjugasi dalam serum.

2) Fototerapi

3) Penanganan anemia yang disebabkan oleh penyakit hemolitik.

( lochart, 2014).

6. Kelainan-kelainan pada bayi baru lahir

Asuhan kbidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan ini di

berikan kepada bayi-bayi yabg lahir dengan kelainan-kelainan sebagai

berikut: labioskiziz dan labiopalatoskiz, atresia esophagus, atresia anus,

hirschprug obstruksi biliaris, omfalokel, hernia diafragmatika, atresiadu

odeni, atresia rekti, meningokel, ensefalokel, hidrosefalus, fimosis, dan

hipospadia.(Marmi, 2012).

a. Labioskizis dan Labio Palatoskizis

Labio atau palate skisis merupakan congenital yang berupa adanya

kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005).

Bibir sumbing adalah malformasi yang di sebabkan oleh gagalnya

propsuesus nasal median dan maksilarid untuk menyatu selama

perkembangan embriotik. (Wong, Donna L.2003).

Palatoskisis adalah fissure garis tengah pada polatum yang terjadi

karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan


26

embriotik.

(Wong, Donna L.2003). Jadi labioskizis atau labiopalatoskizis yaitu

kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping muka serta

langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.

Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi.

Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat

badan yang meningkat,dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas

dan sisitematik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk

melakukan operasi bibir sumbingdilakukan hukum sepuluh (rules of

ten) yaitu berat badan bayi minimal 10 pon, kadar Hb g%bdan

usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/UI.

b. Atresiaesophagus atau Esophageal atresia adalah suatu kondisi medis

congenital (lahir cacat) yang mempengaruhi saluran pencernaan.hal

ini menyebabkan kerongkonan untuk mengsakhiri dalam kantong

berakhir buta dari pada biasanya menghubungkan ke perut. Esohageal

atresia (EA) adalah berbagai cacatanatomi bawaan yang

di sebabkan oleh abnormal perkembangan embriologis kerongkongan.

Penatalaksanaan yaitu Atresia merupakan kasusu gawat darurat.

Prabedah, penderita seharusnya di tengkurapkan untuk mengurangi

kemungkinan isi lambung masuk ke paru-paru.kantong esophagus

harus secara teratur dikosongkan dengan pompa untuk mencegah

aspirasi secret. Perhatikan yang cermat harus diberikan terhadap


27

pengendalian suhu, fungsi respirasi, dan pengelolaan anomaly

penyerta.

c. Atresia rekti dan ani terbagi atas Atresia rekti yaitu obstruksi pada

rectum ( sekitar 2 cm dari batas kulit anus). Pada pasien ini,

umumnya memiliki kanal dan anus yang normal.

d. Atresia anus yaitu obstruksi pada anus.atau bisa juga di artikan juga

anus imperforata meruapakan defek congenital di mana lubang anus

hilang atau tersumbat. Anus merupakan lubang menuju rectum

dimana kotoran meninggalkan tubuh.

Penatalaksanaan yaitu pada bayi harus di periksa permasalahan lain

terutama pada genital, saluran kemih dan tulang belakang.

Rekonstruksi bedah untuk pembuatan anus di perlukan.dan jika

rectum mengalami perlengketan dengan orang lain, maka organ

tersebut harus di bebaskan dan di perbaiki. Kolostomi sementara

mungkin di perlukan.

e. Hirschprung ( megakolon congenital) adalah suatu kelainan

congenital yang di tandai dengan penyumbatan pada usus besar yang

terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian

dari ususbesar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi

ototnya.

f. Pengobatannya yaitu dengan di berikan obat-obat yang bersifat

simptomatis atau definitive. Pada keadaan gawat darurat, mungkin


28

juga di perlukan koreksi cairan dan keseimbangan elektrolit

(pemberian nutrisi yang adekuat).

g. Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung

empedukarena terbentuknya jaringan fibrosis.

Penatalaksanaannya yaitu dengan cara pembedahan

h. Omfalokel merupakan hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar

dalam kantong peritoneum atau penonjolan dari usus atauisi perut

lainnya melalui akar pusar yang hanya di lapisi oleh

peritoneum (selaput perut ) dan tidak di lapisi oleh kulit.

Penatalaksanaan yaitu bila kantong belum pecah, diberikan merkuro

krom yang bertujuan untuk penebalan selaput yang menutupi

kantong atau dengan cara pembedahan.

B. Bayi Berat Lahir Rendah

1. Pengertian

a. Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari

2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan

menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir

kurang dari 1500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1501-

2499 gram (Marmi, 2012).

b. Bayi BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat

kelahiran kurang dari 2500 (sampai 2499 gram) tanpa memandang


29

masa kehamilan. BBLR terdapat 2 penyebab kelahiran bayi dengan

berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena umur kehamilan

kurang dari 37 minggu,berat badan lebih rendah dari semestinya,

sekalipun umur kehamilan cukup atau kombinasi keduanya

(Ambarwati, 2011).

c. BBLR adalah berat bayi kurang dari 2500 gram.ada 2 macam BBLR

yaitu bayi kurang bulan umur kehamilan 37 minggu dan bayi kecil

masa kehamilan (KMK) di mana bayi di lahirkan kurang dari percentile

ke-10 kurva pertumbuhan janin (Sukarni, 2014).

d. BBLR adalah berat badan bayi kurang dari 2500 gram ( Sudarti, 2013 ).

e. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat

badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gesrasi

(Lyndon, 2014).

2. Klasifikasi BBLR

a. Berat badan

Menurut Sarwono (2010) Berkaitan dengan penanganan dan harapan

hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan dalam :

1) Bayi berat lahir rendah ( BBLR ), berat lahir 1500-2500 gram

2) Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ), berat lahir< 1500 gram

3) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER ), berat lahir <1000 gram

b. Usia gestasi

Berdasarkan usia gestasi BBLR dapat dibagi menjadi dua yaitu:

prematuritas murni dan dismatur. Bayi prematuritas murni lahir dengan


30

umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan

berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa di sebut neonatus kurang

bulan sesuai untuk masa kehamilan (SMK). Bayi dismatur lahir dengan

berat badan kurang dari seharusnya untuk masa kehamilan (Lyndon,

2014).

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum lengkap 37 minggu

gestasi. Minggu gestasi dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT)

dan tidak berhubungan dengan berat badan bayi, panjang bayi, lingkar

kepala bayi, atau bahkan semua pengukuran janin atau ukuran neonates.

Oleh karena itu, yang terpenting adalah adanya hubungan antara dua

pertimbangan yang berbeda ini, yaitu berat badan ( untuk pengkajian

pertumbuhan) dan usia gestasi ( untuk pengkajian maturitas ).

Berbagai tipe bayi BBLR dapat digambarkan :

1) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin normal pada saat lahir,

mereka kecil karena persalinan dimulai sebelum akhir 37 minggu

gestasi. Bayi prematur ini tumbuh sesuai dengan usia gestasi mereka

( SMK ).

2) Bayi dengan laju pertumbuhan itrauterin lambat dan yang dilahirkan

aterm atau lebih dari aterm, bayi aterm atau post-term ini

pertumbuhannya kurang untuk usia gestasi. Mereka kecil untuk masa

kehamilan ( KMK ).

3) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin lambat dan sebagai

tambahan, yang dilahirkan sebelum aterm. Bayi prematur ini kecil,


31

baik karena persalinan dini maupun pertumbuhan intrauterin yang

terganggu. Mereka kecil untuk masa kehamilan dan bayi prematur.

4) Bayi yang dianggap besar untuk masa kehamilan ( LGA ) diberat

badan berapapun bila mereka berada diatas 90 persentil (Diane,

2011).

3. Karakteristik BBLR

a. Karakteristik BBLR Secara Umum

Menurut Atikah (2010) secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR

adalah sebagai berikut:

1) Berat kurang dari 2500 gram dan panjang badan < dari 45 cm

2) Lingkar dada kurang dari 30 cm

3) Lingkar kepala kurang dari 33 cm

4) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

5) Kepala lebih besar

6) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

7) Otot hipotonik lemah

8) Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea

9) Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus

10) Kepala tidak mampu tegak

11) Pernapasan 40-50 kali/menit

12) Nadi 100-140 kali/menit.

b. Karakteristik BBLR Dismatur

Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK):


32

1) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya

kurang dari 2500 gram.

2) Gerakannya cukup aktif dan tangis cukup kuat

3) Kulit keriput, lemak dibawah kulit tipis

4) Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, puting susu kecil. Bila

cukup bulan, payudara dan puting sesuai masa kehamilan

5) Bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora

6) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun

7) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian

8) Mengisap cukup kuat (Atikah, 2010:3).

c. Karakteristik BBLR premature

Menurut Marmi ( 2012 ) Karakteristik yang dapat ditemukan pada

premature murni adalah :

1) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45

cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm dan lingkar dada kurang

dari 30 cm.

2) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis

3) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

4) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus

5) Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar

6) Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil

7) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu


33

8) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama

pada dahi dan pelipis dahi dan lengan

9) Lemak subkutan kurang

10) Genitalia belum sempurna, pada wanita labia belum tertutup oleh

labia mayora minora

11) Reflex mengisap dan menelan serta reflex batuk masih lemah

12) Bayi premature mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan

tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan

pembentukan antibody belum sempurna.

Oleh karena itu tindakan prepentif sudah dilakukan sejak antenatal

sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas.

4. Faktor penyebab BBLR

Menurut Atikah (2010) secara umum faktor-faktor yang berhubungan

dengan

bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut

a. Faktor ibu :

1) Penyakit :

a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti : anemia sel berat,

perdarahan ante partum, hipertensi, preeklamsia berat, eklamsia,

infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal)

b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,

HIV/AIDS, malaria, TORCH


34

2) Ibu :

a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada

usai < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

b) Kehamilan ganda

c) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (< 1 tahun )

d) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

3) Keadaan sosial ekonomi :

a) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah

b) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat

c) Keadaan gizi yang kurang baik

d) Pengawasan antenatal yang kurang

e) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang

tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan

bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.

4) Sebab lain :

a) Ibu perokok

b) Ibu peminum alcohol

c) Ibu pecandu obat narkotik

d) Penggunaan obat antimetabolik

b. Faktor janin :

1) Kelainan kromosom (trisomy autosomal)

2) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,rubella bawaan)

3) Disautonomia familial
35

4) Radiasi

5) Kehamilan kembar/ganda (gemeli)

6) Aplasia pancreas

c. Faktor plasenta :

1) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya

(hidramniom)

2) Luas permukaan berkurang

3) Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasit)

4) Infark

5) Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)

6) Plasenta yang lepas

7) Sindrom plasenta yang lepas

8) Sindrom transfuse bayi kembar (sindrom parabiotik)

9) Faktor lingkungan :

10) Bertempat tinggal didataran tinggi

11) Terkena radiasi

12) Terpapar zat racun.

Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat

digolongkan menjadi sebagai berikut :

a. BBLR tipe KMK, disebabkan oleh :

1) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi

2) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia

3) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu


36

4) Malaria kronik, penyakit kronik

5) Ibu hamil merokok

b. BBLR tipe prematur, disebabkan oleh :

1) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan

kembar

2) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya

3) Cervical imcompetence ( mulut rahim yang lemah sehingga tidak

mampu menahan berat bayi dalam rahim )

4) Perdarahan sebelum atau saat persalinan ( antepartum hemorrhage )

5) Ibu hamil yang sedang sakit

6) Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya

Penyebab prematur dengan berat badan rendah dibagi atas empat yaitu

faktor maternal, fetal, medical, dan iatrogenic. Faktor maternal adalah penyakit

yang dialami ibu selama mengandung, komplikasi persalinan seperti plasenta

previa, dan perdarahan, serviks inkompeten, dan infeksi maternal. Faktor fetal

adalah kehamilan ganda dan malformasi congenital. Faktor medical adalah

proses kelahiran yang harus dilakukan sebelum waktunya oleh karena ibunya

diabetes, penyakit jantung yang parah, hipertensi, hipoksia fetus, hidrops

fetalis, dan lain-lain (Atikah, 2010 ).

Menurut Marmi ( 2012 ) berat badan lahir seorang bayi dipengaruhi

oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari bayi itu sendiri. Faktor-faktor

tersebut adalah :
37

a) Status gizi ibu hamil

Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu hamil. Gizi

yang cukup akan menjamin bayi lahir sehat dengan berat badan cukup.

Namun, kekurangan gizi yang adekuat dapat menyebabkan berat badan lahir

rendah.

Status gizi ibu hamil pada trimester pertama akan sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan embrio pada masa perkembangan dan pembentukan

organ-organ tubuh (organogenesis). Pada trimester II dan III kebutuhan

janin terhadap zat-zat gizi semakin meningkat. Jika tidak terpenuhi, plasenta

akan kekurangan zat makanan sehingga akan mengurangi kemampuannya

mensintesis zat-zat yang dibutuhkan oleh janin.

Untuk mengetahui status gizi ibu hamil tersebut, dapat menggunakan

beberapa cara antara lain : dengan memantau pertambahan berat badan

selama hamil, mengukur lingkar lengan atas (LILA), dan mengukur kadar

Hb.

b) Umur ibu saat hamil

Kehamilan dibawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak permasalahan

karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim, bahkan bayi bisa

prematur dan berat badan lahir kurang. Hal ini disebabkan karena wanita

yang hamil muda belum bisa memberikan suplai makanan dengan baik dari

tubuhnya untuk janin didalam rahimnya. Selain itu, wanita tersebut juga

bisa menderita anemia karena sebenarnya ia sendiri masih membutuhkan sel


38

darah merah tetapi sudah harus dibagi dengan janin yang ada dalam

kandungannya.

c) Umur kehamilan

Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin, semakin tua

kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah. Pada umur

kehamilan 28 minggu berat janin 1000 gram, sedangkan pada kehamilan

37-42 minggu berat janin diperkirakan mencapai 2500-3500 gram.

d) Kehamilan ganda

Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat

menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan untuk

pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi

seperti anemia hamil yang dapat menganggu pertumbuhan janin dalam

rahim.

e) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan tentang masalah

kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh pada perilaku ibu, baik

pada diri maupun terhadap perawatan kehamilannya serta pemenuhan gizi

saat hamil.

Tingkat pengetahuan seorang akan dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, informasi, pengalaman, dan social ekonomi. Pengetahuan

sangat berhubungan dengan pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan

salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan mengembangkan diri.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah memerima dan


39

mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi, sehingga semakin

meningkat produktivitas dan kesejahteraan keluarga. Namun demikian,

tingkat pendidikan tidak bisa menjamin tingkat pengetahuan seseorang.

f) Penyakit ibu

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi berat badan lahir

bayi jika diderita oleh ibu yang sedang hamil, misalnya : jantung, hipertensi,

pre-eklamsi dan eklamsi, diabetes mellitus dan karsinoma.

Penyakit tersebut dapat menimbulkan retardasi pertumbuhan intauterin

(IUGR) janin, yang menyebabkan janin menjadi jauh lebih kecil dan lemah

daripada yang diharapkan untuk tahap kehamilan bersangkutan.

g) Faktor kebiasaan ibu

Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk seperti

merokok, minum minuman beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan

nutrisi yang salah dapat menyebabkan anomali plasenta karena tidak

mendapat nutrisi yang cukup dari arteri plasenta ataupun karena plasenta

tidak mampu mengantar makanan ke janin. Selain itu, aktifitas yang

berlebihan juga dapat merupakan faktor pencetus terjadinya masalah berat

badan lahir rendah.

5. Akibat BBLR

a. Gangguan tumbuh kembang

Menurut (Herry, 2004) dalam ( Marmi, 2012 ) tingginya angka ibu

hamil yang mengalami kurang gizi, seiring dengan hidup resiko tinggi

untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil yang tidak


40

menderita kekurangan gizi. Apabila tidak meninggal pada awal

kelahiran, bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat,

terlebih lagi apabila mendapat ASI eksklusif yang kurang dan makanan

pendamping ASI yang tidak cukup. Oleh karena itu bayi BBLR

cenderung besar menjadi balita dengan status gizi yang rendah.

Balita kurang gizi cenderung tumbuh menjadi remaja yang

mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai produktifitas yang

rendah. Jika remaja ini tumbuh dewasa maka remaja tersebut akan

menjadi dewasa yang pendek, dan apabila itu wanita maka jelas wanita

tersebut akan mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR lagi dan terus

berlangsung hingga hari ini.

b. Hipotermi

Menurut (Winkjosastro, 2002) dalam (Marmi, 2012) Hal ini

terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya jaringan lemak

dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih luas dibandingkan

dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal. Hipotermi pada

BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu yang belum berfungsi

dengan baik dan produksi panas yang berkurang karena lemak coklat

yang belum cukup.

Oleh karena itu, pemajanan terhadap terhadap lingkungan yang

dingin dapat berakibat pada perubahan fisiologis multisystem, yang

secara signifikan mengganggu status kesehatan bayi. Saat suhu tubuh

turun, konsumsi oksigen jaringan meningkatkan laju metabolism


41

basalnya dengan membakar glukosa untuk menghasilkan energy dan

panas (Diane, 2011).

c. Ikterus

Semua bayi prematur menjadi ikterus karena system enzim hatinya

belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara

efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh

polisitemia, memar hemolisias dan infeksi karena hiperbilirubinemia

dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat

dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat

betambah coklat ( Marmi, 2012 ).

d. Asfiksia

Menurut (Winkjosastro, 2002) dalam (Marmi, 2012) Asfiksia atau

gagal bernapas secara spontan saat lahir atau beberapa menit setelah

lahir sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini

disebabkan oleh kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan

perkembangan yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih

lemah dan tulang iga yang mudah melengkung.

e. Kematian

Menurut (Winkjosastro, 2002) dalam (Marmi, 2012) Pada saat

kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat badan lahir

rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih besar jika

dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya normal. Oleh

karena itu, ia mengalami banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus


42

ibunya. Semakin pendek masa kehamilannya maka semakin kurang

sempurna pertumbuhan organ-organ dalam tubuhnya, sehinggan mudah

terjadi komplikasi serta meningkatkan angka kematian pada bayi.

C. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen

kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan

logis dalam member asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah

pihak klien maupun yang member asuhan ( Suryani, 2008 ).

2. Pedoman Penerapan

Pedoman penerapan manajemen merupakan kumpulan ketentuan dasar

yang memberikan arah bagaimana sesuatu harus dilakukan. Penerapan

manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan

melalui suatu proses yang disebut langkah atau proses manajemen

kebidanan. Proses manajemen kebidanan dirulis oleh varney berdasarkan

proses manajemen kebidanan American Colle of Nurse Midwife ( ACNM )

yang pada dasar pemikirannya sama dengan proses manajemen menurut

varney.

Pedoman penerapan manajemen ini akan dibahas tentang tujuan

diberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan BBLR, perubahan-perubahan

yang terjadi pada bayi, tanda gejala, kebutuhan kebutuhan nutrisi bayi

dengan BBLR, rencana asuhan dan komplikasi yang terjadi pada bayi

dengan BBLR.
43

a. Tujuan asuhan pada bayi baru lahir

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir adalah dengan melakukan

tindakan menjaga bayi agar tetap hangat, melakukan pembersihan pada

saluran napas bayi dengan cara mengisap lendir yang ada di mulut dan hi

dung, mengeringkan tubuh bayi dengan menggunakan kain bersih, mela

kukan pemotongan tali pusat dan mengikatnya.melakukan inisiasi menyu

su dini (IMD), memberikan tanda pengenal berupa gelang untuk menghin

dari tertukarnya bayi, memberiakan suntikan vitamin K1, memberikan

salep mata antibiotik pada kedua mata, memberikan imunisasi berupa

HB-0 di berikan 2 jam setelah vitamin K, melakukan pemeriksaan fisik

untuk apakah terdapat kelainan yang perlu mendapatkan tindakan

segera,setelah masuak bayi di dalam inkubator.(Lyndom, 2014).

b. Asuhan kebidanan pada BBLR adalah melakukan perawatan atau

tindakan segera mempertahankan suhu tubuh dengan memasukan bayi di

dalam inkubator agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya karena

BBLR mudah mengalami hipotermi. Mencegah adanya infeksi dengan

ketat karena bayi rentan terhadap infeksi, pencegahan infeksi termasuk

mencuci tangan sebelum memegang bayi. (Sarwono, 2000).

c. perubahan fisiologi pada bayi baru lahir

1) Sistem Pernapasan/Respirasi

Selama dalam kandungan, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran

gas melalui plasenta.Setelah pelepasan plasenta yang tiba-tiba pada

saat kelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan


44

kelangsungan hidup.Bayi harus bernapas dengan menggunakan paru-

paru.

2) Perlindungan Termal (Termoregulasi)

Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum

Berfungsi sempurna. Agar tetap hangat,bayi baru lahir dapat

menghasilkan panas melalui gerakan tungkai dan dengan stimulasi

lemakcokelat.

3) Metabolisme Karbohidrat

Didalam kendungan, janin mendapat kebutuhan akan glukosa dari

plasenta.Tindakan penjepitan tali pusatdengan klem pada saat lahir

menyebabkan seorang bayi harus mulaimempertahankan kadar

glukosa darana sendiri.

4) Sistem Peredaran darah pada janin

a) Sistem peredaran darah pada janin

Janin menerima oksigen dari sarimakanan dari plasenta. Selain itu,

plasenta juga menjalankan fungsi paru-paru sehingga tidak ada

sirkulasi pulmoal seperti pada orang dewasa.Darah yang mengalir

melalui arteri purmonalis hanya cukup untuk makan dan

pertumbuhan paru-paru itu sendiri.

b) Adaptasi sistem peredaran darah

pada bayi baru lahir pada bayi baru lahir terjadi perubahan

fisiologik pada sistem peredaran dara kerena paru-paru mulai

berfungsi sehingga proses pengantaran oksigen ke seleruh jaringan


45

tubuh berubah. Perubahan tersebut mencakup penutupan foramen

ovale pada atrium jantung serta penutupan duktus arteriosus dan

duktus venous.

5) Sistem Gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai mengisap dan menelan

Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk dengan baik pada

saat lahir.

6) Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)

Sebelum lahir, janin dilindungi oleh plasenta dari antigen dan stres

imunologik. Setelah lahir bayi terlepas dari plasenta sehingga ia

menjadi rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi karena sistem

kekebalan tubuhnya belum matang.

7) Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal

Pada tubuh bayi baru lahir terdapat relatif banyak air. Kadar natrium

relatif lebih besar dari pada kalium karena ruangan ekstraselular yang

luas. Akibatnya, kemampuan mengeluarkan produk limbah dari dalam

dara masih kurang.

8) Sistem Hepatik

Hati terus membantu pembentukan darah selama kehidupan janin

hingga tingkat tertentu setelah lahir.

9) Sistem Saraf

Pada saat lahir, sistem saraf belum terintegrasi sempurna, tetapi suda

cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstara uterin.


46

Sebagian besar fungsi neurologik berupa refleks primitif, misalnya

refleks moro, refleks rooting (mencari puting susu), refleks mengisap

dan menelan, refleks batuk dan bersin, refleks neck tonis (tonus leher),

refleks stepping (melangkah) dan refleks babinski (Saputra, 2014).

d. Kebutuhan

1) Nutrisi

Menimbang berat badan bayi tiap pagi untuk mengetahui tumbuh

kembangan bayi.jika reflex hisap bayi baik maka berikan ASI selama

0-6 bulan dan jika reflex hisapnya lemah maka berikan PASI NGT

per-oral.bayi menetek bila keadaan umumnya baik.setelah itu berikan

vitamin dan mineral sesuai indikasi. (Sukarni, 2014).

2) Eliminasi

Kebutuhan eliminasi yang meliputi BAB, BAK, frekuensi, warna urin,

bau urin, konsistensi feses.

3) Kebersihan diri

Tujuan kebutuhan kebersihan diri (personal hygiene) untuk

mempertahankan kebersihan bayi yaitu dengan cara membuat rasa

nyaman pada bayi, mencegah adanya infeksi dan mengganti popok

bayi tiap kali basah serta selalu memperhatikan kebersihan daerah

genitalia bayi.

e. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan pada ibu hamil, bersalin dan nifas perlu diberikan

informasi mengenai nutrisi, eliminasi, personal hygiene, pola istirahat,


47

dan juga penjelasan kemungkinan penyebab gangguan yang dialaminya,

pemberian informasi tentang layanan kesehatan. (Wulanda, 2011).

f. Penyebab BBLR

Berat badan lahir seorang bayi di pengaruhi oleh beberap faktor yaitu

status gizi ibu hmil, umur ibu saat hamil, umur kehamilan, kehamilan

ganda, tingkat pendidikan, penyakit ibu, faktor kebiasaan ibu.

3. Prinsip-Prinsip Manajemen

a. Efisiensi

Bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan sarana yang

perludengan menggunakan sarana sesedikit mungkin.

b. Efektifitas

Seberapa besar suatu tujuan sedang atau telah tercapai rasional dalam

mengambil keputusan.Keputusan merupakan suatu pilihan dari dua atau

lebih tindakan.Pengambilan keputusan merupakan jawaban atas

pertanyaan tentang perkembangan suatu kegiatan.

D. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan

Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang dimulai dengan

pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Ketujuhlangkah

terdiri dari keseluruhan kerangka kerja yang dapat dipakai dalam segala

situasi. Setiap langkah, dapat dipecah/dirubah untuk sebagai batas tugas

dan kewajiban, dan ini sangat bervariasi sesuai dengan kondisi klien

saat itu. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:


48

Proses Asuhan Kebidanan (Varney, 2007)

1. Langkah I : Tahap pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,

pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksakan tanda-

tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.

Oleh karena itu, pendekatan ini harus komprehensif, mencakup

data subjektif, data objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat

menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya serta valid. Kaji ulang

data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap, dan

akurat (Nurul Jannah, 2011)

Data subjektif pada pengkajian bayi BBLR di dapatkan bahwa

pada bayi lahir cukup bulan, bayinya di rawat di incubator dan refleks

menghisapnya lemah..

Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus BBLR diperlukan data

obyektif yang meliputi berat badan kurang dari 2500 gram, dengan

panjang badan 46 cm, gerakan kurang aktif, warnh kulit kemerahan,

tonus otot baik, refleks menghisap dan menelan lemah. berdasarkan

data dari klien dengan BBLR rentan terjadinya hipotermi dan

kematian pada janin.


49

2. Langkah II: Interprestasi Data Dasar

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah,dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi

yang benar atas dasar data-data yang telah diinterprestasikan sehingga

di temukan masalah atau diagnosis yang spesifik di mana diagnosanya

terjadinya BBLR.

3. Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah

di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan di lakukan pencegahan. Sambil mengamati keadaan

bayi bidan di harapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah

potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali

melakukan asuhan yang aman.

Diagnosis potensial BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh

sebab itu tubuhnya harus di pertahankan dengan cara bayi di bungkus

dengan kain (Sarwono, 2009).

4. Langkah IV: mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera

Bidan mengidentifikasi atas perlunya tindakan segra oleh bidan

dan dokter untuk di konsultasikan atau di tangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi bayi. Langkah
50

keempat mencermikan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan.

Beberapa data memberi indikasi adanya situasi emergensi di

mana bidan harus bertindak segera dalam rangka mencegah danya

kematian pada bayi.

Dalam hal ini untuk pengumpulan data pada kasus BBLR yaitu di

lakukan kolaborasi dengan dokter untuk mencegah masalah potensial

seperti hipotermi.

5. Langkah V: merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah kelima di lakuakan perencanan yang

menyeluruh,di tentukan langkah-langkah sebelumnya.langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang

menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari

kondisi klien, atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari

kerangka pedoman antisipasi terhadap perempuan tersebut, seperti apa

yang di perkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan

penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada

masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, cultural atau

masalah psikologis.

6. Langkah VI: melaksanakan perencanaan

Pada langkah keenam rencana asuhan menyeluruh dalam langkah

kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.perencanaan ini


51

bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan,atau sebagian di lakukan oleh

bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

7. Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi efekhtifitas dari asuhan

yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan

akan bantuan. Apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana

diidentifikasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya

(Asrinah, dkk, 2012).

E. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

1. Pengertian

Menurut Tungpalan (1983) dalam Marmi (2012) mengatakan bahwa

dokumen adalah catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam

persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat

atau merakam peristiwa dan objek maupaun aktifitas pemberian jasa

( pelayanan ) yang dianggap berharga dan penting.

Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian dari

kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat dan bidan setelah memberi

asuhan kepada pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap

meliputi satus kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan

kebidanan serta respon pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan

demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi yang besar dari catatan

klinik pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang


52

terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat

digunakan sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi yang

dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta actual untuk

dipertanggungjawabkan.

Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan instrumen untuk

melindungi para pasien dan bidan.dalam memberikan pelayanan kebidanan

,dimana bidan di harapkan mampu bekerja sesuai dengan standar profesi

yang telah ada.pendokumentasian ini berguna untuk menciptakan catatan

permanen tentang asuhan yang di berikan kepada klien,memfasilitas

pemberian asuhan yang berkesinambungan,memungkinkan evaluasi dari

asuhan yang di berikan,memberikan data untuk catatan nasional,riset dan

statistik mortalitas/morbiditas,serta meningkatkan pemberian asuhan yang

lebih aman dan bermutu tinggi kepada klien.(Asrinah,dkk, 2012.).

Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah proses

ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian,pemikiran,dan

tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan bagi klien

ma dan aman dapat tercapai.prosese manajemen kebidanan ini terdiri dari

tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah di sempurnakan secara

perodik.proses di mulai dengan pengumpulan data dasaar dan berakhir

dengan evaluasi (Asrinah, dkk, 2012).

Metode pendokumentasian SOAP merupakan pen inti sari dari proses

pikir dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan tentang

perkembangan klien (progress note) (Mirnawati, 2011).


53

Pendokumentasian yang diterapkan dalam metode SOAP merupakan

catatan yang bersifat sederhana, jelas. Logis dan singkat (Wafi, 2011).

2. Proses Manajemen SOAP

a. S (Data Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa sebagai langkah 1 varney. S (Subyektif) ini

merupakan informasi yang diperoleh langsung dari klien. Informasi

tersebut dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang

berhubungan dengan diagnosa.

b. O (Data Objektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam data focus

untuk mendukung assessment sebagai langkah 1 varney. Data yang

diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu

pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dan

lain-lain. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen

yang berarti dari diagnose yang akan ditegakkan (Marmi, 2012).

c. A (Assessment)

Assessment menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi

data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

1) Diagnosis/masalah (diagnose adalah rumusan dari hasil pengkajian

mengenai kondisi klien: hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.B

erdasarkan hasil analisa data yang didapat. Masalah segala sesuatu


54

yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu, kemungkin

an mengganggu kehamilan atau kesehatan tetapi tidak masuk dalam

diagnosa ).

2) Antisipasi diagnosis/ kemungkinan masalah

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/

kolaborasi, dan atau perujukan sebagai langkah 2,3, dan 4 varney

(Marmi, 2012).

d. P (Planning)

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan dan

evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6,7 (Marmi,2012).


55

BAB III

STUDI KASUS

Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen kebidanan

dalam asuhan kebidanan pada bayi Ny. H dengan BBLR di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Muna tanggal O8 Mei sampai dengan tanggal 10

Mei tahun 2015, diawali dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan

evaluasi.

A. Manajemen

1. Langkah I. Pengumpulan data dasar

Proses pengumpulan data ini dilakukan pengkajian pada tanggal 08 Mei

2015 pukul 22.30 WITA di Wilayah kerja di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna.

a. Data subyektif

1) Identitas Bayi

Nama Bayi : Bayi Ny. H

Tanggal Lahir : 08-05-2015

Jenis Kelamin : (Perempuan)

Anak Ke : 4 ( Empat )

Umur Saat di kaji :0 hari (30 menit)

2) Identitas Orang Tua ( Ibu / Ayah )

Nama : Ny.H / Tn.B

Umur : 35 Tahun / 42 Tahun

Suku : Muna / Muna


56

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SD / SD

Pekerjaan : IRT / petani

Pernikahan : 1/ I

Lama Menikah : 12 Tahun

Alamat : Desa Wakorambu

3) Data Biologis / Fisiologis

a) Keadaan bayi sekarang

Ibu mengatakan :

(1) Melahirkan tanggal 08 Mei 2015 jam 22.00 secara normal.

(2) Keadaan bayi lemah

(3) Berat badan bayinya rendah

(4) Bayinya belum menyusu

b) Riwayat kehamilan ibu

Ibu mengatakan :

(1) Hamil yang keempat, pernah melahirkan tiga kali dan tidak

pernah keguguran

(2) Hari Pertama Haid Terakhir Tanggal 10-8-2014, pernah

memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak 4 kali

(3) Ibu kurang nafsu makan selama hamil

(4) BB sebelum hamil : 44 kg

(5) BB selama hamil : 50 kg

(6) Penyakit yang diderita selama hamil tidak ada


57

(7) Ibu merasakan pergerakan janin sejak umur kehamilannya 5

bulan.

c) Riwayat Persalinan/ Kelahiran

(1) Umur kehamilan : 38 minggu 5 hari

(2) Tempat persalinan : RSUD kabupaten Muna

(3) Penolong pesalinan : Bidan

(4) Jenis persalinan : Spontan, PBK

(5) Tanggal /Jam lahir : 08 Mei 2015 Jam 22.00 Wita

d) Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Bayi

(1) Nutrisi/ Cairan

Bayi di kaji pada jam 22.30, belum di berikan ASI

(2) Eliminasi

Setelah 30 menit lahir bayi belum BAB dan BAK

Tidur / Istirahat : Bayi tertidur saat dikaji

(3) Pemeriksaan Umum

(a) Jenis kelamin : (perempuan)

(b) BBL/PBL : 2120 gram/ 46 cm

(c) Keadaan Umum : Baik/ Tidak ada cacat bawaan

(d) Masa gestasi : 38 minggu 5 hari

(e) Apgar Skor : 7/8

Di tandai dengan :

Seluruh tubuh berwarna kemerah-merahan :2

Denyut jantung 144 kali/menit :2


58

Bayi menangis jika diberi rangsangan :2

Gerakan tangan dan kaki lemah :1

Bayi menangis lemah :1

(f) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

Suhu badan : 36,8C

Pernapasan : 47 kali/menit

Denyut jantung : 142 kali/menit

(g) Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi)

Kepala : Kepala besar dari pada badan, rambut tipis dan

halus, Ubun-ubun dan sutura lebar dan belum

menutup, Tulang tengkorak lunak, dan mudah

bergerak

Muka : Tidak ada sianosis, terdapat lanugo pada kulit

Mata : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis,

dan skera ikterus

Hidung : Tidak ada cuping hidung

Mulut dan Bibir : Mukosa bibir lembab

Telinga : Simetris kiri dan kanan, lubang telinga kiri dan

kanan, dan tampk bersih..

Dada : Dada simetris kiri dan kanan,Gerakan dada sesuai

irama pernafasan bayi, terdapat penonjolan tulang

dada, tonus otot hipotoni


59

Ekstermitas atas dan bawah : Pergerakan lemah, tidak ada

cacat bawaan, simetris kiri dan kanan dan jari-jari lengkap

Genetalia : Ada lubang vagina, nampak labia mayora dan

labia minora, ada lubang anus

Keadaan Kulit : kulit tipis, terdapat lanugo pada dahi dan

lengan

(h) Refleks

Refleks sucking (megisap) : lemah

Refleks Rooting (menelan) : ada

Refleks graps (Menggeggam) : lemah

Refleks moro (kaget) : lemah

(i) Pemeriksaan Pengukuran

Berat badan lahir : 2120 gram

Panjang badan lahir : 46 cm

Lingkar kepala : 32 cm

Lingkar dada : 26 cm

Lingkar perut : 27 cm

Lingkar lengan atas : 7,5 cm

Kepala sampai shympisis : 21 cm

Shympisis sampai kaki : 25 cm

4) Data psikologis, Spritual dan Ekonomi

a) Pola emosional bayi, bayi tenang/tidur saat dikaji


60

b) Persepsi orang tua terhadap anaknya, orang tua sabar dan

mempercayakan sepenuhnya perawatan anaknya pada bidan

c) Orang tua nampak tenang dan menerima keadaan bayinya serta

mau bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk perawatan

bayinya terutama pemberian ASI.

d) Ibu tinggal dirumah sendiri

e) Biaya hidup dan biaya perawatan ditanggung oleh Ayah

2. Langkah II: Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual

Bayi baru lahir, Kecil Masa Kehamilan dengan Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR).

a. Bayi baru lahir

Data dasar :

1) Data subyektif :

a) Ibu mengataka Hair Pertama Haid Terakhir tanggal 10-08-2014

b) Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 08-05-2015, jam 22.00 Wita

2) Data obyektif :

a) Keadaan umum : bayi lemah, bayi lahir spontan menangis,

pergerakan aktif, warna kulit kemerahan dan apgar score 7/8

b) Ukuran antropometri

(1) BBL/PBL : 2120 gram/46 cm

(2) Lingkar Kepala : 32 cm

(3) Lingkar Dada : 26 cm

(4) Tanda-Tanda Vital


61

Suhu badan : 36,8C

Pernapasan : 47 kali/menit

Denyut jantung : 144 kali/menit

(5) Ukuran panjang

(a) Kepala - Syimpisis : 21 cm

(b) Sympisis- kaki : 25 cm

Analisis dan interprestasi

Bayi baru lahir (neonatus) adalah yang baru mengalami proses kelahiran

berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi,

adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin kekehidupan

ekstrauterin) dan toeransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi,

2012).

b. Kecil Masa Kehamilan

Data Dasar :

1) Data Subyektif :

Ibu mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 10-08-2014

2) Data Obyektif :

a) Tafsiran persalinan tanggal 17-05-2015

b) Umur kehamilan 38 minggu 5 hari

c) Berat badan lahir 2120 gram

d) Panjang badan 46 cm
62

Analisis dan interprestasi

Bayi berat lahir rendah dengan kehamilan cukup bulan ( BCB/KMK)

mempunyai organ dan fungsi dari alat tubuh belum matur sehingga

kemampuan mengisap dan menelan lemah.kerena lemahnya daya isap dan

menelan sehingga bayi malas menyusu yang dapat menyebabkan

gangguan pemenuhan nutrisi (Ilmu Kebidanan)

c. Bayi Berat Lahir Rendah

Data Dasar :

1) Data Subjektif :

a) HPHT Tanggal 10-8-2014 dan Ibu melahirkan tanggal 08 Mei

2015 Jam 22:0 WITA

b) Bayi cukup bulan dengan berat 2120 gram

2) Data Objektif :

a) Umur kehamilan 38 minggu 5 hari

b) Berat badan : 2120 gram

c) Panjang badan : 46 cm

d) Lingkar Kepala : 32 cm

e) Lingkar dada : 26 cm

f) Lingkar perut : 27 cm

g) Lila : 10 cm

Analisis Dan Interpretasi

1. Usia kehamilan dapat ditentukan dengan rumus neagle. Dari HPHT yaitu

tanggal 10-8-2014 sampai pada bayi dilahirkan yaitu tanggal 08-05-2015


63

maka bayi berumur 39 minggu (243 hari), umur kehamilan 36 minggu 4

hari bayi tersebut belum aterm (Hutari, 2012).

2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan

lahir saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa

memandang masa kehamilan (Marmi, 2012).

3. Langkah III: Identifkasi Diagnosa/ Masalah Potensial

Potensial Terjadi Hipotermi

Data Dasar :

a. Data Subjektif :-

b. Data Objektif :

1) Umur kehamilan 38 minggu 5 hari

2) Berat badan 2120 gram

3) Kulit bayi tipis

4) Suhu: 36,6C

5) Bayi terbungkus sarung

Analisis dan Interpretasi

Hipotermi dapat terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya

jaringan lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih lama

debandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal.

Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu tubuh yang belum

berfungsi dengan baik dan produksi panas yang berkurang karena lemak

coklat yang belum cukup ( Winkjisastro, 2002) dalam ( Marmi, 2012).


64

4. Langkah IV: Mengidentifikasi Tindakan Segera/Kolaborasi

Melakukan tindakan segera dan kolaborasi dengan dokter dengan bayi di

rawat di dalam inkubator.

5. Langkah V: Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

a. Tujuan

1. Keadaan umum bayi baik

2. Berat badan meningkat

3. Tidak terjadi hipotermi pada bayi

b. Kriteria

1) TTV dalam batas normal

Suhu tubuh : 36,5C-37,2C

Pernapasan : 30-60 kali/menit

Denyut jantung : 120-160 kali/menit

2) Berat badan 2500-4000 gram

3) TTV dalam batas normal

Suhu tubuh : 36,8C

Pernapasan : 47 kali/menit

Denyut jantung : 144 kali/menit .

c. Rencana Asuhan

Rencana asuhan yang akan diberikan pada kasus Ny. H, bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR), dibagi dalam delapan rencana

asuhan, untuk lebih jelasnya lihat uraian berikut :


65

Tanggal : 08-05- 2015 Jam : 23.50- 23.52WITA

1) Umum

a) Beritahu keluarga tentang hasil pemeriksaan

Rasional : Agar keluarga mengarti dengan keadaan bayinya

b) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan seperti

mengganti popok/ pakaian bayi setelah BAK/BAB, dan merawat

tali pusat.

Rasional : Mencegah kemungkinan kontaminasi dengan

kuman sehingga tidak terjadi infeksi nosokomial

c) Observasi tanda-tanda vital

Rasional : Mengetahui keadaan umum bayi dan perkembangan bayi

d) Observasi BAK/BAB

Rasional : Untuk mengetahui kecukupan minum pada bayi dan mas

alah yang ada pada apakah ada masalah pada sistem

pencernaan

e) Ganti pakaian/ sarung tiap kali basah/kotor

Rasional : Pakaian bayi yang basah akan mempengaruhi suhu

normal tubuh bayi dan menimbulkan ketidak

nyamanan.

2) BBLR

a) BBLR

(1) Jelaskan pada keluarga penyebab bayinya mengalami berat

badan lahir yang tidak normal (BBLR)


66

Rasional : Agar keluarga dapat mengetahui penyebab

bayinyamengalami berat badan yang tidak normal

karena bayinya lahir tidak cukup bulan

(prematur).

(2) Timbang berat badan bayi setiap pagi

Rasional : Berat badan bayi merupakan indikator

menilai perkembangan dan pedoman pemberian

nutrisi selanjutnya.

(3) Pertahankan suhu tubuh bayi di bawah sinar lampu dan ruangan

yang hangat

Rasional : Mencegah hipotermi sehingga bayi berada

dalam kondisi hangat.

(4) Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

Rasional : Mengetahui keadaan umum bayi

3) Edukasi

a) Manfaat pemberian ASI dini

Rasional : ASI merupakan makanan terbaik yang dapat di berikan

oleh seorang ibu kepada bayinya

b) Ajarkan pada ibu posisi menyusui yang benar

Rasional : Agar ibu merasa nyaman saat menyusui dan bayi

menyusu dengan baik


67

c) Perawatan tali pusat dengan membungkus tali pusat hanya

menggunakan kasa steril tanpa memberikan obat, bedak, ataupun

ramuan pada tali pusat bayi

Rasional : Untuk menghindari terjadinya infeksi pada tali pusat

d) Waktu yang diperbolehkan untuk memandikan bayi yaitu pada saat

berat badan bayi telah mencapai > 2500 gr dan keadaan umum bayi

baik.

Rasional : Agar ibu mengetahui kapan waktu yang tepat untuk

memandikan bayinya.

6. Langkah VI: Implementasi Asuhan Kebidanan

Tanggal 08 Mei 2015 Jam 23:50 -00.00 WITA

a. Umum

1) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan

Hasil : ibu mengarti dengan keadaan bayinya saat ini

2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan seperti

mengganti popok/ pakaian bayi setelah BAK/BAB, dan merawat tali

pusat.

Hasil : Tangan telah dibersihkan

3) Mengobservasi tanda-tanda vital

Hasil : Laju jantung : 160 kali/ menit

Pernapasan : 56 kali/ menit

Suhu : 36,50 C

4) Mengobservasi BAK/BAB
68

Hasil : BAK 2 kali, BAB 1 kali

5) Ganti pakaian/ sarung tiap kali basah/kotor

Hasil : Pakaian bayi yang basah akan mempengaruhi suhu normal

tubuh bayi dan menimbulkan ketidak nyamanan.

b. BBLR

1) BBLR

a) Menjelaskan pada ibu penyebab bayinya mengalami berat badan

lahir yang tidak normal (BBLR)

Hasil : Ibu telah mengerti penjelasan bidan

b) Menimbang berat badan bayi setiap pagi

Hasil : BB 2120 gr

c) Mempertahankan suhu tubuh bayi di bawah sinar lampu dan

ruangan yang hangat

Hasil : Bayi tidak hipotermi

d) Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

Hasil : Keadaan umum bayi baik, Laju jantung : 160 kali/ menit,

Pernapasan : 56 kali/ menit, Suhu 36,50 C

c. Edukasi

1) Manfaat pemberian ASI dini

Hasil : Ibu ingin menyusui secepatnya

2) Mengajarkan pada ibu posisi menyusui yang benar

Hasil :Ibu telah mengetahui posisi menyusui yang benar


69

3) Merawat tali pusat dengan membungkus tali pusat hanya

menggunakan kasa steril tanpa memberikan obat, bedak, ataupun

ramuan pada tali pusat bayi

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan untuk membungkus tali

pusat hanya menggunakan kasa steril

4) Waktu yang diperbolehkan untuk memandikan bayi yaitu pada saat

berat badan bayi telah mencapai > 2500 gr dan keadaan umum bayi

baik.

Hasil : Ibu mengerti penjelasan bidan untuk tidak memandikan

bayinya sampai berat badan bayi > 2500 gr dan keadaan

umumnya baik.

7. Langkah VII: Evaluasi Asuhan Kebidanan

Tanggal 08 Mei 2015 Jam 23:55-00.00 WITA

a. Gangguan pemenuhan nutrisi belum teratasi dengan kriteria:

1) Berat badan bayi masih 2120 gram

2) Bayi mengisap lemah

3) Produksi ASI belum ada

b. Hipotermi tidak terjadi pada bayi dengan kriteria TTV dalam batas

normal:

Suhu : 36,8C

Denyut Jantung : 144 kali/menit

Pernafasan : 47 kali/menit
70

c. Tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi yaitu merah, bengkak, nyeri,

dan pengeluaran pus

B. Pendokumentasian

Setelah di uraikan tentang penerapan manajemen asuahn kebidanan pada

bayi Ny H dengan BBLR tanggal 08 s.d 10 mei 2015 dalam manajemen

asuhan kebidanan maka langkah berikutnya melakukan pendokumentasian,

plannang dan kesimpulan.

1. Data Subyektif (S)

a. melahirkan secara normal tanggal 08-5-2015 jam : 22.30 wita.

b. HPHT : 10-8-2014

2. Data Obyektif (O)

a. keadaan umum bayi lemah.

b. berat badan kurang dari 2500 gram

c. Tanda-tanda vital

Suhu : 36,8C

Denyut Jantung : 144 kali/menit

Pernafasan : 47 kali/menit

d. Pemeriksaan Fisik Terkhusus

1) Kepala : rambut tipis dan halus, kepala lebih besar dari

pada badan, tulang tengkorak lunak dan

mudah bergerak

2) Muka : tidak sianosis, terdapat lanugo pada dahi


71

3) Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak

anemis, sklera ikterus

4) Hidung : tidak ada cuping hidung

5) Mulut dan bibir : mukosa bibir kering

6) Perut : terdapat penojolan pada tulang dada, tonus

otot hipotoni, tali pusat masih basah dan

terbungkus kasa steril

7) Ekstremitas atas : jari-jari lengkap dan pergerakan lemah

dan bawah

8) Kulit : nampak kuning, lemak subkutan kurang

9) Genitalia : Ada lubang pada vagina

e. Refleks

1) Refleks sucking (megisap) : lemah

2) Refleks Rooting (menelan) : ada

3) Refleks graps (Menggeggam) : lemah

4) Refleks moro (kaget) : lemah

3. Assesment (A)

Bayi baru lahir, kecil masa kehamilan dengan bayi berat lahir rendah

(BBLR), potensi terjadinya hipotermi, melakukan tindakan segra dan

kolaborasi dengan dokter dengan bayi di rawat di dalam incubator.


72

4. Planning (P)

Tanggal 08Mei 2015 Jam 00.00-00.10 WITA

a. Umum

1) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan

Hasil : ibu mengarti dengan keadaan bayinya saat ini

2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan seperti

mengganti popok/ pakaian bayi setelah BAK/BAB, dan merawat tali

pusat.

Hasil : Tangan telah dibersihkan

3) Mengobservasi tanda-tanda vital

Hasil : Laju jantung : 160 kali/ menit

Pernapasan : 56 kali/ menit

Suhu : 36,50 C

4) Mengobservasi BAK/BAB

Hasil : BAK 2 kali, BAB 1 kali

5) Ganti pakaian/ sarung tiap kali basah/kotor

Hasil : Pakaian/ sarung bayi diganti tiap kali basah/kotor

b. BBLR

1) BBLR

a) Menjelaskan pada ibu penyebab bayinya mengalami berat badan

lahir yang tidak normal (BBLR)

Hasil : Ibu telah mengerti penjelasan bidan

b) Menimbang berat badan bayi setiap pagi


73

Hasil : BB 2120 gr

c) Mempertahankan suhu tubuh bayi di bawah sinar lampu dan

ruangan yang hangat

Hasil : Bayi tidak hipotermi

d) Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

Hasil : Keadaan umum bayi baik, Laju jantung : 160 kali/ menit,

Pernapasan : 56 kali/ menit, Suhu 36,50 C

c. Edukasi

1) Manfaat pemberian ASI dini

Hasil : Ibu ingin menyusui secepatnya

2) Mengajarkan pada ibu posisi menyusui yang benar

Hasil :Ibu telah mengetahui posisi menyusui yang benar

3) Merawat tali pusat dengan membungkus tali pusat hanya

menggunakan kasa steril tanpa memberikan obat, bedak, ataupun

ramuan pada tali pusat bayi

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan untuk membungkus tali

pusat hanya menggunakan kasa steril

4) Waktu yang diperbolehkan untuk memandikan bayi yaitu pada saat

berat badan bayi telah mencapai > 2500 gr dan keadaan umum bayi

baik.

Hasil : Ibu mengerti penjelasan bidan untuk tidak memandikan

bayinya sampai berat badan bayi > 2500 gr dan keadaan

umumnya bayi baik.


74

C. Catatan Perkembangan

1. Catatan Perkembangan I

Tanggal 8 Mei 2015 00.50 WITA, dilakukan penilaian tentang keadaan bayi,

untuk menentukan asuhan kebidanan yang akan dilakukan selanjutnya pada

Bayi Ny. H. Hasil pendokumentasian yang dilakukan yaitu:

a. Data subyektif (s)

Bayinya masih belum menyusu, di beri ASI menggunakan dot, malas

minum, bayi masih belum dapat menghisap puting susu, pengeluaran ASI

masih sedikit.

b. Data obyektif (o)

1) Pemeriksaan Umum

2) Keadaan umum bayi baik

3) Tanda-tanda vital :

a) Laju jantung : 144 kali / menit

b) Pernapasan : 47 kali / menit

c) Suhu : 36,80C

4) Berat badan : 2120 gram

5) ASI masih kurang

6) Tali pusat masih terbungkus kasa steril

c. Assesment (A)

Bayi umur 1 hari, kecil masa kehamilan dengan BBLR masalah

pemenuhan kebutuhan nutrisi.


75

d. Planning (P)

Tanggal 09 Mei 2015 Jam 7.00 8.00 WITA

1. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian selang NGT

Hasil : telah di lakukan kolaborasi dengan dokter

2. Melakukan pemasangan selang NGT

Hasil : NGT telah terpasang

3. Memberiakn cairan melalui NGT

Hasil : Telah di berikan cairan NGT 10 cc

4. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menyelimuti dengan kain

yang bersih dan kering, dan bayi dimasukan ke dalam inkubator

Hasil : bayi tidak hipotermi

5. Mengobservasi Tanda Tanda Vital

Hasil : Tanda-Tanda Viatal

Suhu : 36,8C

Denyut Jantung : 144 kali/menit

Pernapasan : 47 kali/menit

6. Merawat tali pusat dengan kasa steril

Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril

7. Mengganti pakaian/popok tiap kali basah

Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah

2. Catatan perkembangan II

Tanggal 9 Mei 2015 , jam 08.00 WITA, dilakukan penilaian tentang

keadaan bayi, untuk menentukan asuhan kebidanan yang akan dilakukan


76

selanjutnya pada Bayi Ny. H. Hasil pendokumentasian yang dilakukan

yaitu:

a. Data Subyektif (S)

Pemberian ASI di berikan melalui selang NGT, pengeluaran ASI masih

sedikit

b. Data Obyektif (O)

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum bayi lemah

b) Tanda-tanda vital :

(1) Laju jantung : 144 kali / menit

(2) Pernapasan : 47 kali / menit

(3) Suhu : 36,80C

c) Berat badan : 2121 gr

2) Pemeriksaan Fisik Khusus

a) Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus

b) Refleks menghisap dan menelan masih lemah

c) ASI masih kurang

d) Tali pusat masih keadaan terbungkus kasa steril

c. Assesment (A)

Bayi umur 2 hari, kecil masa kehamilan dengan BBLR, dan dengan

masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.


77

d. Planning (P)

Tanggal 09 Mei 2015 Jam 08.00 -09.35 WITA

1) Umum

a) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan

Hasil : ibu mengarti dengan keadaan bayinya saat ini

b) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan seperti

mengganti popok/ pakaian bayi setelah BAK/BAB, dan merawat

tali pusat.

Hasil : Tangan telah dibersihkan

c) Mengobservasi tanda-tanda vital

Hasil : Laju jantung : 157 kali/ menit

Pernapasan : 58 kali/ menit

Suhu : 36,70 C

d) Mengobservasi BAK/BAB

Hasil : BAK 3 kali, BAB 2 kali

e) Ganti pakaian/ sarung tiap kali basah/kotor

Hasil : Pakaian/ sarung bayi diganti tiap kali basah/kotor

2) BBLR dan Gangguan pemenuhan nutrisi

a) BBLR

(1) Menimbang berat badan bayi setiap pagi

Hasil : BB 2100 gr

(2) Tetap mempertahankan suhu tubuh bayi di bawah sinar lampu

dan ruangan yang hangat


78

Hasil : Bayi tidak hipotermi

b) Gangguan pemenuhan nutrisi

(1) Memotivasi ibu untuk memberi ASI secara on demand

Hasil : Bayi diberi ASI secara on demand

3. Catatan Perkembangan III

a. Data subyektif (S)

Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan baik, susu formula sudah tidak di

berikan.

b. Data Obyektif (O)

1) Keadaan umum bayi baik

2) Berat badan kurang dari 2500 gram

3) Tanda-tanda vital

Suhu : 37C

Denyut Jantung : 164 kali/menit

Pernafasan : 50 kali/menit

c. Assesment (A)

Bayi umur 3 hari, kecil masa kehamilan, Keadaan umum bayi baik

d. Planning (P)

Tanggal 10 Mei 2015 Jam 7.00 -09.00 WITA

a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

Hasil : tangan telah dibersihkan

b. Menimbag berat badan bayi tiap pagi

Hasil : dengan berat badan 2120 gram


79

c. Melepas selang NGT

Hasil : Selang NGT telah di lepaskan

d. Memindahkan bayi dari incubator ke dalam box

Hasil : bayi telah di pindahakan ke dalam box

e. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya secara on the mand

Hasil : bayi akan di berikan ASI

f. Mengobservasi Tanda Tanda Vital

Hasil : Tanda-Tanda Viatal

Suhu : 36,8C

Denyut Jantung : 144 kali/menit

Pernapasan : 47 kali/menit

g. Merawat tali pusat dengan kasa steril

Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril

h. Mengganti pakaian/popok tiap kali basah

Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah


80

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan

kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada

Bayi Ny.H Dengan BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Tanggal 08 s.d 10 mei tahun 2015, dengan teori penanganan bayi baru lahir

dengan BBLR.

A. Pengumpulan Data Dasar

Pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang

ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik fisik,

psikososial dan spiritual. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis,

pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi,

dan Auskultasi

Berdasarkan respon ibu dalam memberikan informasi, begitu pula

dengan keluarga, bidan dan dokter yang merawat sehingga penulis dengan mudah

memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus sehingga

intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien. Dalam hal ini penulis tidak

menemukan kesenjangan.

Menurut teori yang ada bahwa BBLR disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu : faktor ibu, factor janin, factor plasenta, dan penyebab lainnya yang di

golongkan berdasarkan BBLR tipe KMK dan BBLR tipe premature. Menurut

teori BBLR tipe KMK ini di sebabkan oleh ibu hamil yang kekurangan nutrisi,
81

ibu yang memiliki hipertensi, kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu, dan ibu

hamil perokok. Sedangkan BBLR tipe premature yaitu di sebabkan berat badan

ibu yang rendah, pernah melhirkan bayi premature sebelumnya dan ibu hamil

yang sedang sakit.

Adapun karateristik pada BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram

,gerakan kurang aktif, umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar

dari badan , rambut tipis ,dan halus, jaringan payudara tidak ada dan putting susu

kecil, kulit tipais dan transparan ,lanugo (bulu halus) banyak terutama pada pada

dahi dan pelipis dahi dan lengan ,reflex mengisap dan menelan serta reflex batuk

masih lemah.

Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. H dengan BBLR, bayi lahir

segera menangis, tubuh kemerahan, tonus otot lemah, bayi lahir dengan berat

badan kurang dari 2500 gram, bayi di rawat dalam incubator. Dalam hal ini pula

tidak ditemukan kesenjangan.

B. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Aktual

Menurut teori Gangguan pemenuhan nutrisi merupakan masalah aktual,

berdasarkan teori bahwa yang disebutkan Masalah pemberian ASI pada BBLR

terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energy, lemah

dan lambungnya kecil. Bayi dengan BBLR sering mendapatkan ASI dengan

bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tapi

sering (Atikah,2010:11). Karena kecilnya tubuh bayi dan daya isap bayi berat

badan lahir rendah yang lemah sehingga menyebabkan bayi NyH mengalami

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Dari teori tersebut terdapat kesesuaian


82

dengan kenyataan pada bayi H yaitu bayi H tubuhnya yang kecil dan

refleks hisap yang lemah.

Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. H bahwa bayi

lahir dengan segera menangis, tonus otot lemah, dan di rawat dalam

incubator.Dengan demikian ada kesesuaian antara tinjauan pustaka dan kasus bayi

Ny. H sehingga diagnosa aktual dapat ditegakan dan memudahkan bidan dalam

memberikan asuhan sehingga tidak ditemukan kesenjanga antara teori dan hasil

pengkajian yang telah dilakukan.

C. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial

Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah

mengidentifikasi masalah potensial yaitu mengantisipasi bila memungkinkan

melakukan pencegahan, sambil mengamati bayi, bidan diharapkan dapat bersiap-

siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Begitu pula

dengan asfiksia ringan jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan

asfiksia sedang.

Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. H di lahan

praktek dapat diidentifikasikan masalah potensial yaitu potensial terjadi asfiksia

sedang dan hipotermi. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan

manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus bayi Ny. H tampak ada

persamaan dan tidak ditemukan adanya kesenjangan.


83

D. Menilai Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi

Berdasarkan data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera

dimana harus menyelamatkan jiwa bayi. Tindakan tersebut berupa kolaborasi

dengan tenaga kesehatan yang lebih profesional sesuai dengan keadaan yang

dialami oleh bayi ataupun konsultasi dengan dokter.

Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. H segera

melakukan pemantauan pada suhu bayi agar bayi tidah hipotermu, berkonsultasi

dan berkolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang meletakan bayi di bawah

pemancar panas dan setelah itu di rawat dalam incubator. Dengan demikian ada

kesamaan antara tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi

kasus di lahan praktek dan berarti tidak ada kesenjangan.

E. Perencanaan Tindakan

Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehesif

ditunjukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi bayi serta

hubungannya dengan masalah yang dialami bayi meliputi antisipasi dan

bimbingan dan konseling terhadap orang tua bayi. Rencana tindakan harus

disetujui orang tua bayi dan semua tindakan diambil harus berdasarkan rasional

yang relevan yang diakui kebenarannya.

Pada bayi Ny. H dengan BBLR penulis merencanakan asuhan

kebidanan berdasarkan diagnosa, masalah aktual dan masalah potensial yaitu cuci

tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, harus selalu mempertahankan

suhu bayi dengan ketat mencegah adanya hipotermi, melakukan pengawasan

nutrisi, penimbangan dengan ketat untuk mementau perkembangan bayi, tanda-


84

tanda vital bayi, pasang NGT dan di rawat dalam inkubator. Dengan demikian ada

kesesuaian antara teori dan kasus yang ada atau tidak ada kesenjangan.

F. Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkan tinjauan manajemen kebidanan bahwa melaksanakan

rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman bayi. Implementasi dapat

dikerjakan seluruhnya oleh bidan maupun sebagian dilaksanakan klien serta kerja

sama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah

direncanakan.

Pada studi kasus bayi Ny. H penulis melaksanakan asuhan kebidanan

berdasarkan rencana asuhan yaitu cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan

tindakan, harus selalu mempertahankan suhu bayi dengan ketat mencegah adanya

hipotermi, melakukan pengawasan nutrisi, penimbangan dengan ketat untuk

mementau perkembangan bayi, tanda-tanda vital bayi, pasang NGT dan di rawat

dalam incubator. Semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan

seluruhnya dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerja sama dan dukungan

dari ibu dan keluarga bayi di ruangan Bayi Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna.

G. Evaluasi Keefektifan Asuhan

Evaluasi manajemen kebidanan merupakan langkah akhir dari proses

manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan,

membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasikan,

memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau tidak dengan tindakan yang sudah

diimplementasikan.
85

Pada studi kasus bayi Ny. H, evaluasi yang berhasil dilakukan adalah

pemantauan keadaan klien meliputi :

1. Keadaan umum bayi baik.

2. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya secara on demend

3. Tidak terjadi hipotermi

Berdasarkan studi kasus bayi Ny. H dengan BBLR tidak ditemukan

hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karen itu bila

dibandingkan tinjauan pustaka dan studi kasus bayi Ny. H secara garis besar

tidak ditemukan kesenjangan.


86

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan

praktek melalui studi kasus tentang asuhan kebidanan pada Bayi Ny. H dengan

BBLR di Wilayah Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal

08 s.d 10 Mei 2015, maka dalam bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran-

saran.

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen

menurut Varney pada bayi Ny. H dengan BBLR maka penulis dapat mengambil

keputusan sebagai berikut :

1. Proses manajemen asuhan kebidanan pada Ny. H di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Muna Tanggal 08 s.d. 10 Mei 2015 yang dilakukan mulai

dari Langkah 1 Identifikasi data dasar sampai dengan langkah VII evaluasi

dilakukan secara berurutan sesuai dengan langkah-langkah manajemen asuhan

kebidanan yang telah ditentukan.

2. Dalam mengatasi kasus pada bayi Ny. H dengan Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 08 s.d. 10

Mei 2015 asuhan yang perlu diberikan antara lain curatif (pengobatan) yaitu

melakukan pemberian nutrisi melalui selang NGT agar tetap terpenuhi nutrisi

bayi, preventif (pencegahan dini) yang dilakukan yaitu dengan selalu

mempertahankan suhu tubuh bayi, mecegah adanya infeksi pada bayi,

memberikan pemenuhan nutrisi pada bayi dan melakukan penimbangan tiap


87

pagi untuk mengetahui perkembangan bayi, pelayanan promontif (promosi)

yang dapat diberikan diantaranya melakukan penyuluhan kepada orang tua

bayi tentang pentingnya pemberikan imunisasi pada bayi.

3. Setelah Di lakukan pengkajian pada bayi Ny. H mendapatkan asuhan yang

diberikan selama 3 hari keadaan umum bayi Ny. H baik, tidak ada peningkatan

berat badan, tidak ada data yang mendukung terjadinya hipotermi pada bayi.

B. Saran

Berdasarkan studi kasus pada Ny. H dan tinjauan pustaka yang ada, maka

penulis dapat mengemukakan saran yang bertujuan untuk menurunkan angka

kematian Bayi (AKB), diantaranya :

1. Diharapkan bagi setiap institusi pendidikan agar dapat meningkatkan dan

mengembangkan metode pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan dalam

membina petugas kesehatan guna menciptakan sumber daya manusia

berpotensi dan professional. Selain itu bidan harus lebih memahami proses

dan langkah-langkah dari manajemen asuhan kebidanan terutama dalam hal

penanganan kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), agar nantinya dapat

diterapkan dalam lahan praktek untuk menunjang terselenggaranya asuhan

kebidanan yang berkualitas.

2. Diharapkan seorang bidan perlu untuk meningkatkan keterampilan dalam

memberikan pelayanan asuhan kebidanan terutama dalam memberikan

promosi/penyuluhan yang berkaitan dengan kesehatan utamanya mengenai

pentingnya pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, dan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan terutama bidan guna menurunkan angka


88

kematian ibu dan bayi, terutama mengurangi angka kejadian BBLR. Seorang

bidan juga harus mengetahui cara untuk mencegah dan mengobati suatu

masalah/penyakit. Selain itu, seorang bidan diharapkan mengetahui cara

pemulihan agar masalah/penyakit tidak terjadi berulang kali.

3. Diharapkan bidan agar mampu memberikan asuhan secara tepat, efektif, dan

efisien serta berkesinambungan agar kondisi yang dialami bayi dapat teratasi

dan bayi merasa nyaman dengan asuhan yang diberikan bidan.


89

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, (2011). Asuhan Kebidanan Komunitas. Edisi 2, Yogyakarta.

Asrinah, Sinta Siswoyo Putri, Dewie Sulistyorini, Ima Syamrotul Muflihah, Dian
Nirmala Sari (2012). Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta,
Graha Ilmu.

Atikah Provera, Nur misaroh (2010). Nutrisi Janin dan Ibu Hamil. Yogyakarta :
Nuha Medika.

JNPK-KR, (2008). Asuhan Persalinan Normal.Jakarta. POGI

Lyndon, S,.(2014). Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Tangerang Selatan.

Binarupa Aksara.

Manuaba, Ida Ayu Candranita, dkk. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit


Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi 2, Jakarta, EGC.

Marmi, Kukuh Rahardjo (2012). Asuhan Neonatus, Bayi ,Balita dan Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Muslihatun, Wafi, Nur (2011). Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.

Prawirohardjo, Sarwono (2009). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.


Jakarta: PT Bina Pustaka.

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna (2015).

Sukarni, Sudarti, (2014). Kehamilan Persalinan Nifas Dan Neonatus Resiko

Tinggi, Yogyakarta.

WHO, (2012). Buku Saku Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan Edisi Pertama. Jakarta, Bina Kesehatan Ibu dan Anak.

Vous aimerez peut-être aussi